Anggota:
1. Sanity savant suhendar
2. Chipta cahya lestari
3. Kevin king
4. Zamila khairatunnisa
5. M. Abdu queaisy S.
6. Monica pramana
7. Robert suryajaya H.
8. Riraz meriam claudia
BUDEK YANG MENGGANGGU
Seorang dokter di poli umum hari ini menerima dua orang pasien dengan keluhan
gangguan pendengaran.
Pasien pertama, seorang laki-laki berusia 40 tahun datang dengan keluhan tidak
dapat mendengar pada telinga kirinya sejak kemarin. Keadaan ini dialaminya sesaat
setelah bangun tidur. Pasien mencoba menguap agar telinganya terbuka, tetapi
tetap tidak dapat mendengar. Dia merasa sempoyongan sejak 3 bulan terakhir,
terutama waktu berjalan walaupun sudah memakai kacamata. Dia juga merasa
mual tapi tidak muntah.
Dia perhatikan, keadaan tersebut terjadi pertama kali setelah dia melakukan latihan
mengangkat beban di gym dan hingga saat ini, dia selalu merasakan keliyengan
setelahmengangkat beban dengan berat tertentu dan posisi tertentu, yang
terkadang disertai dengan telinga berdenging. Biasanya, setelah dia mengambil
posisi tertentu keluhan akan mereda, tetapi keadaan ini tidak pernah disertai
dengan mual dan muntah.
Pada anamnesis lanjutan diketahui bahwa laki-laki itu baru pulang dari luar kota 2
hari yang lalu dan pernah minum obat darah tinggi amlodipin 5mg sekali sehari.
Tetapi, kejadian budek disertai sempoyongan seperti ini baru pertama kali di
alaminya.
Dia tidak tahu, apakah keadaan tidak stabil dan sempoyongannya kali ini
berhubungan dengan budeknya atau tidak.
BUDEK YANG MENGGANGGU
Pasien kedua, seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan telinga
kanannya kurang mendengar, seperti kemasukan air, sejak sebulan yang lalu yang
diawali dengan flu namun sudah berobat.
Setelah minum obaat 5 hari, pileknya sembuh tetapi telinganya masih terasa
tersumbat, seperti masuk air. Pada permulaan dia mencoba untuk menguap
dengan harapan telinganya akan kembali terbuka, tetapi sampai rahangnya pegal,
telinganya tetap saja terasa tersumbat. Dia kemudian berobat kembali untuk
keluhan telinganya, dan mendapatkan tetes telinga satu botol, hingga tetes telinga
habis dua botol, keluhannya tidak juga berkurang.
Sejak seminggu yang lalu dia juga mulai merasakan sakit kepala dan menemukan
pembengkakan pada leher kanannya.
Dokter mencoba menelaah apakah keadaan pasien pertama sama dengan pasien
kedua, melakukan pemeriksaan THT dan pemeriksaan penunjang termasuk
audiometri nada murni.
Angiofibroma
nasofaring juvenil
Pendengaran Keseimbangan
• Labirintitis • BPPV
• Presbiacusis • Vertigo
• Tuli • Meniere
• Trauma disease
akustik • Vestibular
• otosklerosis neuritis
• Mabuk
perjalanan
LEARNING ISSUES
1. MM. Fisiologi pendengaran ( proses pendengaran dari telinga luar,
telinga tengah, telinga dalam, transduksi suara di organ korti, jaras
pendengaran, pusat pendengaran) dan fisiologi keseimbangan (jaras
keseimbangan, mekanisme aparatus vestibularis)
2. MM. Gangguan pendengaran (presbiakusis, tuli, trauma akustik)
3. MM. Gangguan telinga dalam (labirintitis, otosklerosis)
4. MM. Gangguan keseimbangan (vertigo, BPPV, meniere disease,
mabuk perjalanan, vestibular neuritis)
5. MM. Aliran limfe kepala leher
6. MM. ONKOLOGI (Ca nasofaring, Ca latring, angiofibroma nasofaring
juvenil)
7. Resep
LI 1 .FISIOLOGI PENDENGARAN
FISIOLOGI PENDENGARAN PERIFER
Gelombang suara
• Pendengaran persepsi energi suara oleh
saraf.
• Gelombang suara getaran suara yg
merambat.
Gelombang suara merambat melalui media
selain udara ,mis air. Namun diperlukan tek yg
lbih besar u/ menimbulan pergerakan cairan
di banding udara karena inersia(resistensi
thdp perubahan)cairan yg lbih bsar.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Suara
• Suara ditandai oleh
nadanya(pitch),Intensitasnya
(kekuatan) dan warna ,Suara (timbre).
– Nada , ditentukan oleh frekuensi getaran.
Semakin besar frekuensi getaran,
semakin tinggi nada. Telinga manusia
dapat mendeteksi suara dengan
frekuensi dr 20 – 20.000 siklus Per detik
(Hertz) ,tpi paling peka pada
frekuensi1000 – 4000 Hz.
– Intensitas atau kekuatan,bergantung
amplitudo gel. Suara atau perbedaan
tekanan antara daerah pemadatan
bertekanan tggi dan daerah peregangan
bertekanan rendah.Suara yg lbh dr 100
dB dapat merusak scr permanen koklea.
– Warna suara ,atau kualitas, bergantung
pd overtone ,yaitu frekuensi tambahan
yg mengenai nada dasar. Overtune
berperan menyebabkan perbedaan
karakteristik suara org .
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Struktur Telinga
Telinga Luar
• Aurikulus atau pinna
• Meatus Auditorius
Eksterna
Telinga Tengah
• Osikulus Auditorius
• Otot auditorius
• Tuba eustachii
Telinga dalam
• Koklea
• Kompartemen Koklea
• Organ corti
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Telinga Luar
Fungsi : mengarahkan gelombang menuju membran timpani.
Auriculus/Pinna Meatus Akustikus Internus
Reflek timpani
Tuba Eustachii
Reflek atennuasi ditandari o/ kontraksi involunter
m. tensor timpani dan stapedius ketika merespon
suara keras. Periode laten reflek ini 40 – 80 Saluran atau kanalis yg memipih dan terbentang
milidetik. dari dinding anterior telinga tengah ke dalam
nasofaring.
Makna Reflek ini: Tuba eustachii menghubungkan telinga tengah
dengan pars posterior rongga hidung dan
1. Melindungi reflek timpani terhadap membentuk saluran udara di telinga tengah dan
kemungkinan ruptur akibat suara keras udara atmosfer jadi tekanan di kesua sisi sama.
2. Mencegah terfiksasi os stapespda foramen
ovale ketika terdengar suara keras
Fx : menyamakan tekanan kedua sisi membran
3. Menbantu melindungi koklea terhadap timpani.
suara yg keras dan menghasilkan rigiditas
osikulus auditorius shg transmisi suara ke
koklea berkurang.
1. Kapitulum maleus lebih panjang dri pada proessus longus inkus shg pd struktur
yg kecil tdb dihasilkan kekuatan yg lbih besar.
2. Luas permukaan timpani (55mm Persegi) lbh besar dari luas footplate stapes (
3,2 mm persegi) ,Jadi tekanan meningkat ketika kekuatan tsb diberikan pda area
yg kecil.
Jalur 1
Melalui skala vestibuli,mengelilingi helikotrema ,dan
melalui skala timpani,
Menyebabkan jendela oval bergetar .Jalur ini hanya
mengurangi energi suara.
Jalur 2
“jalan pintas” dr skala vestibuli melalui membran
basilaris ke skala timpani. Jalur ini memicu pengaktifan
resptor u/ suara dengan menekukrambut” di sel rambut
sewaktuorgan corti yg terletak di ats membran basilaris
yg bergetar bergeser relatif terhadap membran
tektorium diatsnya.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Telinga Dalam /Labirin
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sel rambut Dalam
Merupakan sel yg mendengar; sel ini mengubah gaya mekanis suara (getaran
cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran ( menyampaikan ke
serebrum).
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Peran stereocilia dalam transduksi
suara.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Jalur Tranduksi Suara
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Diskriminasi Nada
• Kemampuan membedakan antara berbagai frekuensi gel.
Suara yg dtg) bergantung membran basilaris ,yg menyempit
dankaku di ujung jendela ovalnya serta lebar dan lentur di
ujung helikotremanya.
• Energi gel tekanan diserap o/ getaran membran yg kuat ini
sehingga gelombang lenyap di daerah dengan getaran
terbesar
• Fungsi bentuk koklea spiral untuk membungkus banyak
membran menjadi bagian kecil, dan memperkuat deteksi
nada rendah.
• Gelombang suara yg berbeda mencetuskan pergerakan
maksimal pd regio membran basilaris yg berbeda dan
mengaktifkan sel rambut yg berbeda .Informasi dihantarkan
ke SSP ,yg mnginterpretasikan pola stimulasi sel rambut
sebagai suara dengan frekuensi tertentu.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
FISIOLOGI PENDENGARAN SENTRAL
Lintasan Auditorius
• Serabut lintasan auditorius cabang koklearis
nervus vestibulokoklearis.( N VIII) dikenal juga
Nervus Auditorius. Bag utama lintasan auditorius
terletak dlm medula oblongata,
mesensefalon,dan regio talamus.
• Pusat yg lbih tggi u/ pendengaran berada dlm
lobus temporalis korteks serebri di mana serabut
saraf lintasan auditorius yg akhirnya
mengalamiterminasi.
• Reseptor sel rambut organ corti.
Area Auditopsikik
Area 22 menempati gyrus temporalis superior. Area ini berkaitan dengan analisis dan
Interpretasi sensasi auditorius bersama dgn Area wernicke.
• Proprioceptor
(reseptor kinestetik)
adalah reseptor yg
mendeteksi &
memberikan respons
terhadap gerakan &
perubahan posisi
pada berbagai
bagian tubuh yg
berbeda.
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
• Muscle spindle berespon terhadap perubahan
Panjang otot, berperan penting dalam mencegah
peregangan otot berlebihan
• Ketika otot teregang, signal akan dikirim ke SSP
melalui serat saraf sensorik. Informasi diproses di
SSP untuk menentukan posisi bagian tubuh
• Muscle spindle memiliki 2 fungsi:
1. Memberikan informasi kepada resptor organ
untuk stretch reflex
2. Berperan penting untuk mempertahankan
tonus otot
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
Peran Muscle Spindle dalam Stretch Reflex
• Stretch reflex (myotatic reflex) adalah reflex
kontraksi otot ketika diregangkan
• Merupakan reflex monosinaptik & tercepat,
berperan penting dalam mempertahankan
postur
• Peregangan otot menyebabkan peregangan
muscle spindle, yg menstimulasi muscle
spindle untuk mengeluarkan impuls
sensorik. Impuls tersebut dihantarkan lewat
serat saraf sensorik ke alpha motor neuron
di spinal cord. Alpha motor neuron akan
mengirim impuls ke otot sehingga terjadi
kontraksi serat ektrafusal
• Terdapat 2 respon muscle spindle terhadap
peregangan, yaitu respons static & dinamik
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
Peran Muscle Spindle dalam Stretch Reflex
• Respons dinamik: respons dimana serat saraf
sensorik primer melepas impuls secara rapid.
Saat terjadi perubahan Panjang otot, serat saraf
sensorik primer akan meringim signal scr rapid ,
tetapi akan berkurang atau berhenti jika otot
terus teregang. Respons tergantung derajat
perubahan Panjang otot
• Respons static: respons dimana impuls dilepas
secara rapid dan continuous oleh serat saraf
sensorik selama periode otot teregang
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Muscle Spindle
Peran Muscle Spindle Mempertahankan Tonus
Otot
• Keadaan dimana otot teregang secara continuous
& partial disebut tonus otot, hal ini terjadi karena
pelepasan impuls secara continuous dari gamma
motor neurons yg mempersarafi serat interfusal
• Impuls motorik dari gamma motor neurons
menstimulasi serat intrafusal yg akan mengirim
impuls sensorik ke spinal cord. Alpha motor
neuron di spinal cord teraktivasi sehingga terjadi
kontraksi serat ekstrafusal di otot
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Golgi Tendon Organ
Peran Golgi Tendon Organ dalam Forceful
Contraction
• Saat kontraksi kuat, tegangan otot meningkat &
menstimulasi golgi tendon organ yg akan melepas
impuls sensorik
• Impuls dihantarkan oleh serat seraf sensorik ke
interneuron inhibitorik di spinal cord
• Interneuron menyebabkan timbulnya inhibitory
postsynaptic potential (IPSP) di motor neuron yg
mensuplai otot sehingga kontraksi otot di inhibisi
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Golgi Tendon Organ
Peran Golgi Tendon Organ dalam Inverse Stretch Reflex
• Inverse stretch reflex adalah penurun resistensi mendadak
akibat relaksasi saat otot teregang berlebihan
• Peregangan otot berlebih mengaktifkan golgi tendon organ,
yg mengirim impuls aferen & menyebabkan:
Stimulasi inhibitory internuncial neuron, yg akan
menginhibisi alpha motor neuron otot yg kontraksi
sehingga terjadi relaksasi
Srimulasi excitatory internuncial neuron, yg akan
mengaktivasi alpha motor neuron otot antagonis. Otot
antagonis akan kontraksi & otot yg teregang akan
relaksasi
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Reflex Postural: Static Reflex
Sembulingam K, Sembulingam P. Essentials of medical physiology. 6th ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 2012
Aparatus Vestibularis
• Aparatus vestibularis memberikan informasi
esensial mengenai sensasi keseimbangan &
koordinasi gerakan kepala dengan gerakan
mata & postural
• Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis
semisirkularis & organ otolith (utriculus &
sacculus)
• Keseimbangan adalah sensai orientasi tubuh
& gerakan
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. p.970,
1267-8.
