Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi suara
yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu nyata dan
serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini
tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka
akan menganggu juga.
Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar kasus,
tinnitus bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya penderita
yang dapat mendengarkan suara tinitusnya. Tinitus dapat berlangsung sementara
atupun intermitten.
Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu
penyakit. Tinitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran yang
dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat dari
penyakit vaskular.
Tinitus cukup banyak didapati dalam praktek sehari-hari. Jutaan orang di duina
menderita tinnitus dengan derajat ringan sampai berat. Dari hasi penelitian,
didapatkan satu dari lima orang di antara usia 55 dan 65 tahun dilaporkan mengalami
tinitus. Hal ini menandakan bahwa tinitus adalah keluhan yang sangat umum yang
diterima di kalangan usia lanjut.
Bunyi yang diterima sangat bervariasi. Keluhan tinitus dapat berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi lannya. Biasanya
keluhan tinitus selalu disertai dengan gangguan pendengaran.

A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan management TINNITUS
2. Tujuan khusus

Mengetahui definisi TINNITUS

Mengetahui Anatomi fisiologi TINNITUS

Mengetahui etiologi TINNITUS

Mengetahui patofisiologi TINNITUS

Mengetahui klasifikasi TINNITUS

Mengetahui manifestasi klinis TINNITUS

Mengetahui pemeriksaan diagnostik TINNITUS

Mengetahui komplikasi pada TINNITUS

Mengetahui penatalaksanaan pada TINNITUS

Mengetahui asuhan keperawatan pada TINNITUS

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP TINNITUS
1. DEFENISI
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa
timbul terus menrus atau hilang timbul.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar
bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal
dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala,
bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.

2. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA


Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara &
juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga pada hewan
vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan sampai manusia, dengan beberapa
variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.
Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak
simetris pada bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan
lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda
lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi

pengenalan dan interpretasi dilakukan di otakdan sistem saraf pusat. Rangsangan


suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak
(nervus vestibulokoklearis).
Bagian telinga
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada
tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin
membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang
koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani.
Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui
jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan
dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran
Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran
basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi
impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut
terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut
akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.
Keseimbangan
Selain

bagian

pendengaran,

bagian

telinga

dalam

terdapat

indera

keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang


membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau
kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan rubuh
dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari
saraf vestibulokoklearis
-

Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah terdiri dari:
1. Gendang Telinga
Gendang telinga disebut juga membrana timpani terdiri atas:
4

a. Pars Flacida terdiri 2 lapis yaitu lapisan kutaneus dan lapisan mukosa
b. pars Tensa terdiri dari 3 lapisan yaitu 2 lapisan seperti pars flacida namun
ditengahnya terdapat lapisan jaringan fibrous. Lapisan fibrous terdiri dari
stratum longitudinal dan stratum radial, yang kemudian membentuk anulus
fibrosus. Plika timpani anterior dan posterior melekat pada kolum malei.

2. Cavum Timpani
merupakan runag pipi dengan volume 0,25 cc Isinya :
1) Viscera Timpani terdiri dari :
a. ulang pendengaran
b. Ligamenum malei lateralis, ligamentum malei superioe dan
ligamentum imkudis posterior
c. otot : m. tensor timpani, m. stapeideus yang terlihat adalah tendonya
sedangkan ototnya terletak dalam tulang.
d. Saraf korda timpani.
2) Mesenterium TImpani : adalah lipatan mukosa yang menggantung viscera
timpani, terdapat 15 mesenterium timpani, gunanya mrmbrti makan
viscera, memperluas permukaan sehingga daya resorbsi tambah besar.
3. Tuba Eustachii
terdiri dari:
-

Bagian tulang selalu terbuka, 1/3 lateral

Bagian tulang rawan dan membran selalu tertutup 2/3 medial

Tuba Eustachii terbuka akibat kontraksi dari otot :


-

m. Tensor veli palatine

m Levator veli Paltini

M. salphingo faringeus

M. tensor timpani Mastoid terdiri dari selule dan antrum, gunanya


sebagai udara cadangan , sering disebut sebagai retrotimpani.

2. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain :


1.

Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa
berdenging akan hilang

2.

Infeksi telinga tengah dan telinga dalam

3.

Gangguan darah

4.

Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf
pendengaran

5.

Penyakit menieres Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput


meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus

6.

Keracunan obat

7.

Penggunaan obat golongan aspirin

3. PATOFISIOLOGI
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh

Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging

Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi
karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di
sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan
biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz).
Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi
merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut
pendengaran maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun

jika suara keras tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus,
yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan
penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas
liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika
terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging,
suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa
berhenti bergetar. Kemudian getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke
otak yang merespon dengan timbulnya denging.
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang
akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup
lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan. Oleh
karena itu di Indonesia telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan
dalam bidang industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam. Tetapi
memang implementasinya belum merata. Makin tinggi paparan bising, makin
berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga.

WOC
Tekanan darah tinggi
atau rendah

Infeksi telinga tengah

Gangguan vaskuler
koklea

Terjadi gangguan pada


gendang telinga tuba
eustacius dan cavum
timpani

Gangguan darah

Terjadi gaguan pada


arteriovenosa

Kotoran di telina tengah

Penyakit menierens

Lubang telinga tertutup Lubang telinga tertutup

tinnitus

Telinga berdengung
terus menerus
pusing

Mk: cemas

Mudah marah

Mk: Gangguan
istirahat tidur

Mk: hambatan
interaksi sosial

4. KLASIFIKASI
Bunyi yang terdengar bisa saja berfrekuensi rendah (low tone) seperti gemuruh,
atau berfrekuensi tinggi (high tone) seperti dengingan. Pada beberapa kasus, suara
tinnitus dapat juga didengar oleh pemeriksanya (dokter). Tinnitus ini disebut tinnitus
objektif. Namun, jika bunyinya hanya terdengar oleh penderita, tinnitus itu disebut
tinnitus subjektif.
Jika yang terjadi adalah tinnitus subjektif, maka masih ada tanda yang dapat
diamati dari penderita tinnitus, seperti mudah emosi, pusing, mual, gangguan
keseimbangan tunbuh, bahkan sampai depresi apabila bunyi yang didengarnya sudah
sangat sering dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

5. MANIFESTASI KLINIS
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing,
mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa
telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul.
Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber
bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang
berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk
memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan
9

penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.


Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu
pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada
murni g amabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis
merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang
perlu di gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain
yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik.
Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga
pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu
lakkukan.

7. KOMPLIKASI
Tinnitus secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, dimana
dampak dari tinnitus untuk setiap orang berbeda-beda tetapi berkaitan erat dengan
hal-hal dibawah ini :
1.

Fatique (Kelelahan Kronis).

2.

Stress (stres).

3.

Sleep problems (insomnia/susah tidur).

4.

Trouble concentrating (susah berkonsentrasi).

5.

Memory problems (menurunnya daya ingat).

6.

Depression (depresi).

7.

Anxiety and irritability (Kekuatiran yang berlebihan)

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk meredakan atau menyembuhkan tinnitus dapat
ditempuh melalui beberapa cara berikut ini:

10

Elektrofisiologik: memberi rangsangan bunyi dengan intensitas yang lebih


tinggi dari tinnitus yang diderita. Rangsangan ini akan menjadi distraksi
(pengalih perhatian) agar tidak merasakan sensasi bunyi tinnitus.

Psikologik: memberi dukungan psikologis untuk meyakinkan kepada


penderita bahwa kondisi ini tidak membahayakan dan dapat disembuhkan.
Selain itu, penderita dilatih untuk melakukan relaksasi pada saat bunyi itu
terdengar.

Terapi Medikametosa: penanganan medis seperti pemberian transquilizer,


antidepresan sedatif, vitamin, mineral, dan neurotonik. Selain itu, dapat juga
diberikan obat tidur karena umumnya penderita mendengar bunyi tinnitus
lebih jelas pada malam hari khususnya pada saat berangkat tidur di mana
kondisinya sedang sepi dan sunyi.

Edukasi: mendorong gaya hidup sehat, hindari konsumsi nikotin dan kafein,
kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan
darah yang menjadi salah satu pemicu tinnitus, serta tidak mendekati sumber
bunyi yang memekakkan telinga.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


a) pengkajian
1. Keadaan umum klien
a) Tingkat kesadaran
Biasanya klien dengan tinnitus tidak mengalami penurunan
tingkat kesadaran
b) Berat badan
Biasanya klien tinnitus ini tidak mengalami penurunan berat
badan
c) Tinggi badan
Biasanya tidak ada mengalami perubahan pada tinggi badan.
d) Teperatur

11

Biasanya klien dengan tinnitus tidak mengalami perubahan


pada suhu. (36 derjat C- 37 derjat C).
e) Nadi
Biasanya nadi klien mengalami perubahan yaitu meningakat
(60-100x/menit).
f) Tekanan darah
Biasanya tekanan darah klien mengalami peningkatan ( 110140mmHg).
g) Pernapasan
Klien dengan gangguan tinnitus ini tidak mengalami gagguan
pada pernapasannya ( 16-24x/menit) (Kushariyadi,2011).
2. Kepala
a. Rambut
Biasanya rambut tampak hitam atau beruban, tampak
berminyak, lepek, dan tidak ada edema disekitar kepala.
b. Wajah
Biasanya diwajah klien tidak terdapat edema, tidak ada
perlukaan diwajah, simetris kiri dan kanan.
c. Mata
Biasanya mata klien simetris kiri dan kanan, reflek cahaya
positif, diameter pupil biasanya 3mm, bentuknya bulat gerakan
bola mata nistagamus, kondisi pupil isokor, konjungtiva tidak
anemis, palpebra tida udema dan sclera tidak eterik.
d. Hidung
Biasanya keadaa hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada
pembenggakan pada hidung, septum nasi biasanya normal, lubung
hidung biasanya tidak ada secret, serta tidak ada cupping hidung.
e. Bibir
Biasanya mukosa bibir terlihat lembab dan tidak adanya idema.
f. Gigi
Biasanya keadaan gigi klien dengan tinnitus tidak ada gangguan
g. Lidah
Biasanya klien dengan gangguan tinnitus tidak memilki
gangguan mulut
h. Telinga

12

Biasanya simetris kanan dan kiri dan mungkin tidak terjadi


penurunan pendengaran dan mendengarkan dengungan. Klien juga
mengalami gagngguan keseimbangan.
3. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer getah
bening serta deviasi trakea, pergerakan leher tidak terganggu, tidak ada
perlukaan

pada

leher

klien

dan

JVP normal

5-2

cm

air

(Kushariyadi,2011).
4. Thorak
a. Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris kiri dan kanan, bentuknya
normal, frekunsi nafas normal (16-24kali/menit), irama pernapasan
biasanya normal, tidak adanya perlukaan, ictuscordis tidak terlihat
dan tida ada terlihat pembenggakan.
b. Palpasi : Biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan kanan sama,
tidak ada nyeri tekan dan udema.
c. Perkusi : Biasanya suara nafas terdengar normal yaitu sonor.
d. Auskultasi : Biasanya suara nafas terdengar cepat karena terjadi
distensi abdomen sehingga meningkatkan tekanan diafragma
5. Jantung
a. Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : biasanya ictus kordis teraba
c. Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal, yaitu :
Kanan atas SIC II line para sternalis dextra
Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra
Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra
Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra.
d. Auskultasi: biasanya irama jantung terdengar normal.
6. Abdomen
a. Inspeksi : biasanya terjadi terjadi masalah
b. Auskultasi : biasanya bunyi bising usus normal 5-35x/menit
c. Palpasi : biasanya teraba normal tidak ada pembengkakan hepar
atau kelenjar limfa.
d. Perkusi : biasnya bunyi abdomen klien tdak mengalami
gangguan, bunyi yang yaitu terdengar yaitu timpani
7. Ekstremitas
Biasanya klien dengan tinnitus tidak memiliki gangguan pada
ekstremitas

