Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN PENYAKIT SARAF LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RAMSAY HUNT SYNDROME

Oleh:
Muamar Ghiffary

111 2015 2210

Pembimbing Supervisor :
Dr. Dr. Hj. Nadra Maricar, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M
Agama : Islam
Umur : 52 tahun
Alamat : Jl. Baji Dakka No. 34
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku : Bugis
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 231067
Tgl. Masuk : 11 Februari 2017

II. ANEMNESIS

A. Keluhan Utama : Lemah pada separuh wajah kanan


B. Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien laki laki berusia 52 tahun di konsul oleh bagian THT
dengan keluhan lemah separuh wajah kanan yang dialami sejak 3 hari yang lalu
setelah pasien masuk rumah sakit. Pasien sulit menutup mata kanan, mulut pasien
sedikit mencong ke kiri. Keluhan disertai dengan telinga terasa nyeri pada sebelah
kanan yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dan disertai bintil-bintil berisi cairan yang sudah pecah berwarna putih
jernih, pada sisi telinga kanan tampak kemerahan, telinga kanan terasa panas,
telinga kanan terasa berdengung ada, keluar cairan dari liang telinga kanan
berwarna putih bening encer, berbau tidak ada, telinga terasa gatal, perasaan
pusing berputar tidak ada, sakit kepala tidak ada. Pasien baru pertama kali
merasakan keluhan tersebut. Pasien mengaku sebelum masuk rumah sakit pasien
sudah berobat ke dokter praktek namun tidak ada perubahan. Dari bagian THT
pasien di diagnosis dengan herpes zoster otikus, Demam (-), Batuk (-), Mual (-),
Muntah (-), BAB biasa BAK lancar. Riwayat penyakit terdahulu pasien pernah
sakit cacar air (+) saat kecil, riwayat trauma pada telinga disangkal, riwayat
hipertensi disangkal, riwayat stroke disangkal. Riwayat penyakit dalam keluarga
stroke, hipertensi, diabetes mellitus dan Penyakit Jantung tidak diketahui.
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Gizi : Baik
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36 0C

3.1.1 Kepala dan leher


Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-). Lagothalmus
(+/-), sekret (+/-)

Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)


Telinga:
Kanan : Aurikula : Terdapat vesikel eritem yang telah pecah (+),
Krusta (+)
Meatus Akustikus Eksternus : Sempit, Edema (+),
Hiperemis (+), Sekret (+) serous
Membran Timpani : Sulit di nilai, Jaringan Granulasi (+)
Kiri : Tidak ditemukan Kelainan
Mulut : Mukosa kering, sianosis (-), mulut mencong ke kiri

Leher : Pembesaran KGB (-/-)

3.1.2 Thoraks
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-), iktus kordis tidak
terlihat.
Palpasi : vocal fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra
Auskultasi : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

3.1.3 Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar, lien, tidak
teraba.

3.1.4 Ekstremitas
Atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
3.2 Status Lokalis
Telinga Luar
Telinga Luar Kanan Kiri
Auricula Terdapat vesikel eritem -
- Mikrotia - -
- Efusi Perikondrium - -
- Keloid - -
- Nyeri Tarik Aurikula - -
- Nyeri Tekan Tragus - -
Meatus Akustikus
Eksternus
- Lapang/sempit Sempit Lapang
- Edema + -
- Hiperemis + -
- Pembengkakan - -
- Erosi - -
- Krusta + -
- Sekret +, Serous -
- Perdarahan - -
- Bekuan darah + -

Membran Timpani
Membran Timpani Kanan Kiri
- Perforasi Belum dapat dinilai -
(sentral/perifer/marginal/attic)
(kecil/besar/subtotal/total
- Pulsasi Belum dapat dinilai -
- Sekret Belum dapat dinilai -
(serous/seromukus/mukous/pus
)
- Tulang pendengaran Belum dapat dinilai -
- Kolesteatoma Belum dapat dinilai -
- Polip Belum dapat dinilai -
- Jaringan Granulasi + -
3.3 Status Neurologis
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M5V6
Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk : (-)
- Brudzinski I : (-)
- kernig sign : (-)
3.3.1 Saraf kranial

KANAN KIRI

N.I (Olfaktorius)
Daya pembau Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.II (Optikus)
Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang Pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III(Okulomotorius)
Ptosis - -
Ukuran Pupil 2,5 mm 2,5 mm
Bentuk Pupil Bulat (isokor) Bulat (isokor)
Gerakan Bola Mata
- Atas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Bawah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Medial Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Cahaya
- Direk + +
- Indirek + +

KANAN KIRI
N.IV (Trokhlearis)
Gerakan Mata Ke Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Medial Bawah
N.V(Trigeminus)
Mengunyah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Membuka Mata - -
Sensibilitas Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Refleks Kornea Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
N.VI(Abdusens)