Age-Related Hearing Loss (Presbyacusis)
Patofisiologi
- Terjadi perubahan fisiologis pada
telinga luar dan tengah yang tidak
menyebabkan presbyacusis
- Telinga luar - Telinga tengah
- Peningkatan produksi serumen - Membran tympani makin tipis,
- Penurunan migrasi epitel kaku, dan vaskularisasinya
- Peningkatan pertumbuhan rambut menurun
- Kerentanan kolaps dari canalis - Perubahan arthritic dan osifikasi
auricularis pada tulang pendengaran dan
- Pembesaran pinna persendiannya
- Degenerasi otot telinga tengah
- Proses perubahan patologis pada - Kalsifikasi penyokong kartilago
cochlea terkait presbyacusis terjadi tuba eustachius
karena adanya faktori genetik dan
faktor lingkungan (pajanan bising,
rokok, alkohol, hipertensi)
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Age-Related Hearing Loss (Presbyacusis)
Gejala (recruitment adalah peningkatan
- Ggn pendengaran yg progresif lambat persepsi kerasnya suara abnormal oleh
dan tersembunyi orang dengan ketulian, yang misalnya
Pada awal penyakit pasien dapat berkata “bicara biasa aja,
jangan teriak, saya tidak tuli!”
- Kesulitan dalam mendengarkan
percakapan
- Terutama dengan adanya suara lain - Ketulian dpt menyebabkan isolasi
sosial dan depresi
- Kadang pasien lebih mengeluhkan
kurangnya kejelasan dari suara
(terutama percakapan) daripada *Gejala di atas ± serupa dengan gejala tuli
hilangnya volume sensorineural lainnya
- Kadang bisa disertai tinnitus seiring
progresi penyakit
- Ggn pendengaran semakin nyata
- Perlu meminta orang lain mengulangi
yg mereka ucapkan
- Seiring perburukan bisa terjadi Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J,
Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th
recruitment ed. p.970, 1267-8.
Patologi
Age Related
Hearing Loss
dikaitkan dengan
adanya perubahan
yang berkaitan
dengan usia di
telinga luar dan
tengah.
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Patologi
Perubahan histologi di dlm koklea (telinga dalam) pada orang presbiakusis terkait dengan
penuaan ,terjadi di seluruh sistem pendengaran dari sel-sel rambut koklea ke korteks
pendengaran di lobus temporal otak.
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Pemeriksaan
History :
• Adanya penurunan fungsi pendengaran dengan kesulitan
memahami/mengerti pembiaraan ketika tingkat kebisingan yang
tinggi.
• Punya riwayat noise exposure (eg, armed services, hunting, use of
power tools, industrial occupation)
Pemeriksaan fisik
• Tidak ada abnormal fisik pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Penunjang
• Lab test : blood tests for autoimmune-induced hearing loss.
• Radiology : CT scan atau MRI
• Audiometri
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Age-Related Hearing Loss (Presbyacusis)
Audiometri pd presbyacusis
- Paling pertama mengenai frekuensi tinggi
- Progresi berlanjut mengenai frekuensi yg
lebih rendah
- Cenderung bilateral dan simetris
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Tatalaksana
NON- SPESIFIC
Presbiakusis tdak dapat disembuhkan, tetapi efek penyakit pada
kehidupan pasien dapat dikurangi.
• Pengurangan kebisingan (sejauh mungkin)
• percakapan tatap muka untuk memaksimalkan paparan isyarat
komunikasi nonverbal
• Severe hearing loss diberikan dukungan dan konseling psikologi
• Lip Reading
• Membesarkan bel pintu
SPESIFIK
• Alat bantu dengar (hearing aids)
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
TULI
Terminologi
• Seseorang yang tidak dapat mendengar seperti orang
normal (threshold 25 dB atau yang lebih baik pada kedua
telinga) = Hearing Loss
• Dapat bersifat ringan, moderat, berat dan
profound/sangat berat
• Satu atau dua telinga
• Kesulitan mendengar percakapan atau suara keras.
• ‘Hard of hearing’ ringan – berat
• ‘Deaf’ profound (pendengaran sangat minim atau
tidak ada sama sekali)
http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
World Health Organization, 2018
Klasifikasi Hearing Impairment WHO
Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health Risks (SCENIHR). Potential health risks of
exposure to noise from personal music players and mobile phones including a music playing function (2008) ,
Section 3.4.1, page 22
Tipe Tuli
George G. Browning,
Burton J. Martin,
Clarke Ray, Hibbert
John, Jones S. Scott
Brown’s
Otorhinolaryngology,
Head and Neck
Surgery. Volume 3. 7th
Edition. London:
Outcomes
• Complete recovery: Recovery of hearing to within
10 dB of prehearing loss speech reception score
or averaged pure-tone score (if loss was primarily
in the high frequency range);
• Partial recovery: Recovery of hearing to within 50
percent or more of the prehearing loss speech
reception score or averaged pure-tone score (if
loss was high frequency range);
• No recovery: Less than 50 percent recovery of
hearing.
George G. Browning, Burton J. Martin, Clarke Ray, Hibbert John, Jones S. Scott Brown’s Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery. Volume 3. 7th Edition. London: Edward Arnold Ltd; 2008.
Tuli Kongenital
• Gangguan pendengaran pada anak
dapat terjadi pada saat lahir
(kongenital) atau bisa terjadi setelah
lahir (acquired)
• Sebagian besar anak-anak dengan
gangguan pendengaran yang
permanen memiliki gangguan
pendengaran sensorineural.
http://emedicine.medscape.com/article/855875-clinical#b1
Screening
• Automated otoacoustic emissions (AOAE).
Hasil dari tes ini adalah ‘pass’ atau ‘refer’
• Selain itu, semua bayi di unit perawatan intensif
neonatal mendapat automated auditory
brainstem response (AABR) testing
• Anak yang tidak lulus tes skrining OAE di kedua
telinga akan memiliki pengujian AABR. Jika ini
juga tidak lulus maka anak tersebut dirujuk untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Scott Brown's Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery 7th Ed
(2008)
Tatalaksana
• Earing devices, seperti alat bantu dengar, dan
koklea atau implan telinga tengah
• Earing assistive technology , seperti sistem FM /
radio dan loop
• Terapi untuk mengembangkan bahasa lisan,
seperti auditory verbal therapy , cued speech dan
auditory oral therapy
• Pengembangan komunikasi nonverbal, seperti
bahasa isyarat
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204632/1/9789241510325_eng.pdf?ua=1
TRAUMA AKUSTIK AKUT
Noise induced hearing loss
• Menurunnya kemampuan mendengar akibat pajanan
bising
• Jika sifatnya sementara disebut temporary threshold
shift (TTS) dan permanen disebut permanent threshold
shift (PTS) bisa terjadi akibat tts yang berulang maupun
single episode dari pajanan bising
• Trauma akustik merupakan istilah yang hanya
digunakan apabila jika dalam 1x pajanan terhadap
bunyi dengan intensitas tertentu langsung
menyebabkan hilang pendengaran segera
• Sering pada pria usia dewasa muda
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
Patofisiologi Faktor predisposisi :
Mekanisme metabolik – Merokok
– Bunyi yang terlalu bising – DM dan penyakit kardiovaskuler
dapat menyebabkan – Usia lanjut
pelepasan glutamat yang
masif dan mengakibatkan
hilangnya pendengaran
– Perubahan pada aliran
darah di cochlea
ditemukan bahwa bunyi
dengan intensitas tinggi
menurunkan aliran darah
ke cochlea mengakibatkan
disfungsi cochlea
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
• Tanda dan gejala
– Pada tahap awal
biasanya suara
terdengar tetapi
tidak jelas
kemudian lama-
kelamaan sulit
mendengar suara
semakin lama
semakin parah
dan mengganggu
aktivitas sehari-
hari
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
• PP :
– Audiogram nada murni untuk menilai ada tuli/
tidak
• Normal hearing (0-25 dB): At this level,
hearing is within normal limits.
• Mild hearing loss (26-40 dB): difficulty
suppressing background noise, and
increased listening efforts. Patients with
this degree of loss may not hear soft
speech
• Moderate hearing loss (41-55 dB): Patients
with this degree of loss have trouble
hearing some conversational speech.
• Moderate-severe hearing loss (56-70 dB):
Patients with this degree of loss do not
hear most conversational-level speech.
• Severe hearing loss (71-90 dB): Severe
hearing loss may affect voice quality.
• Profound hearing loss (>90 dB): With
profound hearing loss (deafness), speech
and language deteriorate.
– Tympanometry untuk menilai fungsi telinga
tengah
– MRI jika hearing loss asimetris untuk Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al,
editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
menyingkirkan diagnosa vestibular
schwannoma https://emedicine.medscape.com/article/1822962-overview
Pencegahan Tatalaksana
– Menghindari sumber suara – Pada hearing loss high tone
bising yang ringan binaural hearing
aid cukup membantu
– Menurunkan bising pada
sumber suara – Pada kasus severe hearing
loss hanya dapat dilakukan
– menggunakan ear
edukasi agar pasien dapat
protection (earplugs or
menerima kondisinya dan
earmuffs)
penggunaan alat-alat
– Reguler hearing test pada khusus seperti infrared
orang yang beresiko headphones, volume
(pekerja teknik mesin) controllable telephones,
louder doorbells, alternative
alerting system such as a
flashing light or vibrating
pager system serta
dilakukan Lip-reading
classes can be extremely
valuable.
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
LI 3. TELINGA DALAM
LABYRINTHITIS
Definisi
• Inflamasi pada labyrinth yang berkaitan dengan otitis
media, terutama OMA, yang menyebabkan vertigo dan
penurunan pendengaran
• Komplikasi ekstracranial dari Otitis Media
Otitis Media permeabilitas round window meningkat
toxin lebih mudah masuk
• Etiologi:
– Virus
– Bakteri
– Toxin bakteri
– Penyakit sistemik
– Klasifikasi: serosa & supuratif
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic
otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009. p. 233-4
Labyrinthitis Serosa
• Melibatkan toksin dan mediator inflamasi bakteri pada telinga
dalam Tanpa terjadi invasi dari bakteri pada telinga dalam
• Bisa berprogresi menjadi Labyrinthitis supuratif
• Gejala
– Vertigo dengan onset mendadak (reversible)
– Hearing loss (reversible)
• Diagnosis
– Gejala klinis
– MRI (T1)
• Tatalaksana:
– Myringotomy
– Antibiotik
• Rea P, Graham J. Acute otitis media in children. In: Gleeson M,
editor. Scott-Brown’s otorhinolaryngology head and neck surgery.
7th ed. London: Edward Arnold; 2008. p. 923
• Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial
complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB,
Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009. p. 233-4
Labyrinthitis Supuratif
• Invasi langsung oleh bakteri pada telinga dalam
• Disertai dengan pembentukan pus
• Gejala
– Vertigo
– Sensorineural Hearing loss (prognosis buruk)
– Nystagmus
– Mual muntah
• Diagnosis
– Gejala klinis
– MRI (T1)
• Tatalaksana
– Myringotimi
– Antibiotik intravena
– Mastoidectomy
– Kortikosteroid menurunkan inflamasi
• Rea P, Graham J. Acute otitis media in children. In: Gleeson M, editor. Scott-Brown’s otorhinolaryngology head and neck
surgery. 7th ed. London: Edward Arnold; 2008. p. 923
• Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB,
Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009. p. 233-4
Ballenger JJ, Snow JB. Otorhinolaryngology,
head and neck surgery. 17th Ediiton. Canada:
OTOSKLEROSIS
Otosklerosis
• Definisi kelainan pada • Klasifikasi
kapsul otik tulang – Clinical lesi meliputi
endokondral ditandai tulang stapes dan sendi
kelainan resorpsi dan stapediovestibular
deposisi tulang tuli konduktif
• Lesi area resorpsi tulang, – Histologic lesi tidak
pembentukan tulang baru, melibatkan apapun,
proliferasi vaskular dan asimtomatik
stroma jaringan ikat. diagnosis post mortem
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009.
Otosclerosis
Audiogram pd Otosclerosis
- Tuli konduktif
Notch pd frekuensi 2K Hz
- Cahart notch pd frekuensi 2K dimana terjadi
penyempitan air-bone gap
Otosclerosis
Diagnosis Operatif
Otosclerosis adalah etiologi presumptif - Stapedectomy (operasi stapes)
(yg dicurigai) pd: - Preferensi (ps yg lebih dipilih)
- Tuli konduktif - Ps dgn aerasi telinga tenga normal
- Kelainan liang telinga (-) - Ps tanpa infeksi maupun perforasi
- Kelainan membran timpanik (-) membran tympanic
Tatalaksana
Non-Operatif
- Masih kontroversial
- Anti-Osteoporosis
- Sodium Fluorida
- Bifosfonat
- Hearing aids
Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis media. In: Snow JB, Wackym PA, editor.
Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton: DC Becker; 2009.
LI 4. GG KESEIMBANGAN
VERTIGO
DEFINISI
• Istilah vertigo (dari relasi Latin) menunjukkan
gejala klinis yang ditandai oleh perasaan tidak
menyenangkan saat terjadi perpindahan tubuh
(vertigo subjektif) atau lingkungan sekitarnya
(vertigo obyektif).
• Vertigo adalah gejala, bukan diagnosis dan
diagnosis dan manajemen yang efektif dimulai
dengan memahami apa yang mungkin diwakili
oleh gejala ini.
• Vertigo juga bisa diartikan sebagai rasa bergoyang
atau miring
PATOFISIOLOGI
• Vertigo muncul karena asimetri dalam sistem
vestibular karena kerusakan atau disfungsi labirin,
saraf vestibular, atau struktur vestibular sentral di
batang otak.
• Vertigo disebabkan oleh masalah dengan telinga
bagian dalam atau sistem vestibular, yang terdiri
dari kanalis semisirkularis, otolith (utricle dan
saccule), dan saraf vestibular disebut vertigo
perifer, otologic atau vestibular.
Management of vertigo: from evidence to clinical practice Paola
Gnerre, Carlotta Casati, Mariella Frualdo, Maurizio Cavalleri, Sara
Diagnosis
Scott brown
BPPV
Definisi tekanan endolymphatic geser
BPPV adalah kelainan yg ditandai oleh cupula
serangan vertigo berdurasi singkat, - Jika di cupula SCC cupulolithiasis
disertai nystagmus, dipresipitasi geser cupula
(dicetuskan) oleh perubahan posisi kepala. - Pergeran cupula stimulasi vertigo
Penyebab vertigo akut tersering
BPPV dpt terjadi sebagai komplikasi
Etiologi trauma kepala atau vestibular neuritis. Pd
BPPV terjadi akibat stimulasi abnormal sel bbrp kasus BPPV terjadi pd perjalanan
rambut semicircular canal (SCC) akibat penyakit lain mis meniere disease atau
adanya otoconia yg lepas dari tempatnya Cogan syndrome. Umumnya tidak ada
dan berada di cupula. penyebab yg ditemukan.
Otoconia: kristal CaCO3 yg normalnya di
membran gelatinosa otolith dari sacculus
dan utriculus
Otoconia yg lepas mengapung bebas
- Jika di ductus SCC canalolithiasis Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J,
bisa pindah ke cupula atau tingkatkan Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th
ed. p.970, 1267-8.
BPPV
Epidemiologi Eksklusi sebab lain
Pr > Lk
Paling sering mengenai posterior Tatalaksana
semicircular canal Manuver epley
Semicircular canal lateral (15%), anterior Oklusi bedah
(superior) canal jarang terkena
Pengobatan simtomatik
Gejala Klinis - Antihistamin: dimenhidrinat,
Vertigo singkat berulang yg dapat difenhidramin, siklizin, meklizin
dicetuskan perubahan posisi kepala - Betahistin
Manuver dix-hallpike + - CCB: Cinnarizine, verapamil
Vertigo durasi 5-10 detik
Nystagmus minimal saat kepala diputar ke
arah sisi yg terkena – null head position
Diagnosis
Dibuat secara klinis Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et
al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
Dix Hallpike Maneuver
• Pasien didudukkan di ranjang
• Kepala pasien dimiringkan 45° ke arah lateral
• Pasien dibaringkan ke belakang secara cepat shg kepala
menggantung di ujung ranjang
• Pd posisi ini, otoconia akan pindah dari ampula ke bag
tengah SCC
• Otoconia yg berpindah menyebabkan tek cairan negatif →
cupula defleksi (bengkok) → nystagmus (berlgsg <30 detik):
– Nystagmus vertical torsional: posterior or anterior BPPV
– Nytagmus horizontal: lateral BPPV
• Nystagmus tjd bersamaan dg vertigo yg intens,
menyebabkan ps seringkali menutup mata → minta ps
tetap membuka mata agar pemeriksaan nistagmus dpt
dilakukan
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed.
Dix
Hallpike
Maneuver
Cambridge University
Press
Tatalaksana (Epley Maneuver)
• Mrp manuver u/ merelokasi otoconia
• KI:
– Severe neck disease
– High grade carotid stenosis
• Paling baik dilakukan segera stl Dix Hallpike maneuver
• Ps harus tetap dlm posisi tegak slm 24 jam stl maneuver
dan tidak boleh tidur ke arah telinga yg ggn selama 1
minggu → dapat menyebabkan otoconia kembali ke SCC
• Treatment berulang mgkn bisa meningkatkan remisi
• Jk BPPV mengenai kedua sisi (kiri-kanan), treatment bagian
yg lebih parah terlebih dahulu
• Jk kondisi parah dan tdk merespon thd maneuver,
pertimbangkan operasi
• Lateral BPPV mungkin kuran berespon thd Epley maneuver
Scott-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed.
Epley
Maneuver
MABUK PERJALANAN
Mabuk Perjalanan ( Motion Sickness)
• Gangguan pd sistem • Gejala
keseimbangan baik di bagian – Mual
proses integrasi di sentral / – Muntah
sensor di perifer
– Berkeringat dingin
• Akibat informasi yg berlawanan
dari mata (melihat yg stabil) tapi – Ketidaknyamanan perut
sensor vestibular secara kontinyu – Vertigo
menangkap perubahan gerak , – Sakit kepala
tanpa adanya kelainan di – Lelah
sist.vestibular konflik sensorik – Wajah pucat
gejala (vertigo , muntah)
– Produksi air liur meningkat
• Informasi visual = informasi
vestibular (melihat pemandangan – Hiperventilasi
laut/jalanan) ≠ gejala
• Diagnosis : pemeriksaan • Tata laksana dan pencegahan
telinga, hidung, dan – Memilih tempat duduk di
tenggorokan, serta tes fungsi mana gerakan yang paling
saraf dan keseimbangan tidak dirasakan
• Prognosis : membaik setelah – Tidak membaca saat
istirahat perjalanan
– Mendapatkan udara segar
– Tidak minum yg beralkohol
dan merokok
– Makan lemak jumlah kecil,
dan tidak makan yang
berbau tajam
Pengobatan
• Antihistamin sedatif • Untuk anak usia 2–12 tahun
– cinnarizinecyclizine, – Dimenhydrinate
dimenhydrinate, meclizine,
and promethazine (oral (Dramamine), 1–1.5 mg/kg
and suppository) per dose
• Scopolamine – Diphenhydramine
– hyoscine, oral and (Benadryl), 0.5–1 mg/kg
transdermal per dose up to 25 mg
• Antidopaminergic drugs
– Diberikan 1 jam sebelum
– prochlorperazine
perjalanan dan setiap 6
• Metoclopramide
jam dalam perjalanan
• Sympathomimetics
• Benzodiazepines
http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/
2016/the-pre-travel-consultation/motion-
sickness
MENIERE’S DISEASE
Kelainan dengan karateristik:
vertigo mendadak dengan tuli sensorineural, tinnitus, telinga
terasa penuh
Etiologi:
• Idiopatik
Faktor predisposisi: kelainan telinga dalam atau tulang
temporal.
KANKER NASOFARING
Gejala Klinis
– Bengkak di daerah
leher atas
– Limfadenopati
servikal
– Bloody nasal
discharge
– Obstruksi nasal
– Epistaksis
– Nyeri kepala,
disfungsi tuba
eustachius bila
membesar
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Scott Brown
Kanker yg paling banyak ditemukan diseluruh dunia. Jenis yg sering
ditemukan:
Jinak: papilloma
Ganas: karsinoma sel skuamosa, limfoma
KANKER LARING
Gejala Klinis
UMUM KANKER GLOTIS
• Penurunan BB • Perubahan suara: serak persisten
• Anemia selama 3 minggu atau lebih
• Paraneoplastic phenomena: • Aspirasi
peripheral neuropathy & rash • Progresif: dyspnea, stridor
(sangat jarang) • Hemoptisis tumor besar
• Reffered otalgia (melalui vagal
complex) tanda invasi dalam
• Disfagia & odinofagia jarang
pada kanker inkomplikata
• Limfadenopathy cervical
jarang, jika ada menunjukkan
invasi dalam
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Gejala Klinis
KANKER SUPRAGLOTIS KANKER SUBGLOTIS
• Perubahan suara yg berbeda dgn • Gejala awal kurang jelas, dengan
kanker glottis / supraglotis sensai globus atau benda asing di
• Lesi supraglotis kecil yg tidak ekstensi tenggorokan
ke glottis bisa disertai sensasi globus/ • Suara serak jika mengenai glottis
benda asing & paresis • Paralisis plica diplophonia
• Saat ukuran tumor bertambah, fonasi • Progresifitas sirkumferensial: dyspnea
berubah menjadi “hot potato voice”, & stridor progresif
jika tumor ekstensi ke plica vocalis,
bisa timbul serak seperti kanker
glottis
• Ekstensi lateral: referred otalgia,
odinofagia, disfagia
• Lesi bisa asimptomatik hingga
ukurannya besar, sehingga tanda
awalnya berupa benjolan dileher
akibat metastasis lymph node
cervical
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Tumor jinak yg jarang ditemukan, sangat vascular & timbul dari jaringan
didalam foramen sphenopalatina
JUVENILE ANGIOFIBROMA
Gejala Klinis
• Epistaksis berat rekuren disertai invasi orbita & sinus cavernosus
obstruksi nasal gejala klasik sehingga tejadi: proptosis,
• Tumor tidak tumbuh cepat, diplopia, visual loss, nyeri
sehingga pasien/keluarga bisa wajah, sakit kepala.
tidak menyadarinya • Rinoskopi anterior: secret
• Pada sebagian besar kasus, ada mukopurulen pada cavitas nasi
keterlambtan setidaknya 6-7 yg biasanya menghalangi tumor
bulan antara onset tanda & dari penglihatan pemeriksa,
gejala tanda & gejala tumor beberapa pasien memiliki tumor
yg lain bisa timbul yg prolapse ke nares anterior
• Pembengkakan pipi, trismus, • Palatum mole displasi ke
hearing loss akibat obstruksi inferior karena tertekan tumor
tuba Eustachius, anosmia, suara yg bisa dilihat sebagai massa
sengau pink atau merah yg memenuhi
• Tumor yg lebih ekstensif bisa nasofaring
Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 7th ed.
p.970, 1267-8.
Resep
RESEP MENIERE DISEASE
R/ betahistine 6 mg tab No XXI
S 3 dd 1 Monica
DAFTAR PUSTAKA
• Gleeson M, Browning GG, Burtin MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS et al, editors. Scott-Brown’s
Otolaryngology, 7th ed. p.970, 1267-8.
• Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
• Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. New Jersey: John Wiley & Sons.
2009
• http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
• World Health Organization, 2018
• Friedland DR, Pensak ML, Kveton JF. Cranial and intracranial complications of acute and chronic otitis
media. In: Snow JB, Wackym PA, editor. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed.
Shelton: DC Becker; 2009.