13

8. Genitourinaria
Tidak ada gangguan pada klien dengan tinnitus
9. System integumen
10. Klien dengan tinnitus biasanya tidak memiliki gangguan pada system
integument turgor kulitnya biasanya baik
11. Aktivitas sehari-hari
1) Pola kebiasaan makan dan minum
a. Makan
Sehat : biasanya klien makan 3x sehari, porsi habis
Sakit : biasanya makan klien berkurang 1-2x sehari
b. Minum
Sehat: biasanya 6-7 gelas sehari (air putih dan teh )
Sakit :biasanya 6-7 gelas sehari
2) Eliminasi
a. Miksi
Sehat : biasanya 4-5 kali sehari
Sakit : biasanya 4-5 kali sehari
b. Defekasi
Sehat : biasanya 1 kali sehari
Sakit : biasanya 1 hari sekali
3) Istirahat dan tidur
Sehat : biasanya 7-8 jam sehari
Sakit : sulit untuk tidur karena dengung yang dirasakan oleh klien.
4) Kebersihan diri
1. Mandi
Sehat : biasanya 2 kali sehari
Sakit : biasanya 2 kali sehari
2. Mencuci rambut
Sehat : biasanya 1 kali sehari
Sakit : biasanya 1 kali sehari dan tidak mengalami perubahan
klien.
5) Berpakaian
Sehat: biasanya 2 kali sehari
Sakit : biasanya 2 Kali sehari
1. Data social ekonomi
Biasanya penyakit tinnitus terjadi pada semua golongan terutama klien
dengan aktivitas yang padat dengan waktu istirahat yang sedikit
12. Data psikososial
emosi yang labil dan marah yang tidak tepat kesedihan, kegembiraan,
kesulitan, berekpresi diri, gangguan dalam memutuskan , perhatian sedikit

14

dalam keamanan, berkurangnya kesadaran diri, rasa takut, bermusuhan dan


marah.
13. Spiritual
Biasanya tidak ada perubahan spiritual pada klien baik sehat maupun
sakit dan biasanya klien tidak mengalami kesulitan atau beibadah
(wijaya,2013)
2. Pemeriksaan diagnostic
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone
audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik
(notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan hal utama dan
terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali
adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain
yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala
neurologik. Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di
lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri
tutur, dan bila perlu lakkukan.
b) Diagnose keperawatan
1. Gangguan pola tidur b/d gangguan pendengaran.
2. Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus).
3. Hambatan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.
c) Intervensi keperawatan
NO

DIAGNOSA

1.

KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur Tidur
b/d

gangguan

NOC

Jam

NIC

Peningkatan tidur
tidur

dalam

keadaan -

Tentukan pola tidur/atau

pendengaran.
normal 7-8 jam perhari

aktivitas klien

Pola tidur

Efisiensi tidur

tidur yang adekuat selama

Tidur sepanjang malam dengan

sakit

15

Menjelaskan

pentingnya

konsisten

Merasa segar setelah tidur

Bangun saat waktu tertentu

Sangat parah

2.

parah

klien

untuk

memonitor pola tidur


Pemberian obat

INDIKATOR SKALA
1.

Anjurkan

Menentukan

sebuah

lingkungan

yang

bisa

memaksimalkan

3. Sedang

keselamatan dan efisiensi

4. Ringan

pemberian obat

5. tidak ada

Memnghindari
saat

gangguan

persiapan

atau

pemberian obat
-

Siapkan resep atau order


obat saat pemberain obat

Monitior
alergi

kemungkinan
obat

dan

kontraindikasi.
-

Catat alergi pasien sebelum


pemberian setiap obat dan

2.

Cemas

b/d

kurangnya informasi
tentang

dan

mengungkapkan

gejala

Gunakan pendekatan yang

gangguan
menyenangkan

cemas

pendengaran
(tinnitus).

ketergantungan.
Klien mampu mengidentifikasi Penurunan kecemasan

Mengidentifikasi

16

dan

Nyatakan

dengan

jelas

mengungkapkan

tenik untuk

harapan terhadap pelaku

mengontrol cemas

pasien

Vital sign dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah

mengenai

bahasa

tindakan prognosis

tubuh

aktivitas

dan

tingkat

menunjukkan

berkurangnya kecemasan
INDIKATOR SKALA
1.

Sangat parah

2.

parah

Berikan informasi factual


diagnose

Dengarkan dengan penuh


perhatian

Identifikasi

tingkat

kecemasan

3. Sedang
4. Ringan

3.

hambatan

5. tidak ada
interaksi Stres level

sosial b/d hambatan


komunikasi.

