PENDAHULUAN
Fistula preaurikula adalah kelainan malformasi kongenital pada daun telinga berupa
lubang atau cekungan kecil yang terbuka pada daerah preaurikula. Bervariasi dapat dikenal
sebagai preauricular pit, preauricular sinus, preauricular fistula, preauricular tract dan
preauricular cyst. Fistula preaurikula pertama kali diperkenalkan oleh Van Heusinger tahun
1864, yang awal terjadinya berasal dari fusi tidak komplet dan tidak. sempurna dari 6 hillocks
yang membentuk saluran yang dilapisi epitel. Jika saluran berhubungan dengan permukaan
kulit, maka akan bertendensi untuk keluarnya cairan yang terus menerus atau intermiten.
Biasanya tampak berdekatan dengan telinga luar, dan terletak pada margin anterior dari limb
heliks asenden. Kelainan ini paling sering terjadi pada telinga kanan. Secara klinis, pasien
kadang tidak sadar bila memiliki fistula preaurikula, pasien baru mengetahui pada saat
pemeriksaan THT. Sehingga dikatakan asimptomatik. Kebanyakan pasien baru berobat
setelah adanya tanda - tanda infeksi.
Terapi operatif biasanya direkomendasikan pada kasus kasus dengan infeksi yang
berulang. Biasanya diterapi dengan eksisi setelah infeksinya reda dengan pemberiqn
antibiotik. Angka kekambuhan lebih kecil bila eksisi komplet dilakukan pada saluran fistula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI TELINGA
Secara anatomi, telinga dibagi menjadi tiga bagian meliputi telinga luar, tengah, dan
dalam. telinga luar dan tengah berkembang dari alat brankial sedangkan telinga dalam
seluruhnya berasal dari plakoda optik. Telinga luar termasuk daun telinga atau pinna dan
liang telinga. Daun telinga atau pinna berasal dari pinggir - pinggir celah brankial pertama
dan arkus brankial pertama dan kedua. Daun telinga dipersarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor
yang merupakan cabang pleksus servikalis.
Daun telinga mempunyai kerangka dari tulang rawan yang dilapisi kulit. Di bagian
anterior daun telinga, kulit tersebut melekat erat pada perikondrium sedangkan di bagian
posteriornya, kulit melekat secara longgar. Daun telinga terdiri dari bagian yang bertulang
rawan dan bagian yang tidak bertulang rawan. Bagian yang bertulang rawan terdiri dari
heliks, antiheliks, tragus, antitragus, konka, sulkus retroaurikula. Sedangkan bagian yang
tidak bertulang rawan terdiri dari lobulus.
Daun telinga, terbentuk dari sebuah kartilago yang elastik, kecuali di daerah lobul
yang kekurangan rangka kartilago. Kulit tipis meiekat erat pada aspek lateral daun telinga,
sedangkan pada aspek medial lebih tebal dan longgar .
Aspek medial kartilago konka mendekati tulang mastoid dan buttress telinga,
pegangan telinga menjauhi kepala. Antiheliks lembut, seperti bukit yang meninggiyang
melingkari batas lateral konka.
Ke arah superior, antiheliks membagi menjadi krus superior dan krus inferior dan
membentuk lekukan (penurunan) yang dangkal, dikenal sebagai fossa triangutaris. Antara
antiheliks dan heliks ada bagian yang melingkari. heliks disebut fossa skapoid. Krus heliks
anterior sebagian membagi kavitas konka menjadi simba konka dan kavum konka.
Kearah inferior,anti heliks berhubungan dengan pinggiran luar kartilago auditori oleh
kartilago yang menyempit dikenal sebagai isthmus' yang berhadapan dengan tragus.
1. Telinga Luar
Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula/pinna), liang
telinga (meatus acusticus externus) sampai gendang telinga (membrana
tympanica) bagian luar. Telinga luar terletak pada pars tympanica ossis
temporalis dan pada bagian belakang berbatasan dengan processus
mastoideus.
2. Telinga tengah
Telinga tengah (auris media) berada di sebelah dalam gendang telinga sekitar
3-6 mm. Atap rongga telinga tengah adalah tegmen tympani dari pars petrosa
ossis temporalis yang berbatasan dengan cavitas cranii. Dinding lateral
telinga tengah berbatasan dengan gendang telinga beserta tulang di sebelah
atas dan bawahnya. Dinding depannya berbatasan dengan canalis caroticus
yang di dalamnya terdapat arteri karotis interna. Dinding medial telinga
tengah ini berbatasan dengan tulang pembatas telinga dalam yang terlihat
menonjol karena terdapat prominentia canalis facialis di bagian posterior
atas. Telinga tengah ini juga secara langsung berhubungan dengan nasofaring
yaitu melalui tuba eustachius.
3. Telinga dalam
Telinga dalam dibatasi oleh tulang temporal (pars petrosa), telinga dalam
terdiri dari koklea dan aparatus vestibularis yang memiliki dua fungsi
sensorik yang berbeda. Koklea berfungsi sebagai sistem pendengaran karena
mengandung reseptor untuk mengubah suara yang masuk menjadi impuls
saraf sehingga dapat didengar. Aparatus vestibularis berfungsi sebagai sistem
keseimbangan yang terdiri dari tiga buah canalis semisirkularis, dan organ
otolit yaitu sacculus dan utriculus,
Sinus aurikula dan sinus preaurikula biasanya berdiri sendiri dan hal ini sering
dihubungkan dengan aksesoris auricular tags dan abnormalitas pinna.
Lokasi sinus preaurikula adalah disamping tragus dan melekat pada anterior superior
heliks. Biasanya pada margin anterior limb heliks ascenden.
Biasanya sinus preaurikula sempit, panjangnya bervariasi, tetapi biasanya pendek dan
orificiumnya biasanya kecil, biasanya terlindungi dan bercabang sekitar telinga luar.
Biasanya ditemukan lateral superior dan posterior dari saraf fasial dan kelenjar parotis yang
jarang sekali meluas pada beberapa kasus, saluran berhubungan dengan perikondrium
kartilago telinga.
3. EMBRIOLOGI
Pembentukan sinus preaurikula terjadi sejak proses ernbriogenesis dan berkaitan erat
dengan pembentukan telinga selama 6 minggu gestasi, telinga terbentuk dari arkus brankial
ke - 1 dan ke - 2, tuba eustasius tumbuh dari faringeal pouch pertama. Jaringan dari brankial
kleft pertama dan kedua berkembang menjadi 6 auditori hillocks, yang menyatu untuk
membentuk telinga luar. Jadi telinga terbentuk dari proliferasi 6 mesenkim, yang dikenal
sebagai hillocks. Lebih khusus lagi, 3 hillocks dari batas kaudal arkus brankial pertama. Dan
3 lainnya tumbuh dari batas sefalik arkus brankial kedua. Hillocks-hillocks ini nantinya
menyatu untuk membentuk telinga.
Terdapat 3 teori yang, menjelaskan pembentukan sinus preaurikula teori pertama
mengatakan terjadi dari fusi yang tidak sempurna dari 6 hillocks aurikula sehingga
menghasilkan fistula preaurikula. Hillocks pertama membentuk tragus, kedua menjadi krus
heliks, ketiga menjadi sisa atau kelebihan heliks, keempat membentuk antiheliks, kelima
menjadi antitragus, dan keenam berkembang menjadi heliks bawah dan lobul.
Teori kedua menyatakan adanya penutupan yang tidak sempurna pada bagian dorsal
daritonjolan faringeal pertama.
Sinus preaurikula sering dikaburkan dengan fistula brankial, dimana anomali kleft
brankial berikatan erat dan melibatkan meatus akustikus eksternus, membran timpani, atau
angulus mandibula. Sedangkan sinus preaurikula tidak demikian. Serupa dengan diatas sinus
preaurikula tidak melibatkan cabang saraf fasial, meskipun penatalaksanaannya dapat saja
merusak saraf fasial. Fenomena perkembangan spesifik pada kelainan kongenital
diklasifikasikan sebagai migrasi abnormal sel, proliferasi abnormal sel, dan kematian sel
yang atipikal. Pada kasus - kasus telinga luar, seharusnya berada pada tempatnya selama usia
janin 4 sampai 12 minggu, ini disebut periode kritis pembentukan telinga luar yang hampir
lengkap.
Fistula adalah suatu kelainan kongenital atau didapat berupa saluran yang dibatasi
oleh epitel antara suatu viskus dan epitel permukaan atau antara dua garis epitel permukaan.
Merupakan suatu lubang dangkal yang disebabkan adanya ketidaksempurnaan penutupan dari
lengkung brankhial pertama atau kedua. Saluran yang lengkap disebut fistula. Penutupan
sebagian saluran membentuk suatu sinus dan penutupan terpisah dari saluran membentuk
kista. Sinus preaurikular lebih dalam dibandingkan fistula preaurikular dan dibatasi oleh
epitel gepeng bertingkat atau epitel kolumnar. Sinus preaurikular ujungnya berakhir di cincin
timpani.
Fistula lengkung pertama brankhial (Collaural fistula) memiliki satu saluran yang
berawal dari sambungan tulang rawan dan tulang meatus akustikus eksterna. Salurannya
berjalan didepan dan memiliki bagian yang berhubungan dengan nervus fasialis (dapat di
permukaan atas dalam) dan berjalan ke depan untuk keluar dikulit depan otot
sternokleidomastoideus setinggi tulang hyoid.
Fistula lengkung kedua brankhial memiliki ruang terbuka didalam, biasanya difosa
tonsilaris dan salurannya berjalan ke bawah melewati antara arteri karotis eksterna dan
interna. Saluran ini menuju ke permukaan ke nervus hipoglossus dan glossofaringeus, tapi
bagian dalam ke rongga belakang dari otot digastrik dan terbuka pada batas depan otot
sternokleidomastoideus.
5. EPIDEMIOLOGI
Kista dan sinus preaurikula merupakan kelainan yang umum terjadi, dengan insiden
15,5 sampai 43,7 per 10.000 kelahiran hidup. Selkrik dan Skokan melaporkan insiden fistula
kurang dari 1 % pada ras Eropa dan Amerika, 5,2 % pada ras Negro dan 10 % pada ras
oriental. Laki dan perempuan perbandingannya hampir seimbang. Kasus bilateral sekitar 35 -
50 %.
Di USA insidennya 0,1-0,9 %, Hungaria 0,47 %, lnggris 0,9 %, Taiwan 2,5 % dan
Afrika 4 - 10 %. Namun insiden yang sebenarnya tidak tercatat. Karena banyak yang tidak
mengeluhkan gejalanya dan hanya pasien - pasien yang terinfeksi yang baru datang untuk
berobat.
Ellies dkk, melaporkan secara retrospektif antara tahun 1970 hi;rgga 1996 pada 62
pasien fistula preaurikula. Pada operasi pertama bervariasi antara usia 1 hingga 59 tahun dan
pada operasi kedua bervariasi antara usia 3 hingga 57 tahun. Didapatkan 46 % pria dan 54 %
wanita.
6. ETIOLOGI
Fistula preaurikula merupakan kelainan anomali telinga luar yang penyebabnya tidak
diketahui. Hipotesa yang paling bisa diterima adalah autosomal dominan yang diturunkan
atau bawaan.
Sinus preaurikula terjadinya sporadik atau bawaan. Lebih dari 50% kasus seluruhnya
unilateral, dan tersering sporadik. Kebanyakan terjadi pada sebelah kanan. Pada 25- 50 %
kasus sinus terjadi bilateral. Biasanya diturunkan, dimana terjadi pola inkomplet autosomal
dominan yang berkurang sekitar 85 %. Penelitian terbaru di China terdapat adanya lokus
pada kromosom 8q11.1-q13.3 untuk terjadinya fistula preaurikula kongenital. Penelitian
tersebut menggunakan hubungan analisis familial yang terpengaruh ataupun tidak.
Merlob dkk, seperti yang dikutip dari Scheinfeld, menyatakan bahwa sinus
merupakan penanda adanya paparan teratogenik dan mengatakan bahwa penurunan
prevalensi fistula preaurikula di lsrael merupakan tanda menurunnya pula paparan terhadap
zal - zat teratogen.
7. GEJALA KLINIS
Fistula preaurikula berupa lubang kecil yang berdekatan dengan telinga luar,
biasanya terletak pada margin anterior dari limb heliks asenden, pernah dilaporkan juga
sepanjang margin posterosuperior heliks, pada tragus ataupun lobul. Pit yang tampak
menggambarkan deformitas yang luas, ukuran panjang sinus yang bervariasi, cabang dan
jalan yang berliku. Hal ini biasanya melibatkan masalah kosmetik.
Pada beberapa pasien mengeluh selullitis fasial atau ulserasi pada bagian anterior
telinga. Ulserasi sering diterapi tanpa mencari sumber yang jelas dan sisa sinus preaurikula
tidak diperhatikan.
8. DIAGNOSIS
Gambar 2.5 Sinus preaurikularis yang membengkak, (A) Muara sinus, (B) Saluran sinus
yang membengkak, (C) Ultrasonografi Color Doppler tampak peningkatan aliran darah di
sekitar sinus.
Keterangan: d=dermis, c=kartilago, ta=temporal artery.
9. DIAGNOSIS BANDING
10. PENATALAKSANAAN
Mayoritas pasien pasien dengan sinus preaurikula adalah asimptomatik. Terapi dari
kista dan fistula baru diindikasikan bila ada geiala dan keluhan. Hal ini dijadikan prinsip bagi
sebagian besar ahli THT. Meskipun ada beberapa yang beranggapan pada sinus yang tenang
tetap harus diterapi karena mekanismenya yang belum jelas.
Pengangkatan saluran secara komplet sangat perlu untuk mencegah kekambuhan dan
infeksi berulang. Diseksi teliti pada sinus oleh ahli THT dengan anestesi umum akan
meminimalkan resiko kekambuhan. Pengalaman ahli bedah dalam mengangkat sinus
merupakan kunci sukses terapetik.
Teknik operasi standar berupa insisi elips yang mengitari sinus dan jarang melakukan
diseksi pada, lubang saluran. Sebelumnya dilakukan lnfiltrasi dengan vasokontriksi.
Memeriksa saluran fistula dapat membantu diseksi secara tepat. Sebelumnya dilakukan
pewarnaan dengan metilen biru untuk mengikuti aliran lubang saluran dan pewarnaan fistula.
Beberapa ahli berpendapat dengan menggunakan mikroskop operasi dapat memberikan
keuntungan yang berbeda ketika mengikuti saluran fistula dan mempermudah eksisi secara
komplet.
Anggapan bahwa teknik yang lebih sukses dengan pendekatan supra aurikula,
dimana tidak seperti teknik sebelumnya, tidak ada kesulitan untuk mengidentifikasi saluran.
Pendekatan supra aurikula meluas hingga insisi postaurikula.
Pembedahan baru bisa dilakukan setelah infeksi sinus preaurikula mereda. Aspirasi
jarum diperuntukkan pada pasien - pasien dengan lesi infeksi yang tidak respon dengan terapi
antibiotik oral.
Untuk meminimalkan eksisi jaringan sehat pada kasus ini dapat digunakan teknik
eksisi luas dengan insisi angka 8. Insisi elips dilakukan pada dua tempat, yaitu pada lubang
muara sinus dan lubang akibat abses beserta jaringan nekrotiknya flap kulit dielevasi
kemudian dilakukan diseksi sampai perikondrium. Diseksi dilanjutkan sampai batas fasia
temporalis dan mengangkat seluruh jaringan yang inflamasi secara seksama. Dalam prosedur
tersebut sering menjumpai arteri dan vena temporalis superfisialis sehingga kedua pembuluh
tersebut dapat diligasi agar lapang pandang operasi menjadi jelas. Luka operasi dijahit dan
dipasang drain. Metode insisi angka 8 dapat mempreservasi lebih banyak kulit yang intak
disbanding dengan insisi luas standar, hal tersebut membuat hasil kosmetik yang lebih baik.
Wide eksisi berguna jika terjadi edema dan inflamasi yang berhubungan dengan
infeksi berulang sinus yang tidak sembuh dengan antibiotik. Ada banyak ahli THT yang
melakukan berbagai variasi terapi pada kelainan ini.
Ellies, menyuntikkan lubang dengan metilen biru sebelum dilakukan eksisi lalu
dilanjutkan dengan sirkumskripsi oval pada arificium dan eksisi keseluruhan pada
panjangnya saluran, dibantu dengan kaca pembesar atau mikroskop operasi.
El-Mallah memberikan antibiotik pada keadaan infeksi akut, setelah kultur dan
resistensi. Bila terbentuk abses, harus di insisi pada garis eksisi.
Beberapa penulis, mulai dari Chang merekomendasikan single stage excision pada
keseluruhan kista dan saluran secara bersamaan pada sinus preaurikula yang terinfeksi tanpa
insisi sebelumya untuk draenase pus, penyembuhan komplet lesi tersebut.
Tehnik standar adalah eksisi bentuk elips pada kulit mengelilingi lubang sinus yang
terbuka dan mengangkat saluran sinus., dikenal sebagai simpel sinektomi. Adapula peneliti
yang membandingkan teknik ini dengan teknik radical supraauricular approach yang dikenal
sebagai wide local excision. Hal ini dilaporkan oleh Prasad dkk 1990 dan Lam dkk tahun
1990. Pada pendekatan supra aurikula dapat melibatkan post aurikula dengan insisi elips
mengitari orificium sinus. Diseksi untuk mengidentifikasi fascia temporalis sebagai batas
medial diseksi dan berlanjut sampai kartilago anterior heliks, sebagai batas posterior diseksi.
Jaringan superflsial sampai fasia temporalis diangkat bersama dengan sinus preaurikula.
Bagian kartilago atau perikondrium dari heliks pada dasar sinus harus dieksisi untuk
mengangkat secara komplet epitel. Dead space harus ditutup dengan lapis demi lapis dengan
atau tanpa drain ataupun bebat tekan.
Untuk membantu reseksi komplet dari sinus dan salurannya, dengan berbagai metode
pilihan pembedahan digunakan teknik tambahan pencitraan sonographik preoperasi,
sinogram preoperatif, penyuntikan metilen biru intraoperatif dan penggunaan lakrimal probe.
Pemeriksaan saluran fistula akan membantu diseksi Secara tepat. Dengan pewarnaan metilen
biru, akan menelusuri saluran sinus dan memberi sedikit pewarnaan pada fistula.
Terapi definitif dari lubang preaurikular dan sinus preaurikular membutuhkan eksisi
lengkap dari saluran lubang dan sinus. Juga dilakukan bila terjadi infeksi dengan keadaan
eksaserbasi akut dan berulang. Dengan syarat pembedahan dilakukan setelah infeksi diterapi
dengan antibiotik dan inflamasi telah tenang. Insisi awal dan drainase dari inflamasi akut
sebaiknya tidak dilakukan karena akan menumbulkan skar yang akan menyulitkan reaksi
penyembuhan. Tindakan bedah dilakukan setelah dipastikan pasien bebas dari infeksi.
Tindakan ini dilakukan oleh ahli bedah yang mengetahui dengan baik anatomi nervus fasialis.
Beberapa ahli percaya bahwa saluran sinus harus diangkat saat sinus preaurikular tidak
bergejala, karena bila dilakukan setelah ada gejala atau setelah mengalami infeksi akan
menimbulkan skar, yang menyebabkan tidak lengkapnya sinus preaurikular yang diangkat
dan akan menyebabkan rekurensi pasca operasi.
Eksisi yang tidak komplet akan mengakibatkan rekurensi dari sinus preaurikula.
Angka rekurensi pernah dilaporkan 0 dan 42 %. Tingginya angka rekurensi berkaitan dengan
kenyataan bahwa sinus preaurikula sering dianggap keadaan yang sepele dan operasinya
dilakukan oleh ahli yang tidak berpengalaman.
BAB III
KESIMPULAN
Secara anatomi, telinga dibagi menjadi tiga bagian meliputi telinga luar, tengah, dan
dalam. telinga luar dan tengah berkembang dari alat brankial sedangkan telinga dalam
seluruhnya berasal dari plakoda optik. Telinga luar termasuk daun telinga atau pinna dan
liang telinga. Daun telinga atau pinna berasal dari pinggir - pinggir celah brankial pertama
dan arkus brankial pertama dan kedua. Daun telinga dipersarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor
yang merupakan cabang pleksus servikalis.
Pembentukan sinus preaurikula terjadi sejak proses ernbriogenesis dan berkaitan erat
dengan pembentukan telinga selama 6 minggu gestasi, telinga terbentuk dari arkus brankial
ke - 1 dan ke - 2, tuba eustasius tumbuh dari faringeal pouch pertama. Jaringan dari brankial
kleft pertama dan kedua berkembang menjadi 6 auditori hillocks, yang menyatu untuk
membentuk telinga luar. Jadi telinga terbentuk dari proliferasi 6 mesenkim, yang dikenal
sebagai hillocks. lebih khusus lagi, 3 hillocks dari batas kaudal arkus brankial pertama. Dan 3
lainnya tumbuh dari batas sefalik arkus brankial kedua. Hillocks-hillocks ini nantinya
menyatu untuk membentuk telinga.
Fistula adalah suatu kelainan kongenital atau didapat berupa saluran yang dibatasi
oleh epitel antara suatu viskus dan epitel permukaan atau antara dua garis epitel permukaan.
Merupakan suatu lubang dangkal yang disebabkan adanya ketidaksempurnaan penutupan dari
lengkung brankhial pertama atau kedua. Saluran yang lengkap disebut fistula. Penutupan
sebagian saluran membentuk suatu sinus dan penutupan terpisah dari saluran membentuk
kista. Sinus preaurikular lebih dalam dibandingkan fistula preaurikular dan dibatasi oleh
epitel gepeng bertingkat atau epitel kolumnar. Sinus preaurikular ujungnya berakhir di cincin
timpani.
Kista dan sinus preaurikula merupakan kelainan yang umum terjadi, dengan insiden
15,5 sampai 43,7 per 10.000 kelahiran hidup. Selkrik dan Skokan melaporkan insiden fistula
kurang dari 1 % pada ras Eropa dan Amerika, 5,2 % pada ras Negro dan 10 % pada ras
oriental. Laki dan perempuan perbandingannya hampir seimbang. Kasus bilateral sekitar 35 -
50 %.
Terapi definitif dari lubang preaurikular dan sinus preaurikular membutuhkan eksisi
lengkap dari saluran lubang dan sinus. Juga dilakukan bila terjadi infeksi dengan keadaan
eksaserbasi akut dan berulang. Dengan syarat pembedahan dilakukan setelah infeksi diterapi
dengan antibiotik dan inflamasi telah tenang. Insisi awal dan drainase dari inflamasi akut
sebaiknya tidak dilakukan karena akan menumbulkan skar yang akan menyulitkan reaksi
penyembuhan. Tindakan bedah dilakukan setelah dipastikan pasien bebas dari infeksi.
Tindakan ini dilakukan oleh ahli bedah yang mengetahui dengan baik anatomi nervus fasialis.
Beberapa ahli percaya bahwa saluran sinus harus diangkat saat sinus preaurikular tidak
bergejala, karena bila dilakukan setelah ada gejala atau setelah mengalami infeksi akan
menimbulkan skar, yang menyebabkan tidak lengkapnya sinus preaurikular yang diangkat
dan akan menyebabkan rekurensi pasca operasi.
DAFTAR PUSTAKA