Gerakan Mata Ke lateral - -

KANAN KIRI

N.VII(Fasialis)
Kerutan Kulit Dahi Asimetris (-/+)
Mengangkat Alis Asimetris (-/+)
Mata menutup Asimetris (-/+), Kekuatan (/+)
Meringis Asimetris (-/+)
Lipatan Nasolabialis (-/+) Lateralisaisi ke kiri
Kekuatan udara pipi Asimetris (-/+)
Daya Kecap lidah 2/3 Tidak dilakukan
depan
N.VIII(Vestibulokokhlea
ris)
Tes Bisik Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach Tidak dilakukan

KANAN KIRI
N.IX (Glosofaringeus)
&X (Vagus)
Daya Kecap Lidah 1/3 Tidak dilakukan
Belakang
Uvula Secara Pasif Tidak dilakukantidak dilakukan
Menelan Tidak dilakukanTidak dilakukan
Refleks Muntah Tidak Dilakukan
N.XI(Aksesorius)
Memalingkan Kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mengangkat Bahu Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.XII(Hipoglosus)
Sikap Lidah - -
Atrofi Otot Lidah - -
Fasikulasi Lidah - -

3.3.2 Leher
Tanda-tanda perangsangan selaput otak:
Kaku kuduk : tidak ada
Kernigs sign : tidak ada
Kelenjar limfe : Tidak teraba
Arteri karotis :
Palpasi :Teraba, kuat angkat
Auskultasi : Bruit (-)
Kelenjar gondok : Tidak teraba

3.3.3 Abdomen
Refleks kulit dinding perut : Ada
Kolumna vertebralis:
Inspeksi : Gibbus (-), Skoliosis (-)
Pergerakan : Normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Tidak Dilakukan
3.3.3 Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Motorik
Pergerakan : Normal Normal Normal Normal
Kekuatan : 5 5 5 5
Tonus otot : Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot : Normal Normal Normal Normal
Otot yang terganggu: -
Refleks Fisiologis
Biceps : normal/normal
Triceps : normal/normal
Radius : N/N
Ulna : N/N
Klonus
Lutut : tidak ada
Kaki : tidak ada
Refleks Patologi
Hoffman Trommer : -/-
Babinsky : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaffer : -/-
Oppenheim : -/-
Sensibilitas Kanan Kiri
Taktil : Normal Normal
Nyeri : Normal Normal
Suhu : Normal Normal
Diskriminan 2 titik : Normal Normal
Lokalis : Normal Normal

3.3.4 Gangguan koordinasi


Tes jari hidung: normal
Tes pronasi-supinasi : normal
Tes tumit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes pegang jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.3.5 Gangguan Keseimbangan
Tes Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gait : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan nyeri : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.3.6 Pemeriksaan fungsi luhur


Memori : dbn
Fungsi Bahasa : dbn
Visuospasial : dbn
Fungsi Eksekutif : dbn
Fungsi Psikomotor : dbn
Kalkulasi : dbn
Gnosis : dbn

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Normal
WBC 6,7 x 103/mm3 4,3 10,8
RBC 4,53 x 106/mm3 4,20 6,40
PLT 287 x 103/mm3 150 450
Hb 13,6 g/dl 12 18
MCV 87 80 99
MCH 30,0 27,0 - 31,0
MCHC 34,5 33,0 37,0
Glukosa Sewaktu 179 mg/dl <140
SGOT 17 U/L L : <37 P : <31
SGPT 26 U/L L : <42 P : <32
Ureum 44,5 mg/dl 10 50
Kreatinin 1,2 mg/dl L : 0,7 - 1,3 P : 0,6 - 1,1

V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI DAN PEMERIKSAAN LAIN-LAIN


Tidak Ada

VI. DIAGNOSA
Diagnosa klinis : Ramsay Hunt Syndrom
Topis : Nn. Cranialis VII, lesi vesikel pada auricula dextra
Etiologi : Infeksi Varicella Zooster Oticus

VII. DIAGNOSA BANDNG


Bells Palsy
VIII. TERAPI
IVFD RL 28 tpm
Mecobalamin 1 amp/24j/IM
Pulvis 2 x 1 caps (Amitriptilin 1/3 tab, Gabapentin 150 mg)
Sucralfat Syrup 3 x 1 cth
Ranitidin 1 amp/12j/iv
Cendolyters 2 x 1 grt
Acyclovir 5 x 800 mg (Bag. Kulit)
Fusoncream (Bag. Kulit)
Cefotaxime 1 gr/12j/iv (Bag. THT)
Ketorolac 1 amp/8j/iv (Bag. THT)
Dexametason 1 amp/8j/iv (Bag. THT)

IX. RESUME
Seorang pasien laki laki berusia 52 tahun di konsul oleh bagian THT
dengan keluhan lemah separuh wajah kanan yang dialami sejak 3 hari yang lalu
setelah pasien masuk rumah sakit. Pasien sulit menutup mata kanan, mulut pasien
sedikit mencong ke kiri. Keluhan disertai dengan telinga terasa nyeri pada sebelah
kanan yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dan disertai bintil-bintil berisi cairan yang sudah pecah berwarna putih
jernih, pada sisi telinga kanan tampak kemerahan, telinga kanan terasa panas,
telinga kanan terasa berdengung ada, keluar cairan dari liang telinga kanan
berwarna putih bening encer, berbau tidak ada, telinga terasa gatal, perasaan
pusing berputar tidak ada, sakit kepala tidak ada. Pasien baru pertama kali
merasakan keluhan tersebut. Pasien mengaku sebelum masuk rumah sakit pasien
sudah berobat ke dokter praktek namun tidak ada perubahan. Dari bagian THT
pasien di diagnosis dengan herpes zoster otikus, Demam (-), Batuk (-), Mual (-),
Muntah (-), BAB biasa BAK lancar. Riwayat penyakit terdahulu pasien pernah
sakit cacar air (+).
Dari pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital TD: 130/70 mmHg, Nadi: 88
x/menit, Pernapasaan: 22 x/menit, Suhu: 36 0C, kesadaran Compos Mentis
(E4M6V5).
Pada pemeriksaan telinga luar ditemukan pada aurikula terdapat vesikel
eritema yang sudah pecah, hiperemis ada, dan terdapat krusta. Pada pemeriksaan
meatus akustikus eksternus di temukan mukosa hipermis, edema ada, hiperemis
ada, sekret ada warna putih bening, dan terdapat krusta. Pada pemeriksaan
membran timpani ditemukan jaringan yang mengalami granulasi.
Pada pemeriksaan neurologi di temukan adanya kelainan pada nervus
fasialis dimana terdapat kelemahan pada daerah wajah sebelah kanan, dimana
kerutan pada dahi, mengangkat alis, menutup mata, sudah tidak simetris kiri dan
kanan, pasien tampak meringis, dan lipatan nasolabialis lateralisasi ke kiri.

X. FOLLOW UP
FOLLOW UP (17 Februari2017)
Subjective Objective Assesment Planning
Lemah Kesadaran : Ramsay Hunt - Mecobalamin 1
wajah Compos Mentis Sindrom amp/12j/IM
- Ranitidin
kanan, GCS: E4M6V5
1amp/12jam/IV
sejak 3 hari TTV :
- Sucralfat Syrup
yang lalu, TD=130/70 mmHg
3 x 1 Cth
Nadi = 88x/m,
gatal dan - Pulvis 2 x 1 caps
reguler - Cendolyters 2
kemerahan
Suhu = 36 0C
dd 1 gtt
telinga Napas =
- Kompres air
kanan, 22x/m,reguler
hangat diwajah
berdengung S.Neurologis:
kanan
- RM:- - Terapi lain
- Kaku Kuduk : (-) sesuai TS THT
- Kernig Sign : (-) dan kulit
b. Nn.Cranial : Kelamin
- Pupil bulat
diameter 2,5 mm,
isokor, Reflek
Cahaya (+/+)
- parese n. Facialis
(VII) dextra tipe
perifer
c. Motorik :
P n n
n n
K 5 5
5 5
T n n
n n
RF n n
n n
RP - -
- -
d. Sensorik : dbn
e. Otonom :
BAB (+), BAK (+)

FOLLOW UP (18 Februari 2017)


Subjective Objective Assesment Planning
Lemah Kesadaran : Ramsay - Mecobalamin
wajah Compos Mentis Hunt 1 amp/12j/IM
- Ranitidin
kanan, GCS: E4M6V5 Sindrom
1amp/12jam/I
sejak 3 TTV :
V
hari yang TD=120/70
- Sucralfat
lalu, gatal mmHg
Syrup 3 x 1
Nadi = 80x/m,
dan
Cth
reguler
kemeraha - Cendolyters 2
Suhu = 36 0C
n telinga Napas = dd 1 gtt
- Pulvis 2 x 1
kanan, 20x/m,reguler
caps
berdengu S.Neurologis:
- Kompres air
ng - RM:-
hangat
- Kaku Kuduk : (-)
diwajah kanan
- Kernig Sign : - Terapi lain
(-) sesuai TS THT
b. Nn.Cranial : dan kulit
- Pupil bulat Kelamin
diameter 2,5
mm, isokor,
Reflek Cahaya
(+/+)
- parese n.
Facialis (VII)
dextra tipe
perifer
c. Motorik :
P n n
n n
K 5 5
5 5
T n n
n n
RF n n
n n
RP - -
- -
d. Sensorik : dbn
e. Otonom :
BAB (+), BAK (+)

FOLLOW UP (19 Februari 2017)


Subjective Objective Assesment Planning
Lemah Kesadaran : Ramsay - Mecobalamin
wajah Compos Mentis Hunt 1 amp/12j/IM
- Ranitidin
kanan, GCS: E4M6V5 Sindrom
1amp/12jam/I
sejak 3 TTV :
V
hari yang TD=120/70
- Sucralfat
lalu, gatal mmHg
Syrup 3 x 1
Nadi = 80x/m,
dan
Cth
reguler
kemeraha - Cendolyters 2
Suhu = 36 0C
n telinga Napas = dd 1 gtt
- Pulvis 2 x 1
kanan, 20x/m,reguler
caps
berdengu S.Neurologis:
- Kompres air
ng - RM:-
hangat
- Kaku Kuduk : (-)
diwajah kanan
- Kernig Sign : - Terapi lain
(-) sesuai TS THT
b. Nn.Cranial : dan kulit
- Pupil bulat Kelamin
diameter 2,5
mm, isokor,
Reflek Cahaya
(+/+)
- parese n.
Facialis (VII)
dextra tipe
perifer
c. Motorik :
P n n
n n
K 5 5
5 5
T n n
n n
RF n n
n n
RP - -
- -
d. Sensorik : dbn
e. Otonom :
BAB (+), BAK (+)
FOLLOW UP (20 Februari 2017
Subjective Objective Assesment Planning
Lemah Kesadaran : Ramsay - Mecobalamin
wajah Compos Mentis Hunt 1 amp/12j/IM
- Ranitidin
kanan, GCS: E4M6V5 Sindrom
1amp/12jam/I
sejak 3 TTV :
V
hari yang TD=120/70
- Sucralfat
lalu, gatal mmHg
Syrup 3 x 1
Nadi = 80x/m,
dan
Cth
reguler
kemeraha - Pulvis 3 x 1
Suhu = 36 0C
n telinga Napas = caps
- Kompres air
kanan, 20x/m,reguler
hangat
berdengu S.Neurologis:
diwajah kanan
ng - RM:-
- Terapi lain
- Kaku Kuduk : (-)
sesuai TS THT
- Kernig Sign :
dan kulit
(-)
Kelamin
b. Nn.Cranial :
- Pupil bulat
diameter 2,5
mm, isokor,
Reflek Cahaya
(+/+)
- parese n.
Facialis (VII)
dextra tipe
perifer
c. Motorik :
P n n
n n
K 5 5
5 5
T n n
n n
RF n n
n n
RP - -
- -
d. Sensorik : dbn
e. Otonom :
BAB (+), BAK (+)

XI. PROGNOSIS
Qua Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Qua Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia

XII. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Ramsay Hunt
Syndrome. Ramsay Hunt Syndrome adalah Herpes Zoster yang mengenai saraf
auditorius dan fasialis yang disertai paralysis fasial ipsilateral dan biasanya hanya
berlangsung sebentar, serta vesikel-vesikel telinga luar atau membrana tympani
yang juga dapat atau tidak dapat disertai dengan tinitus, vertigo, dan gangguan
pendengaran. Disebut juga geniculate neuralgia atau otalgia, herpes zoster
auricularis atau oticus, otic neuralgia, dan Hunts syndrome, disease atau
neuralgia.1
Ramsay Hunt Syndrome adalah suatu kelainan neurologi yang disebabkan
oleh suatu virus yang disebut Varicella Zoster, yang dapat menginfeksi beberapa
saraf di kepala sehingga menyebabkan paralysis fasial dan ruam baik di telinga,
lidah, atau langit-langit mulut.1,2
Lokasi yang paling umum dari infeksi zoster adalah pada kepala dan leher,
setelah zoster herpes ophthalmicus terjadi, lalu mempengaruhi bagian telinga.
Virus Varicella Zoster menyebabkan dua jenis penyakit, sindrom Ramsay
Hunt dan penyakit lain yang menyebabkan paralysis fasial, yaitu Bell's Palsy.

Virus ini diyakini menginfeksi saraf fasial dekat labirin, yang pada kondisi
tertentu mengakibatkan peradangan lokal berupa iritasi dan bengkak. Gejala-
gejala yang timbul menggambarkan tingkat keparahan dari inflamasi saraf yang
terjadi.1,2,3

The Center of Disease Control memperkirakan 32 % penduduk Amerika


akan mengalami herpes zoster sepanjang hidupnya . Faktor resiko yang penting
adalah pertambahan usia. SRH memiliki insiden yang lebih rendah, hanya
[9]
terdapat 0,2% dari semua kasus herpes zoster. Angka kejadian Sindrom
Ramsay Hunt (SRH) dari seluruh kejadian paresis fasialis akut adalah 10-15 %.
Pada dewasa terdapat angka kejadian sekitar 18%, anak-anak 16% dan jarang
terjadi pada anak dibawah umur kurang dari 6 tahun. Perbandingan insiden antara
laki-laki dan wanita 1:1[4]