Meningkatkan koping

Iritabilitas

Depresi

kehidupan

Gangguan tidur

aturan dan hubunganya

Istirahat

Peluapan emosi

Kecemasan

Kesulitan untuk berkosentrasi

Sangat parah

7.

parah

klien

dalam

dengan orang lain


-

Penilai pengertian klien


terhadap proses penyakit

INDIKATOR SKALA
6.

Menilai dampak situasi

situasi

yang

dapat di terima
-

17

Ciptakan

Mencari pengertian atas

8. Sedang

perspektif klien terhadap

9. ringan

suatu

10. tidak ada

membuat stress
-

situasi

yang

Membantu

klien

menggunakan

defen

mekanisme yang tepat

18

BAB III
ASKEP KASUS
Tn. A (35 tahun) dirawat di rumah sakit dengan keluhan sudah 3 bulan yang
lalu telinga sebelah kanan terasa ada benjolan dan pendengaran berkurang serta
telinga sebelah kanan terasa berdenging. Tn. A mengatakan sakit pada telinga kanan
merasakan nyeri dan tidak bisa mendengar apapun. Sudah 3 bulan yang lalu telinga
sebelah kanan terasa ada benjolan dan pendengarannya berkurang serta telinga
sebelah kanan terasa berdenging. Hasil pemeriksaan fisik pada Tn. A di dapatkan TD:
170/140 mmHg, HR: 98X/I dan RR: 24X/I. Tn. A mengatakan kepalanya pusing dan
muter-muter serta nyeri terasa berdenyut-denyut pada kepala dan telinga kanan.
Keluarga Tn. A mengatakan sudah 3 hari terakhir ini Tn. A jarang beraktivitas karena
mengeluh pusing saat bangun dari tidur. Tn. A juga merasa mual-mual sehingga sudah
3 hari porsi makannya berkurang. Saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter, didapatkan
benjolan pada telinga kanan bagian dalam +4 cm. dokter menyarankan kepada Tn. A
untuk melakukan pemeriksaan rontgen dan CT-Scan untuk memastikan penyakit Tn.
A dan menjelaskan kemungkinan untuk pembedahan. Tn. A merasa khawatir karena
Tn. A tidak pernah menyangka penyakitnya parah.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama

: Tn. A

Umur

: 35 Tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

2. Keluhan utama
Tn. A mengatakan sakit pada telinga kanan merasakan nyeri dan tidak bisa
mendengar apapun. Sudah 3 bulan yang lalu telinga sebelah kanan terasa ada
benjolan dan pendengarannya berkurang serta telinga sebelah kanan terasa
berdenging.
19

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehaatan dahulu
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tn. A mengatakan sakit pada telinga kanan merasakan nyeri dan tidak
bisa mendengar apapun. Sudah 3 bulan yang lalu telinga sebelah kanan
terasa ada benjolan dan pendengarannya berkurang serta telinga sebelah
kanan terasa berdenging. Tn. A mengatakan kepalanya pusing dan mutermuter serta nyeri terasa berdenyut-denyut pada kepala dan telinga kanan.
Keluarga Tn. A mengatakan sudah 3 hari terakhir ini Tn. A jarang
beraktivitas karena mengeluh pusing saat bangun dari tidur.
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. pola kebiasaan sehari-hari
a)

pola makan dan minum


Tn. A juga merasa mual-mual sehingga sudah 3 hari porsi makannya
berkurang.

b)

pola aktivitas
Keluarga Tn. A mengatakan sudah 3 hari terakhir ini Tn. A jarang
beraktivitas karena mengeluh pusing saat bangun dari tidur.

4. pemeriksaan fisik
a. tanda tanda vital
TD

: 170/140 mmHg,

HR

: 98X/I

RR

: 24X/I.

b. kepala
-

Telinga
Didapatkan benjolan pada telinga kanan bagian dalam +4 cm klien.

20

B. Analisis data
NO
1.
Ds :
-

DATA

DX
Nyeri

ETIOLOGI
Agen cidera

Tn. A mengatakan sakit


pada telinga kanan

Tn. A merasakan nyeri


pada telingan kanan

Tn. A merasa nyeri


berdenyut-denyut pada
kepala

dan

telinga

kanan
Do :

2.

TD : 170/140 mmHg,

HR : 98X/I

- RR : 24X/I.
Ds :
-

Tn.

Nutrisi

A juga

kurang

dari Factor biologis

merasa kebutuhan tubuh

mual-mual
Do :
-

Tn. A sudah 3 hari porsi


makannya berkurang

3.

Ds:
-

Ansietas
Tn. A merasa khawatir
karena
pernah

Tn.

tidak

menyangka

penyakitnya parah.
Do:
-

21

kurangnya informasi

C. Diagnose keperawatan
No

DX

1.

Nyeri

b.d

2.

cidera
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

3.

Tanggal

Tanda

tanggal

Tanda

masuk

tangan

keluar

tangan

agen

tubuh

b.d factor biologis


Ansietas
b.d
kurangnya
informasi

D. Intervensi Keperawatan

No
1.

DX
Nyeri b.d agen
cidera

NOC
Pengendalian nyeri

NIC
Manajemen nyeri

1. Mengenal serangan nyeri


(3/4)
2. Menggunakan diary sebagai
pemantau gejala setiap
waktu (3/4)
3. Menggunakan analgesic

1. Melakukan pengkajian
komprehensif terhadap nyeri
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau keparahan nyeri dan factor
penyebab

sesual anjuran(3/4)
4. Menggunakan non

2. Mengamati tindakan nonverbal dari


ketidaknyamanan
3. Menjamin perhatian pasien terhadap

analgesic(3/4)
Tingkat nyeri

penggunaan analgesic
1. Lamanya episode nyeri (3/4)
4. Menggunakan strategi komunikasi
2. Ekpresi wajah terhadap
terapeutik untuk mengetahui
nyeri(3/4)
3. Kehilangan nafsu
pengelaman nyeri dan
makan(3/4)

menyampaikan penerimaan respon


pasien terhadap nyeri
22

Pemberian analgesic
1. Periksa aturan pemakaian obat,
dosis, frekuensi resep analgesic
2. Periksa pengalaman alergi obat
3. Monitor tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian obat analgesic
dosis pertama
4. Lakukan tindakan untuk menurangi
efek samping analgesic
5. Ajarkan cara menggunakan
analgesic, strategi mengurangi efek
samping, dan harapan untuk
melibatkan ketegasan untuk
meringankan nyeri.
6. Berkolaborasi dengan dokter jika
obat, dosis, rute pemberian atau
interval penggantian
terindikasi,membuat rekomendasi
mendasar yang spesifik pada prinsip
2.

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d factor
biologis

Peningkatan status nutrisi


1.
2.
3.
4.

Toleransi makanan (3/4)


Berat badan(3/4)
Serum albumin(3/4)
Intek nutrisi(3/4)

ekuianalgesik
Manajement nutrisi
1. Tentukan status nutrisi pasien dan
kemampuan

untuk

memenuhi

kebutuhan nutrisi
2. Ketahui makanan alergi pasien dan
intoleransi
3. Tentukan pilihan makanan pasien
4. Bantu pasien untuk menetukan
petunjuk atau pyramid makanan
5. Tentukan jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang dibutuhkan
6. Mengatur diet jika dibutuhkan
7. Bantu pasien membuka bungkusan

23

makanan, memotong makanan, dan


makan jika diperlukan
8. Menawarkan
nutrisi

dengan

makanan berat
9. Monitor kalori dan intek makanan
10. Monitor kecendrungan penurunan
berat badan dan penambahan berat
Memantau gizi
1. Berat pasien
2. Monitor turgor kulit dan mobilitas
pasien
3. Tentukan pola makan
4. Pantau kepucatan, kemerahan dan
3.

