Anda di halaman 1dari 145

PEMICU 4

BLOK SISTEM PENGINDERAAN


KELOMPOK 13
KELOMPOK 13
Tutor : dr. Eny
Ketua : Angeline vincentia
Sekretaris : Iis aprianti
Penulis : Ika damayanti

Anggota:
1. Sanity savant suhendar
2. Chipta cahya lestari
3. Kevin king
4. Zamila khairatunnisa
5. M. Abdu queaisy S.
6. Monica pramana
7. Robert suryajaya H.
8. Riraz meriam claudia
BUDEK YANG MENGGANGGU
Seorang dokter di poli umum hari ini menerima dua orang pasien dengan keluhan
gangguan pendengaran.
Pasien pertama, seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan tidak
dapat mendengar pada telinga kirinya sejak kemarin. Keadaan ini dialaminya sesaat
setelah bangun tidur. Pasien mencoba menguap agar telinganya terbuka, tetapi
tetap tidak dapat mendengar. Dia merasa sempoyongan sejak 3 bulan terakhir,
terutama waktu berjalan walaupun sudah memakai kacamata. Dia juga merasa
mual tapi tidak muntah.
Dia perhatikan, keadaan tersebut terjadi pertama kali setelah dia melakukan latihan
mengangkat beban di gym dan hingga saat ini, dia selalu merasakan keliyengan
setelahmengangkat beban dengan berat tertentu dan posisi tertentu, yang
terkadang disertai dengan telinga berdenging. Biasanya, setelah dia mengambil
posisi tertentu keluhan akan mereda, tetapi keadaan ini tidak pernah disertai
dengan mual dan muntah.
Pada anamnesis lanjutan diketahui bahwa laki-laki itu baru pulang dari luar kota 2
hari yang lalu dan pernah minum obat darah tinggi amlodipin 5mg sekali sehari.
Tetapi, kejadian budek disertai sempoyongan seperti ini baru pertama kali di
alaminya.
Dia tidak tahu, apakah keadaan tidak stabil dan sempoyongannya kali ini
berhubungan dengan budeknya atau tidak.
BUDEK YANG MENGGANGGU
Pasien kedua, seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan telinga
kanannya kurang mendengar, seperti kemasukan air, sejak sebulan yang lalu yang
diawali dengan flu namun sudah berobat.

Setelah minum obaat 5 hari, pileknya sembuh tetapi telinganya masih terasa
tersumbat, seperti masuk air. Pada permulaan dia mencoba untuk menguap
dengan harapan telinganya akan kembali terbuka, tetapi sampai rahangnya pegal,
telinganya tetap saja terasa tersumbat. Dia kemudian berobat kembali untuk
keluhan telinganya, dan mendapatkan tetes telinga satu botol, hingga tetes telinga
habis dua botol, keluhannya tidak juga berkurang.

Sejak seminggu yang lalu dia juga mulai merasakan sakit kepala dan menemukan
pembengkakan pada leher kanannya.

Dokter mencoba menelaah apakah keadaan pasien pertama sama dengan pasien
kedua, melakukan pemeriksaan THT dan pemeriksaan penunjang termasuk
audiometri nada murni.

Apakah yang dapat saudara pelajari dari kasus tersebut?


MIND MAPPING Ca nasofaring
THT onkologi Ca laring

Angiofibroma
nasofaring juvenil
Pendengaran Keseimbangan

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

• Labirintitis • BPPV
• Presbiacusis • Vertigo
• Tuli • Meniere
• Trauma disease
akustik • Vestibular
• otosklerosis neuritis
• Mabuk
perjalanan
LEARNING ISSUES
1. MM. Fisiologi pendengaran ( proses pendengaran dari telinga luar,
telinga tengah, telinga dalam, transduksi suara di organ korti, jaras
pendengaran, pusat pendengaran) dan fisiologi keseimbangan (jaras
keseimbangan, mekanisme aparatus vestibularis)
2. MM. Gangguan pendengaran (presbiakusis, tuli, trauma akustik)
3. MM. Gangguan telinga dalam (labirintitis, otosklerosis)
4. MM. Gangguan keseimbangan (vertigo, BPPV, meniere disease,
mabuk perjalanan, vestibular neuritis)
5. MM. Aliran limfe kepala leher
6. MM. ONKOLOGI (Ca nasofaring, Ca latring, angiofibroma nasofaring
juvenil)
7. Resep
LI 1 .FISIOLOGI PENDENGARAN
FISIOLOGI PENDENGARAN PERIFER
Gelombang suara
• Pendengaran  persepsi energi suara oleh
saraf.
• Gelombang suara getaran suara yg
merambat.
Gelombang suara merambat melalui media
selain udara ,mis air. Namun diperlukan tek yg
lbih besar u/ menimbulan pergerakan cairan
di banding udara karena inersia(resistensi
thdp perubahan)cairan yg lbih bsar.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Suara
• Suara ditandai oleh
nadanya(pitch),Intensitasnya
(kekuatan) dan warna ,Suara (timbre).
– Nada , ditentukan oleh frekuensi getaran.
Semakin besar frekuensi getaran,
semakin tinggi nada. Telinga manusia
dapat mendeteksi suara dengan
frekuensi dr 20 – 20.000 siklus Per detik
(Hertz) ,tpi paling peka pada
frekuensi1000 – 4000 Hz.
– Intensitas atau kekuatan,bergantung
amplitudo gel. Suara atau perbedaan
tekanan antara daerah pemadatan
bertekanan tggi dan daerah peregangan
bertekanan rendah.Suara yg lbh dr 100
dB dapat merusak scr permanen koklea.
– Warna suara ,atau kualitas, bergantung
pd overtone ,yaitu frekuensi tambahan
yg mengenai nada dasar. Overtune
berperan menyebabkan perbedaan
karakteristik suara org .

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Struktur Telinga
 Telinga Luar
• Aurikulus atau pinna
• Meatus Auditorius
Eksterna
 Telinga Tengah
• Osikulus Auditorius
• Otot auditorius
• Tuba eustachii
 Telinga dalam
• Koklea
• Kompartemen Koklea
• Organ corti

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Telinga Luar
Fungsi : mengarahkan gelombang menuju membran timpani.
 Auriculus/Pinna  Meatus Akustikus Internus

Terdiri dari fibrokartilaginus yg 1. Bag kartilaginous luar


terbungkus jar ikat dan kulit. Terbentuk dari tulang rawan dan
Mengandung banyak rambut halus kartilago. Bag ini dilapisi kulit tebal dan
serta kel . Sebacea.Lekukan auriculus mengandung bulu” kaku untuk
membentuk orificium meatus mencegah partikel asing masuk.
auditorius eksterna dinamakan Kel sebacea berukuran besar dan
konka. sereminosa terdapat dalam kult yg
menutupi bag ini.

2. Bag oseous dalam


Ditutup oleh kulit yg merekat pada
periosteum.Hanya kelenjar sebacea yg
ada dan bulu” halus kecil di dinding
superior kanalis auditorius.

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


Telinga tengah
Merupakan rongga kecil, sempit, iregular serta mengalami kompresi ke lateral dan
terletak di os temporalis.
Fungsi : gelombang suara akan membuat
Membran timpani menjadi bergetar melakukan
Gerakan keluar masuk telingah tengah.
 Membran timpani
Merupakan membran tipi yg
semitransparan dan memisahkan telinga
tengah dan meatus acusticus eksternus.

 Struktur Membran timpani


1. Lapisan Kutaneus Lateral = berupa
lapisan kulit kelanjutan meatus
auditorius.
2. Lapisan Fibrosa Intermedia =
mengandung serabut kolagen
3. Lapisan mukosa medialis =
dinamakan mukosa timpani dan
tersusun dri sel” epitel kuboid.
Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.
Telinga tengah
Merupakan rongga kecil, sempit, iregular serta mengalami kompresi ke lateral dan
terletak di os temporalis.

 Reflek timpani
 Tuba Eustachii
Reflek atennuasi ditandari o/ kontraksi involunter
m. tensor timpani dan stapedius ketika merespon
suara keras. Periode laten reflek ini 40 – 80 Saluran atau kanalis yg memipih dan terbentang
milidetik. dari dinding anterior telinga tengah ke dalam
nasofaring.
Makna Reflek ini: Tuba eustachii menghubungkan telinga tengah
dengan pars posterior rongga hidung dan
1. Melindungi reflek timpani terhadap membentuk saluran udara di telinga tengah dan
kemungkinan ruptur akibat suara keras udara atmosfer  jadi tekanan di kesua sisi sama.
2. Mencegah terfiksasi os stapespda foramen
ovale ketika terdengar suara keras
Fx : menyamakan tekanan kedua sisi membran
3. Menbantu melindungi koklea terhadap timpani.
suara yg keras dan menghasilkan rigiditas
osikulus auditorius shg transmisi suara ke
koklea berkurang.

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


Telinga tengah
Merupakan rongga kecil, sempit, iregular serta mengalami kompresi ke lateral dan
terletak di os temporalis.

 Osikulus Auditorius  Otot Auditorius

3 buah tulang miniatur berbentuk 1. M. Tensor timpani


rantai yg membentang melewati Fx : menarikmembrsn timpani agar
telinga tengah dan tersusun dari selalu dalam posisi teregang atau
membran timpani ke foramen ovale terentang.Peregangan penting u/
1. Maleus proses transmisi gelombang suara.
2. Incus
3. Stapes 2. M .Stapedius
Fx : mencegah gerakan tensor
Fx : Getaran yg terbentuk akan timpani yg berlebihan . Kontraksi nya
dihantarkan lewat maleus,inkus,dan menarik collus stape ke belakang
stapes pda foramen ovale dan thdp mengurangi gerakan footplate
cairam perilimfe yg terdpt dalm skala terhadap cairan dalam koklea.
vestibuli koklea.

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


Pencocokan Impedans
 Merupakan proses yg digunakan membran timpani dan osikulus auditorius untuk
mengubah energi suara menjadi getaran mekanis dlm cairan telinga dlm dengan
kehilangan energi yg minimal melalui proses ini oleh cairan.
 Kekuatan yg dihasilkan footplate os stapes pda cairan koklea adalah 17 – 22 kali lbh
bsr dr kekuatan yg di hasilkan gel suara pd membran timpani. Hal ini terjadi
karena dua sifat struktural pda osikulus:

1. Kapitulum maleus lebih panjang dri pada proessus longus inkus shg pd struktur
yg kecil tdb dihasilkan kekuatan yg lbih besar.

2. Luas permukaan timpani (55mm Persegi) lbh besar dari luas footplate stapes (
3,2 mm persegi) ,Jadi tekanan meningkat ketika kekuatan tsb diberikan pda area
yg kecil.

Makna Pencocokan Impedans


 Gelombang suara (stimulus) yg akan dihantarkan ke koklea akan kehilangan
intensitas yg minimal .

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


Telinga Dalam/ Labirin
Terdiri dri organ indera pendengaran dan keseimbangan.
Organ pendengaran  koklea dan
Organ keseimbangan  aparatus vestibularis.

Koklea dibagi 3 kompartemen :

1. Skala Media (bag tengah)  Endolimfe


2. Skala Vestibuli ( mengikuti kontur bag dalam spiral  Perilimfe
3. Skala timpani (mengikuti kompartemen luar)  Perilimfe
Tempat bertemunya skala timpani dan vestibuli Helicotrema.

Skala vestibuli menuju telinga tengah dibatasi jendela oval.


Skala timpani menuju telinga tengah dibatasi jendela bundar.

Membran vestibularis atap ductus kokearis dan memisahkan dari koklearis


Membran basilaris  membentuk lantai duktus koklearis , membran ini sangat
penting karena mengandung organ korti.
Sel Rambut di organ korti mentranduksikan
grakan cairan menjadi sinyal saraf.
• Sel rambut merupakan mekanoreseptor : menghasilkan sinyal saraf jika
rambut permukaannya mengalami perubahan bentuk scr mekanis akibat
gerakan cairan di telinga tengah.
Gerakan di dlm perilimfe ditimbulkan oleh
Getaran jendela oval melaui 2 jalur :

Jalur 1
Melalui skala vestibuli,mengelilingi helikotrema ,dan
melalui skala timpani,
Menyebabkan jendela oval bergetar .Jalur ini hanya
mengurangi energi suara.

Jalur 2
“jalan pintas” dr skala vestibuli melalui membran
basilaris ke skala timpani. Jalur ini memicu pengaktifan
resptor u/ suara dengan menekukrambut” di sel rambut
sewaktuorgan corti yg terletak di ats membran basilaris
yg bergetar bergeser relatif terhadap membran
tektorium diatsnya.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Telinga Dalam /Labirin

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sel rambut Dalam
Merupakan sel yg mendengar; sel ini mengubah gaya mekanis suara (getaran
cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran ( menyampaikan ke
serebrum).

• Ketika membran basilaris bergerak ke atas ,berkas stereosilia menekuk ke


daerah tertingginya, meregangkan Tip links menyebabkan terbukanya
kanal kation. Endolimfe memiliki konsentrasi Kalium yg tinggi sehingga
saat kanal terbuka kalium akan masuk dan menyebabkan depolarisasi
(eksitasi) sel rambut .
• Ketika membran basilaris bergerak ke arah berlawanan sel rambut akan
menekuk ke streosila yg rendah sehingga tip links nya kendur dan
menutup semua kanal.

Kalium yg masuk menyebabkan depolarisasi dan menyebabkan terbukanya


pintu kalsium berpintu listrik sehingga menyebabkan pelepasan
neurotransmiter (glutamat).

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Peran stereocilia dalam transduksi
suara.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Jalur Tranduksi Suara

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke


sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sel rambut luar
• Sel rambut luar tidak mengirim sinyal ke otak .sel
rambut luar scr aktif dan cepat berubah panjang sbg
respon terhdap perubahan potensial membran,suatu
prilaku yg dikenal sbgg elektromotilitas.
• Sel rambut luar memendek saat depolarisasi dan
memanjang saat hiperpolarisasi. Perubahan panjang ini
memperkuat atau menegaskan gerakan membrn
basilaris..
• Karena itu, sel rambut luar meningkatkan respon sel
rambut dalam,menyebabkan peka terhadap intensitas
suara dan sangat membedakan berbagai nada suara.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Diskriminasi Nada
• Kemampuan membedakan antara berbagai frekuensi gel.
Suara yg dtg) bergantung membran basilaris ,yg menyempit
dankaku di ujung jendela ovalnya serta lebar dan lentur di
ujung helikotremanya.
• Energi gel tekanan diserap o/ getaran membran yg kuat ini
sehingga gelombang lenyap di daerah dengan getaran
terbesar
• Fungsi bentuk koklea spiral untuk membungkus banyak
membran menjadi bagian kecil, dan memperkuat deteksi
nada rendah.
• Gelombang suara yg berbeda mencetuskan pergerakan
maksimal pd regio membran basilaris yg berbeda dan
mengaktifkan sel rambut yg berbeda .Informasi dihantarkan
ke SSP ,yg mnginterpretasikan pola stimulasi sel rambut
sebagai suara dengan frekuensi tertentu.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
FISIOLOGI PENDENGARAN SENTRAL
Lintasan Auditorius
• Serabut lintasan auditorius  cabang koklearis
nervus vestibulokoklearis.( N VIII) dikenal juga
Nervus Auditorius. Bag utama lintasan auditorius
terletak dlm medula oblongata,
mesensefalon,dan regio talamus.
• Pusat yg lbih tggi u/ pendengaran berada dlm
lobus temporalis korteks serebri di mana serabut
saraf lintasan auditorius yg akhirnya
mengalamiterminasi.
• Reseptor  sel rambut organ corti.

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


Auditory Pathway

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


Pusat Auditorius Kortikal
Pusat berada pada lobus Fungsi:
temporalis serebri. Area 41 dan • Persepsi impuls auditorius
42 dan area wernicke . ,analisis nada suara serta
• Area 41 dan 42 merupakan intensitasnya dan penentuan
area auditorius primer yg sumber suara.
terletak pda gyrus temporalis • Area 41 dan 42 hanya
superior . berkaitan dengan persepsi
• Area Wernicke terdapat di auditorius. Namun demikian ,
gyrus temporalis superior di Analisis dan iterpretasi suara
sebelah area 41 dan 42. Dilaksanakan Wernicke dengan
bantuan Audiotopsikik.

Area Auditopsikik
Area 22 menempati gyrus temporalis superior. Area ini berkaitan dengan analisis dan
Interpretasi sensasi auditorius bersama dgn Area wernicke.

Sembulingam K, Sembulingam P. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 2013.


FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Proprioseptor

• Proprioceptor
(reseptor kinestetik)
adalah reseptor yg
mendeteksi &
memberikan respons
terhadap gerakan &
perubahan posisi
pada berbagai
bagian tubuh yg
berbeda.
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
• Muscle spindle berespon terhadap perubahan
Panjang otot, berperan penting dalam mencegah
peregangan otot berlebihan
• Ketika otot teregang, signal akan dikirim ke SSP
melalui serat saraf sensorik. Informasi diproses di
SSP untuk menentukan posisi bagian tubuh
• Muscle spindle memiliki 2 fungsi:
1. Memberikan informasi kepada resptor organ
untuk stretch reflex
2. Berperan penting untuk mempertahankan
tonus otot
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
Peran Muscle Spindle dalam Stretch Reflex
• Stretch reflex (myotatic reflex) adalah reflex
kontraksi otot ketika diregangkan
• Merupakan reflex monosinaptik & tercepat,
berperan penting dalam mempertahankan
postur
• Peregangan otot menyebabkan peregangan
muscle spindle, yg menstimulasi muscle
spindle untuk mengeluarkan impuls
sensorik. Impuls tersebut dihantarkan lewat
serat saraf sensorik ke alpha motor neuron
di spinal cord. Alpha motor neuron akan
mengirim impuls ke otot sehingga terjadi
kontraksi serat ektrafusal
• Terdapat 2 respon muscle spindle terhadap
peregangan, yaitu respons static & dinamik

Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
Peran Muscle Spindle dalam Stretch Reflex
• Respons dinamik: respons dimana serat saraf
sensorik primer melepas impuls secara rapid.
Saat terjadi perubahan Panjang otot, serat saraf
sensorik primer akan meringim signal scr rapid ,
tetapi akan berkurang atau berhenti jika otot
terus teregang. Respons tergantung derajat
perubahan Panjang otot
• Respons static: respons dimana impuls dilepas
secara rapid dan continuous oleh serat saraf
sensorik selama periode otot teregang
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
Peran Muscle Spindle Mempertahankan Tonus
Otot
• Keadaan dimana otot teregang secara continuous
& partial disebut tonus otot, hal ini terjadi karena
pelepasan impuls secara continuous dari gamma
motor neurons yg mempersarafi serat interfusal
• Impuls motorik dari gamma motor neurons
menstimulasi serat intrafusal yg akan mengirim
impuls sensorik ke spinal cord. Alpha motor
neuron di spinal cord teraktivasi sehingga terjadi
kontraksi serat ekstrafusal di otot

Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Golgi Tendon Organ
Peran Golgi Tendon Organ dalam Forceful
Contraction
• Saat kontraksi kuat, tegangan otot meningkat &
menstimulasi golgi tendon organ yg akan melepas
impuls sensorik
• Impuls dihantarkan oleh serat seraf sensorik ke
interneuron inhibitorik di spinal cord
• Interneuron menyebabkan timbulnya inhibitory
postsynaptic potential (IPSP) di motor neuron yg
mensuplai otot sehingga kontraksi otot di inhibisi
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Golgi Tendon Organ
Peran Golgi Tendon Organ dalam Inverse Stretch Reflex
• Inverse stretch reflex adalah penurun resistensi mendadak
akibat relaksasi saat otot teregang berlebihan
• Peregangan otot berlebih mengaktifkan golgi tendon organ,
yg mengirim impuls aferen & menyebabkan:
 Stimulasi inhibitory internuncial neuron, yg akan
menginhibisi alpha motor neuron otot yg kontraksi
sehingga terjadi relaksasi
 Srimulasi excitatory internuncial neuron, yg akan
mengaktivasi alpha motor neuron otot antagonis. Otot
antagonis akan kontraksi & otot yg teregang akan
relaksasi

Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Reflex Postural: Static Reflex

Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Aparatus Vestibularis
• Aparatus vestibularis memberikan informasi
esensial mengenai sensasi keseimbangan &
koordinasi gerakan kepala dengan gerakan
mata & postural
• Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis
semisirkularis & organ otolith (utriculus &
sacculus)
• Keseimbangan adalah sensai orientasi tubuh
& gerakan

Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8th ed. California:


Brooks/Cole. 2013
Peran Kanalis
Semisirkularis
• Kanalis semisirkularis mendeteksi
akselerasi/ deselari rotasional
atau angular kepala, misalnya saat
menoleh kesamping, memulai
atau berhenti berputar atau salto
• Reseptor sel rambut yg ada pada
tiap kanalis semisirkularis terletak
didalam ampulla, dimana sel
rambut tertanam didalam cupula
(lapisan gelatinosa) yg mengarah
ke atap ampulla & dikelilingi
endolymph
• Dorongan dari endolymph yg
bergerak membuat cupula
menunduk hingga sel rambut
bengkok th
Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8 ed. California:
Peran Kanalis Sirkularis
• Akselerasi/ deselarasi saat kepala berputar menyebabkan gerakan endolymph
pada setidaknya satu kanalis semisirkularis kerena susunan 3 dimensinya
• Saat kepala bergerak, kanal tulang & sel rambut didalam kupula mulai bergerak
mengikuti kepala, tetapi endolymph didalam kanal yg tidak tertanam dalam kepala
tidak ikut bergerak sesuai rotasi, namun tertinggal karena adanya inertia
• Ketika endolymph tertinggal, cairan dalam bidang yg sama akan bergeser kearah yg
berlawanan dari gerakan
• Gerakan cairan ini menyebabkan cupula & sel rambut didalamnya melengkung
kearah yg berlawanan dari gerakan kepala
• Jika gerakan kepala berlanjut dengan arah & kecepatan yg sama, endolymph akan
menyusul & bergerak kearah yg sama sehingga sel rambut kembali ke posisi
semula
• Jika kepala melambat & berhenti, endolymph akan bergerak kearah rotasi untuk
sesaat sementara, sehingga cupula & sel rambut akan melengkung transien kearah
rotasi sebelumnya yaitu berlawanan dengan arah lengkung saat akselerasi

Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8th ed. California:


Brooks/Cole. 2013
Peran Kanalis Sirkularis
• Sel rambut terdiri dari satu silium, kinosilium & 20-50 mikrovilus
stereosilia
• Stereosilia dihubungkan oleh tip link, saat stereosilia melengkung
karena gerakan endolymph, tegangan pada tip link akan menarik
kanal ion berpintu mekanik pada sel rambut
• Sel rambut akan depolarisasi saat menekuk kearah kinosilium &
hiperpolarisasi saat menekuk menjauhi kinosilium
• Sel rambut membentuk sinaps dgn akson vestibular lain
membentuk saraf vestibularis yg menyatu dgn saraf cochlea dan
membentuk N. vestibulocochlearis
• Depolarisasi melepaskan neurotransmitter sehingga meningkatkan
potensial aksi pd serat aferen, sebalikna, hiperpolarisasi
mengurangi potensial aksi serat eferen

Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8th ed. California:


Brooks/Cole. 2013
Sherwood
L. Human
physiology
from cells
to systems.
8th ed.
California:
Brooks/Cole
. 2013
Peran Organ Otolith
• Organ otolith memberi informasi tentang posisi kepala
relative terhadap gravitasi (kepala miring statik) &
deteksi perubahan kecepatan gerakan linear
• Organ otolith (utriculus & sacculus) merupakan
struktur berbentuk kantong didalam ruang antara
kanalis semisirkularis & cochlea
• Sel rambutnya diliputi lempengan gelatinosa yg
gerakannya akan menggeser & merubah potensial sel
rambut
• Dalam lapisan gelatinosa terdapat banyak kristal
kalsium karbonat (otolith) sehingga lebih berat &
meningkatkan inertianyadibanding cairan sekitar

Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8th ed. California:


Brooks/Cole. 2013
Peran Organ Otolith
Masa gelatinosa utriculus menekuk sel rambut dengan 2 cara:

1. Ketika kepala miring kearah selain 2. Sel rambut juga bergerak


vertical, sel rambut akan menekuk sesuai mengikuti arah horizontal linier. Saat
arah kemiringan karena gaya gravitasi pd mulai berjalan, membrane otolith
lapisan gelatinosa. Penekukan akan awalnya tertinggal dibelakang
menyebabkan depolarisasi/ endolymph & sel rambut krn inertia
hiperpolarisasi tergantung kemiringan nya lebih besar sehingga sel rambut
kepala menekuk kearah berlawanan dari
gerakan kepala. Jika kecepatan
dipertahankan, lapisan gelatinosa
Sacculus berfungsi mirip utriculus, akan menyamai gerakan kepala. Saat
hanya saja berespon selektif berhenti, rambut akan tertekuk
terhadap gerakan miring kepala kearah berlawanan. Krn itu, sel
rambut utriculus mendeteksi
menjauhi horizontal (mis: bangun akselerasi & deselarasi arah
dari tempat tidur) & terhadap horizontal linear, tetapi tidak
akselerasi & deselarasi linier vertical memberi informasi gerakan linear
(mis: loncat naik-turun) dgn kecepatan tetap

Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8th ed. California:


Sherwood L.
Human
physiology
from cells to
systems. 8th
ed.
California:
Brooks/Cole.
2013
Jaras Kesimbangan
• Pembengkokan sel rambut mengakibatkan pelepasan neurotransmitter (kemungkinan
glutamat) yg menghasilkan impuls di neuron sensorik yg mempersarafi sel rambut
• Badan sel neuron sensorik terletak di vestibular ganglia
• Impuls berjalan di axon neuron tersebut yg membentuk cabang vestibular dari N.
vestibulocochlearis
• Sebagian besar axon ini bersinaps dgn neuron sensorik di vestibular nuclei di medulla
oblongata & pons, vestibular nuclei juga menerima input dari mata & reseptor
somatic
• Axon yg tersisa masuk ke serebellum melalui inferior cerebellar peduncles
• Bidirectional pathway menghubungkan serebellum & vestibular nuclei
• Vestibular nuclei mengintegrasi informasi dari reseptor vestibular, visual & somatic
kemudian mengirim perintah ke:
 nuclei nervus cranialis [oculomotor, trochlear & abducens] yg mengontrol
pergerakan bola mata terhadap posisi kepala untuk mempertahankan focus lapang
pandang
 nuclei N. accessories untuk membantu control pergerakan kepala leher untuk
mempertahankan keseimbangan
 traktus vestibulospinal yg menyampaikan impuls ke spinal cord untuk
mempertahankan tonus otot skeletal untuk menjaga keseimbangan
 ventral posterior nucleus di thalamus & area vestibuli di lobus parietal cortex cerebri
untuk memberikan conscious awareness ttg posisi & gerakan kepala
Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. New Jersey: John Wiley & Sons. 2009
Tortora GJ,
Derrickson B.
Principles of
anatomy and
physiology. 12th ed.
New Jersey: John
Wiley & Sons. 2009
Nukleus Vestibularis
• Signal dari apparatus vestibularis dibawa N.
vestibulocochlearis ke nucleus vestibularis (kelompok
badan sel saraf di batang otak) dan ke serebelum
• Informasi vestibular kemudian akan diintegrasikan dgn
input dari kulit, mata & otot untuk:
 mempertahankan keseimbangan & postur yg
diinginkan
 mengontrol otot mata eksternal sehingga mata
terfiksasi ke satu sisi meskipun mata bergerak
 mempersepsikan gerakan & orientasi

Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 8th ed. California:


Sherwood L.
Human
physiology
from cells to
systems. 8th
ed. California:
Brooks/Cole.
2013
LI 2 .GG PENDENGARAN
PRESBYACUSIS – AGE RELATED
SENSORINEURAL HEARING
IMPAIRMENT
Definisi • Sekitar 25-30% orang
-Presbyacusis adalah tuli sensorineural berusia 65-74 tahun
progresif, bilateral, onset lansia dimana diperkirakan mengalami
penyebab lain telah disingkirkan. gangguan pendengaran.
-Diagnosis dibuat pd pasien usia lanjut Untuk orang yang berusia 75
(biasanya ≥ 60 thn) dengan tuli tahun ke atas, kejadian ini
sensorineural setelah mengeksklusi: diperkirakan meningkat
NIHL, otosclerosis, otitis media, menjadi 40-50%
Meniere disease, trauma kepala dan
terapi obat ototoksik

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. p.970,
1267-8.
Age-Related Hearing Loss (Presbyacusis)
Patofisiologi
- Terjadi perubahan fisiologis pada
telinga luar dan tengah yang tidak
menyebabkan presbyacusis
- Telinga luar - Telinga tengah
- Peningkatan produksi serumen - Membran tympani makin tipis,
- Penurunan migrasi epitel kaku, dan vaskularisasinya
- Peningkatan pertumbuhan rambut menurun
- Kerentanan kolaps dari canalis - Perubahan arthritic dan osifikasi
auricularis pada tulang pendengaran dan
- Pembesaran pinna persendiannya
- Degenerasi otot telinga tengah
- Proses perubahan patologis pada - Kalsifikasi penyokong kartilago
cochlea terkait presbyacusis terjadi tuba eustachius
karena adanya faktori genetik dan
faktor lingkungan (pajanan bising,
rokok, alkohol, hipertensi)
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Age-Related Hearing Loss (Presbyacusis)
Gejala (recruitment adalah peningkatan
- Ggn pendengaran yg progresif lambat persepsi kerasnya suara abnormal oleh
dan tersembunyi orang dengan ketulian, yang misalnya
Pada awal penyakit pasien dapat berkata “bicara biasa aja,
jangan teriak, saya tidak tuli!”
- Kesulitan dalam mendengarkan
percakapan
- Terutama dengan adanya suara lain - Ketulian  dpt menyebabkan isolasi
sosial dan depresi
- Kadang pasien lebih mengeluhkan
kurangnya kejelasan dari suara
(terutama percakapan) daripada *Gejala di atas ± serupa dengan gejala tuli
hilangnya volume sensorineural lainnya
- Kadang bisa disertai tinnitus seiring
progresi penyakit
- Ggn pendengaran semakin nyata
- Perlu meminta orang lain mengulangi
yg mereka ucapkan
- Seiring perburukan bisa terjadi Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J,
Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th
recruitment ed. p.970, 1267-8.
Patologi

Age Related
Hearing Loss
dikaitkan dengan
adanya perubahan
yang berkaitan
dengan usia di
telinga luar dan
tengah.

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Patologi
Perubahan histologi di dlm koklea (telinga dalam) pada orang presbiakusis terkait dengan
penuaan ,terjadi di seluruh sistem pendengaran dari sel-sel rambut koklea ke korteks
pendengaran di lobus temporal otak.

Gacek dan Schuknecht mengindentifikasi 4 tipe presbiakusis :


1. Sensorik , Atrofi sel reseptor dan sel pendukung.
2. Neural ,hilangnya sel ganglion (neuro) di koklea .
3. Metabolik , atrofi dinding lateral koklea ,terutama stria vaskularis.stria vascular fx untuk
mempertahankan keseimbangan kimia dan bioelektrik dan kesehatan metabolik di koklea.
4. Mechanical,perubahan properti (kekakuan membran basilar )telinga dalam dihubungkan
dengan gangguan pendengaran konduktif yang dihasilkan telinga.
5. Intermediate , Klasifikasi kelima adalah perubahan karakteristik duktus koklea yang tidak
jelas pada mikroskop cahaya tetapi mengubah fungsi pada tingkat
submikroskopik.Perubahan organel intraseluler yang terlibat dalam penurunan
metabolisme sel dalam jumlah sinaps dan perubahan dalam komposisi endolimf telah
semuanya terlibat dalam hal ini.
6. Mix (campuran)

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Pemeriksaan
 History :
• Adanya penurunan fungsi pendengaran dengan kesulitan
memahami/mengerti pembiaraan ketika tingkat kebisingan yang
tinggi.
• Punya riwayat noise exposure (eg, armed services, hunting, use of
power tools, industrial occupation)

 Pemeriksaan fisik
• Tidak ada abnormal fisik pada pemeriksaan fisik.

 Pemeriksaan Penunjang
• Lab test : blood tests for autoimmune-induced hearing loss.
• Radiology : CT scan atau MRI
• Audiometri
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Age-Related Hearing Loss (Presbyacusis)

Audiometri pd presbyacusis
- Paling pertama mengenai frekuensi tinggi
- Progresi berlanjut mengenai frekuensi yg
lebih rendah
- Cenderung bilateral dan simetris

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Tatalaksana
 NON- SPESIFIC
Presbiakusis tdak dapat disembuhkan, tetapi efek penyakit pada
kehidupan pasien dapat dikurangi.
• Pengurangan kebisingan (sejauh mungkin)
• percakapan tatap muka untuk memaksimalkan paparan isyarat
komunikasi nonverbal
• Severe hearing loss diberikan dukungan dan konseling psikologi
• Lip Reading
• Membesarkan bel pintu

 SPESIFIK
• Alat bantu dengar (hearing aids)

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
TULI
Terminologi
• Seseorang yang tidak dapat mendengar seperti orang
normal (threshold 25 dB atau yang lebih baik pada kedua
telinga) = Hearing Loss
• Dapat bersifat ringan, moderat, berat dan
profound/sangat berat
• Satu atau dua telinga
• Kesulitan mendengar percakapan atau suara keras.
• ‘Hard of hearing’  ringan – berat
• ‘Deaf’  profound (pendengaran sangat minim atau
tidak ada sama sekali)

http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
World Health Organization, 2018
Klasifikasi Hearing Impairment WHO

Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks (SCENIHR). Potential health risks of
exposure to noise from personal music players and mobile phones including a music playing function (2008) ,
Section 3.4.1, page 22
Tipe Tuli

