Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN INSOMNIA


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :

Siti Patir Muluk


C.0105.18.054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
KOTA CIMAHI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus dan secara
alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umumnya dialami seluruh
makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti
penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan
pada tiap seseorang berbeda – beda tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Faktor – faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress,
status kesehatan dan lain – lain (Stanley, 2006). WHO (1999) menggolongkan lanjut usia
berdasarkan usia kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(Midlde age) antara usia 45 – 59 tahun, lanjut usia (Elderly) berusia antara 60 – 74 tahun,
dan usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun.
Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur mengistirahatkan organ tubuh, menyimpan
energi, menjaga irama biologis dan memperbaiki kesadaran mental dan efisiensi
neurologis. Secara psikologis, tidur mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan
sejahtera. Lansia yang terganggu waktu tidurnya menjadi cepat lupa, diorientasi dan
konfusi: orang yang mengalami kerusakan kognitif menunjukkan peningkatan
kegelisahan, perilaku keluyuran dan syndrome sundowner (konfusi, agitasi, dan perilaku
terganggu selama sore menjelang senja). B. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian
Insomnia 2. Untuk mengetahui Etiologi gangguan tidur pada lansia 3. Untuk mengetahui
Patofisiologi gangguan tidur pada lansia 4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis
gangguan tidur pada lansia 5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan gangguan tidur pada
lansia 6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gerontik gangguan tidur pada lansia.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Insomnia
2. Untuk mengetahui Etiologi gangguan tidur pada lansia
3. Untuk mengetahui Patofisiologi gangguan tidur pada lansia
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis gangguan tidur pada lansia
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan gangguan tidur pada lansia
6. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gerontik gangguan tidur pada lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Lansia
A. Definisi Lansia
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto,
2004) dalam (Effendi & Makhfudli, 2009). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003) dalam (Effendi & Makhfudli,
2009).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Hawari, 2001) dalam (Effendi & Makhfudli, 2009).
Usia lanjut digolongkan menjadi tiga, yaitu :young old (65-74 tahun), middle old
(75-84 tahun), dan old-old (lebih dari 85 tahun) (Smith, 1999) dalam (Taber & Noorkasiani,
2009).
Setyonegoro menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah
orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi dalam usia 70- 75 tahun (young
old), 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old) (Menurut Setyonegoro, 1984)
dalam (Taber & Noorkasiani, 2009). 2.1.2 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia Perubahan
sistem tubuh yang terjadi pada lansia (Nugroho, 2000)dalam(Effendi & Makhfudli, 2009).
a. Perubahan Fisik
1) Sel Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar.
Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun,
mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi.
2) Sistem Persarafan Rata-rata berkurangnya saraf neorotical sebesar 1 per detik
hubungan persarafan cepat menurut, lambat dalam merespon baik dari gerakan
maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf pancaindera,
serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membrane
tymphan mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena
peningkatan keratin, pendengaran menrun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa dan stress.
4) Sistem Penglihatan Timbul sklerosis pada sfringter pupil dan hilangnya respons
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram
(keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar
dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk
melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, dan menurunnya daya unutk membedakan antara warna biru dengan
hijau pada sklaa pemeriksaan.
5) Sistem Kardiovaskular Elastisitas didnding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya. Kehilangan eslastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi,
tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembluh
darah perifer.
6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara
fisiologis ± 35°C, hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Pernapasan Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya kativitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga
kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan
mkasimum menurun, dan kedalama bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar
dari normal dn jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan kekuatan otot
pernapasan.
8) Sistem Gastrointestinal Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami peurunan,
esofagus melebar, sensivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.
9) Sistem Genitourinaria Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada penurunan
kemampuan ginjal untukmengonsentrasikan urine, berat jenis urine menurun,
proteinuria biasanya +1), blood urine nitrogen (BUN) meningkathingga 21mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, Otot-otot kandung kemih (vesica
urinaria) melemah, kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemihsulit dikosongkan sehingga
meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar
mengalami pembesaran prostat hingga kurang lebih 75% dari besar normalnya.
10) Sistem Endoktrin Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas
tirois, basal metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta
sekresi hormon kelamin seperti progesteon, esterogen, dan testoteron.
11) Sistem Integumen Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respons terhadap trauma,
mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta
berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan
dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku
menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12) Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin
rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat,
otot-otot kram dan menjadi tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat
kecerdasan (intellegence quotient-I.Q), dan kenangan (memory), kenangan dibagi
menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu)
mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0- 10 menit)
biasanya dapat berupa kenangan buruk.
c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis terjadi terutama setelah seseorang mengalami pensiun. Berikut ini
adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness mortality)
d. Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan
itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan
dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement
theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya
kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
2. Konsep Insomnia
A. Definisi
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak
cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut
sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan
yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur. Insomnia adalah gangguan
tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak cukup tidur, meskipun
terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan tersebut menyebabkan kondisi
penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek
(short sleepers), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek mereka
tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan
mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari. Tidur tidak sekedar
mengistirahatkan tubuh, tetapi juga mengistirahatkan otak khususnya serebral korteks
yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk
mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan alasan sesuatu.
B. Etiologi
Faktor penyebab gangguan tidur antara lain :
1. Faktor Fisik
Penyakit yang menyebabkan nyeri, rasa tidak nyaman, atau masalah suasana hati
seperti depresi atau kecemasan dapat mengakibatkan masalah tidur. Penyebab
utama gangguan tidur klien pada tingkat gangguan tinggi adalah nyeri, sesak
napas, dan batuk.
2. Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan juga bisa menjadi penyebab seseorang susah tidur. Hal ini
disebabkan oleh keadaan lingkungan yang bising dan kelembapan lingkungan.
Jadi bagi lansia yang akhir – akhir ini susah tidur mungkin karena faktor
lingkungan yang tidak bersahabat sehingga mengganggu pola tidur.
3. Faktor Psikologis
Seorang lansia mengalami insomnia biasanya karena hal – hal yang secara tiba –
tiba datang seperti, ditinggal pasangan atau ditinggal oleh anaknya sehingga
seorang lansia mengalami depresi dan stress. Hal inilah yang membuat para lansia
mengalami gangguan faktor psikologis dan berdampak pada pikiran sehingga
susah tidur.
4. Perubahan Pola Tidur
Pola tidur yang salah juga menjadi penyebab terjadinya insomnia. Biasanya para
lansia menghabiskan waktu untuk tidur siang dan hal ini akan sulit bagi mereka
untuk tidur dimalam hari.
5. Asupan Nutrisi
Mengkonsumsi makanan yang salah juga dapat menyebabkan seseorang terserang
insomnia salah satunya jika mengkonsumsi alkohol dan obat – obatan. Hal ini
sangat tidak baik bagi tubuh efeknya akan mengalami susah tidur.
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis insomnia yang biasanya dirasakan berupa waktu tidur yang kurang,
mudah terbangun saat malam hari, bangun pagi lebih awal, rasa mengantuk yang
dirasakan sepanjang hari dan sering tertidur sejenak, mata merah hingga timbul bayangan
gelap, resah dan mudah cemas (Bestari, 2013). Hal ini menyebabkan kualitas tidur
seseorang menjadi menurun. Akibatnya akan terlihat pada kehidupan sehari – hari, yaitu
menurunnya kualitas hidup, produktivitas dan keselamatan serta dapat menyebabkan
tubuh terasa lemah, letih dan lesu akibat tidur yang tidak lelap (Sumedi et. al., 2010).
D. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua, yaitu :
 Benzodiazepine ; nitrazepam, trizolam
 Non Benzodiazepine ; phenobarbital
2. Nonfarmakologi
 Terapi tingkah laku yang bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Beberapa bentuk terapi
tingkah laku seperti :
a. Edukasi kebiasaan tidur
b. Terapi relaksasi (terapi musik)
 Sleep Hygiene merupakan tindakan untuk mengatasi insomnia dimana terapi
yang mengidentifikasi dan memodifikasi perilaku dan lingkungan yang
mempengaruhi tidur (Suastari,et.al., 2014). Sleep Hygiene menekankan
jadwal dan rutinitas tidur yang stabil, lingkungan yang ramah untuk tidur,
menghindari zat – zat yang akan mengganggu tidur, olahraga teratur,
menghindari minuman berkafein, pil tidur, alkohol, dan mengurangi stress.
Edukasi tentang Sleep Hygiene menurut Elbert Michel H. (2008) dengan