Ansietas b.d

kurangnya

jaringan konjungtiva kering


mampu Meningkatkan koping

Klien

dan 1. Menilai dampak situasi kehidupan

mengidentifikasi

informasi
mengungkapkan

gejala

dengan orang lain

cemas (3/4)
-

dan 2. Penilai pengertian klien terhadap

Mengidentifikasi
mengungkapkan

tenik

terima

cemas(3/4)

Vital sign dalam batas 4. Mencari pengertian atas perspektif


klien terhadap suatu situasi yang

normal(3/4)
-

proses penyakit

mengontrol 3. Ciptakan situasi yang dapat di

untuk

klien dalam aturan dan hubunganya

Postur

tubuh,

ekspresi

membuat stress

wajah bahasa tubuh dan 5. Membantu


tingkat

aktivitas

24

klien

menggunakan

defen mekanisme yang tepat

menunjukkan
berkurangnya kecemasan
(3/4)
E. Imlementasi keperawatan

DX kep

Hari/tang

Implementasi

gal/jam

Hari/tang

Evaluasi

gal/jam

Nyeri b.d agen

Manajemen nyeri

S:

cidera

1. Melakukan pengkajian

lagi

komprehensif terhadap
nyeri termasuk lokasi,

tidak
merasa

nyeri
O: klien tidak

karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,

klien

laginyeri
A:

masalah

intensitas atau keparahan

teratasi

nyeri dan factor penyebab

sebagian

2. Mengamati tindakan

P:

intervensi
dilanjutkan

nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Menjamin perhatian pasien
terhadap penggunaan
analgesic
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengelaman nyeri dan
menyampaikan penerimaan
respon pasien terhadap
nyeri

25

paraf

Pemberian analgesic
1. memeriksa aturan
pemakaian obat, dosis,
frekuensi resep analgesic
2. memeriksa pengalaman
alergi obat
3. memonitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian obat analgesic
dosis pertama
4. melakukan tindakan untuk
menurangi efek samping
analgesic
5. mengajarkan cara
menggunakan analgesic,
strategi mengurangi efek
samping, dan harapan
untuk melibatkan ketegasan
untuk meringankan nyeri.
6. Berkolaborasi dengan
dokter jika obat, dosis, rute
pemberian atau interval
penggantian
terindikasi,membuat
rekomendasi mendasar
yang spesifik pada prinsip
Nutrisi kurang

ekuianalgesik
Manajement nutrisi

dari kebutuhan

1. menentukan status nutrisi

tubuh b.d factor

pasien

dan

kemampuan
26

S:

klien
lagi
mual

tidak
merasa

biologis

untuk memenuhi kebutuhan

O: klien sudah

nutrisi
2. mengetahui makanan alergi

mau
kembali

pasien dan intoleransi


3. menentukan
pilihan
makanan pasien
4. membantu pasien

dibutuhkan
6. Mengatur

nutrisi

yang

diet

jika

dibutuhkan
7. membantu

pasien

membuka

bungkusan

makanan,

memotong

makanan, dan makan jika


diperlukan
8. Menawarkan nutrisi dengan
makanan berat
9. memonitor kalori dan intek
makanan
10. memonitor

kecendrungan

penurunan berat badan dan


penambahan berat
Memantau gizi
1. memonitor Berat pasien
2. memonitor turgor kulit dan
mobilitas pasien
3. menentukan pola makan
4. memantau

kepucatan,

27

masalah

teratasi

untuk

pyramid makanan
5. menentukan jumlah kalori
tipe

makan
A:

menetukan petunjuk atau

dan

lagi

B:

intervensi
tidak
dilanjutkan

kemerahan

dan

jaringan

Ansietas b.d

konjungtiva kering
Meningkatkan koping

kurangnya

1. Menilai

S:

dampak

situasi

klien

dalam

klien
lagi

informasi

tidak
merasa

khawatir
kehidupan
aturan

dan

O: klien terlihat

hubunganya

tenang
A:

dengan orang lain

masalah

teratasi
2. menilai pengertian klien
terhadap proses penyakit
3. menciptakan situasi yang
dapat di terima
4. Mencari

pengertian

atas

perspektif klien terhadap


suatu situasi yang membuat
stress
5. Membantu

klien

menggunakan

defen

mekanisme yang tepat

28

P:

intervensi
tidka
dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa
bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya.
Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul.
B. Saran
Penulis menyarankan bagi anggota seminar sebaiknya memahami
bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien tinnitus.

29

Anda mungkin juga menyukai