• Tuli Konduktif = tuli yang terjadi karena


terganggunya transmisi gelombang suara
dalam telinga luar atau telinga tengah
• Tuli Perseptif/Sensorineural = tuli yang
disebabkan oleh kerusakan pada telinga
dalam
• Tuli campuran

American Speech Language Hearing Association, 2018


Tuli Konduktif
• Melemahnya suara yg • Diagnosis:
mencapai koklea - air-conduction pure-tone
• Kemampuan mengenali kata2 audiogram  bone
menurun conduction lebih baik dari air
• Etiologi : conduction
- serumen prop di meatus - rinne (-)
akustikus eksternus - weber  lateralisasi pada
- kerusakan pada ossicle telinga dengan pendengaran
- adanya benda asing yg lebih buruk
- perforasi membran timpani - schwabach  memanjang
- jaringan parut pada - tes bing (-)
membran timpani akibat • Tata laksana: alat bantu
infeksi berulang dengar (hearing aids)

Sumber: scott brown edisi 7 volume 3


https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003044.htm
Idiopathic Sensorineural Hearing Loss
(ISNHL)
= 30 dB sensorineural loss, in >= contiguous
frequencies, in <3 days (Wilson et al)
Penyebab:
• Infeksi virus
• Oklusi vascular
• Kerusakan membran
• Imunologikal
• Aktivasi NFkB koklear
Epidemiologi: terjadi 8 per 100.000 tiap tahunnya
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S. Scott Brown’s Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery. Volume 3. 7th Edition. London: Edward Arnold Ltd; 2008.
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S. Scott Brown’s Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery. Volume 3. 7th Edition. London: Edward Arnold Ltd; 2008.
Kriteria Diagnosis

George G. Browning,
Burton J. Martin,
Clarke Ray, Hibbert
John, Jones S. Scott
Brown’s
Otorhinolaryngology,
Head and Neck
Surgery. Volume 3. 7th
Edition. London:
Outcomes
• Complete recovery: Recovery of hearing to within
10 dB of prehearing loss speech reception score
or averaged pure-tone score (if loss was primarily
in the high frequency range);
• Partial recovery: Recovery of hearing to within 50
percent or more of the prehearing loss speech
reception score or averaged pure-tone score (if
loss was high frequency range);
• No recovery: Less than 50 percent recovery of
hearing.
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S. Scott Brown’s Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery. Volume 3. 7th Edition. London: Edward Arnold Ltd; 2008.
Tuli Kongenital
• Gangguan pendengaran pada anak
dapat terjadi pada saat lahir
(kongenital) atau bisa terjadi setelah
lahir (acquired)
• Sebagian besar anak-anak dengan
gangguan pendengaran yang
permanen memiliki gangguan
pendengaran sensorineural.

Scott Brown's Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery 7th Ed (2008)


Genetik
• Genetik terjadi karena aberasi dari fungsi coding atau memproses
DNA
• ±77% autosomal resesif, 22% adalah autosomal dominan dan 1%
X-linked
• < 1% merupakan mitochondrial inheritance melalui garis keturunan
ibu
• Bentuk gangguan pendengaran autosomal recessive adalah
prelingual , sedangkan bentuk autosomal dominant adalah
postlingual
• Gangguan DFNB1, disebabkan oleh mutasi pada gen GJB2 dan gen
GJB6 merupakan 50% dari gangguan pendengaran autosomal
resesif nonsyndromic .
• Syndromic sensorineural hearing loss ditemukan dalam kondisi
seperti Pendred’s syndrome, Branchio-otorenal syndrome, Usher
syndrome and Wardenburg syndrome, dll

Scott Brown's Otorhinolaryngology, Head & Neck


Surgery 7th Ed (2008)
Faktor perinatal
• Bayi prematur dan berat lahir rendah sangat rentan terhadap faktor-
faktor, seperti hipoksia dan hiperbilirubinemia.
• Hiperbilirubinemia merupakan faktor risiko independen untuk gangguan
pendengaran sensorineural pada bayi.
• Tingginya kadar bilirubin tak terkonjugasi melewati immature blood–brain
barrier dan ke grey matter menyebabkan neurotoksisitas.
• Hal ini diduga menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, yang
biasanya permanen, meskipun beberapa kasus dapat reversed setelah
tingkat bilirubin kembali normal.
• Bayi yang berada di NICU selama > 48 jam , 10,2x lebih berisiko memiliki
permanent hearing loss , karena mereka mungkin menerima ototoxic
drugs, seperti aminoglycoside antibiotics (gentamicin, tobramycin and
amikacin) dan diuretics (e.g. furosemide) yang memiliki kerentanan dalam
efek yang merusak seperti gangguan pendengaran

Scott Brown's Otorhinolaryngology, Head & Neck


Surgery 7th Ed (2008)
Infeksi maternal Didapat
• Congenital cytomegalovirus (CMV) • Meningitis
Penyebab paling sering dari nonhereditary sensorineural
hearing loss di negara berkembang. Diperkirakan bahwa
Resiko sensorineural impairment setelah
12% dari congenital sensorineural hearing loss berkembangnya bacterial meningitis ± 10%
disebabkan oleh infeksi CMV.
• Congenital rubella syndrome (CRS) • Measles
Terjadi ketika ada infeksi pada ibu pada trimester
pertama kehamilan yang dapat menyebabkan berbagai Measles dilaporkan sebagai major etiologi untuk
kelainan pada anak termasuk tuli , ocular defects bilateral hearing loss pada anak yang tuli
(cataracts, glaucoma), cardiovascular anomalies (patent
ductus arteriosus, pulmonary artery stenosis &
ventricular septal defects), central nervous system • Mumps
problems (microcephaly, global retardation) & Gangguan pendengaran sensorineural akibat
characteristic skin changes mumps sebagian besar unilateral, walaupun
• Congenital Sifilis bilateral loss juga ada.
Gangguan pendengaran adalah tahap akhir dari sifilis
kongenital dan sering muncul sebagai salah satu
kelompok 'Hutchinson triad'.

Scott Brown's Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery 7th Ed (2008)


Dapat dicurigai mengalami gangguan pendengaran bila gagal dalam
mencapai :

• 0-3 bulan • 12-15 bulan


– Terkejut karena suara keras – Merespon jika dipanggil namanya
– Bangun karena suara – Mengikuti permintaan sederhana
– Menggunakan 3-5 kata
– Mengedip atau – Meniru suara
memebelalakan mata dalam
menanggapi suara • 18-24 months
– Mengetahui bagian tubuh
• 3-4 bulan – Menggunakan 2 kalimat (min 20-50
– Tenang karena suara Ibu kata)
– Berhenti bermain dan – 50% dari kata-kata dimengerti oleh
mendengarkan suara lain orang lain
– Mencari arah datangnya • By 36 months
suara yang tidak terlihat – Menggunakan 4-5 kalimat (±500
kata)
• 6-9 bulan – 80% dari kata-kata dimengerti oleh
– Menikmati musik dari mainan orang lain
– Berkata “mama” – Mengerti beberapa kata

http://emedicine.medscape.com/article/855875-clinical#b1
Screening
• Automated otoacoustic emissions (AOAE).
Hasil dari tes ini adalah ‘pass’ atau ‘refer’
• Selain itu, semua bayi di unit perawatan intensif
neonatal mendapat automated auditory
brainstem response (AABR) testing
• Anak yang tidak lulus tes skrining OAE di kedua
telinga akan memiliki pengujian AABR. Jika ini
juga tidak lulus maka anak tersebut dirujuk untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Scott Brown's Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery 7th Ed
(2008)
Tatalaksana
• Earing devices, seperti alat bantu dengar, dan
koklea atau implan telinga tengah
• Earing assistive technology , seperti sistem FM /
radio dan loop
• Terapi untuk mengembangkan bahasa lisan,
seperti auditory verbal therapy , cued speech dan
auditory oral therapy
• Pengembangan komunikasi nonverbal, seperti
bahasa isyarat

Kunci untuk mendapatkan hasil yang baik pada anak dengan


gangguan pendengaran permanen:
- Deteksi dini
- Hearing technology yang sesuai
- Bantuan profesional untuk komunikasi , pebelajaran dan edukasi
- Pendekatan keluarga

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204632/1/9789241510325_eng.pdf?ua=1
TRAUMA AKUSTIK AKUT
Noise induced hearing loss
• Menurunnya kemampuan mendengar akibat pajanan
bising
• Jika sifatnya sementara disebut temporary threshold
shift (TTS) dan permanen disebut permanent threshold
shift (PTS) bisa terjadi akibat tts yang berulang maupun
single episode dari pajanan bising
• Trauma akustik merupakan istilah yang hanya
digunakan apabila jika dalam 1x pajanan terhadap
bunyi dengan intensitas tertentu langsung
menyebabkan hilang pendengaran segera
• Sering pada pria usia dewasa muda
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
Patofisiologi Faktor predisposisi :
Mekanisme metabolik – Merokok
– Bunyi yang terlalu bising – DM dan penyakit kardiovaskuler
dapat menyebabkan – Usia lanjut
pelepasan glutamat yang
masif dan mengakibatkan
hilangnya pendengaran
– Perubahan pada aliran
darah di cochlea
ditemukan bahwa bunyi
dengan intensitas tinggi
menurunkan aliran darah
ke cochlea mengakibatkan
disfungsi cochlea

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
• Tanda dan gejala
– Pada tahap awal
biasanya suara
terdengar tetapi
tidak jelas
kemudian lama-
kelamaan sulit
mendengar suara
semakin lama
semakin parah
dan mengganggu
aktivitas sehari-
hari

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
• PP :
– Audiogram nada murni untuk menilai ada tuli/
tidak
• Normal hearing (0-25 dB): At this level,
hearing is within normal limits.
• Mild hearing loss (26-40 dB): difficulty
suppressing background noise, and
increased listening efforts. Patients with
this degree of loss may not hear soft
speech
• Moderate hearing loss (41-55 dB): Patients
with this degree of loss have trouble
hearing some conversational speech.
• Moderate-severe hearing loss (56-70 dB):
Patients with this degree of loss do not
hear most conversational-level speech.
• Severe hearing loss (71-90 dB): Severe
hearing loss may affect voice quality.
• Profound hearing loss (>90 dB): With
profound hearing loss (deafness), speech
and language deteriorate.
– Tympanometry untuk menilai fungsi telinga
tengah
– MRI jika hearing loss asimetris untuk Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al,
editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
menyingkirkan diagnosa vestibular
schwannoma https://emedicine.medscape.com/article/1822962-overview
Pencegahan Tatalaksana
– Menghindari sumber suara – Pada hearing loss high tone
bising yang ringan binaural hearing
aid cukup membantu
– Menurunkan bising pada
sumber suara – Pada kasus severe hearing
loss hanya dapat dilakukan
– menggunakan ear
edukasi agar pasien dapat
protection (earplugs or
menerima kondisinya dan
earmuffs)
penggunaan alat-alat
– Reguler hearing test pada khusus seperti infrared
orang yang beresiko headphones, volume
(pekerja teknik mesin) controllable telephones,
louder doorbells, alternative
alerting system such as a
flashing light or vibrating
pager system serta
dilakukan Lip-reading
classes can be extremely
valuable.
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
LI 3. TELINGA DALAM
LABYRINTHITIS
Definisi
• Inflamasi pada labyrinth yang berkaitan dengan otitis
media, terutama OMA, yang menyebabkan vertigo dan
penurunan pendengaran
• Komplikasi ekstracranial dari Otitis Media
Otitis Media  permeabilitas round window meningkat
 toxin lebih mudah masuk
• Etiologi:
– Virus
– Bakteri
– Toxin bakteri
– Penyakit sistemik
– Klasifikasi: serosa & supuratif
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic
otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009. p. 233-4
Labyrinthitis Serosa
• Melibatkan toksin dan mediator inflamasi bakteri pada telinga
dalam Tanpa terjadi invasi dari bakteri pada telinga dalam
• Bisa berprogresi menjadi Labyrinthitis supuratif
• Gejala
– Vertigo dengan onset mendadak (reversible)
– Hearing loss (reversible)
• Diagnosis
– Gejala klinis
– MRI (T1)
• Tatalaksana:
– Myringotomy
– Antibiotik
• Rea P, Graham J. Acute otitis media in children. In: Gleeson M,
editor. Scott-Brown’s otorhinolaryngology head and neck surgery.
7th ed. London: Edward Arnold; 2008. p. 923
• Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial
complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB,
Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009. p. 233-4
Labyrinthitis Supuratif
• Invasi langsung oleh bakteri pada telinga dalam
• Disertai dengan pembentukan pus
• Gejala
– Vertigo
– Sensorineural Hearing loss (prognosis buruk)
– Nystagmus
– Mual muntah
• Diagnosis
– Gejala klinis
– MRI (T1)
• Tatalaksana
– Myringotimi
– Antibiotik intravena
– Mastoidectomy
– Kortikosteroid  menurunkan inflamasi

• Rea P, Graham J. Acute otitis media in children. In: Gleeson M, editor. Scott-Brown’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 7th ed. London: Edward Arnold; 2008. p. 923
• Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB,
Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009. p. 233-4
Ballenger JJ, Snow JB. Otorhinolaryngology,
head and neck surgery. 17th Ediiton. Canada:
OTOSKLEROSIS
Otosklerosis
• Definisi  kelainan pada • Klasifikasi
kapsul otik tulang – Clinical  lesi meliputi
endokondral  ditandai tulang stapes dan sendi
kelainan resorpsi dan stapediovestibular 
deposisi tulang tuli konduktif
• Lesi  area resorpsi tulang, – Histologic  lesi tidak
pembentukan tulang baru, melibatkan apapun,
proliferasi vaskular dan asimtomatik 
stroma jaringan ikat. diagnosis post mortem

Scott Brown Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Volume 3


– Cochlear  tidak • Histopatologi
melibatkan komponen – Tulang kapsul otik 
konduktif  tuli minimal remodelling dan
sensorineural punya jaringan kartilago
imatur  globuli
interossei
– Proses otosklerotik  2
fase  resorpsi tulang
dan ↑ vaskularisasi

Scott Brown Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Volume 3


Ballenger Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery 17th edition
Otosclerosis
Patologi Fase lanjut
Tulang capsula otik unik - Terjadi redeposisi (pembentukan
Remodellingnya sangat sedikit dan ada tulang baru) pada area yg mengalami
wilayah kecil jar kartilaginosa imatur yg resorpsi  tulang baru kuat dan keras
disebut globus interosei.  Fokus Sclerotic

Osteosclerosis = proses remodelling Jika melibatkan stapes, osteosclerosis


(resorpsi & redeposisi) tulang dlm capsula biasanya dimulai dari fistula ante
otic fenestrum
- Lesi fokal pd lig annular posterior jg
Fase awal: bisa terjadi
- Terjadi resorpsi tulang dan Umumnya osteosclerosis progresi dari lesi
peningkatan vaskularisasi focal anterior hingga mengenai seluruh
footplate (basis stapedius)
- Karena resorpsi, isi tulang nampak
berkurang  Fokus Spongiosis - Pd fase lanjut oval window niche bisa
seluruhnya digantikan oleh tulang baru
- Pada pewarnaan HE, lesi nampak (obliterative osteosclerosis)
kebiruan  Blue Mantle of Manase
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009.
Otosclerosis
Etiologi Presentasi Klinis
Genetik - CHL progresif pd orang dewasa
- Mutasi gen COL1A1 dan OTSC1-5 - Bbrp orang lebih memahami
Lingkungan pembicaraan pd lingkungan yg
- Infeksi virus (mis measles) bising  Paracusis of Willis
- Autoimunitas - Pemeriksaan fisik  liang telinga dan
membran tympani normal
- Hormonal (estrogen, PTH)
- Bisa nampak warna kemerahan di
atas promontorium akibat
Epidemiologi peningkatan vaskularisasi tulang
Plg sering pd Caucasian, diikuti Asian dibawah promontorium 
Jrg pd Afrika-amerika Schwartze sign
Terjadi di semua usia, presentasi klinik - Tinnitus high pitch
umumnya 20-50 thn - Bisa ada SNHL (umumnya disertai CHL)
Pr : Lk  2 : 1 - Jarang terjadi gejala vestibular
80% bilateral
20-30% ada SNHL
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009.
Otosclerosis
Pemeriksaan Penunjang Tes penala
Audiometri: - Rinne : konduksi tulang > konduksi udara
- CHL ringan – sedang (tes rinne [-])
- Air-bone gap lebih besar pada frekuensi - Weber : lateralisasi ke arah sisi yg
kecil terkena
- Cahart Notch:
- Penyempitan air-bone gap pd Tympanogram
frekuensi 2 K Hz - Bisa normal atau depressed (As)
- Merupakan temuan SNHL palsu
karena pemeriksaan konduksi tulang Reflex stapedius
pd mid-frequency tdk reliable - Awal penyakit normal
- Khas otosclerosis - Setela terjadi fiksasi stapes  Jadi
- Fiksasi stapes mengganggu konduksi menghilang (-)
tulang dari sinyal akustik, dan ambang
untuk konduksi tulang dpt berkurang 10 -
15 dB setelah operasi stapes Ambang resepsi pembicaraan dan
- Besarnya air-bone gap  mewakili diskriminasi suara normal kecuali terjadi
besarnya ggn konduksi yg terjadi keterlibatan cochlea
- Ambang BC diambil dari rerata frekuensi
0.5, 1, dan 2 K Hz Pd pemeriksaan HRCT  lesi sclerotic pd
- AAO-HNS rekomendasikan 0.5, 1, 2, & capsula otic
3 K Hz

Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009.
Otosclerosis

Audiogram pd Otosclerosis
- Tuli konduktif
Notch pd frekuensi 2K Hz
- Cahart notch pd frekuensi 2K dimana terjadi
penyempitan air-bone gap
Otosclerosis
Diagnosis Operatif
Otosclerosis adalah etiologi presumptif - Stapedectomy (operasi stapes)
(yg dicurigai) pd: - Preferensi (ps yg lebih dipilih)
- Tuli konduktif - Ps dgn aerasi telinga tenga normal
- Kelainan liang telinga (-) - Ps tanpa infeksi maupun perforasi
- Kelainan membran timpanik (-) membran tympanic

Diagnosis pasti (gold standar)  operasi

Tatalaksana
Non-Operatif
- Masih kontroversial
- Anti-Osteoporosis
- Sodium Fluorida
- Bifosfonat
- Hearing aids
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009.
LI 4. GG KESEIMBANGAN
VERTIGO
DEFINISI
• Istilah vertigo (dari relasi Latin) menunjukkan
gejala klinis yang ditandai oleh perasaan tidak
menyenangkan saat terjadi perpindahan tubuh
(vertigo subjektif) atau lingkungan sekitarnya
(vertigo obyektif).
• Vertigo adalah gejala, bukan diagnosis dan
diagnosis dan manajemen yang efektif dimulai
dengan memahami apa yang mungkin diwakili
oleh gejala ini.
• Vertigo juga bisa diartikan sebagai rasa bergoyang
atau miring
PATOFISIOLOGI
• Vertigo muncul karena asimetri dalam sistem
vestibular karena kerusakan atau disfungsi labirin,
saraf vestibular, atau struktur vestibular sentral di
batang otak.
• Vertigo disebabkan oleh masalah dengan telinga
bagian dalam atau sistem vestibular, yang terdiri
dari kanalis semisirkularis, otolith (utricle dan
saccule), dan saraf vestibular disebut vertigo
perifer, otologic atau vestibular.
Management of vertigo: from evidence to clinical practice  Paola
Gnerre, Carlotta Casati, Mariella Frualdo, Maurizio Cavalleri, Sara
Diagnosis
Scott brown
BPPV
Definisi tekanan endolymphatic  geser
BPPV adalah kelainan yg ditandai oleh cupula
serangan vertigo berdurasi singkat, - Jika di cupula SCC  cupulolithiasis 
disertai nystagmus, dipresipitasi geser cupula
(dicetuskan) oleh perubahan posisi kepala. - Pergeran cupula  stimulasi  vertigo
Penyebab vertigo akut tersering
BPPV dpt terjadi sebagai komplikasi
Etiologi trauma kepala atau vestibular neuritis. Pd
BPPV terjadi akibat stimulasi abnormal sel bbrp kasus BPPV terjadi pd perjalanan
rambut semicircular canal (SCC) akibat penyakit lain mis meniere disease atau
adanya otoconia yg lepas dari tempatnya Cogan syndrome. Umumnya tidak ada
dan berada di cupula. penyebab yg ditemukan.
Otoconia: kristal CaCO3 yg normalnya di
membran gelatinosa otolith dari sacculus
dan utriculus
Otoconia yg lepas  mengapung bebas
- Jika di ductus SCC  canalolithiasis  Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J,
bisa pindah ke cupula atau tingkatkan Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th
ed. p.970, 1267-8.
BPPV
Epidemiologi Eksklusi sebab lain
Pr > Lk
Paling sering mengenai posterior Tatalaksana
semicircular canal Manuver epley
Semicircular canal lateral (15%), anterior Oklusi bedah
(superior) canal jarang terkena
Pengobatan simtomatik
Gejala Klinis - Antihistamin: dimenhidrinat,
Vertigo singkat berulang yg dapat difenhidramin, siklizin, meklizin
dicetuskan perubahan posisi kepala - Betahistin
Manuver dix-hallpike + - CCB: Cinnarizine, verapamil
Vertigo durasi 5-10 detik
Nystagmus minimal saat kepala diputar ke
arah sisi yg terkena – null head position

Diagnosis
Dibuat secara klinis Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et
al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
Dix Hallpike Maneuver
• Pasien didudukkan di ranjang
• Kepala pasien dimiringkan 45° ke arah lateral
• Pasien dibaringkan ke belakang secara cepat shg kepala
menggantung di ujung ranjang
• Pd posisi ini, otoconia akan pindah dari ampula ke bag
tengah SCC
• Otoconia yg berpindah menyebabkan tek cairan negatif →
cupula defleksi (bengkok) → nystagmus (berlgsg <30 detik):
– Nystagmus vertical torsional: posterior or anterior BPPV
– Nytagmus horizontal: lateral BPPV
• Nystagmus tjd bersamaan dg vertigo yg intens,
menyebabkan ps seringkali menutup mata → minta ps
tetap membuka mata agar pemeriksaan nistagmus dpt
dilakukan
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed.
Dix
Hallpike
Maneuver

Cambridge University
Press
Tatalaksana (Epley Maneuver)
• Mrp manuver u/ merelokasi otoconia
• KI:
– Severe neck disease
– High grade carotid stenosis
• Paling baik dilakukan segera stl Dix Hallpike maneuver
• Ps harus tetap dlm posisi tegak slm 24 jam stl maneuver
dan tidak boleh tidur ke arah telinga yg ggn selama 1
minggu → dapat menyebabkan otoconia kembali ke SCC
• Treatment berulang mgkn bisa meningkatkan remisi
• Jk BPPV mengenai kedua sisi (kiri-kanan), treatment bagian
yg lebih parah terlebih dahulu
• Jk kondisi parah dan tdk merespon thd maneuver,
pertimbangkan operasi
• Lateral BPPV mungkin kuran berespon thd Epley maneuver
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed.
Epley
Maneuver
MABUK PERJALANAN
Mabuk Perjalanan ( Motion Sickness)
• Gangguan pd sistem • Gejala
keseimbangan baik di bagian – Mual
proses integrasi di sentral / – Muntah
sensor di perifer
– Berkeringat dingin
• Akibat informasi yg berlawanan
dari mata (melihat yg stabil) tapi – Ketidaknyamanan perut
sensor vestibular secara kontinyu – Vertigo
menangkap perubahan gerak , – Sakit kepala
tanpa adanya kelainan di – Lelah
sist.vestibular  konflik sensorik – Wajah pucat
 gejala (vertigo , muntah)
– Produksi air liur meningkat
• Informasi visual = informasi
vestibular (melihat pemandangan – Hiperventilasi
laut/jalanan)  ≠ gejala
• Diagnosis : pemeriksaan • Tata laksana dan pencegahan
telinga, hidung, dan – Memilih tempat duduk di
tenggorokan, serta tes fungsi mana gerakan yang paling
saraf dan keseimbangan tidak dirasakan
• Prognosis : membaik setelah – Tidak membaca saat
istirahat perjalanan
– Mendapatkan udara segar
– Tidak minum yg beralkohol
dan merokok
– Makan lemak jumlah kecil,
dan tidak makan yang
berbau tajam
Pengobatan
• Antihistamin sedatif • Untuk anak usia 2–12 tahun
– cinnarizinecyclizine, – Dimenhydrinate
dimenhydrinate, meclizine,
and promethazine (oral (Dramamine), 1–1.5 mg/kg
and suppository) per dose
• Scopolamine – Diphenhydramine
– hyoscine, oral and (Benadryl), 0.5–1 mg/kg
transdermal per dose up to 25 mg
• Antidopaminergic drugs
– Diberikan 1 jam sebelum
– prochlorperazine
perjalanan dan setiap 6
• Metoclopramide
jam dalam perjalanan
• Sympathomimetics
• Benzodiazepines

http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/
2016/the-pre-travel-consultation/motion-
sickness
MENIERE’S DISEASE
Kelainan dengan karateristik:
vertigo mendadak dengan tuli sensorineural, tinnitus, telinga
terasa penuh

Etiologi:
• Idiopatik
Faktor predisposisi: kelainan telinga dalam atau tulang
temporal.

Produksi berlebih/gangguan absorpsi endolymph → ↑


volume endolymph → hipertensi endolymph → pembesaran
membran labyrinth (endolymphatic hydrops)
Manifestasi klinis:
• Rekuren vertigo yang mendadak dengan mual
dan muntah
• Tinitus
• Tuli sensorineural (terutama nada rendah)
• Aural fullness
Diagnosis
Definite Meniere’s Probable Meniere’s Possible Meniere’s
• 2/> serangan • 2/> serangan • 2/> serangan
spontan vertigo spontan vertigo spontan vertigo ,
• Hilang • Tuli unilateral, walaupun tanpa
pendengaran dari • Tinitus, adanya keluhan
hasil • Aural fullness auditori saat
pemeriksaan dalam waktu serangan
audiogram nada bersamaan
murni min 1x
• Tinitus atau
• Aural fullness
Tatalaksana (farmako)
VESTIBULAR NEURITIS
Vestibular Neuritis
Definisi Etiologi
Vestibular neuritis adalah kelainan dimana - Diduga akibat infeksi virus di n.
terjadi hilangnya input afferent vestibular, vestibularis
total atau subtotal, terisolasi, tiba-tiba, - HSV 1 di ganglia vestibularis superior
spontan dari satu labyrinth dan inferior
Diduga akibat inflamasi n. vestibularis & - Hanya divisi superior yg
iskemia labyrinth terpengaruh
Penyebab vertigo akut ke-2 tersering (no 1
adalah BPPV) Manifestasi Klinis
- Vertigo spontan akut
Nama lain: - Mual-muntah, ggn keseimbangan
- Vestibular neuronitis - Intensitas vertigo meningkat dlm
- Vestibulopathy akut unilateral hitungan jam.
- Biasanya diperburuk gerakan
kepala
- Berkurang dgn membuat kepala
diam dan mata tertutup
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Vestibular Neuritis
Definisi Etiologi
Vestibular neuritis adalah kelainan dimana - Diduga akibat infeksi virus di n.
terjadi hilangnya input afferent vestibular, vestibularis
total atau subtotal, terisolasi, tiba-tiba, - HSV 1 di ganglia vestibularis superior
spontan dari satu labyrinth dan inferior
Diduga akibat inflamasi n. vestibularis & - Hanya divisi superior yg
iskemia labyrinth terpengaruh
Penyebab vertigo akut ke-2 tersering (no 1
adalah BPPV) Manifestasi Klinis
- Vertigo spontan akut
Nama lain: - Mual-muntah, ggn keseimbangan
- Vestibular neuronitis - Intensitas vertigo meningkat dlm
- Vestibulopathy akut unilateral hitungan jam.
- Biasanya diperburuk gerakan
kepala
- Berkurang dgn membuat kepala
diam dan mata tertutup
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Vestibular Neuritis
- Ketika berjalan atau berdiri menjadi tidak DD/
seimbang dan bisa berbelok ke arah - Infarct Cerebellar
labyrinth yg sakit - Vestibular Schwannoma
- Gejala umumnya mereda dlm beberapa *periksa MRI untuk menyingkirkan kedua
hari (setelah gejala hilang  fungsi kondisi diatas jika terdapat kecurigaan atau
vestibular telinga yg terkena juga hilang) tdk ada perbaikan gejala dalam 2-3 mgg
- Vertigo dan gejala lainnya umumnya
cenderung hebat
Tatalaksana
- Pd fase akut, gejala klinis termasuk
nystagmus horizontal-torsional spontan - Kortikosteroid
- Nystagmus harus unidirectional (satu - Antivirus
arah) - Suportif
Jika nystagmus berubah arah saat - vestibular supresant mis betahistin,
pandangan berubah  bukan meclizine, siklizin
vestibular neuritis - Antimuntah mis ondansetron
- Nystagmus tak terlihat pd pemeriksaan - Rehabilitasi vestibular setelah gejala
biasa krn disupresi oleh fixasi visual, redah
periksa dgn opthalmoscope atau lensa
magnifikasi frenzel
- Tidak ada disfungsi auditorik (jika ada 
labyrinthitis)
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Aliran Limfe Kepala Leher
• Ballenger Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery 17th
edition
• https://www.researchgate.net/fig
ure/Cervical-lymph-node-regions-
Imaging-Based-Level-System-
Som_fig9_271332113
• I. Kelenjar di segitiga submental dan submandibula
• II.Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas,
termasukkelenjar limfe jugular superior, kelenjar
digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
• III. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan
persilangan m.omohioid dengan m. sternokleidomastoid
dan batas posterior m. sternokleidomastoid.
• IV. Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan
supraklavikula
• V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
• Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan
submandibula.
• Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal
assessorius sementara level II B berlokasi di bagian
posteromedialnya.
• Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular
tengah dan bawah
• Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior.
Level V A dan V B dipisah oleh garis horisontal yang terletak
di inferior kartilago krikoid.
• Level VI merupakan kompartemen sentral yang berisi
kelenjar paratrakea, retrosternal, prekrikoid, dan pretiroid
Onkologi THT
Lebih sering terjadi pada pria dan usia muda (20an)
Etiologi  kombinasi faktor genetik, infeksi laten EBV, dan paparan
berulang dari karsinogen.

KANKER NASOFARING
Gejala Klinis
– Bengkak di daerah
leher atas
– Limfadenopati
servikal
– Bloody nasal
discharge
– Obstruksi nasal
– Epistaksis
– Nyeri kepala,
disfungsi tuba
eustachius  bila
membesar
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Scott Brown
Kanker yg paling banyak ditemukan diseluruh dunia. Jenis yg sering
ditemukan:
Jinak: papilloma
Ganas: karsinoma sel skuamosa, limfoma

KANKER LARING
Gejala Klinis
UMUM KANKER GLOTIS
• Penurunan BB • Perubahan suara: serak persisten
• Anemia selama 3 minggu atau lebih
• Paraneoplastic phenomena: • Aspirasi
peripheral neuropathy & rash • Progresif: dyspnea, stridor
(sangat jarang) • Hemoptisis  tumor besar
• Reffered otalgia (melalui vagal
complex)  tanda invasi dalam
• Disfagia & odinofagia  jarang
pada kanker inkomplikata
• Limfadenopathy cervical 
jarang, jika ada menunjukkan
invasi dalam

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Gejala Klinis
KANKER SUPRAGLOTIS KANKER SUBGLOTIS
• Perubahan suara yg berbeda dgn • Gejala awal kurang jelas, dengan
kanker glottis / supraglotis sensai globus atau benda asing di
• Lesi supraglotis kecil yg tidak ekstensi tenggorokan
ke glottis bisa disertai sensasi globus/ • Suara serak jika mengenai glottis
benda asing & paresis • Paralisis plica  diplophonia
• Saat ukuran tumor bertambah, fonasi • Progresifitas sirkumferensial: dyspnea
berubah menjadi “hot potato voice”, & stridor progresif
jika tumor ekstensi ke plica vocalis,
bisa timbul serak seperti kanker
glottis
• Ekstensi lateral: referred otalgia,
odinofagia, disfagia
• Lesi bisa asimptomatik hingga
ukurannya besar, sehingga tanda
awalnya berupa benjolan dileher
akibat metastasis lymph node
cervical

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Tumor jinak yg jarang ditemukan, sangat vascular & timbul dari jaringan
didalam foramen sphenopalatina

JUVENILE ANGIOFIBROMA
Gejala Klinis
• Epistaksis berat rekuren disertai invasi orbita & sinus cavernosus
obstruksi nasal  gejala klasik sehingga tejadi: proptosis,
• Tumor tidak tumbuh cepat, diplopia, visual loss, nyeri
sehingga pasien/keluarga bisa wajah, sakit kepala.
tidak menyadarinya • Rinoskopi anterior: secret
• Pada sebagian besar kasus, ada mukopurulen pada cavitas nasi
keterlambtan setidaknya 6-7 yg biasanya menghalangi tumor
bulan antara onset tanda & dari penglihatan pemeriksa,
gejala  tanda & gejala tumor beberapa pasien memiliki tumor
yg lain bisa timbul yg prolapse ke nares anterior
• Pembengkakan pipi, trismus, • Palatum mole displasi ke
hearing loss akibat obstruksi inferior karena tertekan tumor
tuba Eustachius, anosmia, suara yg bisa dilihat sebagai massa
sengau pink atau merah yg memenuhi
• Tumor yg lebih ekstensif bisa nasofaring

Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Resep
RESEP MENIERE DISEASE
R/ betahistine 6 mg tab No XXI
S 3 dd 1 Monica
DAFTAR PUSTAKA
• Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
• Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
• Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. New Jersey: John Wiley & Sons.
2009
• http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
• World Health Organization, 2018
• Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis
media. In: Snow JB, Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed.
Shelton: DC Becker; 2009.

Anda mungkin juga menyukai