Anda di halaman 1dari 55

Tuli Sensorineural Bilateral

Maria Margaretha
11.2014.307
Pembimbing: dr. Daneswarry, Sp. THT-KL

Gangguan pendengaran
Dibagi menjadi 4 iaitu tuli konduktif, tuli sensoris,tuli
sentral dan tuli campur (konduktif dan sensoris)
Etiologi daripada tuli konduktif
-sumbatan saluran telinga (ear wax, benda asing,
cairan)
-peradangan pada liang telinga sehingga menutup
liang telinga
-kongenital (atresia liang telinga, anotia)
-membrane timpani mengeras (usia lanjut)
-osikel pendengaran (kekauan tulang-tulang

Tuli sensorineural
Koklear dan retrokoklear
Koklear (organ corti) mengalami kerusakan
Etiologi
-penuaan sel-sel rambut organ corti (presbikusis)
-infeksi pada labirin
-obat-obatan yang ototoksik
Retrokoklear
-neuroma akustik, tumor sudut pons-sereblum, myeloma multiple, cedera
otak, perdaraha otak, atau kelainan otak
Tuli sentral
Masalah pada CNS, perdarahan otak, tumor otak

Penyebab yang diketahui


Noiced induced hearing loss
Acute acoustic trauma gangguan pendengaran akibat pajanan
bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang lama biasanya
diakibatkan oleh bising di lingkungan kerja
Sifat ketulian adalah tuli sensorineural
Bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai
frekuensi
Bising yang intensitasnya 85 dB atau lebih dapat mengakibatkan
kerusakan pada organ corti di telinga dalam
Yang sering mengalami kerusakan adalah reseptor bunyi yang
berfrekuensi 3000 Hz sampai dengan 6000 Hz dan yang terberat
adalah pada reseptor bunyi 4000 Hz

Gejala
Kurang pendengaran disertai tinitus atau tidak
Biala sudah berat sukar untuk menangkap percakapan dengan
kekerasan biasa dan bila sudah lebih berat percakapan dengan suara
keras sulit untuk difahami.
Dapat menimbulkan reaksi adaptasi= respon kelelahan akibat
ransanggan bunyi dengan intensitas 70 dB SPL atau kurang
Peningkatan ambang suata sementara= peningkatan ambang dengar
akibat daripada pajanan bising dengan intensitas yang cukup tinggi.
Pemulihan dalam beberapa minit atau jam jarang dalam satuan hari
Peningkatan ambang yang menetap= merupakan keadaan dimana
terjadi peningkatan ambang dengar menetap akibat pajanan bising
dengan intensitas sangat itnggi berlansung singkat atau berlansung
lama

Labirinitis
Infeksi atau inflammasi pada labirin
3 jalan utama= timpanogenik, meningeal, dan hematogenous
Tymphanogenic= infeksi atau inflammasi ditransmisi melalui jendela bundar atau bulat
Meningeal=bilateral dari ruang intracranial
Hematogenous= virus atau bakteri. Hilang pendengaran dan kesiembangan
Terdapat dua bentuk labirintis iaitu serosa dan supuratif
Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan sirkumsripta
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinitis umum (general)
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas
(labirinitis sirsikumripta) menyebabkan terjadinya vertigo atau tuli saraf sahaja
Pada labirinitis serosa, toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif kronis, sel radang menginvasi labirin sehingga
terjadinya kerosakan yang irreversible seperti fibrosis dan osifikasi.

Klasifikasi Labirinitis
Scuknetch membagi labirinitis itu menjadi 4 stadium
1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi akibat perubahan kimia di dalam ruang
perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang menembus
membrane baries labirin seperti melalui membrane rotundum tanpa invasi bakteri.
2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat infeksi bakteri dalam ruang perilimf
disertai respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaab ini kerusakan fungsi
pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible
3. Labirinitis kronik supuratif iaitu terliibatnya labirin oleh bakteri dengan respon inflamasi
jaringan sudah dalam jangka waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan suatu
komplikasi dari penyakit telinga tengah kronis dan pennyakit mastoid.
4. Labrinitis fibroseus iaitu suatu respon fibroseous di mana terkontrolnya peroses
inflamasi pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari
ruangan labirin dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini juga
disebut sebagai stadium penyembuhan

