Anda di halaman 1dari 22

Tinitu

s
Oleh:
Ardis Trianita Adilla 1740312212
Bunga Julia F.T 1740312259

Preseptor:
dr.TELINGA
Rossy Rosalinda,
HIDUNG TENGGOROKSp.THT-KL, FICS
BEDAH KEPALA LEHER

RSUP DR. M.DJAMIL PADANG


BAGIAN ILMU
2019PENYAKIT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ANDALAS
Pendahuluan
Tinitus berasal berasal dari bahasa latin ‘‘tinnire’’  dering atau membunyikan

 Prevalensi di dunia
Tinitus 10,1 %-14,5% dan
 Sering pada usia 10-
70 tahun
 Mengenai semua
jenis kelamin dan
semua ras

Gangguan pendengaran berupa sensasi


suara tanpa adanya rangsangan dari luar,
dapat berupa sinyal mekanoakustik
maupun listrik

Mendenging, menderu, mendesis, atau


berbagai macam bunyi lainnya
Tujuan • Mengetahui anatomi dan fisiologi telinga, serta definisi,
epidemiologi, etiologi, petogenesis, diagnosis,
Penulisan tatalaksana,komplikasi dan prognosis tinitus.

Metode • Studi kepustakaan yang merujuk pada berbagai


Penulisan literatur.

Manfaat • Menambah wawasan dan pemgetahuan mengenai


Penulisan tinitus.
Tinjauan Pustaka
Anatomi Telinga

 Organ pendengaran perifer : telinga luar,


telinga tengah, telinga dalam dan saraf
kokhlearis sedangkan

 Organ pendengaran sentral : Nukleus


koklearis, nukleus olivatorius superior,
lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan
kortek serebri lobus temporalis area
wernicke

Skema organ pendengaran perifer dan sentral.


Tinjauan Pustaka
Anatomi Telinga Luar

 Aurikulum  Tulang rawan fibro elastis yang


dilapisi kulit, berbentuk pipih dan
Telinga luar bagian akustikus eksternus (MAE) permukaannya tidak rata.
dan membran telinga yang terdapat di lateral dari  Bagiannya  Heliks, antiheliks, tragus,
membran timpani (MT) antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak
mengandung tulang rawan ialah lobulus
Tinjauan Pustaka

 MT Berbentuk kerucut dengan puncaknya


disebut umbo , dasar MT tampak sebagai
bentukan oval

 MT dibagi dua bagian : Pars tensa dengan tiga


lapisan: Lapisan skuamosa, lapisan mukos, lapisan
fibrosa, pars flasida dengan dua lapisan : lapisan
skuamosa dan lapisan mukosa.

 MT bagian medial disuplai cabang arteri


aurikularis posterior, lateral oleh ramus timpanikus
cabang arteri aurikularis profundus.

Gambar membran timpani


Tinjauan Pustaka
Anatomi Telinga Tengah

 Ruang telinga tengah (kavum tympani) dilapisi oleh


membran mukosa.
 Batas :
- Medial : Promontorium,
- Lateral : Membran Timpani
- Anterior : Muara tuba Eustachius,
- Posterior : Aditus ad antrum dari mastoid  Tiga tulang pendengaran : Maleus, incus dan
- Superior : Tegmen timpani fossa kranii stapes yang saling berikatan dan
- Inferior : Bulbus vena jugularis. berhubungan membentuk artikulasi.

• Terdapat dua buah otot yaitu m. tensor


timpani dan m. Stapedius

• Suplai darah untuk kavum timpani : arteri


timpani anterior, arteri stylomastoid, arteri
petrosal superficial, arteri timpani inferior.
Tinjauan Pustaka
Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di dalam tulang temporal


bagian petrosa, di dalamnya dijumpai labirin
periotik yang mengelilingi struktur TD : Labirin dan
rongga TD yang dilapisi epitel.

Labirin terdiri dari 3 bagian :


 Pars superior : utrikulus dan saluran
semisirkularis
 Pars inferior : Sakulus dan koklea
 Pars intermedia. duktus dan sakus
endolimpaticus

TD disuplai  arteri auditorius interna cabang dari


arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri
Tinjauan Pustaka
Fosiologi Telinga

Energi bunyi di Dialirkan melalui Getaran


Tulang
tangkap oleh daun udara atau tulang diteruskan ke
Pendengaran
telinga ke koklea Membran Timpani

Pelepasan Rangsangan Mendorong Membrana


Neurotransmitter mekanik sehingga Endolimfe Meissner
kanal ion terbuka

Ke korteks
Potensial aksi ke pendengaran di
saraf auditorius lobus temporalis
Tinjauan Pustaka
Tinitus
Definisi Tinitus →

 Salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya
rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik

 Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi


mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi
lainnya
Tinjauan Pustaka
Klasifikasi
Klasifikasi Tinitus
Tinitus
Tinitus subjektif Hanya dirasakan oleh penderita
Tinitus objektif Suara juga dapat didengar oleh pemeriksa (contohnya
krepitasi sendi temporamandibular, bruit pada
malformasi vaskular)

Tinitus pulsatil Tinitus yang bersifat pulsasi teratur, dapat


bersifat subjektif maupun objektif
Tinitus primer Tinitus dapat berkaitan dengan tuli sensorineural
(SNHL) maupun tidak. Jika terkait dengan SNHL gejala
terjadi simetris
Tinitus Tinitus yang terjadi akibat kausal tertentu (selain SNHL)
sekunder
Tinitus akut Terjadi <6 bulan
Tinitus kronis Terjadi >6 bulan
Tinjauan Pustaka
Kerusakan kelainan somatik
nervus daerah leher Kelainan Kelainan
Vestibulokoklear dan rahang Metabolik Neurologis
is

Etiologi Kelainan
Obat-obatan
tinitus Psikogenik

Gangguan Kelainan
Mekanik Konduksi Lainnya Vaskular
Tinjauan Pustaka
Tinitus
Patogenesis →

Aktifitas elektrik pada Berasal dari


area auditoris yang sumber impuls
Tinitus menimbulkan abnormal atau
perasaan adanya bunyi
dari diri sendiri

Nada tinggi

Nada rendah Gangguan Konduksi


Tinjauan
Pustakadiagnosis tinitus.
Anamnesis merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam penegakan

Perlu ditanyakan:
1. Kuantitas dan kualitas tinitus

2. Lokasinya
gemuruh,seperti riak air)
3. Durasinya

4. Sifatnya (mendenging,
pengengaran,
mendesis, gejala
menderu, neurologik lain)
berdetak,
Tinjauan Pustaka

 Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi  harus secara rutin dilakukan


 Pemeriksaan penala
 Audiometri nada murni
 Audiometri tutur
 Bila perlu dilakukan pemeriksaan OAE (Otoacustic Emission), BERA
(Brainstem Evoked Response Audiometri) dan atau ENG (Electro
Nystagmpgraphy) untuk evaluasi gangguan pendengaran
 laboratorium.
Tinjauan Pustaka

Pendekatan diagnostik Tinitus


Tinjauan Pustaka
 Penatalaksanaan tinitus merupakan masalah yang kompleks
 Perlu diketahuinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai penyebabnya
 Kadang-kadang penyebabnya sukar diketahui.
 Penatalaksanaan bertujuan untuk meghilangkan penyebab tinitus dan atau
keparahan akibat tinitus
 Pada tinitus yang jelas diketahui penyebabnya baik lokal maupun sistemik, 
tinitus dapat dihilangkan bila penyakit yang mendasarinya diobati.
 Pada tinitus yang penyebabnya tidak diketahui maka penatalaksanaannya lebih
sulit dilakukan.
Jastreboff: Konseling terpimpin + terapi akustik (medikamentosa bila
diperlukan) → Tinnitus Retraining Therapy (TRT)
Tujuan TRT → memicu dan menjaga reaksi habituasi dan presepsi tinitus dan
atau suara lingkungan yang mengganggu
Tinjauan Pustaka
Pada tinitus yang jelas diketahui penyebabnya (lokal
maupun sistemik) → tinitus dapat dihilangkan bila
penyakit yang mendasarinya diobati
Pada tinitus yang penyebabnya tidak diketahui →
penatalaksanaannya lebih sulit dilakukan
Jastreboff: Konseling terpimpin + terapi akustik
(medikamentosa bila diperlukan) → Tinnitus Retraining
Therapy (TRT)
Tujuan TRT → memicu dan menjaga reaksi habituasi dan
presepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang
mengganggu
4 cara pengobatan tinitus secara umum:
1.Psikologik
Konsultasi psikologik → meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidak membahayakan, mengajarkan relaksasi
setiap hari
2.Elektrofisiologik
Stimulus elektroakustik dengan intensitas suara yang lebih
keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau
tinitus masker
Tinjauan Pustaka
4 cara pengobatan tinitus secara umum:
3. Terapi medikamentosa
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliaran darah koklea,
transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik,
vitamin,
dan mineral
4.Tindakan bedah
Kasus tumor akustik neuroma
Kesimpulan

 Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara
tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun
listrik.

 Anamnesis merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam penegakan
diagnosis tinitus.

 Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan, pemeriksaan
penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, bila perlu dilakukan
pemeriksaan OAE (Otoacustic Emission), BERA (Brainstem Evoked Response
Audiometri) dan atau ENG (Electro Nystagmpgraphy) untuk evaluasi gangguan
pendengaran serta lanoratorium.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai