Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan dalam kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
dengan adanya kelainan malpresentasi malposisi1. Sepeti Presentasi dahi ialah
keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi
maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah.
Presentasi ganda terjadi bila ekstremitas (bagian kecil janin) prolaps disamping
bagian terendah janin. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong
sebagai bagian terendah (presentasi bokong). Distosia bahu setelah melahirkan kepala,
akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal
dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring
(oblique) dibawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simpisis intra uterine. Diagnosa presentasi ganda terjadi jika prolaps tangan
bersama dengan bagian terendah janin, lengan yang mengalami prolaps dan kepala
janin terdapat di rongga panggul secara bergantian. Ibu hamil dengan presentasi
ganda di wilayah Banten tahun 2007 sebanyak 2 orang, tahun 2008 sebanyak 2 orang
dan tahun 2009 (sampai dengan bulan agustus) sebanyak 3 orang. Ibu hamil dengan
faktor resiko usia kurang dari 20 tahun di Banten pada 2007 adalah 38 orang (%) dan
pada tahun 2009 (sampai bulan agustus) adalah 40 orang (%)2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke depan
dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang-kadamg UUK tidak
berputar kedepan tetapi tetap berada dibelakang, yang disebut Positio Ociput
Posterior.3

II. Anatomi dan Fisiologi


II.1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita
Anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam dua golongan yaitu:
genetalia eksterna dan genetalia interna4.
1. Genetalia Eksterna (bagian luar)
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus inferior dan
perineum. Antara lain:
a. Mons veneris / mons pubis
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan lemak dan
sedikit jaringan ikat yang terletak di atas shympisis pubis. Setelah pubertas
kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-rambut. Mons veneris berfungsi
untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk
estetika.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan
menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan belakang.
Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum (pemisah anus
dengan vulva).
c. Labia Minora atau Nimfae
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut.
Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk prepusium klitoridis

2
dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir kecil
ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Clitoris
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis
laki-laki. Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan pembuluh-
pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior dalam vestibula.
Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di dalamnya serta merupakan
daerah erotik yang mengandung pambuluh darah dan syaraf.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir
kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar
Bartholini, dua lubang saluran Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan
yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.
f. Kelenjar Bartholini
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena
dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks,
dan salurannya keluar antara himen dan labia minora.
g. Hymen
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan
mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen tertutup seluruhnya
disebut hymen imperforata dan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi.
h. Orifisium uretra externa
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris.
Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air kencing.

3
i. Perineum
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih
4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus eksterna dan interna
serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-cabangnya.

Gambar 1. Genitalia eksterna

2. Genetalia Interna (bagian dalam)


Genetalia interna antara kandung terdiri dari :
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebur rugae dan terutama di
bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina, menonjol serviks bagian dari uterus.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri
membagi puncak vagina menjadi forniks anterior (depan), forniks posterior
(belakang),forniks dekstra (kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina

4
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5.
Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina
adalah:
sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan
darah pada waktu haid dan sekret dari uterus.
sebagai alat persetubuhan.
sebagai jalan lahir pada waktu partus.
b.Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di
dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan kandung kencing di
depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti
buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar
rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Diding rahim terdiri dari 3
lapisan :
Peritoneum
Myometrium
Endometrium

c. Tuba uterina
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum
latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba internum pada dinding
rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular, dengan panjang sekitar 12 cm
dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
1) Pars interstitialis (intramularis)
2) Pars isthmika tuba
3) Pars ampularis tuba
4) Pars infundibulo tuba

5
d. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri
uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer.
Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus
haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang
menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).

Gambar 2. Genitalia interna

II. 2. Fisiologi Persalinan


Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan
dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan
kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus
meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk
pengeluaran janin dari rahim ibu5.
Tahapan persalinan terdiri dari6
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks,
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

6
Persalinan Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten, di mana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
Fase aktif (pembukaan serviks 4 cm-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase
Fase akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
Fase dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
Fase deselerasi, berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
10 cm

2.Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam
dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
Perineum terlihat menonjol
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
Peningkatan pengeluaran lendir darah
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
Pembukaan serviks telah lengkap
Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

7
3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir.

4. Kala IV (Kala Pengawasan)


Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses
tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan pernafasan
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc

Persalinan dapat berjalan normal apabila ketiga faktor fisik 3 P yaitu power, passage,
passanger dapat bekerjasama dengan baik. Selain itu terdapat 2 P yang merupakan
faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi jalannya persalinan
terdiri atas psikologi dan penolong.

a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu.

His (Kontraksi Uterus)


His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari
kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut
his. His dibedakan sebagai berikut :6
His Pendahuluan

8
His pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan bersifat tidak teratur dan menyebabkan
nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar
dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan.
His Persalinan
Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita, yang
ditentukan oleh kondisi jiwanya. kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak
dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat dipengaruhi dari luar, misalnya rangsangan
oleh jari-jari tangan.
Sifat his yang normal adalah sebagai berikut :
Kontraksi otot rahim dimulai dari cornu
Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi di fundus uteri
Kekuatannya seperti gerakan memeras isi rahim
Otot rahim yang tidak berkontraksi tidak kembali ke panjang semula,
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim
Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu menipis dan membuka
Hal-hal yang harus diobservasi pada his persalinan adalah sebagai berikut : frekuensi,
amplitude/intensitas, aktivitas his, durasi his, datangnya his terjadi sering,
teratur/tidak, dan masa relaksasi.

b. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap
jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :
Bagian keras : tulang-tulang panggul
Bagian lunak : uterus, otot dasar panggul, dan perineum

c. Passanger (Janin dan Plasenta)

9
Janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Janin dapat
mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Kepala banyak
mengalami cedera pada persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan
kehidupan janin. Pada persalinan, oleh karena tulang-tulang masih dibatasi fontanel
dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat menyisip antara tulang yang
satu dengan yang lainnya (disebut moulage/molase) sehingga kepala bayi bertambah
kecil. 1

Postur Janin dalam rahim


Istilah-istilah yang dipakai untuk kedudukan janin dalam rahim adalah sebagai
berikut : 5,6
Sikap (Attitude = habitus)
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian yang lain.
Janin mempunyai sikap yang khas saat berada dalam rahim. Pada kondisi normal,
punggung janin sangat fleksi ke arah dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut.

Gambar 3. Berbagai sikap janin


Letak (lie = situs)
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada pada sumbu ibu. Letak
adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu panjang
ibu (punggung ibu). Macam letak adalah letak membujur (longitudinal), letak lintang
(transverse lie), dan letak miring (oblique lie).

10
Gambar 4. Letak janin
Presentasi (Presentation)
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya
presentasi kepala, bokong, bahu dan lain-lain.
Bagian terbawah (Presenting Part)
Sama dengan presentasi, hanya diperjelas istilahnya. Presentasi adalah bagian
janin yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir
saat persalinan mencapai aterm. Bagian presentasi ialah bagian tubuh janin yang
pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat pemeriksaan dalam.
Posisi (Position)
Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah apakah
sebelah kanan, kiri, depan, belakang kepala, UUK atau kanan belakang.

11
Gambar 5. Bagian terbawah dan presentasi janin

Mekanisme Persalinan Normal


Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai berikut :1,6
a. Penurunan kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya
baru terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada
kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi
dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong
janin.

12
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan
majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini, dagu dibawa
lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun
besar. Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks, dinding pelvis.
c. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah
simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-
ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah simfisis. Rotasi
dalam penting untuk menyelesaikan persalinan karena merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan
pintu bawah panggul.
d. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di
bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika kepala yang fleksi
penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi, maka kepala
akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
e. Rotasi luar (putaran paksi luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hipomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

13
\
Gambar 6. Mekanisme Persalinan Normal

III. Etiologi
Salah satu sebab terjadinya posisi oksipitalis oksiput posterior persisten ialah
usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Misalnya: apabila
diameter anterior posterior lebih panjang dai diameter transfersa seperti pada panggul
antropoid atau segmen depan menyempit seperti pada panggul android, maka ubun-
ubun kecil akan mengalami kesulitan memutar ke depan. Sebab-sebab lain adalah
otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang
kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin, untuk
memutar ke depan.7

14
Berikut adalah sebab oksipito posterior persisten:8
a. Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
b. Letak punggung janin dorsoposterior
c. Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
Perut gantung
Janin kecil atau janin mati
Arkus pubis sangat luas
Dolichocephali
Panggul sempit

V. Mekanisme Persalinan Oksipito-posterior


Pada persalinan belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil
dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri
belakang atau kanan belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada dikiri atau dikanan
belakang pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu
bila kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran
normal. Dalam keadaan fleksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul
ialah oksiput. Oksiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dengan levator
aninya membentuk ruang yang lebih luas kedepan, sehingga memberi tempat yang
sesuai dengan oksiput.8

15
Gambar 7. Rotasi panjang kearah anterior
Dengan demikian keberadaan ubun-ubun kecil diberlakang masih dapat
dianggap sebagai variase persalinan biasa. Setelah dilatasi lengkap, perputaran paksi
dalam akan terjadi melalu satu dari 3 cara dibawah ini

Gambar 8. Kemungkinan arah Putar Paksi Dalam ( PPD) pada posisio oksipitalis
posterior

16
1. 65% kasus, kepala melakukan PPD sejauh 1350 sehingga occiput berada
dibelakang simfisis (rotasi panjang) persalinan spontan pervaginam
normal.
2. 20% kasus, kepala tidak dapat melalukan PPD secara lengkap sehingga ubun-
ubun kecil berada dikiri atau dikanan (deep tranverse arrest).
3. 15% kasus, terjadi PPD 450 kearah posterior (rotasi pendek) positio
occipitalis posterior persisten.
Pada kurang dari 10 % keadaan, kadan-kadang ubun-ubun kecil tidak
berputar kedepan sehingga tetap dibelakang. Keadaan ini dinamakan posisi posterior
persisten9 .

Gambar 9. Rotasi pendek kearah posterior (mendekati sacrum)

Salah satu sebab terjadinya posisi oksipitalis oksiput posterior persisten ialah
usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Misalnya: apabila
diameter anterior posterior lebih panjang dai diameter transfersa seperti pada panggul
antropoid atau segmen depan menyempit seperti pada panggul android, maka ubun-
ubun kecil akan mengalami kesulitan memutar ke depan. Sebab-sebab lain adalah
otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang
kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin, untuk
memutar ke depan 7

17
Bila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar persalianan
pada posisi oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung secara spontan tetapi
pada umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka di bawah
simpisis dengan mekanisme sebagai berikut. Setelah kepala mencapai dasar panggul
dan ubun-ubun besar berada di bawah shimpisis dengan ubun-ubun besar tersebut
sebagai hipomoklion, oksiput akan lahir melalui perineum diikuti bagian kepala yang
lain. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di belakang menyebabkan regangan
yang besar pada vagina dan perineum, hal ini disebabkan karena kepala yang sudah
dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat menambah fleksinya lagi. Selain itu
seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu
bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar
dibandingkan dengan sirkumferensia sub oksipitooksipitalis, kedua keadaan tersebut
dapat menimbulkan kerusakan pada vagina dan perineum yang luas7.

V. Diagnosis
Untuk mendiagnosis kepala janin dalam posisi oksipito-posterior persisten,
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan fisik dan penunjang inpartu, diantaranya 7,8
1. Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan fisik abdomen, dilakukan palpasi dengan teknik leopold
guna mengetahui letak dan posisi janin. Pada posisi oksiput posterior persisten
didapatkan bagian bawah perut mendatar, punggung janin teraba disatu sisi pinggang
ibu dan eksremitas janin berada di anterior. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
auskultasi dan didapatkan suara denyut jantung janin (DJJ) terdengar paling keras
disatu sisi pinggang ibu.

2. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam vagina (VT) didapatkan fontanela anterior dekat
sacrum, fontanela anterior mudah teraba jika kepala dalam keadaan defleksi.
Terabanya occiput dan ubun-ubun besar di depan dan ubun-ubun kecil di belakang
juga merupakan suatu tanda

18
Gambar 10. Posisi UUK pada Oksipito Posterior Persisten
3. Ultrasonografi
Pemeriksaan imaging USG pada tahap intrapartum dapat memberikan
informasi posisi kepala janin. Pemeriksaan ini dilakukan secara transversal diatas
pubis dan posisi orbita janin yang nampak dijadikan acuan.

Gambar 11. Pemeriksaan USG pada Oksipito Posterior Persisten


VI. Tatalaksana
Menghadapi persalinan dengan UUK di belakang sebaiknya dilakukan
pengawasan persalinan yang seksama dengan harapan terjadinya persalinan spontan.
Tindakan untuk mempercepat jalanya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu
lama atau ada tanda-tanda bahaya terhadap janin. 9
Pada presentasi belakang kepala kadang-kadang kala II mengalami kemacetan
dengan kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi UUK melintang.
Keadaan ini dinamakan posisi lintang tetap rendah (deep tranverse arrest).

19
Pimpinan Persalinan
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 :
a. Sabar menunggu, karena ada harapan UUK akan memutar kedepan dan janin
akan lahir spontan.
b. Ibu berbaring miring kearah punggung janin.
c. Bila ada indikasi dan syarat telah terpenuhi, dilakukan ekstraksi forsep, ada
2 cara :
Menurut SCANZONI
Menarik saja dengan UUK dibelakang
Setelah kepala mencapai dasar dan UUB berada dibawah simfisis,
dengan UUB sebagai hipomoklion oksiput lahir melalui perineum diikuti
bagian kepala yang lain. Bila persalinan memanjang : periksa ketuban, bila
ketuban intak lakukan amniotomi, bila kepala turun >3/5 atau diatas H 2
lakukan Sectio Caesaria.
Bila belum lengkap dan tidak ada CPD berikan oksitosin drip. Bila
kepala turun hingga 1/5 atau 0/5 lakukan ekstraksivakum atau forcep. Jika
terjadi CPD atau gawat janin lakukan Sectio Caesaria

20
Gambar 12a,b,c. Tatalaksana Persalinan pada Oksipito Posterior Persisten

Penanganan Khusus
Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi, 1998 :
Rotasi secara spontan menjadi oksiput anterior terjadi pada 90% kasus.
Persalinan yang terganggu terjadi jika kepala janin tidak rotasi atau turun. Para
persalinan dapat terjadi robekan perineum yang tidak teratur atau ekstensi episiotomi.
a. Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ lebih dari 180 atau kurang dari
100 pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
b. Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban dengan pengait amnion atau klem kocher.
c. Jika pembukaan serviks bekum lengkap dan tidak ada tanda abstruksi, akselerasi
persalinan dengan desitoksin.
d. Jika pembukaan serviks lengkap dab tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran
periksa kemungkinan adanya obstruksi. Jika tidak ada obstruksi, akselerasi
persalinan dengan aksitoksin.
e. Jika pembukaan lengkap dan jika :
1) Kepala janin teraba 3/5 atau lebih diatas simfisis pubis (PAP) atau kepala
diatas stasion (-2) lakukan seksio sesarea.
2) Kepala janin diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisis pubis atau bagian terdepan
kepala janin diantara stasion 0 dan -2 :

21
ekstraksi vakum
seksio sesarea
3) Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau bagian terdepan dari
kepala janin berada di stasion 0, lakukan ekstraksi vakumatau ekstraksi
cunam.

22
BAB III
PENUTUP

Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke depan
dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang-kadamg UUK tidak
berputar kedepan tetapi tetap berada dibelakang, yang disebut POSITIO OCIPUT
POSTERIOR. Salah satu sebab terjadinya posisi oksipitalis oksiput posterior
persisten ialah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Misalnya: apabila diameter anterior posterior lebih panjang dai diameter transfersa
seperti pada panggul antropoid atau segmen depan menyempit seperti pada panggul
android, maka ubun-ubun kecil akan mengalami kesulitan memutar ke depan.
Pemeriksaan imaging USG pada tahap intrapartum dapat memberikan informasi
posisi kepala janin. Pemeriksaan ini dilakukan secara transversal diatas pubis dan
posisi orbita janin yang nampak dijadikan acuan. Menghadapi persalinan dengan
UUK di belakang sebaiknya dilakukan pengawasan persalinan yang seksama dengan
harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk mempercepat
jalanya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama atau ada tanda-tanda bahaya
terhadap janin

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam: Wiknjosastro H,


Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1994; 302-312
2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY, Hillard
PA: Novaks gynecology 12th edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins Co, 1996;963-
979
3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG.
First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGrawHill;
2008:298-325
4. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforths Obstetric and
Gynecology 10th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61 -70
5. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250
6. Wiknjosastro WB. Kelainan dalam lamanya kehamilan. In Wiknjosastro WB, Saifuddin
AB. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009
7. Malvasi A, Tinelli, A et al. Intrapartum sonography for occiput posterior detection in eary
low dose combined spinal epidural analgesia by sufentanil and ropivacaine. European
Review for Medical and Pharmacological Science. 2010;14: 799-806
8. Vidal F, Simon C, Cristini C. Intrumental Rotation for Persistent fetal occiput posterior
position: A way to decrease maternal and neonatal injury? PLOS One 2013: Vol 8 issue
10 e78124
9. Guitter MJ, Veroniquw OG. Maternal positioning to correct occipito-posterior fetal
position in labour: a randomised controlled trial. Biomedical central Pregnancy and
Childbirth. 2014;1471-2393/14/83

24

Anda mungkin juga menyukai