Gejala dan tanda


Gangguan vestibular dan gangguan koklea iaitu terjadinya vertigo,
dan kurang pendengaran derajat ringan sehingga menengah secara
tiba-tiba. Pada sebgian besar kasus gejala ini dapat membaik sendiri
sejalan dengan waktu dan kerosakan yang terjadi juga bersifat
reversible.
Pada labirinitis difusa supuratif gejala yang sama timbul pada
labirinitis lokalisata tetapi perjalanan perjalanan penyakit pada
labirinitis difusa berlansung lebih cepat dan hebat, didapatkan
gangguan vestibular, vertigo yang hebat, mual dan muntah dengan
disertai nystagmus.
Gangguan pendengaran menetap, tipe sensorineural pada penderita
ini tidak dijumpai demam dan tidak ada rasa sakit di telinga.

Tuli akibat obat ototoksik


Gejala: tinnitus, gangguan
pendengaran dan vertigo
merupakan gejala utama
ototoksisitas
Tinitus biasanya menyertai segala
jenis tuli sensorineural oleh sebab
apa pun dan seringkali mendahului
serta lebih mengganggu daripada
tulinya sendiri.
Tinitus yang berhubungan dengan
ototoksisitas cirinya kuat dan
bernada tinggi berkisar antara 4
KHz sampai 6 KHz

Tuli mendadak
Tiba-tiba hilang pendengaran
Penyebab tidak dapat lansung diketahui
Tipe sensorineural
Penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit
tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audimetri dan
berlansung dalam waktu kurang dari 3 hari.
Kerosakan terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen
Etiologi oleh beberapa hal misalnya iskemi koklea karena thrombosis,
spasme, perdarahan arteri auditiva interna.
Infeksi virus sppt campak, parotis, virus influenza B menyebabkan
kerosakan pada organ corti, membrane tektoria dan selubung myelin
saraf.

Gejala
Timbulnya tuli pada iskemi koklea dapat bersifat
mendadak atau menahun secara tidak jelas.
Kadang bersifat sementara atau berulang dalam
serangan tetapi biasanya menetap.
Tuli unilateral atau bilateral
Dapat disertai dengan gejala tinnitus atau vertigo

Neuroma akustika
Tumor intrakrania yang berasal dari sel selubung Schwan nervus
vestibuler atau nervus koklearis
Lokasi tersering berada di cerebelopontin angle
Trauma lansung terhadap nervus koklearis
Gangguan suplai darah ke koklea
Manifestasi klinis
-gangguan pendengaran bisa timbul secara bertahap atau
mendadak
-gangguan seperti tinnitus atau vertigo
-gangguan pendengaran dapat terjadi unilateral atau bilateral

Presbikusis
Tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses
degenerasi organ pendengaran, simetris yang terjadi
secara progresif, lambat serta tidak ada kelainan lain
yang mendasari selain proses menua secara umum.
Presbkusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi
yang simetris dapat dimulai pada frekuensi 1000Hz atau
lebih.

Etiologi
Dimulai dengan atrofi di
bagian epitel dan saraf
organ corti
Degenerasi sel ganglion
spiral
Usia 60 tahun ke atas
Metabolism
Penyakit jantung, DM
Pajanan bising

Patogenesis
Degenerasi koklear
Degenerasi stria vaskularis
-efek pada potensial endolimfe
yang berfungsi untuk amplifikasi
koklea.
-degenerasi stria yang melebihi 50
% maka nilai potensial endolimfe
akan turun secara drastis
Degenerasi sel organ corti dan
saraf-saraf dimulai dari basal
hingga ke apeks koklear

Patofisiologis klinis
Penurunan sensitivitas
suara pada frekuensi
tinggi merupakan tanda
utama
Kehilangan sel rambut
pada basal koklear
Diperberat dengan obat
ototoksik, usia dan
pajanan bising

Klasifikasi presbikusis
Schuknetch membagi klasifikasipresbikusis menjadi 4
1)sensori (outer hair cell)
2)neural (ganglion sel)
3) metabolic (strial atropy)
4)koklea konduktif

Sensori
Atrofi epitel disertai hilangnya
sel-sel rambut dan sel
penyokong organ corti.
Berasal dari bagian basal
koklear dan menjalar ke arah
apeks
Ciri khas terjadi penurunan
pendengaran secara tiba-tiba
pada frekuensi tinggi
Neural
Atrofi sel-sel saraf di koklear dan
jalur saraf pusat.

Metabolik
Atrofi stria vaskularis
Potensial mikrofonik
menurun.
Fungsi sel dan
kesimbangan bio-kimia/bio
eletrik koklea berkurang

Mekanikal
Gangguan gerakan
mekanis di membrane
basalis
Kekuan dan penebalan
sekunder membrane
basilaris
Audiogram yang menurun
dan simetris

Audiogram

Pendengaran normal:

AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB


AC dan BC berhimpit tidak ada gap

Tuli sensorineural:

AC dan BC lebih dari 25 dB


AC dan BC berhimpit tidak ada gap

Tuli konduktif

BC normal atau kurang dari 25 dB


AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat gap

Tuli campur

BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC, terdapat gap

Noice induced hearing loss

Bising intensitasnya 85 dB atau kebih dapat mengakibatkan


kerosakan organ corti untuk resptor bunyi yang berfrekuensi
3000 Hz- 6000 Hz.

Terberat kerosakan pada reseptor bunyi 4000 Hz

Anamnesis
Keluhan pendengaran sudah berapa lama?mendadak atau progresif?
Keluhan semakin memberat atau ada pembaikan?
Ada berdengigng pada telinga yang sakit?pada suara keras ada rasa
nyeri pada telinga?
Sulit untuk memahami bicara di tempat yang ramai orang?
Ada gejala lain seperti nyeri kepala, mual, pusing?
Nyeri telinga?cairan?demam?gatal pada telinga?
Riwayat obat otottoksik?hipertensi?DM?
Merokok?
Riwayat keluarga?
Riwayat alergi?

PF penala
1. Pemeriksaan fisik telinga
-bentuk daun telinga
-liang telinga
-membrane timpani
2. Pemeriksaan garpu tala
-tes Rinne
-tes Weber
-tes Swabach
3. Pemeriksaan audiometri khusus
-audiometri nada murni
-audiometri bicara
-Tes SISI
-Tes kelelahan (TTD, STAT)

Audiometri Murni
Derajat kurang pendengaran dihitung dengan
menggunakan indeks Fletcher iaitu
Ambang dengar (AD) = (AD 500 Hz+ AD 1000 Hz+ AD
2000 Hz) /3
Menurut kepustakaan baharu nilai frekuensi 4000 Hz
turut diperhitungkan.
Ambang dengat (AD) = (AD 500 Hz+ AD 1000 Hz+ AD
2000 Hz+ AD 4000Hz) /4

Derajat kurang pendengaran (AC) saja


Derajat menurut Jerger:
0-25 dB: normal
>25-40 dB: tuli ringan
>40-55 dB: tuli sedang
>55-70 dB: tuli sedang berat
>70-90 dB: tuli berat
>90 dB: tuli sangat berat

Audiometri Tutur
Dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus
Pasien diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui
kaset tape recorder.
Pada tuli perseptif koklear, pasien sulit untuk membedakan bunyi S, R,
N, C, C, H, CH
Kata yang betul:
90-100%:pendengaran normal
75-90%:tuli ringan
60-75%: tuli sedang
50-60 %: kesukaran mengikuti perbicaraan sehari-hari
<50%: tuli berat

Pemeriksaan audimoteri tutur adalah untuk meninlai


kemampuan pasien dalam perbicaraan seharian
SRT (speech reception test): kemampuan untuk
mengulangi kata-kata yang benar sebanyal 50%
biasanya 20-30 dB di atas ambang pendengaran
SDS (speech discrimination score): skor tertinggi yang
dapat dicapai oleh seseorang pada intensitas tertentu

Tes sisi (short increment sensitivity


index)
Untuk mengetahui adanya kelainan koklea dengan
memakai fenomena rekrutment iaitu keadaan koklear
yang dapat mengadaptasi secara berlebihan peninggian
intensitas yang kecil
Cara pemeriksaan adalah dengan menentukan ambang
dengar pasien terlebih dahulu misalnya 30 dB
Kemudian diberikan ransangan 20 dB di atas ambang
ransang jadi 50 dB. Setelah itu diberikan tambahan
ransang 5 dB, 4 dB, 3 dB, 2 dB dan terakhir 1 dB
Tes positif apabila dapat membedakan bunyi tersebut

Tes Kelelahan
Terjadinya kelelahan saraf oleh karena peransangan terus menerus
Tandanya pasien tidak dapt mendengat dengan telinga yang diperiksa
Ada dua cara:
-TTD: threshold tone decay
-STAT: supra threshold adaptation test
TTD:
Cara Garhart:
-ransangan terus menerus pada telinga yang diperiksa dengan intensitas yang sesuai dengan ambang dengar,
misalnya 40 dB.
Setelah 60 detik masih dapat mendengar bererti tidak ada kelehan (decay) jadi hasil tes negative.
Kemudian intensitas ditambah ditambah 5 dB jadi 45 dB maka pasien dapat mendengar lagi.ransangan dieruskan
sampai 60 detik. Dalam 60 detik dihitung penambahan intensitasnya:
Penambahan:
0-5 dB: normal
10-15 dB: ringan (tidak khas)
20-25 dB: sedang tidak khas
>30 dB: berat khas ada kelehana

Penatalaksanaan tuli sensorineural


Tuli sensorineural tidak dapat diperbaiki dengan terapi
medis tetapi dapat distabilkan dengan menyediakan
alat bantu dengar (amplifikasi) khusus. Volume suara
akan ditingkatkan melalui amplifikasi, tetapi suara akan
tetap teredam. Saat ini, alat bantu digital yang di
program sudah tersedia, dimana dapat diatur untuk
menghadapi keadaan yang sulit untuk mendengarkan

Identitas pasien
Nama: Ny. T
Usia : 68 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat: Pandaman Jakarta

Jenis kelamin: Perempuan


Agama: Buddha
Pendidikan: SMP
Status menikah: Sudah
menikah

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada
tanggal 11 April jam 1100 WIB
Keluhan utama: Pendengaran kurang jelas di telinga kiri
dan kanan tetapi telinga kanan lebih parah gangguan
pendengarannya dan semakin memberat sejak 3 bulan
sebelum berobat ke poliklinik THT RSUD tarakan.
Keluhan tambahan : Kemerahan dan gatal di tangan
kiri pasien.

Riwayat penyakit sekarang


Pasien wanita usia 68 tahun datang ke poliklinik THT
RSUD Tarakan dengan keluhan telinga kiri dan kanannya
tidak dapat mendengar dengan baik terutama di
sebelah kanan. Pasien menyatakan bahwa sudah
mengalami gangguan pendengaran sejak 2 tahun yang
lalu dan semakin memberat sejak 3 bulan sebelum
berobat ke poliklinik THT. Gangguan pendengaran yang
dialami pasien bersifat progresif dimana gejalanya
semakin memburuk selama dua tahun tersebut. Pasien
sulit untuk mencari arah sumber suara dan mengalami
kesulitan untuk memahami perbicaraan orang lain

RPS 2
Pasien juga mengatakan tidak pernah mengeluh cairan
yang keluar dari telinga atau riwayat trauma. Pasien
tidak pernah mengambil antibiotik untuk jangka waktu
yang lama melainkan obat salep pada kulit. Riwayat
terapi untuk anti-tumor juga tidak ada. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan DM dengan kontrol obat teratur.
Obat yang diminum oleh pasien adalah amlodipine
untuk hipertensinya. Keluhan lain seperti pusing, mual,
muntah, nyeri kepala, nyeri telinga, cairan dan gatal
pada telinga tidak ada. Pasien memiliki riwayat alergi
namun tidak berat hanya gatal di tangan setelah

RPS 3
Pasien sebelum ini pernah menjadi konveksi selama 40
tahun dan mengatakan bahwa suasana di tempat kerja
pasien sangat berisik dengan bunyi mesin jahit. Waktu
kerja itu adalah dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore
selama 5 hari seminggu.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak pernah memiliki keluhan pada telinga,
hidung dan tenggorokan sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan DM selama satu tahun terakhir.
Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan dalam keluarga pasien tidak ada
yang memiliki riwayat alergi atau asma.

PF telinga

Bentuk daun telinga

Kelainan kongenital

Kanan
Kiri
Normotia, simetris kanan- Normotia, simetris kanankiri, pseudokista (-),

kiri

perikondritis (-)

pseudokista

perikondritis (-)

Mikrotia (-), makrotia (-),

Mikrotia (-), makrotia (-),

(-),

fistula (-), atresia (-), bats fistula (-), atresia (-),


ear (-), lops ear (-),

bats ear (-), lops ear (-),

cryptotia (-), satyr ear (-). cryptotia (-), satyr ear (-).
Radang, Tumor

Kalor (-), rubor (-),

Kalor (-), rubor (-),

dolor(-), massa(-)

dolor(-), massa(-)

Penarikan daun Nyeri tarik

Nyeri tarik

telinga

auricula (-)

Kelainan

auricula (-)

pre, Fistula pre-

Fistula pre-

infram

auricular (-),

auricular (-),

retroaurikuler

hematoma (-),

hematoma (-),

abses (-),

abses (-),

massa (-),

massa (-),

sikatriks (-),

sikatriks (-),

edema (-), nyeri edema (-), nyeri


(-), hipertermi (-) (-), hipertermi (-)

Region mastoid Massa (-),

Massa (-),

hiperemis (-),

hiperemis (-),

oedem (-), nyeri

oedem (-), nyeri

(-), abses (-)

(-), abses (-)

Liang telinga

Lapang,

Lapang,

edema (-),

edema (-),

stenosis (-),

stenosis (-),

atresia (-),

atresia (-),

furunkel (-),

furunkel (-),

jar. Granulasi

jar. Granulasi

(-), hiperemis

(-), hiperemis

(-), serumen

(-), serumen

(-), sekret (-),

(-), sekret (-),

laserasi (-),

laserasi (-),

massa (-), hifa massa (-), hifa


(-),

(-),

perdarahan

perdarahan

aktif (-),

aktif (-),

clotting (-),

clotting (-),

Tes penala
Rinne
Weber
Swabach
Penala yang
dipakai

Sinistra
Dekstra
Positif
Positif
Lateralisasi ke kiri
Memendek
Memendek
512 Hz
512 Hz

Kesan : Terdapat
gangguan sensorineural
di telinga kiri dan kanan

Hidung
Rhinoskopi anterior

Bentuk

Tanda peradangan

Dextra
Normal. Saddle nose
(-), hump nose (-),
agenesis (-), hidung
bifida (-), atresia nares
anterior (-), tidak ada
deformitas.
Kalor (-), rubor (-),

Sinistra
Normal. Saddle nose
(-), hump nose (-),
agenesis (-), hidung
bifida (-), atresia nares
anterior (-), tidak ada
deformitas.
Kalor (-), rubor (-),

dolor(-), fungsiolesa

dolor(-), fungsiolesa

(-), massa(-), edema

(-), massa(-), edema

(-)

Daerah
frontalis

(-)

sinus Nyeri tekan (-), nyeri Nyeri tekan (-), nyeri


dan ketuk (-), krepitasi (-)
ketuk (-), krepitasi (-)

Vestibulum

Tampak
bulu
hidung,
laserasi
(-),
sekret
(-),
furunkel (-), krusta
(-), tanda radang
(-), abses (-)

Cavum nasi

Lapang, , sekret (-),


massa (-), krusta (-),
benda
asing
(-),
tumor (-), polip (-)

Konka inferior

Hiperemis (-), edema


(-),livid (+), eutrofi

Meatus
inferior

nasi Terbuka, sekret (-),


massa(-), edema (-)

Meatus
medius

nasi Lapang, benda asing


(-),
sekret
(-),

Tampak
bulu
hidung,
laserasi
(-),
sekret
(-),
furunkel
(-),
krusta
(-),
tanda
radang
(-), abses (-)
Lapang, , sekret
(-), massa (-),
krusta (-), benda
asing (-), tumor
(-), polip (-)
Hiperemis
(-),
edema
(-),livid
(+), eutrofi
Terbuka,
sekret
(-),
massa(-),
edema (-)
Lapang , benda
asing (-) sekret

Rhinoskopi posterior
Koana
: tidak dilakukan
Septum nasi posterior : tidak dilakukan
Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
Torus tubarius
: tidak dilakukan
Post nasal drip
: tidak dilakukan

Pemeriksaan transluminasi
Sinus Frontalis kanan, Kiri : tidak dilakukan
Sinus Maxilla kanan, Kiri : tidak dilakukan

Tenggorokan
Faring
Dinding pharynx : Granula (-), ulkus (-), perdarahan aktif (-), clotting
(-), post nasal drip (-), massa (-), hiperemis (-)
Arcus : pergerakan simetris, eritema (-), edema (-), ulkus (-),
laserasi (-)
Tonsil : T1-T1, kripta tidak melebar, detritus (-), pseudomembran (-),
abses (-), hiperemis (-), edema (-)
Gigi
: lengkap, caries dentis (-), tambalan (-)
Uvula : Berada di tengah, bifida (-), massa (-), memanjang (-), edema (-)
Lain-lain : KGB tidak membesar
Laring: tidak dilakukan

Resume
Ny. T usia 68 tahun datang ke poliklinik THT RSUD
Tarakan dengan keluhan gangguan pendengaran di
telinga kiri dan kanan sejak 2 tahun terakhir yang
semakin memberat 3 bulan sebelum berobat ke
poliklinik THT Tarakan. Pendengaran semakin berkurang
sehingga sulit mencari sumber arah suara. Komunikasi
seharian pasien agak terganggu karena sedikit sulit
untuk memahami bicara orang lain. Keluhan dirasakan
secara bertahap menurun dan tidak scara tiba-tiba.
Tinnitus dan otalgia positif sewaktu menaiki pesawat.
Riwayat infeksi telinga tidak ada. Keluhan pusing, mual

Hasil pemeriksaan fisik


Keadaan umum tampak sakit sedang, kesedaran CM
Pada pemeriksaan telinga kanan: liang telinga lapang,
hiperemis (-), edema (-), sekret (-), serumen (-), refleks cahaya
membrane timpani menurun.
Telinga kiri: liang telinga lapang, hiperemis (-), edema (-),
sekret (-), serumen (-), membrane timpani utuh dengan refleks
cahaya menurun
Pada tes penala ditemukan kesan tuli sensorineural pada
telinga kiri dan kanan dengan lateralisasi ke telinga kiri.
Hidung dan tenggorok: dalam batas normal

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan audiometri:
AD: SNHL Berat (71.25 dB)
AS: SNHL Sedang (52.5 dB)

Diagnosis
WORKING DIAGNOSIS: tuli sensorineural bilateral suspek Presbikusis
Dasar diagnosis:
Anamnesis:
Keluhan sudah dua tahun dan semakin memberat 3 bulan yang lalu dengan progresitas
memburuk tidak secara tiba-tiba.
Usia sudah melebihi 65 tahun
Ada riwayat hipertensi dan DM dalam jangka waktu lama
Tidak ada riwayat kosumsi obat ototoksik
Tidak ada riwayat infeksi telinga kiri dan kanan yang mendahului keluhan
Tidak ada riwayat trauma pada telinga kiri dan kanan
Pada pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan tes Weber lateralisasi ke telinga kiri dengan
Swabach memendek di telinga kiri dan kanan.
Pemeriksaan audiometri nada murni mendapatkan hasil telinga kiri 52.5 dB tuli sedang dan
telinga kanan 71.25 dB tuli berat.

Diagnosa banding
DIAGNOSIS BANDING:

1. Noice induced hearing loss


Dasar diagnosis
Anamnesis: pasien bekerja di lingkungan yang bising untuk
jangka waktu yang lama.
Pemeriksaan fisik: lateralisasi ke telinga kiri untuk tes weber
dengan tes Swabach memendek.
Dasar yang tidak mendukung
Tidak didapatkan takik pada 4000 Hz audiometri

Penatalaksanaan
Medika mentosa: Non medika mentosa:
Menggunakan alat bantu dengar (hearing aid) di telinga
kiri dan kanan

Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam

Pembahasan
Berdasarkan anamnesis pasien mengalami gangguan pendengaran secara
progresif sejak 2 tahun yang lalu dan memberat sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien juga sulit untuk mencari sumber suara dan kesulitan untuk
berkomunikasi
Pasien tidak mengalami infeksi telinga dan tidak pernah mengalami
trauma.
Pada pemeriksaan fisik telinga tidak ditemukan kelaianan pada liang
telinga melainkan membrane timpani suram
Tidak ada tanda-tanda infeksi atau inflammasi pada telinga kiri dan kanan.
Pemeriksaan penala menunjukkan kesan tuli sensoris bilateral
Ditegakkan wd tulisensoneural suspek presbikusis bilateral

Kesimpulan
Tuli sensorineural itu bisa diakibatkan koklear atau
retrokoklear
Pada pasien yang sudah lanjut usia, proses degenerasi
koklea menyebabkan adanya tuli sensorineural
Tuli bersifat progresif memburuk seiring dengan waktu
Tidak ada terapi khusus untuk mengobati melainkan
dengan menggunakan alat bantu dengar pada telinga
yang mengalami gangguan.

Anda mungkin juga menyukai