Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PROFESI NERS TRIGGER CASE “DEMENSIA ALZHEIMER (AD)”

DI LAKESLA Drs. Med. R. RIJADI S., Phys SURABAYA


TANGGAL 30 Maret 2020 – 04 April 2020

Kelompok 3

Nikmatul Fauziah, S.Kep 131923143005


Indarti, S.Kep 131923143006
Nyoman Beni Icuk Atmaja, S.Kep 131923143010
Nur Annisha Karunia Latief, S.Kep 131923143012
Yosevin Karunia Nababan, S.Kep 131923143013
Servianus Gonsaga Ragung, S.Kep 131923143014
Hindatur Rohmah, S.Kep 131923143015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
KASUS :
Seorang wanita berusia 58 tahun didiagnosis menderita demensia Alzheimer (AD) yang
berkembang pesat dalam 8 bulan sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik (HBOT).
Program 8 minggu HBOT terdapat penurunan gejala pasien. Riwayat medis: sinkop yang
dipicu inhalasi gas alam pada usia 8-10 tahun (rujukan selanjutnya untuk Pendidikan
Khusus), paparan selama puluhan tahun ke pabrik metalurgi dan kilang minyak, hipotensi
kronis, dan paparan kerja selama sepuluh tahun untuk membentuk pra-diagnosis. Tidak ada
penyalahgunaan zat atau riwayat keluarga AD. Saudara laki-laki dengan demensia akibat
gegar otak ganda, penyalahgunaan zat, terapi elektrokonvulsif. Pemeriksaan fisik:
kebingungan mengikuti perintah, sedikit gemetar, penurunan tusukan secara difus,
bradikinesia, hiperrefleksia, inkoordinasi jari-ke-hidung, dan ketidakstabilan pada tekukan
lutut.
Pasien menerima 50 menit total waktu perawatan, sekali per hari, 5 hari per minggu, HBOT
dalam 66 hari. Setelah 21 HBOT pasien melaporkan peningkatan energi / tingkat aktivitas,
suasana hati, dan kemampuan untuk menggambar tampilan jam yang. Pada penyelesaian 40
pasien HBOTs dilaporkan peningkatan memori dan konsentrasi, tidur, percakapan, nafsu
makan, kemampuan untuk menggunakan komputer, hari-hari yang lebih baik (5/7) daripada
hari-hari yang buruk, mengatasi kecemasan, dan penurunan disorientasi dan frustrasi.
Tremor, tekukan lutut dalam, penguatan tandem, dan kecepatan motor ditingkatkan.

