Anda di halaman 1dari 21

2

Landasan Teori

1. Definisi
Tinitus berasal dari bahasa Latin “tinnere” yang artinya dering. Tinitus
adalah persepsi bunyi yang diterima pasien tanpa adanya stimulus suara dari luar
telinga. Tinitus dapat bersifat objektif dan subjektif. Tinitus subjektif adalah
tinitus yang hanya dapat didengar pasien sendiri tanpa dapat didengar oleh
pemeriksa atau orang lain. Tinitus subjektif lebih banyak dijumpai dalam praktek
sehari-hari (Nugroho, dkk. 2015).
Tinitus ada 2 macam yang terbagi atas tinitus obyektif dan tinitus
subjektif. Tinitus obyektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga didengar oleh
pemeriksa atau dapat juga dengan auskultasi di sekitar telinga. Sifatnya adalah
vibritorik yang berasal dari vibrasi atau getaran sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga. Sedangkan tinitus subjektif terjadi apabila suara
hanya terdengar oleh pasien sendiri, dan jenis tinitus ini yang paling sering terjadi.
Sifat dari tinitus subjektif adalah nonvibratorik karena adanya proses iritatif
ataupun perubahan degenaratif pada traktus auditorius yang dimulai dari sel-sel
rambut getar koklea sampai pada pusat saraf dari pendengar (Agustini. 2016).

2. Etiologi
Menurut Agustini (2016) Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya
tinitus. Beberapa diantaranya adalah:
1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan.
4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit
Meniere's, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi otoakustik.
5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit
sistemik seperti anemia.

5
Menurut Willy (2019)Pada kasus yang jarang terjadi, telinga berdengung
dapat disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah, misalnya:
1. Tumor yang menekan pembuluh darah dikepala atau leher.
2. Gangguan aliran darah akibat penyempitan pembuluh darah di leher.
3. Pembuluh darah abnormal yang terhubung satu dengan yang lain.
4. Penumpukan kolesterol di dalam pembuluh darah dekat telinga bagian
tengan dan dalam.
5. Tekanan darah tinggi.

3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius
yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan
berasal dari bunyi eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan
berasal dari sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri.

Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti
bergemuruh atau nada tinggi seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus
atau hilang timbul terdengar (Agustini. 2016).
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga
terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan
konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan
inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut atau pulsasi tinitus. Tinitus dengan
nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan

liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan
lain-lain. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan
pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus
jugulare(Agustini. 2016).
Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya
seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis.
Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba
Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan
terjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius,

serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan

4
vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis, maka suara aliran darah akan
mengakibatkan tinitus juga (Agustini. 2016).
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus
pada nada rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.
Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskuler
koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan
keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat
hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila
keadaannya sudah kembali normal(Agustini. 2016).

;
PATHWAY Aktivitas elektrik disekitar nervus Auditorius

lmpuls abnormal

Ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga

Penumpukan serumen Meinere’s syndrome Keracunan obat/ototoksisitas

Penyumbatan telinga Dipicu oleh Kerusakan saraf


ketidaknormalan kadar vestibulokoklea
cairan (endolymph)

Penurunan pendengaran Tuli sensorineural

Tuli konduksi

Tinnitus

Paparan suara bising yang terlalu kuat

Stereocilia pada organo corti


terdefleksi secara lebih kuat

Direspon oleh sistem saraf pusat

Pendengaran terganggu Suara yang didengar


berulang/terlalu tinggi
Berupa suara berdengung

Gangguan persepsi sensori Gangguan komunikasi verbal


Merasa
Sulit untuk
tidur
tidak
nyaman

Gangguan pola
Gangguan rasa
tidur
nyaman

6
Kerusakan sel rambut dan stereocilia

Adanya hiperpolaritas dan hiperaktivitas


sel rambut

Adanya impuls terus menerus ada an lion saraf


enden aran

Ketulian (hearing loss)

6
4. Manifestasi Klinis
Tinnitus ditandai dengan sensasi mendengar bunyi, padahal tidak ada
suara disekitarnya. Penderit tinnitus bisa mengalami sensai bunyi pada salah satu
telinga atau pada kedua telinga. Sensai bunyi tersebut berupa :

8. Dengung
9. Desis
10. Detak
11. Gemuruh, dan
12. Raung (Willy. 2019).

5. Komplikasi
Menurut dr. Tjin Willy tahun 2019 Telinga berdenging yang terjadi secara
terus menrus dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Beberapa kondisi
yang bisa terjadi akibat telinga berdenging adalah:
13. Depresi
14. Sulit tidur
15. Sulit berkonsentrasi
16. Mudah marah

6. Penatalaksanaan
Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan
penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.
Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
17. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan
intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinitus masker.
18. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan
relaksasi setiap hari.
19. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas.
Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan.
Adapun jenis obat yang dapat secara konsisten efektif pada pengobatan
jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian beberapa

0
jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus,
seperti:
a. Vitamin B dan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yang secara
empiris telah digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh:
penyakit Meniere's)
b. Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan.
c. Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi
dan mencegah tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat
membatasi vitamin A dalam penggunaan praktis.
d. Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan
aktivitas system saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol
tinnitus.
e. Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang.
f. Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan.
20. Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan
untuk mengoreksi sumber penyebab. Misalnya: stapedektomi untuk kelainan
otosklerotik, lainnya adalah koklear implant. Pertimbangan juga dapat
diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8 divisi koklearis,
walaupun hasilnya tidak dapat diprediksikan.. dan tentu saja hanya bisa
dilakukan terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak
berat alias tuli berat yang tidak mungkin lagi dikoreksi (Agustini. 2016).

Menurut dr. Tjin Willy tahun 2019 tidak semua tinnitus dapat dicegah.
Namun dalam beberapa kasus, telinga berdenging dapat dicegah dengan
melakukan sejumlah langkah berikut :

1. Menyetel musik dengan suara yang tidak terlalu kersa, terutama bila
mendengar melalui headphone.
2. Mengenakan pelimdung telinga, terutama bila anda berprofesi sebagai
tentara, musisi atau pekerja pabrik.
3. Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, yaitu dengan pola makan
sehat dan rutin berolahraga.

8
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu mulai dari melihat keadaan rongga
mulutnya, telinga luar, membran timpani, cranial nerve V, VII dan VII,
temporalnya, dll. Kemudian dilakukan otoskopi untuk melihat ada atau tidaknya
penyakit di telinga luar dan tengah, mengetahui ada tidaknya infeksi cerumen,
serta melihat kondisinya normal atau abnormal. Selain itu pemeriksaan audiologi
yang wajib dilakukan, diantaranya PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech
Test, Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks. Pemeriksaan vestibuler
juga dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan sistem vestibulernya. Saat ini,
sudah diciptakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi tinitus, yang
diistilahkan dengan tinnitus treatment, dan nama alat tersebut adalah neuromonic
(Agustini. 2016).

1
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin :Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak
terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Tinnitus
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak
terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Tidak terkaji
2) Riwayat kesehatan sekarang
Tinnitus
P (Provokating) : Tidak
terkaji Q (Quality) : Tidak

4<
terkaji

4<
R (Region) : Tidak
terkaji S (Severity/Skala) : Tidak
terkaji T (Time) : Tidak
terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2) Pernah dirawat : Tidak terkaji
3) Alergi : Tidak terkaji
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Tinnitus
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c. Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Tidak terkaji
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah

44
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak
terkaji f. Pola Persepsi-
Konsep diri : Tidak
terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji
HR : tidak
terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
N : Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji

12
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji

12
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : Tidak terkaji
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher :
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : Tidak terkaji
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji

15
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan otoskopi. PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech
Test, Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks
6. Penatalaksanaan
- Elektrofisiologik
- Psikologik
- Terapi medikamentosa
- Pembedahan

B. Diagnosis Keperawatan
7. Gangguan persepsi sensori D.0085
8. Gangguan rasa nyaman D.0074
9. Gangguan pola tidur D.0055
10. Gangguan komunikasi verbal D. 0119

14
3.2 Intevensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI Rasional
1.
Gangguan persepsi sensori Fungsi sensori (L.06048) Manajemen halusinasi (I. 09288) Manajemen halusinasi (I. 09288)
(Pendengaran) D.0085 Setelah melakukan pengkajian Definisi : mengidentifikasi dan Observasi :
Kategori: Psikologi selama 3 × 24 jam tingkat mengelola peningkatan keamanan, 1. Halusinasi
Ha adalah gangguan
Subkategori: integritas Ego Fungsi sensosi membaik, kenyamanan dan orientasi realita persepsi yang menyebabkan
Tindakan : seseorang melihat, mendengar,
Definisi dengan criteria hasil :
Observasi : atau mencium sesuatu yang
Perubahan persepsi terhadap stimulasi Keluhan Ketajaman pendengaran
sebenarnya tidak ada. Halusinasi
1. Monitor perilaku yang
baik internal maupun eksternal yang meningkat dari skala 1 bisa disebabkan oleh gangguan
mengindikasikan halusinasi
disertai dengan respon yang (menurun) menjadi skala 5 2. Monitor isi halusinansi (mis. mental, penyakit tertentu, atau efek
berkurang, berlebihan atau distorsi. (meningkat ) Kekerasan atau membahayakan samping obat-obatan.
Penyebab (PPNI, 2019). 2. Halusinasi juga bisa disertai
diri'
oleh delusi, yaitu keyakinan
1. Gangguan penglihatan Terapeutik
terhadap sesuatu yang tidak ada atau
2. Gangguan pendengaran 1. Pertahankan lingkungan yang tidak sesuai dengan keadaan
3. Gangguan penghidu aman sebenarnya. Misalnya, seseorang
4. Gangguan perabaan 2. Diskusikan perasaan dan respon merasa memiliki kekuasaan dan
5. Hipoksia serebral terhadap halusinasi sangat dekat dengan orang-orang
6. Penyalahgunaan zat Edukasi terkenal, padahal pada kenyataannya
7. Usia lanjut tidak
1.Anjurkan memonitor sendiri
8. Pemajanan toksin lingkungan Terapeutik :
situasi terjadi halusinasi 1. Lingkungan yang nyaman bagi
Gejala dan Tanda Mayor 2. Anjurkan melakukan distraksi penderita halusinasi sangatlah
Subjektif (mis. Mendengarkan musik, penting, umumnya penderitan
1. Mendengar suara bisikan atau melakukan aktivitas, dan teknik halusinasi tidak di rekomendasikan
melihat bayangan relaksasi) untuk berada di lingkungan yang
2. Merasakan sesuatu melalui ramai karena akan memunculkan
3. Ajarkan pasien dan keluarga
indera perabaan, penciuman atau fikiran fikiran lain yang bisa
cara mengontrol halusinasi
pengecapan. membuat penderita tidak nyaman
Kolaborasi 2. Halusinasi adalah sensasi yang
Objektif
1. Kolaborasi pemberian obat diciptakan oleh pikiran seseorang
1. Distorsi sensori tanpa adanya sumber yang nyata.
antipsikotik dan antiansietas,jika
2. Respons tidak sesuai perlu Gangguan ini dapat memengaruhi
3. Bersikap seolah melihat, kelima panca indera. Seseorang
(PPNI, 2018).
mendengar, mengecap, meraba disebut berhalusinasi ketika dia
atau mencium sesuatu

Gejala dan Tanda Minor melihat, mendengar, merasa, atau


Subjektif mencium suatu aroma yang
1. Menyatakan kesal sebenarnya tidak ada. Hal-hal ini
hanya ada di dalam pikiran mereka.
Objektif
Edukasi :
1. Menyendiri
1. Pasien diajarkan memonitor diri
2. Melamun sendiri saat terjadi halusinasi
3. Konsentrasi buruk tujuannya yaitu agar klien bisa
4. Distorsi waktu, tempat,orang mengontrol dirinya pada saat terjadi
atau situasi halusinasi dan juga agar pasien bisa
5. Curiga meng etahu i apa yang harus
6. Melihat ke satu arah diperbuat. Tujuan lainnya juga
7. Mondar mandir untuk memendirikan pasien
2. Tehnik distraksi terdiri dari 3, yaitu:
8. Bicara sendiri
distraksi melawan dengan suara
Kondisi klinis keras, distraksi menghindar melalui
terkait 1. Glaukoma bercakap-cakap dengan orang lain
2. Katarak dan distraksi mengalihkan dengan
3. Gangguan refraksi (miopia, melakukan aktifitas terjadwal.
hiperopia, astigmatisma, Fokus penelitian ini pada tehnik
presbiopia) distrak si menghardik yang
4. Trauma okuler dikombinasikan dengan terapi
5. Trauma pada saraf kranialis II, spiritual.
III, IV akibat stroke aneurima 3. Cara mengontrol halusinasi klien
bisa dengan cara menghardik,
intrakranial, trauma/tumor otak.
mengontrol halusinasi dengan cara
6. Infeksi okuler bercakap-cakap dengan orang lain,
7. Presbikusis
8. Malfungsi alat bantu dengar melnagkounktaronolkhegailautsain ats
9. Delirium
eirjaddewngaal.n cara
10. Demensia
Kolaborasi :
11. Gangguan amnestik 1. Apabila halusinasi yang di rasakan
12. Penyakit terminal klien tidak membaik dan sudah
13. Gangguan psikotik diupayakan, klien bisa diberikan
(PPNI, 2017). obat antiasietas atau antipsikotik.
2.
Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) Terapi relaksasi (I.09326)
Status Kenyamanan
Kategori: Psikologi
(L.08064) Terapi relaksasi (I.09326)
Subkategori: Nyeri Dan Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan Definisi
Obserνasi
16
- Dalam fisika, energi adalah properti

16
Definisi keperawatan 3x24 jam, Menggunakan teknik peregangan fisika dari suatu objek, dapat berpindah
Perasaan kurang senang, lega dan masalah resiko infeksi melalui interaksi fundamental, yang
untuk mengurangi tanda dan
sempurna dalam dimensi fisik, diharapkan dapat teratasi dapat diubah bentuknya namun tak
psikospiritual, lingkungan dan social. dengan indicator : gejala ketidaknyamanan seperti
dapat diciptakan maupun dimusnahkan.
Keluhan tidak nyaman
Penyebab nyeri, ketegangan otot, atau Konsentrasi adalah pemusatan
menurun dari skala 1
1. Gejala penyakit perhatian, pikiran, jiwa dan fisik pada
(meningkat) menjadi skala 5 kecemasan Tindakan
2. Kurang pengendalian sebuah objek. Menurut kamus Bahasa
(menurun) Obserνasi
situasional/lingkungan Indonesia pengertian konsentrasi adalah
(PPNI, 2019).
3. Ketidakadekuatan sumber daya - Identifikasi penurunan Pemusatan perhatian atau pikiran pada
(mis. dukungan financial, tingkat energy, suatu hal
sosial,dan pengetahuan) - Relaksasi dalam psikologi, adalah
ketidakmampuan
4. Kurangnya privasi keadaan emosional makhluk hidup,
5. Gangguan stimulus lingkungan berkonsentrasi ataugejala lain ketegangan rendah, di mana tidak ada
6. Efek samping terapi yang mengganggu gairah yang bisa berasal dari sumber-
7. Gangguan adaptasi kehamilan sumber seperti kemarahan, kecemasan,
kemampuan kognitif
Gejala dan Tanda Mayor atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
Subjektif - Identifikasi teknik relaksasi
relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
1. Mengeluh tidak nyaman yang pernah efektif bebas dari ketegangan dan kecemasan
Objektif - Kesediaan adalah kesanggupan
digunakan
1. Gelisah (kerelaan) untuk berbuat sesuatu. Arti
Gejala dan Tanda Minor - Identifikasi kesediaan,
lainnya dari kesediaan adalah kesudian.
Subjektif kemampuan, dan - Otot tegang merupakan kondisi
1. Mengeluh sulit tidur penggunaan teknik cedera otot yang terjadi
2. Tidak mampu rileks karena otot mengalami peregangan yang
sebelumnya
3. Mengeluh berlebihan akibat aktivitas fisik. Selain
kedinginan/kepanasan - Periksa ketegangan otot, peregangan yang berlebihan, otot tegang
4. Merasa gatal frekuensi nadi, tekanan darah, juga dapat disebabkan adanya kerusakan
5. Mengeluh mual pada tendon. Secara umum, hal ini
dan suhu sebelum dan
6. Mengeluh lelah terjadi akibat tekanan dan aktivitas berat
Objektif sesudah latihan.
yang lebih dari biasanya
- Monitor respon terhadap
1. Menunjukkan gejala distress - Relaksasi dalam psikologi, adalah
terapi relaksasi

2. Tampak merintih/menangis Terapeutik tersedia(mis. Music ,


3. Pola eliminasi berubah meditasi, napas dalam,
- Ciptakan lingkungan tenang
4. Postur tubuh berubah
dan tanpa gangguan dengan relaksasi otot progresif)
5. Iritabilitas
Kondisi klinis terkait pencahayaan dan suhu

1. Penyakit Kronis ruang


2. Keganasan
3. Distres psikologis nyaman , jika
4. Kehamilan memungkinkan.
(PPNI, 2017). - Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai

Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan , dan jenis
relaksasi yang
18
keadaan emosional makhluk hidup, merupakan suatu keadaan telah Pakaian adalah kebutuhan pokok
ketegangan rendah, di mana tidak ada terpenuhinya kebutuhan dasar manusia manusia selain makanan dan tempat
gairah yang bisa berasal dari sumber- yang bersifat individual akibat beberapa berteduh/tempat tinggal. Manusia
sumber seperti kemarahan, kecemasan, faktor kondisi lingkungan membutuhkan pakaian untuk
atau ketakutan. Menurut kamus - Relaksasi dalam psikologi, adalah melindungi
Oxford, keadaan emosional makhluk hidup,
ketegangan rendah, di mana tidak ada
relaksasi adalah saat tubuh dan
pikiran bebas dari ketegangan dan gairah yang bisa berasal dari sumber-
kecemasan.
sumber seperti kemarahan, kecemasan,
Terapeutik
atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
- Kenyamanan adalah suatu kondisi
relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
perasaan seseorang
bebas dari ketegangan dan kecemasan
yang merasa nyaman berdasarkan
- Pakaian adalah bahan tekstil dan serat
persepsi masing-masing
yang digunakan sebagai penutup tubuh.
individu. Sedangkan nyaman

Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan respiratory distress syndrome sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat sebelumnya. (Brunner & Suddart. 2002)

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. (Brunner & Suddart. 2002)

18
-

Pustaka

Daftar

Dimas, N,.Muyassaroh., Zulfikar, N. (2015) Hubungan Frekuensi dan Intensitas

Tinitus Subjektif dengan Kualitas Hidup Pasien. Fakultas

KedokteranUniversitas Diponegoro/Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.

Departemen Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher. ORLI Vol.

45 No. 1.

Gaspar., Michael., matej, B., Stella., Ivan. (2011). Components Of Metabolic

Syndrom and Their Relation to Tinitus. www incophen.com, dikutip

tanggal 20 April 2016

Kerry., Audrey., Matthew. (2016). Evaluation of Tinitus in the Emergency

Departement. University of Texas Health Science Center at Houston.

California Academy of Science USA. tanggal 20 September 2016.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Hipertensi. Pusat Data dan

Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. dikutip

tanggal 20 April 2016

18

Anda mungkin juga menyukai