menggunakan terapi kontrol stimulus, yaitu : Terapi Kontrol Stimulus
a. Menjaga waktu tidur dan terbangun agar konstan, bahkan saat hari libur.
b. Saat sudah di tempat tidur hentikanlah kegiatan menonton tv, membaca
buku atau bekerja.
c. Hindari tidur siang.
d. Berolahraga secara rutin (3-4 kali/minggu), namun hindari berolahraga di
sore hari bila mengganggu waktu tidur nantinya.
e. Hentikan atau kurangi mengkonsumsi alkohol, kafein, rokok, dan substansi
lain yang dapat mengganggu tidur.
f. Selama tidur lakukan aktifitas yang dapat menenangkan.
g. Aturlah agar ruangan tempat tidur terasa nyaman dan tenang.
 Teknik Deconditioning : Pada teknik ini pasien diminta untuk menggunakan
tempat tidurnya hanya untuk tidur dan bukan untuk hal – hal lainnya, bila
pasien tidak tertidur selama 5 menit, maka mereka diminta untuk bangun dan
melakukan hal lain. Terkadang, berganti tempat atau ruang tidur berguna bagi
pasien (Sadock B. & Sadock V., 2014
 Terapi Relaksasi : Tujuan terapi ini adalah mengatasi kebiasaan usia lanjut
yang mudah terjaga di malam hari saat tidur. Pada beberapa usia lanjut
mengalami kesulitan untuk tertidur kembali setelah terjaga. Metode terapi
relaksasi meliputi : melakukan relaksasi otot, guided imagery, latihan
pernapasan dengan diafragma, yoga atau meditasi. Pada pasien usia lanjut
sangat sulit melakukan metode ini karena tingkat kepatuhannya sangat
rendah.
 Terapi Kognitif : Pasien insomnia sering memiliki pemikiran dan
kepercayaan yang negatif tentang konsekuensi dari kondisi mereka.
Membantu pasien dalam menangani pemikiran dan kepercayaan mereka yang
tidak tepat adalah tujuan dasar dari terapi ini. Hal ini juga dapat menurunkan
kecemasan yang berhubungan dengan insomnia (Pigeon, 2010).
E. Klasifikasi
 Insomnia sementara (transient) yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam
dan biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung
sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah
oleh pasien.
 Insomnia jangka pendek yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu
dua sampai tiga minggu.
 Insomnia jangka Panjang yakni kesulitan tidur yang dialami hamper setiap malam
selama sebulan atau lebih. Salah satu penyebab yang palingumum adalah depresi.
F. Pemeriksaan penunjang
Salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah meminta pasien untuk
membuat sleep log, yaitu catatan mengenai informasi pola dan kualitas tidur yang dialami
pasien secara subyektif.
G. Penatalaksanaan
 Terapi relaksasi
 Terapi tidur yang bersih
 Terapi pengaturan tidur
 Terapi psikologi
 CBT (Cognitive Behavior al Therapy)
H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
- Nama
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Agama
- Status perkawinan
2. Riwayat Perawatan
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan keluarga
- Keadaan lingkungan dan lain – lain.
3. Pemeriksaan Fisik
- keadaan umum :
Klien dapat menunjukkan tingkat kesadaran baik (tidak ada kelainan atau gangguan
kesadaran).
- Tanda- Tanda Vital (TTV)
- Pemeriksaan fisik :
 sistem kardiovaskuler :
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh dara
berkurang, terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik, kapasitas
vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru – paru berkurang.
 sistem pernapasan :
Perubahan pada saluran pernapasan atas, diameter dinding dan dinding dada
kaku.
 sistem pencernaan :
Mobilitas dan absropsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta
produksi saliva menurun.
 sistem perkemihan :
Inkontinensia
 sistem musculoskeletal :
Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita, jumlah dan ukuran otot
berkurang. Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang
disertai pula oleh kehilangan cairan.
 sistem syaraf pusat :
Rasa raba berkurang, langkah menyempit dan pada pria agak melebar.
Selain itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
 sistem integumen :
Pertumbuhan epidermis melambat (kulit kering, epidermis menipis),
berkurangnya vaskulirasasi juga melanosit dan kelenjar – kelenjar pada
kulitLemak subkutan menyusut, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta
lambat sembuh.
- Pengkajian pola tidur :
Susah tidur pulas, sering terbangun, serta kualitas tidur yang rendah, lama
ditempat tidur serta jumlah total waktu tidur per hari yang berkurang.
- Pengkajian status fungsional :
 Mandi
Dikatakan mandiri (independen) bila dalam melakukan aktivitas klien hanya
memerlukan bantuan untuk menggosok atau membersihkan sebagian
tertentu dari anggota badannya. Dikatakan dependen bila klien memerlukan
bantuan untuk lebih dari satu bagian badannya.
 Berpakaian
Idependen bila tak mampu mengambil sendiri pakaian dalam lemari atau
laci.
 Ke Toilet
Idependen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, beranjak dari kloset,
merapihkan pakaian sendiri. Dependen bila memang memerlukan bed pan
atau pispot.
 Transferring
Idependen bila mampu naik turun sendiri dari tempat tidur atau kursi roda.
Dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk kegiatan tersebut diatas
atau tak mampu melakukan satu atau lebih aktivitas transferring.
 Kontinensia
Idependen bila mampu BAK dan BAB sendiri (urinaria dan defekasi).
Dependen bila salah satu atau keduanya miksi atau sefekasi memerlukan
enema atau kateter.
 Makan
Idependen bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil piring.
 Pengkajian aspek spiritual
Perasaan individu tentang kehidupan keagamaannya, melakukan kewajiban-
kewajiban agar bertkontemplasi tentang kehidupan menurut agama dan
kepercayaannya.
4. Analisa data

No Diagnose Keperawatan Masalah keperawatan


1 Ds : Gangguan pola tidur
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengeluh pola tidur berubah
- Mengeluh istirahat tidak cukup
- Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Do :
-
2 Ds : Gangguan rasa nyaman
- Mengeluh tidak nyaman
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh kedinginan / kepanasan
- Merasa gatal
- Mengeluh mual
- Mengeluh Lelah

Do :
- Gelisah
- Gejala distress
- Pola eliminasi berubah
- Postur tubuh berubah
- Instabilitas

5. Diagnose keperawatan
a. Gangguan pola tidur
b. Gangguan rasa nyaman
6. Intervensi keperawatan

No DX keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur Dukungan Tidur
b.d adanya nyeri d.d tindakan keperawatan Observasi Observasi
Ds : status kenyamanan - Identifikasi pola aktivitas dan - Untuk mengetahui pola aktivitas
- Mengeluh sulit meningkat dengan tidur dan tidur
tidur kriteria hasil : - Identifikasi factor pengganggu - Untuk mengetahui apakah factor
- Mengeluh sering - Keluhan sulit tidur tidur fisik atau psikologis sebgaai
terjaga menurun - Identifikasi makanan dan pengganggu tidur
- Mengeluh tidak - Keluhan sering minuman yang mengganggu - Untuk mengetahui apakah kopi,
puas tidur terjaga membaik tidur teh, alcohol, atau makanan
- Mengeluh pola - Keluhan tidak puas - Identifikasi obat tidur yang minuman lainnya yang menjadi
tidur berubah tidur membaik dikonsumsi penghambat tidur
- Mengeluh istirahat - Keluhan polan tidur - Untuk mengetahui dan
tidak cukup membaik Terapeutik memastikan obat tidur yang
- Mengeluh - Keluhan istirahat - Modifikasi lingkungan dikonsumsi
kemampuan tidak cukup (misalnya pencahayaan,
beraktivitas membaik kebisingan, suhu, matras, dan Terapeutik
menurun - Kemampuan tempat tidur) - Modifikasi pencahayaan,
beraktivitas - Batasi waktu tidur siang jika kebisingan, suhu, matras, dan
Do : - meningkat perlu tempat tidur untuk meningkatkan
- Fasilitasi menghilangkan stress kenyamanan istirahat pasien
sebelum tidur - Agar malam dapat mudah
- Tetapkan jadwal tidur rutin beristirahat
- Lakukan prosedur misalnya - Agar stress berkurang sehingga
pijat, pengaturan posisi, terapi pasien dapat meningkatkan
akupressur. kualitas tidurnya
- Sesuaikan jadwal pemberian - Agar pasien memiliki jam tidur
obat atau tindakan yang rutin dan tepat
- Untuk meningkatkan
Edukasi kenyamanan pasien dengan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup prosedur misalnya pijat,
selama sakit pengaturan posisi, terapi
- Anjurkan menepati kebiasaan akupressur.
waktu tidur - Untuk menunjang siklus tidur
- Anjurkan menghindari makanan terjaga
atau minuman yang
mengganggu tidur. Edukasi
- Anjurkan penggunaan obat tidur - Agar pasien mengetahui
yang tidak mengandung pentingnya tidur cukup selama
suppressor terhadap tidur REM sakit
- Ajarkan factor yang - Agar tidur pasien terjaga
berkontribusi terhadap - Untuk mengurangi kesulitan
gangguan pola tidur pasien dalam beristirahat akibat
makanan atau minuman yang
dikonsumsi
- Agar siklus tidur pasien dapat
ditunjang dan terjaga
- Agar pasien mengetahui apa saja
yang dapat mempermudah untuk
tidur atau istirahat.
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan Terapi relaksasi Terapi relaksasi
nyaman b.d kurang tindakan keperawatan Observasi Observasi
pengendalian status kenyamanan - Identifikasi penurunan tingkat - Untuk mengetahui penyebab
lingkungan saat meningkat dengan energi dan ketidakmampuan dari ketidakmampuan
istirahat d.d kriteria hasil : berkonsentrasi berkonsentrasi
Ds : - Keluhan tidak - Identifikasi teknik relaksasi - Agar dapat membandingkan
- Mengeluh tidak nyaman menurun yang pernah efektif digunakan keefektifan teknik relaksasi
nyaman - Keluhan sulit tidur - Periksa ketegangan otot, yang sebelumnya pernah
- Mengeluh sulit menurun frekuensi nadi, tekanan darah, dilakukan dengan yang akan
tidur - Rileks membaik sebelum dan sesudah latihan dipraktikan
- Tidak mampu - Keluhan - Monitor respon terhadap terapi - Untuk mengevaluasi
rileks kedinginan / relaksasi pengaruh relaksasi
- Mengeluh kepanasan menurun - Untuk mengetahui tingkat
kedinginan / - Keluhan gatal kecocokan pasien dengan
kepanasan menurun terapi relaksasi yang
- Merasa gatal - Keluhan mual Terapeutik dilakukan
- Mengeluh mual menurun - Ciptakan lingkungan tenang dan
- Mengeluh Lelah - Keluhan Lelah tanpa gangguan dengan
Do : menurun pencahayaan dan suhu ruangan Terapeutik

- Gelisah Do : - Berikan informasi tertulis - Agar istirahat pasien tidak

- Pola eliminasi - Gelisah menurun tentang persiapan dan prosedur terganggu

berubah - Pola eliminasi teknik relaksasi - Agar pasien mengetahui

- Postur tubuh membaik Edukasi tentang teknik relaksasi yang

berubah - Postur tubuh - Jelaskan tujuan, manfaat, akan dipraktikan

- Iritabilitas membaik batasan, dan jenis relaksasi Edukasi

- Iritabilitas menurun - Anjurkan mengambil posisi - Agar pasien mengetahui jenis


nyaman relaksasi yang sedang digunakan
- Anjurkan sering mengulangi untuk mengatasi gangguan rasa
atau melatih teknik relaksasi nyaman yang dialami
- Untuk memberikan kenyamanan
terhadap istirahat pasien
- Agar pasien mendapatkan
manfaat yang optimal dari teknik
relaksasi yang dipraktikan

Anda mungkin juga menyukai