PATOGENESIS
Pada tahap awal virus varisela zoster masuk ke dalam tubuh melalui
saluran nafas atas dan mukosa konjungtiva, kemudian bereplikasi pada kelenjar
limfe regional dan tonsil. Virus kemudian menyebar melalui aliran darah dan
berkembang biak di organ dalam. Fokus replikasi virus terdapat pada system
retikuloendotelial hati, limpa dan organ lain. Pada saat titer tinggi, virus
dilepaskan kembali ke aliran darah (viremia kedua) dan membentuk vesikel pada
kulit dan mukosa saluran nafas atas.Kemudian berkembang dan menyebar melalui
saraf sensoris dari jaringan kutaneus, menetap pada ganglion serebrospinalis dan
ganglion saraf kranial. Parese nervus VII timbul akibat reaktivasi virus varisela
zoster yang menetap pada ganglion genikulatum dan proses ini disebut dengan
ganglionitis. Ganglionitis menekan selubung jaringan saraf, sehingga
menimbulkan gejala pada nervus VII. Peradangan dapat meluas sampai ke
foramen stilomastoid. Gejala kelainan nervus VIII yang juga dapat timbul akibat
infeksi padaganglion yang terdapat di telinga dalam atau penyebaran proses
peradangan dari nervus VII. Lokasi ruam bervariasi dari pasien ke pasien, seperti
halnya wilayah dipersarafi oleh nervus intermedius (yaitu, bagian sensorik dari
CN VII). Daerah ini mungkin termasuk anterior dua pertiga dari lidah, langit-
langit lunak, kanal auditori eksternal, dan pinna.[4].

Walaupun SRH didefinisikan sebagai herpes zoster oticus dan fasial palsi
tipe lower motor neuron (LMN), Hunt juga menyatakan terdapar gangguan
lainnya seperti tinnitus, hilang pendengaran, mual, muntah, vertigo, dan
nistagmus. Dia menjelaskan bahwa terdapat keterlibatan pula dengan N.
vestibulocochlear karena letaknya yang berdekatan dengan ganglion genikulata
pada kanalis fasialis. Hunt berhipotesis bahwa gasserian, genikulata, petrosus,
aksesorius, jugular, fleksiform, ganglion dorsalis C2 dan C3 merupakan akibat
dari rantai inflamasi yang terjadi pada salah satu ganglion dan menyebar ke
ganglion sekitarnya. Hipotesis ini menjelaskan penyebab terjadinya kelumpuhan
fasialis disertai dengan neuropati lainnya seperti vesikel pada daerah mulut
biasanya pada daerah lidah dan palatum ataupun telinga. Walaupun hipotesisnya
tetap valid, neuropati cranial yang menyebar dapat pula dijelaskan melalui
pembuluh darah yang terkontaminasi dengan virus varicela zoster dan suplai
darah dari cabang kecil A. karotis, meningeal media, dan system faringeal
asendens yang saraf cranial. Sebagai contoh A. pharingeus asendes menyuplai
darah kepada N. glossopharingeus, vagus, aksesorius, dan hipoglosus dan cabang
A. meningeal media menyuplai darah untuk N. fasialis serta cabang N. trigeminus
yaitu maksilaris dan mandibularis. Penyebaran transaksonal dari virus varicela
zoster dari satu atau lebih serabut saraf aferen ke vasa vasorum saraf cranial dapat
mengakibatkan infark oleh karena polyneuritis kranialis zoster.[8]

Secara primer infeksi virus varicela zoster terjadi saat menderita


chickenpox (cacar air) setelah virus menjadi laten pada ganglion saraf cranial
termasuk ganglion genikulata dan ganglion dorsalis sepanjang neuraksis. [8]
Vesikel timbul setelah paralisis fasial pada sebagian kasus (sekitar 14%). Hal ini
berarti bahwa proporsi pasien di diagnosa dengan Belld palsy yang sebenarnya
adalah SRH.[9]

GEJALA

Penyakit ini ditandai oleh vesikel-vesikel herpetik yang multipel, tersusun


berkelompok di telinga bagian luar, saluran telinga bagian luar, dan adakalanya di
membrana tympani. Di dalam kasus-kasus yang berat, kerusakan pendengaran dan
keseimbangan, serta paralysis fasial dapat terjadi.5

Nervus acusticus yang terinfeksi virus akan terganggu fungsinya. Selain


keluhan nyeri telinga, muncul kelumpuhan wajah, penurunan pendengaran, dan
vertigo. Gejala dan keluhan ini khas muncul beberapa minggu setelah terserang
virus Herpes Zoster. Penurunan pendengaran dan kelumpuhan wajah biasanya
menetap sebagai gejala sisa. Jika khas dan lengkap, maka ini muncul sebagai
Ramsay Hunt Syndrome.5

Herpes Zoster Oticus dapat terjadi pada segala usia, tetapi sebagian besar
terjadi antara umur 40 dan 60 tahun.

Adapun manifestasi klinis dari SRH adalah sebagai berikut:


Ruam atau lecet di atau di sekitar garis telinga, kulit kepala atau rambut
serta erosi pada mulut [11]
Ruam / lepuh sering menyakitkan dengan sensasi umum terbakar di daerah
yang terkena.[12]
Kelemahan pada sisi wajahyang terkena menyebabkan otot-otot wajah
terkulai.
Kesulitan menutup mata atau berkedip pada sisi yang terkena.
Perubahan rasa pada lidah di sisi yang terkena.
Kehilangan ekspresi wajah pada sisi yang terkena.
Kesulitan makan, minum dan berbicara sebagai akibat dari kelemahan di
bibir dan pipi pada sisi yang terkena.
Sakit pada telinga, wajah dan kepala.
Gangguan pendengaran pada sisi yang terkena
Pusing / vertigo
Tinnitus pada sisi yang terkena[13]

vesikel eritema pada leher wanita lesi blister disertai jaringan sikatrik
yang didiagnose dengan Sindrom pada kanalis akustikus eksterna
ramsay hunt kanan

Berdasarkan gejala klinis, klasifikasi SRH dibagi menjadi 4 yaitu :


1. Penyakit yang menyerang bagian sensoris nervus VII
2. Penyakit yang menyerang bagian sensoris dan motoris nervus VII
3. Penyakit yang menyerang bagian sensoris dan motoris nervus VII,
disertai gejala gangguan pendengaran
4. Penyakit yang menyerang bagian sensoris dan motoris nervus VII,
disertai gejala gangguan pendengaran dan keseimbangan

DIAGNOSIS
Diagnosis SRH ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fungsi nervus VII diperlukan untuk menentukan letak lesi, beratnya
kelumpuhan dan evaluasi pengobatan. Pemeriksaan meliputi fungsi motorik otot
wajah, tonus otot wajah, gustatometri dan tes Schimer.[6]
1. Anamnesis
Dari dalam anamnesis riwayat penyakit dahulu bisa didapatkan ada
riwayat terkena penyakit cacar air. Penyakit ini didahului dengan gejala prodromal
berupa nyeri kepala, nyeri telinga, lesu, demam, sakit kepala, mual dan muntah.
Lesi terdapat di telinga luar dan sekitarnya, kelainan berupa vesikel berkelompok
di atas daerah yang eritema, edema dan disertai rasa nyeri seperti terbakar pada
telinga dan kulit sekitarnya (nyeri radikuler). Gejala yang biasanya dikeluhkan
adalah nyeri telinga paroksismal, ruam pada telinga atau mulut (80% pada kasus
yang ada, ruam bisa menjadi awal dari adanya paresis), ipsilatereal lower motor
neuron paresis wajah (N. VII), vertigo, ipsilateral ketulian (50% kasus), tinnitus,
sakit kepala, diastrhia, gait ataxia, cervical adenopathy. Nyeri telinga sering kali
nyeri menjalar ke luar telinga sampai ke daun telinga.Nyeri bersifat konstan,
difus, dan tumpul. Nyeri muncul biasanya beberapa jam sampai beberapa hari
setelah muncul ruam.[4]

2. Pemeriksaan Fisis
Pada inspeksi biasanya terlihat vesikel pada meatus eksternus dan konka
aurikuler. Disertai juga dengan limfadenitis pada kelenjar limfa.[6]
Pada pemeriksaan klinis dilakukan pemeriksaan fungsi saraf motorik.
Terdapat 10 otot-otot utama wajah yang bertanggung jawab untuk terciptanya
mimik dan ekspresi wajah. Pemeriksaan N. VII dimulai dari fungsi saraf motorik
dengan cara menggerakkan otot-otot wajah utama di muka, mulai dari
mengangkat alis (m. frontalis), mengerutkan alis (m. soucilier), mengangkat serta
mengerutkan hidung ke atas (m. piramidalis), memejamkan mata kuat-kuat (m.
orbicularis okuli), tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi (m. zygomatikus),
memoncongkan mulut ke depan sambil memperlihatkan gigi (m. relever
komunis), meggembungkan kedua pipi (m. businator), bersiul (m. orbicularis
oris), menarik kedua sudut bibir ke bawah (m. triangularis), dan memoncongkan
mulut yang tertutup rapat ke depan (m. mentalis).Setiap gerakkan yang dilakukan
dibandingkan kanan dan kiri. Penilaian yang diberikan adalah:[6]
a) jika gerakkan normal serta simetrisangka 3,
b) jika sedikit ada gerakkanangka 1,
c) gerakkan yang berada diantara angka 3 dan 1dinilai dengan
angka 2,
d) jika tidak ada gerakkan sama sekaliangka 0.

Tes motorik pasien saat datang pertama berobat


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan dan otoscopy menunjukkan vesikel-vesikel di dalam saluran


atau di membrana tympani. Audiogram menunjukkan ketulian retrocochlear, dan
tes vestibular menunjukkan nistagmus spontan dan penekanan pada respon suhu
labyrinthine. Electrodiagnosis dari fungsi saraf fasial dan test Schirmer juga
dilakukan.7,8
Pemeriksaan tambahan, termasuk serologi dan pemeriksaan pada cairan
cerebrospinal belakangan ini menunjukkan suatu peningkatan yang sedikit pada
jumlah sel-sel dan kadar protein, yang disebabkan oleh meningitis serosa.
Penyakit ini sering kali meluas sampai labirin dan menyebabkan suatu
neurolabyrinthitis.

Penggunaan neuroimaging (gambar-gambar dari


otak), terutama sekali MRI (Magnetic Resonansion
Imaging) kadang-kadang dapat menunjukkan tanda
peradangan pada saraf fasial dan menentukan penyebar
infeksi ke saraf lain atau otak.
Pemeriksaan Spinal Tap dapat membantu untuk menentukan daerah-
daerah lain dari sistem saraf yang telah terkena infeksi. Tetapi Spinal Tap jarang
digunakan, khususnya pada kasus-kasus yang diagnosisnya belum pasti.

Penggunaan polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteks ivirus


varicella-zoster pada kulit yang terkena daerah teling adapat membantu
membedakan antara pasien Bellpalsy dan pasien dengan sindrom Ramsay Hunt
pada tahap awal.8,10

DIAGNOSIS BANDING

Berdasarkan keluhan pasien dan temuan fisik yang beberapa penyakit


dapat dijadikan diagnosis banding untuk SRH, antara lain adalah Bells Palsy,
meringitis bulosa, otitis eksterna, dan trigeminal neuralgia.9,10

Diagnosis banding yang mungkin adalah Bells Palsy hal ini didasarkan
pada tampilan klinis yang terdapat kelamahan separuh otot wajah. Hal yang
sangat membedakan adalah adanya ruam pada SRH

Meningitis Bullosa memiliki karakteristik gambaran klinis pasien yaitu


tiba-tiba mengalami sakit telinga yang parah atau otalgia sifatnya berdenyut.
Nyeri biasanya terletak di dalam telinga, tetapi dapat menyebar ke ujung mastoid,
tengkuk, temporomandibula hingga ke seluruh wajah.Karakteristik pemeriksaan
fisik dari meningitis bullosa adalah adanya bulla pada membran timpani.Bulla
yang muncul paling sering pada sisi posterior atau postero inferior membran
timpani atau pada dinding kanalis posterior.Pada pemeriksaan pendengaran dapat
ditemukan adanya penurunan pendengaran.[16]
Otitis eksterna juga bisa dijadikan diagnosis banding berdasarkan adanya
otalgia, pruritus, keluarnya cairan dan hilangnya pendengaran. Pada pemeriksaan
didapatkan adanya nyeri tekan tragus dan liang telinga hiperemis dan bengkak.

KOMPLIKASI

Paralysis berat akan mengakibatkan tidak lengkap atau tidak sempunanya


kesembuhan dan berpotensi untuk menjadi paralysis fasial yang permanen dan
synkinesis.11,12

Adakalanya, virus dapat menyebar ke saraf-saraf lain atau bahkan ke otak


dan jaringan saraf dalam tulang punggung, menyebabkan sakit kepala, sakit
punggung, kebingungan, kelesuan, dan kelemahan.

Serangan sempoyongan atau vertigo bisa muncul sebagai komplikasi


Herpes Zoster di wajah.

PENATALAKSANAAN

Obat yang paling direkomendasikan untuk tatalaksana SRH adalah


kombinasi acyclovir dan prednisone. Berdasarkan penelitian yang tealh
dilaksanakan dari 80 pasien SRH dengan berbagai tingkat keparahan diobati
dengan acyclovir dan predniosen menunjukkan hasil kesembuhan total, tetapi
masih ada 52% yang menujukkan gejala sisa berupa kelumpuhan wajah dengan
grade I menurut House-Backman. Oleh sebab itu pemberian terapi dalam waktu 3
hari setelah ruam muncul menjadi penting untuk mencapai prognosis yang lebih
baik bagi kelumpuhan wajah parsial dan kehilangan pendengaran.Jika obat
diberikan lebh dari 7 hari onset ruam maka kesempatan bagi pasien yang
dinyatakan dalam grade 1 House backman memiliki kesempatan 30% untuk
sembuh.12,14
Lamanya pengobatan antivirus dalam studi telah bervariasi dari 7-21 hari.
Terapi pada individu normal dapat diberikan asiklovir 5x800mg sehari selama 7
hari. Steroid ini hanya boleh diberikan bersamaan dengan antiviral dan lamanya
penggunaan steroid tidak boleh melampaui masa terapi antivirus. Menurut Gupta
J dkk, penggunaan kortikosteroid 3-5 hari dengan regimen tapperring.
Kortikosteroid dapat diberikan selama 10-14 hari dengan dosis 40-60mg/hari atau
1mg/KgBB/hari dengan regimen tappering.15,16

PENCEGAHAN

Tidak ada pencegahan yang dilakukan pada Ramsay Hunt Syndrome,


tetapi kesembuhan dapat diperbaiki dengan pengobatan yang dini.17

PROGNOSIS

Baik seumur hidup, tetapi buruk untuk fungsi. Kelumpuhan saraf fasial
dipulihkan secara perlahan-lahan dan sering kali hanya pulih secara parsial.
Kerusakan cochleovestibular biasanya tidak dapat dikembalikan.18

Jika kerusakan saraf minimal, maka pemulihan yang sempurna biasanya


terjadi dalam beberapa minggu. Jika kerusakan lebih parah, mungkin tidak akan
memberikan kesembuhan yang sempurna, bahkan setelah beberapa bulan.

Hasil pemulihan akan lebih baik jika perawatan dimulai pada hari ke tiga
setelah gejala timbul. Kesembuhan yang sempurna akan tercapai pada 70% kasus
jika pengobatan dimulai pada saat ini. Namun, jika pengobatan tertunda lebih dari
3 hari, kesempatan untuk mencapai kesembuhan sempurna akan turun sekitar
50%. Anak-anak lebih memungkinkan untuk mencapai kesembuhan sempurna
dibanding orang dewasa.19,20
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasmussen, E.R., Ramsay Hunt Syndrome Revisited-Emphasis on Ramsay


Hunt Syndrome with Multiple Cranial Nerve Involvement. Virology
Discovery, Herbert Open Access Journal, 2014: p. 1-2.
2. Coulson, S., Prognostic Factors in Herpes Zoster Oticus (Ramsay HUnt
Syndrome). Otology and Neurotology, 2011. 32: p. 01.
3. Kim, D., Ramsay Hunt Syndrome Presenting as Simple Otitis Exerna
Departement of, 2008. 3: p. 248.
4. Munilson, J., Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindrom Ramsay Hunt.
Bagian Telinga HIdung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas 2009: p. 1.
5. JM, G., Seventh Cranial Neuropathy. Guideline, Feb 2009. 29: p. 5-13.
6. Sjarifudin, B., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga dan Tenggorok, Kepala
dan Leher. 6 ed. Kelumpuhan nervus fasialis perifer. 2007, Jakarta:
Fakultas Kedokteran Indonesia.
7. Anne Agur, A.D., Cranial nerves, in Grant's Atlas of Anatomy, J. Christ,
Editor. 2009, Lippincott William: U.S.A.
8. Gilden, S., Ramsay Hunt Syndrome. Nosological entities, 2001. 71: p. 149-
154.
9. worme, M., An unexpected case of Ramsay HUnt Syndrome: case report
and literature review. BioMed Central, 2013. 6: p. 2.
10. Uscatgui, T., Antiviral therapy for ramsay hunt syndrome (herpes zoster
oticus with facial palsy) in adults. The Cochrane Collaboration, 2009. 2: p.
1.
11. Costa, A., Ramsay Hunt Syndrome in the Differential Diagnosis of Stroke.
Images in Infection Disease, 3012: p. 663.
12. Chodkiewicz, H.M., Ramsay hunt syndrome revisited. Cutis, 2013. 91: p.
181-182.
13. Pieter. Ramsay HUnt Syndrome. What are the symptomps of ramsay hunt
syndrome 2014 [cited 2014 26 Sept].
14. Ho, C.-W., The Intervention of Rehabilitation Therapy on the Treatment of
Ramsay Hunt Syndrome. J-Med Science, 2004: p. 37-40.
15. Cummings, C., Bells Palsy: Spontaneus Idiopatic of Facial Paralysis, in
Cummings Otolaringology, Cumming, Editor. 2013, Elsevier Mosby.
16. Probst, R., Overview: Differential Diagnosis of Infalammatory Changes in
the External Ear, in Basic Otorhino-laryngology, G. Grevers, Editor. 2006,
Georg Thieme Verlag: NewYork.
17. Janniger, C., Herpes Zoster, in Medscape emedicine, D. Elston, Editor.
2014, http://www.emedicine-medscape.com. p. 2.
18. Miravalle, A. Ramsay Hunt Syndrome. 2012 6 Feb 2012 [cited 2014 25
Sep ].
19. JAn, A.M., Unilateral Facial Swelling Caused by Ramsay Hunt Syndrome
Resembles Odontogenic Infection. Practique Clinique, 2006. 72: p. 829.
20. Menner, A., Ramsay Hunt Syndrome, in A Pocket Guide to the Ear,
Elmira, Editor. 2003, Stuttgart: New york.

Anda mungkin juga menyukai