1. Susunlah Pengkajian berdasarkan kasus di atas


2. Susun analisa data dan buatlah list masalah keperawatan
3. Apak persiapan yang dilakukan oleh perawat sebelum pemberian terapi HBO
4. Susun intervensi sesuai dengan MK
5. Jelaskan bagaimana mekanisme perbaikan fungsi otak pada kasus AD dengan pemberian
HBOT
6. Jelaskan bagaimana prosedur pelaksanaan HBOT
1. Pengkajian spesifik pada kasus Demensia Alzeimer (AD) :
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk
merawat diri. (Brunner &,Suddart, 2002 ).Belum ada penyebab yang pasti mengenai
penyakit ini, namun terdapat beberapa faktor presdisposisi diantaranya :
1. Faktor genetik
2. Usia
3. Infeksi virus lambat
4. Lingkungan
5. Imunologi
6. Trauma
Penyakit Demensia Alzheimer terdiri dari 2 tipe yaitu demensia presinilis yang
menyerang orang dewasa sebelum umur 65 tahun dan demensia sisnilis yang menyerang
setelah usia 65 tahun ( Handajani,2006)
Pada kasus diatas faktor predisposisinya karena faktor lingkungan dimana pasien
terpapar inhalasi gas alam pada usia 8-10 tahun dan paparan kerja selama puluhan tahun.
Berdasarkan kasus didapatkan pengkajian : Wanita umur 50 thn. . Pemeriksaan fisik: kebingungan
mengikuti perintah, sedikit gemetar, penurunan tusukan secara difus, bradikinesia,
hiperrefleksia, inkoordinasi jari-ke-hidung, dan ketidakstabilan pada tekukan lutut.
A. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan penyakit Alzheimer diantaranya :
1. Identitas klien
a. Nama,
b. Umur : Biasanya menyerang usia lanjut >65 Tahun (Perhimpunan Dokter Saraf
Indonesia,2015)
c. Jenis kelamin : Kejadian Demensia pada perempuan lebih besar dibandingkan
laki laki akan tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan
kejadian demensia,hal ini menunjukan bahwa laki laki maupun perempuan
memilik peluang yang sama( Alzheimers disease,2011)
d. Alamat,
e. Agama,
f. Suku bangsa/Ras: lebih dominan pada orang kulit putih
g. Status perkawinan
h. Pekerjaan: lebih sering pada orang terpapar pada logam berat seprti tukang las dll
i. Hubungan pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu yaitu sinkop yang dipicu inhalasi gas alam pada usia 8-
10 tahun, paparan selama puluhan tahun ke pabrik metalurgi dan kilang minyak,
hipotensi kronis.
b. Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini, dalam
kasus ini penyakit demensia Alzheimer (AD)
3. Riwayat penyakit keluarga yaitu Saudara laki-laki dengan demensia akibat gegar otak
ganda, penyalahgunaan zat, terapi elektrokonvulsif
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
Klien dengan penyakit dimensia Alzheimer umumnya mengalami penurunan
kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme.
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan.
1) B1 (Breathing)
Tidak ditemukan masalah keperawatan
2) B2 (Blood)
Hipotensi kronis
3) B3 (Brain)
Klien mengalami kebingungan mengikuti perintah, tetapi setelah terapi HBO
ke 40 kali didapatkan peningkatan memori dan konsentrasi
4) B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah keperwatan
5) B5 (Bowel)
Pada trigger kasus tidak didapatkan data yang secara actual dapat
menyebabkan masalah nutrisi klien tetapi didapatkan data inkoordinasi jari ke
hidung,tidak menutup kemungkinan klien juga mengalami inkoordinasi ke
mulut
6) B6 (Bone)
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan
yaitu hipperfleksia,inkoordinasi jari ke hidung, ketidakstabilan pada tekukan
lutut dan sedikit gemetar(tremor)
b. Pengkajian fungsi serebral:
Status mental : klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan
status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang .dan pada kasus klien mengalami kebingungan pada saat
mengikuti perintah
c. Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-
XII:
1) Saraf I ( Olfaktorius) tidak ada kelaianan fungsi penciuman
2) Saraf II (Optikus) tidak ditemukan data yang menjelaskan saraf II
3) Saraf III ( Okulomoto), IV( Troklearis) dan VI (Abdusen)). tidak ditemukan
adanya kelainan pada saraf ini
4) Saraf V ( Trigeminus).tidak ditemukan data yang menjelaskan saraf V
5) Saraf VII (Fasialis). Persepsi pengecapan dalam batas normal
6) Saraf VIII (Vestibulokoklearis).
7) Saraf IX (Glosofaringeal)
8) Saraf X (Vagus). Peningkatan nafsu makan
9) Saraf XI (Aksesorius).
10) Saraf XII.(Hipoglossus)
d. Pengkajian sistem Motorik
 Inspeksi umum :bradikinesia,hiperrefeksia,inkoordinasi jari ke hidung dan
ketidakstabilan pada tekukan lutut
.
e. Pengkajian Sistem sensorik
klien mengalami penurunan tusukan secara difus

2. Analisa Data Terapi Hiperbarik Pada Klien Dengan Demensia Alzheimer (AD)

DS: - Faktor lingkungan pekerjaan Risiko Jatuh


DO: dan pasca inhalasi gas alam (D.0143)
- Klien mengalami ↓
hiperrefleksia dan Kekusutan neurofibrillar
bradikinesia yang difus dan plak senilis
- Setelah penyelesaian ↓
HBOT ke 40, klien masih Atropi Otak
mengalami tremor. ↓
Degenerassi neuron
irreversible

Dimensia Alzheimer

Kehilangan fungsi
neurologis/tonus otot
DS: - Terapi HBO Risiko barotrauma
DO: ↓
- Klien masuk chamber Tekanan udara di ruang
dengan tekanan 1-2 ATA HBO meningkat
- Klien menerima 50 menit ↓
per hari, 5 hari per Kegagalan falsafah manuver
minggu, HBOT dalam 66 ↓
hari. Penekanan pada telinga,
- Klien mengalami sinus, atau gigi
inkordinasi jari ke hidung ↓
yang dapat menyebabkan Risiko perlukaan pada
klien kesulitan telinga, sinus, atau gigi
melaksanakan falsafah
manuver yang
mengharuskan klien
menutup hidung dan mulut
kemudian
menghembuskan nafas.
DS: - Terapi HBO Risiko cedera
DO: ↓ (D. 0136)
- Klien terlihat kebingungan Pintu masuk dan ruang
mengikuti perintah gerak di chamber sempit
- Klien terlihat sedikit ↓
gemetar Klien transfer (in/out) dari
- Klien mengalami chamber
bradikinesia ↓
- Klien mengalami Klien mengalami
ketidakstabilan pada bradikinesia dan
tekukan lutut yang hiperrefleksia
menyebabkan klien ↓
kesulitan dalam bergerak. Kesulitan dalam bergerak
dan berpindah
DS: - Terapi HBO Risiko keracunan oksigen
DO: ↓
- Klien melakukan terapi Pemberian O2 100% selama
HBO menghirup O2 100% 50 menit dalam RUBT
50 menit per hari 5 hari per ↓
minggu, HBOT dalam 66 Kadar O2 dalam tubuh
hari meningkat

Diagnosa Keperawatan :
1. Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan keseimbangan akibat dimensia (D.0143)
2. Risiko barotrauma telinga, sinus, gigi, dan paru-paru dibuktikan dengan perubahan
tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik
3. Risiko cedera dibuktikan dengan perubahan fungsi psikomotor akibat dimensia dan
klien transfer in dan out dari ruang chamber
4. Risiko keracunan oksigen dibuktikan dengan pemberian oksigen 100%.

3. Persiapan Terapi Hiperbarik


1. Pasien diminta untuk menghentikan kebiasaan merokoknya 2 minggu sebelum proses
terapi dimulai. Tobacco mempunyai efek vasokonstriksi sehingga mengurangi
penghantaran oksigen ke jaringan
2. Beberapa medikasi dihentikan 8 jam sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik antara
lain vitamin C, morvin dan alkohol
3. Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan tidak memakai
perhiasan , alat bantu dengar, lotion yang terbuat dari bahan dasar petroleum, kosmetik,
bahan yang mengandung plastik dan alat elektronik
4. Pasien tidak boleh menggunakan semua zat yang mengandung minyak atau alkohol
( yaitu kosmetik , hairspray, cat kuku , deodoran , lotion , cologne, parfum, salep )
dilarang karena berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik.
5. Pasien harus melepaskan semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir rambut dll,
sebelum memasuki ruang untuk mencegah goresan akrilik silinder di ruang hiperbarik.
6. Lensa kontak harus dilepas sebelum masuk ke ruangan karena pembentukan potensi
gelembung antara lensa dan kornea
7. Pasien jg tidak boleh membawa koran, majalah atau buku untuk menghindari, percikan
api karena tekanan oksigen yang tinggi beresiko menimbulkan kebakaran
8. .Sebelum pasien mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien dievaluasi terlebih
dahulu oleh seorang doktr yang menguasai bidang hiperbarik, Evaluasi mencakup
penyakit yang diderita oleh pasien, apakah ada kontra indikasi terhadap terapi oksigen
hiperbarik pada kondisi pasien.
9. Sesi perawatan hiperbarik tergantung tergantung pada kondisi penyakit pasien, pasien
umumnya berada pada tekanan 2,4 atm selama 90 menit. Tiap 30 menit terapi terapi
pasien diberikan waktu istirahat selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari
keracunan oksigen pada pasien
10. Terapi Oksigen hiperbarik memerlukan kerjasama multidisiplin sehingga satu pasien
dapat ditangani oleh berbagai ilmu kedokteran
11. Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil terapi dan melihat apakah
terjadi komplikasi hiperbarik pada pasien (Lakesla, 2009)

Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan pasien bernafas secara normal ( jangan menelan
udara ) dan menghindari makan besar atau makanan yang memproduksi gas atau minum
sebelum perawatan

Peran perawat dalam terapi HBO

1. PRA TERAPI HBO


a. Anamnesis (identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, kontra
indikasi)
b. Persiapan alat (masker, air minum, selimut, pispot)
c. Pemeriksaan tambahan bila perlu
d. d. Inform Consent (manfaat, proses, cara adaptasi ketika ada tekanan , benda2 yang tidak
boleh dibawa )
INTRA HBO

a. Bantu transfer input pasien


b. Safety klien

c. .Cek kembali barang-barang yang dibawa

d.. Ingatkan jangan terlambat falsafah

e. Monitor tanda-tanda barotrauma , keracunan O2

f. Monitor keadaan umum pasien

g. Koordinasi dengan operator atau dokter jika terjadi masalah

POST HBO

a. Bantu pasien keluar

b. Monitor tanda-tanda barotrauma, keracunan CO

c. Lepas masker

d. Rapikan atau bersihkan chamber

e. Pendokumentasian

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
Risiko Setelah Pencegahan Jatuh (I.14540)
jatuh dilakukan
(D.0143) asuhan
dibuktik keperawata
an n dengan
dengan terapi HBO
ganggua selama 5 X
n 50 menit
keseimb (dalam 1
angan minggu),
akibat diharapkan
dimensia Tingkat
Jatuh
(L.14136)
menurun
dengan
kriteria
hasil:
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
 Jatuh
saat
berjalan
cukup
menuru
n (4)
 Jatuh
saat
berdiri
cukup
menuru
n (4)
Koordinasi
Pergerakan
(L.05041)
meningkat,
dengan
kriteria
hasil:
 Kontrol
gerakan
cukup
meningk
at (4)
 Keseim
bangan
pergerak Orientasi Realita (I.09297)
an
cukup
meningk
at (4)
 Bradikin
esia
cukup
menuru
n (4)
 Hiperefl
eksia
cukup
menuru
n
 Kehalus
an
gerakan
cukup
meningk
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
at (4)

Risiko Tujuan: 1. Kelola dekongestan, instruksi dokter, sebelum


barotrau Setelah perawatan terapi oksigen hiperbarik
ma dilakukan 2. Sebelum perawatan instruksikan pada pasien
telinga, asuhan tentang teknik pengosongan telinga dengan
sinus, keperawata cara menelan, mengunyah, menguap
gigi, dan n dengan modifikasi manuver valsava , atau head tilt
paru- terapi HBO 3. kaji kemampuan pasien melakukan teknik
paru selama 2 pengosongan telinga saat tekanan dilakukan.
dibuktik jam, 4. Lakukan tindakan keperawatan :
an diharapkan 5. Ingatkan pasien untuk bernapas dengan normal
dengan tidak terjadi selama perubahan tekanan,
perubah barotrauma 6. Konfirmasi ET / manset Trach diisi dengan NS
an telinga, sebelum tekanan udara, dan
tekanan sinus gigi, 7. Beritahukan operator ruang multiplace jika
udara di dan paru- pasien tidak dapat menyesuaikan persamaan
dalam paru, atau tekanan.
ruang gas emboli 8. Dokumentasikan hasil pengkajian
oksigen serebral. 9. Monitor secara berkelanjutan untuk
hiperbar Kriteria mengetahui tanda-tanda dan gejala barotrauma
ik hasil: termasuk:
1. Pasien 10. Ketidakmampuan untuk menyamakan
tidak telinga, atau sakit di telinga dan / atau sinus
mengelu (terutama setelah pengobatan awal, dan setelah
h nyeri perawatan berikutnya)
pada 11. Peningkatan kecepatan dan / atau
telinga, kedalaman pernafasan
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
sinus 12. Tanda dan gejala dari pneumotoraks,
gigi dan termasuk:
paru- 13. tiba-tiba nyeri dada tajam
paru 14. Kesulitan, bernafas cepat
2. Tidak 15. Gerakan dada abnormal pada sisi yang
ditemuk terkena, dan
an 16. Takikardia dan / atau kecemasan
tanda- 17. Ikuti perintah dokter hiperbarik untuk
tanda manajemen pasien
barotrau
ma
berupa:
a. Ketid
ak
mamp
uan
untuk
meny
amak
an
teling
a,
nyeri
teling
a, dan
teling
a
berdar
ah
b. Kecep
atan
dan
kedal
aman
napas
menin
gkat
c. Nyeri
dada
yang
tajam,
napas
cepat
dan
abnor
malita
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
s
gerak
dada.
Risiko Setelah Pencegahan Cedera (I.14537)
cedera dilakukan
(D.0136) asuhan
dibuktik keperawata
an n dengan
dengan terapi HBO
perubah selama 1 X
an 50 menit,
fungsi diharapkan
psikomo Tingkat
tor Cedera
akibat (L.14136)
dimensia menurun
dan dengan
klien kriteria
transfer hasil:
in dan  Tolerans
out dari i
ruang aktivitas
chamber cukup
meningk
at (4)
Diharapkan
Tingkat
Demensia
(L.09096)
menurun
dengan
kriteria
hasil:
 Kemam
puan
mengiku Edukasi Keselamatan Lingkungan (I.12384)
ti
perintah
cukup
meningk
at (4)
Tingkat
Jatuh
(L.14136)
menurun
dengan
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
kriteria
hasil:
 Jatuh
saat
dipindah
kan
cukup
menuru
n (4)

Risiko Tujuan: 1. Catat hasil pengkajian pasien dari dokter


keracun Setelah hiperbarik :
an dilakukan 1) Peningkatan Suhu tubuh
oksigen asuhan 2) Riwayat penggunaan steroid
dibuktik keperawata 3) Riwayat kejang oksigen
an n dengan 4) Penggunaan vitamin C dosis tinggi atau
dengan terapi HBO aspirin
pemberi selama 2 5) FiO2> 50%, dan
an jam, 6) Faktor risiko tinggi lainnya
oksigen diharapkan 2. Monitor kondisi pasien saat terapi berlangsung
100% tidak terjadi dan dokumentasikan tanda dan gejala dari
keracunan keracunan oksigen pada sistem saraf pusat :
oksigen. 1) mati rasa dan berkedut
Kriteria 2) Telinga berdenging atau halusinasi
hasil: pendengaran l
1. Pasien 3) Vertigo
tidak 4) penglihatan kabur
mengelu 5) gelisah dan mudah tersinggung dan
h pusing 6) mual
2. Tidak 3. Ubah sumber oksigen 100% untuk pasien jika
Hari Wa Masalah Tujuan Intervensi Keperawatan
/ ktu Keperaw dan
Tang atan Kriteria
gal Hasil
ditemuk tanda-tanda dan gejala muncul, dan
an beritahukan kepada dokter hiperbarik.
tanda- 4. Monitor pasien selama terapi oksigen
tanda hiperbarik dan dokumentasikan tanda dan
keracun gejala keracunan oksigen paru, termasuk:
an 1) Nyeri dan rasa terbakar di dada
oksigen 2) sesak di dada
berupa: 3) batuk kering (terhenti-henti)
a. Mati 4) kesulitan menghirup napas penuh, dan
rasa 5) Dispneu saat bergerak
dan 5. Memberitahukan dokter hiperbarik jika tanda-
berke tanda dan gejala keracunan oksigen paru
dut muncul.
b. Verti
go
c. Pengl
ihata
n
kabur
d. Mual

5.Mekanisme Perbaikan Fungsi Otak pada kasus Alzheimer Disease dengan Pemberian
HBOT
Empat proses patologis telah telah identifikasi pada Alzheimer Disesase, yaitu

1) Hipoperfusi vaskuler otak (dan terganggunya mikrosirkulasi) dengan disfungsi


mitokondria terkait.
2) Pemasukan protein destruktif (intraseluler neurofibrillary tangles--phosphorylated dan
agregat protein tau), dan plak amiloid ekstraseluler
3) Stres oksidatif yang tidak terkendali

4) Proses kekebalan proinflamasi, sekunder terhadap disfungsi mikroglial dan astrocytic di

otak. Meskipun sebagian besar kasus bersifat sporadis, predisposisi genetik dan perubahan

epigenetik telah terlibat.

HBOT menargetkan semua empat dari proses patologis pada Alzheimer Disease, yaitu
dengan

1) Mempengaruhi mikrosirkulasi disfungsi mitokondria dan biogenesis.


2) Mengurangi beban amiloid dan ada fosforilasi.

3) Mengendalikan stres oksidatif.

4) mengurangi peradangan.

Pemberian oksigen tingkat tinggi (100%) pada HBOT meningkatkan perbaikan vaskularusasi,

perbaikan jaringan yang hipoksia dan yang mengalami pembengkakan atau edema. HBOT

pada Alzheimer Disesase terbukti meningkatkan metabolisme otak secara keseluruhan (6,5

38%), termasuk daerah aliran cairan otak dan cingulate posterior (Harch G. P &Fogarty F. E,

2018)

6. Prosedur pelaksanaan terapi Hiperbarik Oksigen


Prosedur penatalaksanaan hiperbarik oksigen adalah sebagai berikut

(Lakesla, 2009):

1. Sebelum Terapi Hiperbarik Oksigen

Dokter jaga HBO dan perawat (tender) melaksanakan:

1) Anamnesis

Identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, kontra

indikasi absolut dan relative untuk terapi HBO.

2) Indikasi HBO

Beberapa indikasi penyakit yang bisa diterapi HBO adalah penyakit

dekompresi, emboli udara, keracunan gas CO, HCN, H2S, infeksi seperti

gangren, osteomyelitis, lepra, mikosis, pada bedah plastik dan rekonstruksi

seperti luka yang sulit sembuh, luka bakar, operasi re-implantasi dan operasi

cangkok jaringan. Keadaan trauma seperti crush injury, compartment

syndrome dan cidera olahraga. Gangguan pembuluh darah tepi berupa syok,

MCI, operasi bypass jantung dan nyeri tungkai iskemik, bedah ortopedi

seperti facture non-union, cangkok sclerosis, migrain, edema cerebri, multi


infrak demensia, cedera medulla spinalis, abses otak dan neuropati perifer.

Asfiksi seperti tenggelam, inhalasi asap, tercekik. Kondisi masa rehabilitasi

seperti hemiplegi spastik stroke, paraplegi, miokard insusfisiensi kronik dan

penyakit pembuluh darah tepi.

Kontra indikasi absolut, yaitu penyakit pneumothorak yang belum

ditangani. Kontra indikasi relatif yaitu meliputi keadaan umum lemah,

tekanan darah sistolik >170 mmHg atau <90 mmHg. Diastole >110

mmHgatau <60 mmHg. Demam tinggi >380C, ISPA (infeksi saluran

pernafasan atas), sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup),

penyakit asma, emfisema dan retensi CO2, infeksi virus, infeksi aerob seperti

TBC, lepra, riwayat kejang, riwayat neuritis optik, riwayat operasi thorak dan

telinga, wanita hamil, penderita sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin,

bleomycin.

3) Pemeriksaan fisik lengkap.

4) X-foto thorak PA

5) Pemeriksaan tambahan bila dianggap perlu yaitu:

(1) EKG

(2) Bubble detector untuk kasus penyelaman

(3) Perfusi da PO2 transcutanes

(4) Laboratorium darah

(5) Konsultasi dokter spesialis

6) Menerangkan manfaat, efek samping, proses dan program terapi HBO, yaitu:

(1) Terapi dilaksanakan di dalam Ruang Udara Bertekanan tinggi.

(2) Cara adaptasi terhadap perubahan tekanan yaitu mannuver valsava atau

equalisasi.
(3) Bernafas menghirup O2 100% melalui masker selama 3 x 30 menit untuk

table terapi Kindwall atau sesuai table terapi kasus penyelaman.

(4) Efek samping: barotrauma, intoksikasi oksigen.

(5) Selama terapi didampingi oleh seorang perawat.


(6) Menandatangani inform consent.

3) Selama Terapi Hiperbarik Oksigen

1) Selama proses kompresi, tender membantu adaptasi peserta terapi HBO

terhadap peningkatan tekanan lingkungan.

2) Selama proses menghirup O2 100%

(1) Observasi tanda-tanda intoksikasi oksigen seperti pucat, keringat

dingin, twitching, mual, muntah dan kejang. Bila terjadi hal demikian

maka perawat akan memberitahukan kepada petugas diluar baahwa

terapi dihentikan sementara sampai menunggu kondisi penderita baik,

kemudian penderita dikeluarkan dan diberikan perawatan sampai

kondisi adekuat.

(2) Observasi tanda-tanda vital dan keluhan peserta terapi HBO

(3) Untuk kasus penyelaman, observasi sesuai keluhan, yaitu: gangguan

motorik dan sensorik, rasa nyeri.

3) Selama proses dekompresi perawat membantu adaptasi peserta terapi

HBO terhadap pengurangan tekanan lingkungan dengan valsava

maneuver, menelan ludah atau minum air putih.

4) Setelah Terapi Hiperbarik Oksigen

Dokter dan perawat jaga HBO melaksanakan anamnesis setelah terapi, evaluasi

penyakit, evaluasi ada tidaknya efek samping. Bila kondisi baik maka pasien akan

dikembalikan ke ruang perawatan seperti semula.


DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer’s Association. 2011. Alzheimer’s Fact And Figure 2011, www. demensia-in

europe. Diakses tanggal 28 agustus 2015

Brunner and Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Agung
Waluyo, et al, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Devaraj. Divya, D. Sriskthi (2014). Hyperbaric Oxygen Theraphy “Can it be the new era in

density. Departemen of Public Helath Density, Saveethe Dental College:India

Dismalyansia. (2019). Pengaruh Hiperbarik Terhadap Kualitas Hidup Penderita Ulkus Kaki

Diabetik di RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga.

Handajani, YS. 2006. Indeks Pengukuran Disabilitas dan Prediksi Kualitas Hidup Pada

Masyarakat Lanjut Usia di DKI Jakarta (Suatu Upaya Memperkirakan Kemandirian

Lanjut Usia). [Disertasi]. Depok :Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Lasman. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diagnosa Medis Dimensia

Alzheimer di RSUD DR.Ishak Tulungagung. Skripsi. STIKES Hutama Abdi Husada

Mahdi, H. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Lakesla, Surabaya.

Tiang Liang, Oumei Cheng. (2015). Hyperbaric Oxygen Therapy in China. Medical Research

: China. DOI. 10.1186/5131618_015_0024_4.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi I.

Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi I.

Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi I. Jakarta:

Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi I. Jakarta:

Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai