Anda di halaman 1dari 51

KELAINAN TELINGA DALAM

Hanung Choiri Rohmawan


H2A014057P

Universitas Muhammadiyah Semarang


RSUD Adhyatma Semarang
Anatomi Telinga Dalam
• Telinga dalam (labirin) memiliki fungsi pendengaran dan
vestibular. Telinga dalam terbagi menjadi labirin tulang
dan labirin membran.
• Labirin tulang & membran memiliki bagian vestibular &
koklear.
• Labirin membran berisi cairan endolimfe sedangkan ruang
antara labirin tulang dan labirin membrane berisi cairan
perilimfe.
Vestibuli
Superior

Labirin tulang Kanalis


semisirkularis Posterior

lateral
koklea

Telinga dalam Duktus koklearis /


skala media

Utrikulus dan
sakulus
Labirin membran
Duktus
semisirkularis

Duktus dan sakus


endolimfatik
 Koklea

 Skala vestibuli : berisi perilimfe dan dipisahkan dengan duktus


koklearis (skala media) oleh membrane reissner.
 Skala media (duktus koklearis) : terdapat stria vaskularis yang
menghasilkan endolimfe
 Skala timpani : berisi perilimfe dan dipisahkan dengan duktus
koklearis (skala media) oleh membrane basilaris.
Organ corti
 Terletak di atas membrane basilar. Mengandung
organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran.
 Struktur penting yang terdapat di organ corti :
 Canalis corti
 Sel rambut
 Sel rambut luar (outer hair cell)  3 – 4 baris
 Sel rambut dalam (inner hair cell)  1 baris
 Supporting cell  Deiter cell
 Membrana tektoria
Fisiologi Pendengaran

1 2 3
4
Patologi telinga dalam
 Radang
• Labirinitis
 Trauma
• Mekanik
• Akustik
 Gangguan pendengaran
• Tinitus
• Kekurangan pendengaran
 Gangguan keseimbangan
1. Labirinitis

 Terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke


ruang perilimfe.
 Labirinitis General  mengenai seluruh
labirin, gejala klinis : vertigo berat dan tuli
saraf yang berat
 Labirinitis sirkumskripta  gejala klinis :
vertigo saja atau tuli saraf saja
 Terdapat 2 bentuk :
 Labirinitis serosa serosa difus
serosa sirkumskripta
 Toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa
invasi sel radang
 Labirinitis supuratif supuratif akut difus
supuratif kronik difus
 sel radang menginvasi labirin sehingga tjd
kerusakan yang irreversible, seperti fibrosis dan
osifikasi.
 Terapi
 Operasi
 Kadang diperlukan juga drenase nanah dari
labirint untuk mencegah terjadinya meningitis
 Antibiotik yang adekuat
2. Trauma telinga dalam
 Energi akustik
 Energi mekanis
 Pada cedera yang mengakibatkan trauma mekanis
terhadap tulang temporal, maka dapat terjadi fraktur
pada tulang tersebut, yang biasanya disertai dengan
gangguan lainnya berupa gangguan kesadaran,
hematoma subdural atau epidural.
 Fraktur temporal :
 Fraktur longitudinal : berawal dari foramen magnum
dan berjalan ke luar menuju ke liang telinga. Telinga
biasanya berdarah dan terjadi gangguan
pendengaran yang konduktif.
 Fraktur tranversal : sering menyebabkan cedera
labirin dan saraf fasialis karena garis frakturnya
melintasi labirin.
3.Tuli

a. Tuli Konduktif Pada Geriatri


b. Tuli Akibat Obat Ototoksis
c. Tuli Mendadak
d. Tuli Akibat Bising
Tuli Konduktif Pada Geriatri
 Pada geriatri, kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi
produksi kelenjar serumen berkurang  serumen menjadi
lebih kering  sering terjadi gumpalan sermen (serumen
prop)  berakibat tuli konduktif
 Membran timpani yang bertambah kaku & tebal juga akan
menyebabkan gangguan konduksi, demikian pula halnya
dengan kekakuan yang terjadi pada persendian tulang tulang
pendengaran.
Tuli Saraf pada Geriatri
(prebikusis)
 Prebikusis : tuli saraf sensori-neural frekuensi tinggi.
 Umumnya terjadi pada usia 65 th
 Simetris kiri &kanan
 Etiologi
 Akibat dari proses degenegrasi, Faktor herediter, Pola makanan,
Metabolisme, Aterosklerosis, Infeksi, Gaya hidup, Multifaktor dari
yang tersebut diatas
 Progesifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia & jenis
kelamin. Pada laki laki lebih cepat dibandingkan perempuan
 Ada 4 Jenis , berdasarkan perubahan patologik yang terjadi
 Sensorik, Neural, Metabolik, Mekanik
Jenis Patologi
Sensorik Lesi terbatas pada koklea. Atrofi organ
corti, jumlah sel2 rambut dan sel2
penunjang berkurang

Neural Sel2 neuron pd koklea dan jaras


auditorik berkurang

Metabolik Atrofi atria vaskularis. Fungsi sel dan


keseimbangan koklea berkurang

Mekanik Terjadi perubahan gerakan mekanik


duktus koklearis. Atrofi lig. Spiralis.
Membran basilaris menjadi kaku.
 Gejala Klinik : berkurangnya pendengaran secara perlahan &
progresif, simetris pada kedua telinga
 Keluhan lain : telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Bila intensitas
suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga.
 Pemeriksaan otoskopi : tampak membran timpani suram,
mobilitasnya berkurang
 Pemeriksaan penala: didapatkan tuli sensorineural
 Penatalaksanaan :
 Pemasangan alat bantu dengar (hearing aid)
Tuli Akibat Obat Ototoksis
 Macam macam obat otototksik
 Aminoglikosida : streptomisin, neomisisn, kanamisin, gentamisin
 Eritromisin : vankomisisn, viomisin, capreomisin
 Loop diuretics : etrycinic acid, furosemide, bumetanide
 Obat anti inflamasi : Salisilat, aspirin
 Obat anti malaria : Kina, Klorokuin
 Obat anti tumor
 Obat tetes telinga topikal: neomisin, polimiksinB
 Gejala : tinitus, gangguan pendengaran, vertigo
 Penatalaksanaan
 Alat bantu dengar
 Psikoterapi
 Auditory training
 Gejala :
a. Tinitus  cirinya kuat dan bernada tinggi.
b. Gangguan pendengaran dan vertigo
 Mekanisme ototoksik
Penggunaan obat2an ototoksik  perubahan
struktur anatomi dan fisiologi pd organ
telinga dalam
a. Degenerasi stria vaskularis
b. Degenerasi sel epitel sensori
c. Degenerasi sel ganglion
 Penatalaksanaan
• Tuli akibat ototoksik tidak dapat diobati
• Jika gangguan sudah terjadi pd telinga dalam
hentikan pemberian obat
• ABD, psikoterapi, dan auditory training
Tuli Mendadak

. Adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba &


kedaruratan dibidang otologi.
. Jenisnya adalah sensorineural, penyebabnya
tidak dapat langsung diketahui, & biasanya
terjadi pada satu telinga
Etiologi

. Iskemi koklea
. Infeksi virus ( parotitis, campak, varicella zoster,
cyptomegalovirus, dll)
. Trauma kepala
. Trauma bising keras
. Perubahan tekanan atmosfir
. Obat ototoksik
Penyakit meniere & neuroma akustik.
Manifestasi klinik

 Tuli timbul mendadak atau menahun secara


tidak jelas, kadang sementara atau berulang
dalam serangan,tapi biasanya menetap.
 Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat
disertai tinitus & vertigo
 pada infeksi virus, timbul mendadak & biasanya
pada satu telinga. Bila sementara & tidak berat
mungkin disebut spasme
 Pada pemeriksaan klinis tidak dijumpai
kelainan telinga
 Test penala: Rinne positif, Weber lateralisasi
ke telinga yg sehat, Schwabach memendek
 Kesan tuli sensorineural
Penatalaksanaan
 Tirah baring sempurna selama 2 minggu. Diperiksa
apakah ada penyakit sistemik spt DM, kardiovaskular, dll
 Vasodilatansia yg cukup kuat, mis: complamin injeksi,
3x900 mg selama 4 hari, 3x600mg selama 4 hari, 3x300
mg selama 6 hari, disertai pemberian tablet complamin
3x2 tablet peroral perhari
 Prednison 4x10 mg, topering off tiap 3 hari
 Diet rendah garam rendah kolesterol
 Bila penyebab virus, beri obat antivirus
 Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan tiap
minggu selama satu bulan
 Bila tidak sembuh, pertimbangkan alat bantu
pendengaran & rehabilitasi pendengaran
 Pada pasien tuli total bilateral setelah usaha
tsb. Diatas tdk berhasil, dipertimbangkan
pemasangan implan koklea
Prognosis

 Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap,


tapi dapat juga tdk sembuh
 Bila terapi dilakukan dalam 24 jam, makin
besar kemungkinan sembuh
 Bila lebih dari 2 minggu, kemingkinan
sembuh menjadi kecil
Tuli Akibat Bising

 Tuli yang disebabkan paparan oleh bising


yang cukup keras dalam jangka waktu yg
cukup lama
 Sifatnya tuli saraf koklea & umumnya terjadi
pada kedua telinga
Patofisiologi

 Bising dengan intensitas 85 Db atau lebih


dapat mengakibatkan kerusakan pada
reseptor pendengaran Corti ditelinga dalam,
terutama yg berfrekuensi 3.000-6.000 Hz
Faktor predisposisi

 Intensitas bising yg lebih tinggi, frekuensi


tinggi, lama terpapar dilingkungan bising
(biasanya lebih dri 5 tahun)
 Mendapat obat ototoksik,dll
Manifestasi klinik

 Kurang pendengaran, kadang tinitus, sukar


menangkap percakapan dgn kekerasan biasa
 Bila sudah berat maka yg keras pun sukar
dimengerti
 Pasien mengalami kesulitan mendengarkan
& memahami percakapan ditempat ramai
(cocktail party deafness)
 Pemeriksaan ototoskop tdk menunjukkan
kelainan
 Tes penala: rinne positif, Weber lateralisasi ke
telinga yg pendengarannya lebih baik,
Schwabach memendek
Penatalaksanaan

 Pasien dianjurkan pindah bekerja atau


memakai alat pelindung telinga
 Karena bersifat menetap, dapat dicoba
pemasangan alat bantu dengar
Prognosis

 Kurang baik karena bersifat menetap & tidak


dapat diobati
 Yang terpenting adalah pencegahan
5. Meniere Disease

 Adalah gangguan dengan suatu


pembengkakan rongga endolimfatik
 Pada pemeriksaan histopatologi tulang
temporal ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membrane
Reissner.
Patofisiologi
 Gejala klinis disebabkan oleh adanya hidrops (peningkatan
tekanan) endolimfa pada koklea dan vestibulum.
 Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh:
 Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri.
 Berkurangnya tekanan osmotic di dalam kapiler.
 Meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler.
 Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi
penimbunan cairan endolimfa.
Etiologi & Manifestasi
Klinis
 Etiologi: belum diketahui tapi diduga karena hidrops
endolimfatik.
 Gejala klinis :
 Trias :
 Vertigo
 Tinnitus
 Tuli saraf yang bersifat fluktuatif
 Serangan pertama sangat berat vertigo dan disertai
muntah. Selanjutnya gejala akan hlang sama sekali.
 Gejala lain menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh di
dalam telinga.
Diagnosis

 Kriteria diagnosis :
 Vertigo hilang timbul.
 Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli
saraf.
 Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari
sentral missal: tumor nervus VII.

 Diagnosis pasti: otopsi.


Penatalaksanaan
 Pada saat datang obat-obatan simtomatik seperti: sedative
dan bila diperlukan diberikan anti muntah.
 Vasodilator perifer mengurangi tekanan hidrops endolimfa.
 Membuat shunt dengan jalan operasi menyalurkan tekanan
endolimfa ketempat lain.
 Obat-obatan antiskemia dan obat neurotonik untuk
menguatkan sarafnya.
 Vertigo yang disebabkan oleh rangsangan dari perputaran
leher (vertigo servikal)  dengan traksi leher dan fisioterapi.
6. Vertigo
 sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya,
dapat sekelilingnya terasa berputar (vertigo objektif)
atau badan yang berputar (vertigo subjektif).
 Vertigo berasal dari bahasa latin "vertere"= memutar.
 Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan
yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan,
rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
 Vertigo
 Vertigo spontan
 Vertigo posisi
 Vertigo kalori
 Vertigo spontan : vertigo yang timbul tanpa
pemberian rangsang. Rangsangan timbul dari
penyakitnya sendiri, mis: meniere disease.
 Vertigo posisi : timbul oleh karena adanya
perubahan posisikepala.
 Vertigo kalori : vertigo yang dirasakan saat tes
kalori. Untuk membandingkan vertigo ini dgn
vertigo yang dialami sebelumnya, jika
sama benar.
Patofisiologi / Etiologi
 Terjadi akibat dari perubahan posisi kepala yang
cepat dan tibat-tiba, biasanya akan dirasakan pusing
yang sangat berat, yang berlangsung bervariasi di
semua orang, bisa lama atau hanya beberapa menit
sasja. Penderita kadang merasakan lebih baik jika
berbaring diam saja.
 Berlangsung selama berhari-hari dan disertai
dengan mual muntah.
Gejala klinis
 Merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan
ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit
dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi
atau jika kepala digerakkan ke belakang.
 Berlangsung 5-10 detik.
 Mual dan cemas.
 Tidak didapatkan gangguan pendengaran.
Diagnosis
 Anamnesis  pasien mengeluhkan kepala terasa
pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan
posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta
akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa
waktu.
 Pemeriksaan THT umum tidak didapatkan kelainan
berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
 Cara pemeriksaan
Anamnesis :
a. kapan mulai serangan pertama?
b. Sdh berapa kali serangan sampai sekarang?
c. Intensitas?
- tetap,
-semakin berat  tumor N.VIII
-atau menurun  meniere
Tata laksana
 Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi
dengan obat-obatan, terapi fisik / latihan dan olah raga.
Dan jika kedua terapi di atas tidak dapat mengatasi
kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah
 Terapi fisik yang digunakan teknik pley yaitu posisi
kepala 45o menoleh ke arah telinga yang sakit, kemudian
pasien digerakkan dari posisi duduk ke posisi Hallpike
dengan telinga sakit di bawah. Pasien dapat
dipertahankan dengan posisi ini selama 3 menit dan
kemudian kepala dengan lambat dirotasikan ke arah
berlawanan dan dipertahankan 4 menit lalu pasien
didudukkan.
Tata laksana (2)

 Obat-obatan yang biasanya digunakan


adalah
 Antikolinergik / parasimpatolik
 Antihistamin
 Penenang
 Simpatomimetik
 Kombinasi tersebut di atas.
7. Tinitus
 Tinitus adalah suatu bentuk gangguan
pendengaran berupa sensasi suara tanpa
adanya rangsangan dari luar.
 Keluhan bisa berupa bunyi berdenging,
menderu, mendesis, dll.
Patofisiologi
 Terjadi aktivitas elektrik pd area auditorius yg
menimbulkan perasaan adanya bunyi, bkan
impuls dr luar namun dr smber impuls
penderita itu sendiri.
 Tinitus dapat dihubungkan dengan tuli
sensorineural ataupun konduksi.
 Konduksi biasanya nada rendah, ec :
serumen, tuba cattarh, otitis media, dll
 Sensorineural  biasanya nada tinggi, ec:
obat2 ototoksik.
 Anamnesis 
a. kualitas dan kuantitas
b. lokasi
c. sifat (berdengung, berdenging, gemercik air)
d. lama  > 5 menit patologi
 1 menit  bkn patologi
e. gejala yang menyertai
f. unilateral atau bilateral
Penatalaksanaan

 Perlu diketahui dulu penyebabnya


 Pengobatan gejala tinitus d bagi 4 :
a. psikologik
b. elektrofisiologi
c. medikamentosa
d. tindakan bedah pada tumor.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai