Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi fistula preauricular pertama kali dijelaskan oleh Van Heusinger.

Fistula preaurikula terjadi apabila terdapat kegagalan penggabungan tuberkel ke satu

dan tuberkel ke dua. Fistel jenis ini merupakan kelainan herediter yang bersifat

dominan. Hal ini juga sering disebut sebagai preauricular pit, preauricular sinus,

saluran preauricular dan kista preauricular. 1,2

Sinus preauricular terjadi dengan tingkat prevalensi yang berbeda di antara

orang kulit hitam dan kulit putih. Di berbagai bagian dunia, prevalensinya bervariasi,

di AS adalah 0,1-0,9%, Inggris 0,9%, Taiwan 1,6-2,5%, di antara Asia, itu terjadi

pada 4-6% populasi dan beberapa bagian Afrika itu adalah 4-10% (4-9). Di Nigeria,

prevalensinya mencapai 9,3% Ilorin, Nigeria utara.3 Pembentukan fistula preauricula

dikaitkan dengan perkembangan pinna selama 6 minggu kehamilan. Daun telinga

berkembang dari enam bukit mesenchymal yaitu 3 bukit dari lengkungan pertama dan

3 lainnya dari lengkungan kedua. Keenam bukit ini akhirnya bergabung membentuk

pinnayang utuh. Perkembangan sinus preauricular adalah karena fusi yang tidak

lengkap dari hillocks.4

Sinus preaurikuler sering tidak memperlihatkan gejala klinis. Pasien

biasanya tidak peduli dengan kelainan ini dan sering juga ditemukan pada saat

pemeriksaan fisik atau setelah adanya infeksi. Sinus preauricula rentan terhadap

infeksi yang mengarah ke abses sinus preauricular, ketika terinfeksi, terutama oleh

1
Staphylococcus aureus dan lebih jarang oleh Streptococcus dan Proteus. Dari muara

fistel juga sering keluar cairan yang berasal dari kelenjar sebasea. Presentasi klinis

abses sinus preauricular adalah biasanya debit telinga berulang, nyeri, bengkak, gatal,

sakit kepala dan demam. Anomali kongenital lainnya seperti gangguan pendengaran

atau masalah ginjal 1,7% dan 2,6% .Keterbatasan dalam mendiagnosis dan memberi

terapi pada kasus ini adalah lebih sering tidak bergejala Kebanyakan pasien

simptomatik dengan abses sinus preauricular biasanya tidak mencari pertolongan

medis mungkin karena penyakit ini tidak terlalu merugikan pasien dan kurangnya

kesadaran akan kehadirannya, juga jarang disebutkan dalam literatur medis. Karena

alasan-alasan inilah kebanyakan dokter mungkin tidak menyadari keberadaannya.3,4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Embriogenesis dan Anatomi Telinga

1. Telinga Luar

Telinga luar berasal dari pharyngeal cleft and pouch pertama. Perkembangan

dimulai pada minggu keempat gestasi. Pada awal bulan ketiga, sel epitel pada dasar

liang ini berproliferasi, sehingga membentuk suatu lempeng epitel padat, sumbat

meatus, yang menghilang pada bulan ke 7. Daun telinga berkembang dari enam buah

proliferasi mesenkim yang terletak di ujung dorsal pharyngeal arch pertama dan

kedua, yang mengelilingi pharyngeal cleft pertama. Tonjol (hillocks) ini masing-

masing tiga buah pada tiap sisi liang telinga luar, kelak menyatu dan membentuk

daun telinga tetap. Tonjol pertama membentuk tragus; tonjol kedua membentuk crus

helicis; tonjol ketiga membentuk helix; tonjol keempat membentuk antihelix; tonjol

kelima membentuk antitragus; dan tonjol ke enam membentuk lobulus telinga

Aurikula mirip bentuk dewasa pada minggu ke 2.5,6,7

Gambar 1
Gambar 1. Enam hillocks auricular pada usia gestasi 6 minggu6

3
(a) (b)

Gambar 2
(a) Menunjukkan gambar kontribusi hillocks aurikula, (b) Kontribusi dari
hillocks ke auricle seperti yang terlihat pada kehamilan 9 minggu6

Telinga luar terdiri dari aurikula, meatus akustikus eksternus dan membran

timpani. Aurikula berfungsi untuk mengumpulkan getaran udara terdiri atas lempeng

tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Aurikula memiliki otot intrinsic dan

ekstrinsik, keduanya disarafi oleh nervus fasialis. 6

Meatus akustikus eksternus adalah saluran berkelok yang menghubungkan

aurikula dengan membrane timpani. Meatus akustikus eksternus berfungsi

menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke membran timpani. Rangka sepertiga

bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan du pertiga bagian dalam adalah

tulang. Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut,

glandula sebasea, dan glandula seruminosa.7

4
Membran timpani adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap kebawah, depan, dan lateral. Pada

cekungan yang paling dalam terdapat lekukan kecil yang disebut umbo terbaentuk

oleh ujung manubrium mallei. Jika membrane terkena cahaya otoskop, bagian cekung

ini menghasilkan kerucut cahaya yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.

Daerah segitiga kecil pada membrane timpani yang diabatasi oleh plika-plika disebut

pars flaksida, sedangkan bagian lainnya disebut pars tensa. Membran timpani sangat

peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya disarafi oleh nervus aurikulotemporalis

dan ramus aurikularis nervi vagi.5

Gambar 3

Gambar telinga luar, Auricula dan Membran Timpani.5

5
2. Telinga Tengah

Telinga tengah dan tuba Eustachius terbentuk dari endoderm kantong faring

pertama. Kantung ini tumbuh mencapai ectoderm, kemudian menyempit membentuk

tuba auditorius sementara recessus tubotympanicus membentuk kavum timpani.

Malleus dan incus berasal dari tulang rawan pharyngeal arch pertama yaitu tulang

rawan Meckel, dan stapes berasal dari arch ke-2 yaitu tulang rawan Reichart.8

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis

temporalis. Kavitas timpani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh membrane

mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan

getaran dari membrane timpani ke perilimfe telinga dalam. Di ruang ini berhubungan

dengan nasofaring melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum

mastoideum.9

Tulang-tulang pendengaran terdiri dari tiga, yaitu malleus, incus, dan stapes.

Malleus adalah tulang pendengaran terbesar dan mempunyai kaput, kolum, krus

longum (manubrium), sebuah prosesus anterior dan prosesus lateralis. Incus

mempunyai korpus yang besar, dan dua krus. Korpus berbentuk bulat dan bersendi

dianterior dengan kaput mallei, krus longum berjalan ke bawah ke belakang dan

sejajar dengan manubrium mallei. Stapes mempunyai kaput, kollum, dua lengan, dan

sebuah basis.8,9

6
Gambar 4

Gambar Telinga Tengah. (A) Gambar tampak anterior dinding cavitas timpani

dextra dilihat dari sisi medial. (B) Gambar anterior telinga tengah potongan

koronal (C) Gambar tulang-tulang pendengaran malleus tampakan anterior (D)

Gambar tulang-tulang pendengaran incus tampakan anterior. (E) Gambar

tulang-tulang pendengaran stapes tampakan superotemporal8

7
3. Telinga Dalam

Pada embrio berumur kurang lebih 22 hari timbul penebalan ectoderm

permukaan pada kedua sisi rombensefalon. Penebalan ini plakoda telinga, melakukan

invaginasi dengan cepat dan membentuk gelembung telinga (otokista). Selanjutnya

masing-masing gelembung terbagi menjadi (a) unsur ventral yang membentuk

sacculus dan duktus koklearis dan (b) unsur dorsal yang membentuk utriculus,

canalis semicirkularis dan duktus endolimfatikus.9

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibular yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak

koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe, skala timpani dan skala

vestibule.2

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala

vestibule sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah, dan skala media (duktus

koklearis) diantaranya. Skala vesibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan

skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda

dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran dasar skala vestibule disebut

sebagai membrane vestibule (membrane reissners), Sedangkan basal membrane

media adalah membrane basalis. Pada membrane ini terletak organa corti.3,8

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut

membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel

rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis korti, yang membentuk organa corti.2

8
(A)

(B)

Gambar 5

Gambar telinga dalam.(A) Labiryntius osseus dan Membranaseus. (B) Gambar

telingah dalam tampak superior8

B. Fisiologi Telinga

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya gelombang suara oleh daun

telinga yang merambat melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membrane timpani kemudian diteruskan menuju tulang tulang

pendengaran pada telinga tengah sehingga suara tersebut mengalami amplifikasi oleh

membran timpani dan tulang tulang pendengaran. Energi getar yang telah

diamplifikasi diteruskan hingga menggerakan perilimfa pada skala vestibule. Getaran

9
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan

menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria.

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi

sterosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan

potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke

korteks pendengaran (area 39 – 40) di lobus temporalis.2,8,9

(a) (b)

(c)

10
(d)

Gambar 6

Gambar fisiologi pendengaran. (A) Getaran suara yang ditangkap auricula

diteruskan menuju membrane timpani dan menggerakan ossikula auditoris,

(B)Energi getar kemudian diteruskan ke koklea sehingga (C) menggerakan

perilimfe pada skala vestibuli dan endolimfe pada skala media hingga terjadi

rangsangan mekanik pada sel rambut yang merangsang terjadi potensial aksi.

(d) Gambaran transmisi fisiologi suara,2,8

11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi

Fistula Preauricular adalah Fistula preaurikular merupakan kelainan

herediter yang dominan. Fistula dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk

bulat atau lonjong, dengan ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering

keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.10 sinus preauricular adalah

malformasi kongenital jinak jaringan lunak preauricular.Ini bervariasi juga

disebut sebagai pit preauricular, preauricular fistula, sinus preauricular dan

kista preauricular. Kondisi sinus preauricular pertama kali dijelaskan oleh Van

Heusinger.11

B. Etiologi

Fistula preaurikular terbentuk akibat gangguan penyatuan dan

penutupan arkus brakialis pertama dan kedua dari hillocks of His.

Pembentukan fistula preauricular dikaitkan dengan perkembangan pinna

selama 6 minggu kehamilan. Daun telinga berkembang dari enam

mesenkimal hillocks yaitu 3 hillocks dari lengkungan pertama dan 3 lainnya

dari lengkungan kedua. Enam bukit ini akhirnya melebur untuk membentuk

pinna penuh. Perkembangan dari sinus preauricular adalah karena fusi yang

tidak lengkap bukit kecil.11

12
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan

infeksi ini adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus

(31%), Streptococcus viridians (15%), Peptococcus species (15%), dan

Proteus species (8%).12,5

C. Epidemiologi

Sinus preauricular kongenital adalah malformasi dari jaringan lunak

preauricular kejadian yang antara 0,1 dan 0,9% di Eropa dan Amerika

Serikat, 2,5% di Taiwan dan mencapai 10% di beberapa orang Afrika

daerah.11

Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat

sekitar 0-0.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di Taiwan,

insidensinya sekitar1.6-2.5%; di Skotlandia sekitar 0.06% dan di Hungaria

sekitar 0.47%. Di beberapabagian Asia dan Afrika, insidensinya sekitar 4-

10%.Insidensi fistula preaurikular pada orang kulit putih adalah 0.0-0.6% and

insidensinya pada ras Amerika, Afrika dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki

maupun perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk menderita

kelainan ini. Fistula preaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat

pada saat lahir.12

D. Patofisiologi

Berdasarkan anatomi perkembangan, daun telinga mulai berkembang

lebih lambat dari pada komponen telinga lainnya. Dari minggu kelima ke-5

13
kehamilan, terbentuk 3 hillock kecil yang muncul di brachial pertama

(mandibular) yaitu arcus (hillock 1,2,3) dan tiga muncul brachial kedua

(hyoid) arcus (hillock 4,5,6) pada sisi celah brachial pertama.14

Gambar 7

Embriogenesis aurikula pada 5 minggu kehamilan13

Hillock 1 dan 6 pertama kali diidentifikasi secara terpisah, tetapi pada

minggu keenam. lobus juga dapat diidentifikasi pada arcus kedua. Pada

minggu kedelapan, daun telinga memliki struktur yang dapat diidentifikasi

dan di bentuk dari hillock sampai bentuk dewasanya sudah dapat dikenali

yaitu hillock kecil 1 tragus, hillock 2 crus helix, hillock 3 ascending helix,

hillock 4 horizontal helix, bagain atas scapa, dan anti helix, hillock 5

descending scapa, dan anti helix, bagian tengan helix dan anti helix dan hilloc

14
6 antitragus dan aspek inferior helix, meskipun beberapa pendapat , terdapat

ketidak pastian tentang asal usul crus helix dan ascending helix, beberapa

peneliti percaya bahwa struktur ini dapat timbul dari arcus kedua. Dengan 18

minggu kehamilan, daun telingan telah mencapa bentuk dewasa, meskibpun

terus tumbuh di masa anak-anak dengan berlanjut hingga dewasa.13

Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus

brakial 1dan 2 pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakial adalah struktur

mesoderm yangdibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm. Arkus-

arkus ini terpisah satu dengan lainnya oleh celah brakial ektoderm kearah luar

dan oleh kantong faringeal endoderm kearah dalam. Arkus brakial 1 dan 2

brakial masing-masing membetuk 3 tonjolan (hillocks); struktur ini disebut

hillocks of His. Tiga hillocks muncul dari tepi bawah arkus brakial 1 dan 3

lagi dari batas atas arkus brakial kedua. Hillocks ini seharusnya bergabung

selama beberapa minggu kemudian pada masa embriogenesis. Fistula

preaurikular terjadi sebagai akibat dari kegagalan penggabungan tonjolan-

tonjolan ini.12

15
Gambar 8

Gambaran Fistula Preauricular3

Fistula preaurikular biasanya sempit, panjangnya bervariasi (biasanya

pendek) dan salurannya biasanya kecil. Fistula preaurikular biasanya

ditemukan pada lateral, superior dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar

parotis. Pada hampir semua kasus, salurannya terhubung ke perikondrium dari

kartilago daun telinga.Salurannya dapat mengarah ke kelenjar parotis.12

E. Gambaran Klinis

Kebanyakan lubang / sinus preauricular tetap asimtomatik sepanjang

hidup, Gejala 50% Lebih sering unilateral, dan dapat pula bilateral tetapi

bentuk-bentuk yang diwariskan, Beberapa sindrom, terhitung sekitar 5%

kasus, terkait dengan lubang preauricular. Dalam penelitian ini ditemukan

sinus preauricular mempengaruhi kedua jenis kelamin sama7 namun berbeda

16
dengan penelitian lain di mana sinus preauricular dilaporkan lebih umum

pada betina dibandingkan pada laki-laki.11

Kebanyakan pasien dengan sinus preauricular tidak bergejala. Namun,

beberapa pasien mungkin datang dengan sekret pada sinus. Diagnosis dibuat

berdasarkan gehjala klinis dan pasien asimtomatik tidak memerlukan

pengobatan. Tapi jika infeksi berulang terjadi, eksisi sinus mungkin perlu.

Salurannya mudah kambuh jika tidak benar-benar dieksis.11

Presentasi klinis berbagai anomali telinga dapat diringkas sebagai berikut:15

1. Sinus yang tidak terinfeksi - Lubang penunjuk di depan telinga atau di

atas tragus, seperti ditunjukkan di bawah ini

 Nondraining

 Tidak ada pembengkakan

2. Sinus yang terinfeksi - Selulitis dan abses

 Merah, bengkak

 Mengeluarkan bahan purulen

 Granulasi di sekitar lubang

 Lembut

17
Gambar 9
a.sinus yang terinfeksi dan b. tidak terinfeksi6
F. Diagnosis

1. Anamnesis

Kebanyakan orang dengan kelainan ini biasanya asimptomatik. Hanya

sepertiga orang menyadari adanya kelainan ini. Dalam sebuah studi

terhadap 31 pasien, suatu lesi menjadi jelas, sekitar 9,2 tahun (rata-rata)

sebelum mereka mencari pertolongan medis.12

Beberapa pasien fistula preaurikular datang dengan drainase kronik

yang intermitten berupa material purulen dari tempatnya yang terbuka.

Drainase fistula ini menjadi mudah mengalami infeksi. Sekali mengalami

infeksi, fistula ini sering berkembang menjadi eksaserbasi akut yang

rekuren. Pasien mungkin datang dengan selulitis fasial atau ulserasi yang

berlokasi pada bagian depan telinga. Ulserasi ini sering diobati tanpa

mengetahui sumber primernya dan fistula preaurikular menjadi tidak

18
ketahuan. Perkembangan dari adanya infeksi, lesinya mungkin dapat

berkembang menjadi jaringan skar.12

2. Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil

dekat tepi anterior heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami

infeksi yang aktif dapat ditemukan adanya tanda-tanda radang yang

biasanya disertai pengeluaran sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa

berupa jaringan parut (scarring). Pada pemeriksaan fisik dapat pula

ditemukan fistula branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.11,12

Choi et al, pada tahun 2007, mencatat bahwa apa yang dikenal

sebagai fistula preaurikular dapat terjadi di area postaurikula. Fistula

terjadi pada area postaurikula memperlihatkan angka kekambuhan yang

rendah setelah operasi (0%) daripada area preaurikular (2.2%).12

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus

yang berasal dari fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui

jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga

dapat diberikan terapi antibiotik yang sesuai.3 Dalam satu penelitian besar,

52% pasien mengalami peradangan pada sinus mereka, 34% mengalami

abses sinus, dan 18% sinus terinfeksi. Agen infeksi yang diidentifikasi

termasuk Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus

(31%), Streptococcus viridans (15%), spesies Peptococcus (15%), dan

19
spesies Proteus (8%). Setelah seorang pasien mendapatkan infeksi pada

sinus, dia harus menerima antibiotik sistemik. Jika ada abses, harus diiris

dan dikeringkan, dan eksudat harus dikirim untuk pewarnaan Gram dan

kultur untuk memastikan cakupan antibiotik yang tepat.12

4. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari

saluran fistula. Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh

mana saluran fistula ini. Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk

mengetahui hubungan antara saluran fistula dengan arteri temporal

superfsial, krus anterior heliks, dan tragus.12

5. Gambaran Histologis

Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari

struktur tubular yang sederhana atau gambaran melingkar memiliki

dinding yang tipis dan berkilau, atau putih dan menebal. Saluran fistula

dapat melingkar atau dapat berliku-liku, dan lumennya berisi debris.

Fistula preaurikular sering penuh dengan keratin dan dikelilingi oleh

jaringan ikat longgar. Secara mikroskopis, duktus dari fistula dikelilingi

oleh epitel squamous berlapis dan mengandung banyak kista sepanjang

salurannya. Jaringan ikat yang mengelilingi duktus dapat mengandung

folikel rambut; kelenjar sebasea dan kelenjar keringat; dan jaringan

inflamasi, diantaranya limfosit, sel plasma dan leukosit

polimorfonuklear.12

20
G. Pengobatan

Setelah infeksi terjadi, kemungkinan eksaserbasi akut berulang tinggi,

dan saluran sinus harus diangkat secara operasi. Pembedahan harus dilakukan

begitu infeksi telah diobati dengan antibiotik dan peradangan telah mereda.

Kontroversi mengenai indikasi untuk operasi ada. Beberapa percaya bahwa

saluran sinus harus dibedah secara operasi pada pasien yang tidak bergejala

karena timbulnya gejala dan infeksi berikutnya menyebabkan jaringan parut,

yang dapat menyebabkan penghapusan lengkap dari saluran sinus dan

kekambuhan pasca operasi. Tingkat kekambuhan setelah operasi adalah 13-

42% dalam studi yang lebih kecil dan 21% dalam satu penelitian besar. 12,15

Kebanyakan rekurensi pasca operasi terjadi karena penghapusan

saluran sinus yang tidak lengkap. Salah satu cara untuk mencegah

penghapusan yang tidak tuntas adalah dengan menggambarkan saluran selama

operasi. Beberapa ahli bedah menyuntikkan orifice dan menyuntikkan

pewarna biru methylene ke dalam traktat 3 hari sebelum operasi di bawah

kondisi steril. Pembukaan kemudian ditutup dengan jahitan tali purse. Teknik

ini memperluas saluran dan ekstensi dengan sekresi sendiri yang diwarnai

dengan biru metilen. 12,15

21
Gambar 10

Sebuah saluran sinus preauricular diperiksa dengan jarum tumpul, dan

pewarna biru metilen disuntikkan.6

Perhatikan daerah di depan lubang, di mana formasi abses

sebelumnya, drainase spontan, dan sisa jaringan parut dan granulasi telah

terjadi. Keadaan ini membutuhkan prosedur yang lebih rumit. Penghapusan

seluruh saluran sinus dan penyakit granulasi sangat penting.12

Selama operasi, beberapa ahli bedah menggunakan probe atau

suntikan pewarnaan Metylen Blue untuk kanulasi orifisium. Metode yang

paling berhasil adalah menggunakan kedua modalitas untuk menggambarkan

seluruh saluran. Satu laporan menggambarkan 141 sukses, hasil bebas infeksi

di mana gentian violet - Cottonoid yang direndam, yang memiliki efek

antibakteri, digunakan sebagai pengganti pewarna biru metilen.12,15

Teknik bedah lainnya telah dipelajari. Teknik standar untuk ekstirpasi

saluran sinus melibatkan sayatan di sekitar sinus dan pembedahan saluran

berikutnya ke kista dekat heliks. Teknik yang dianggap lebih sukses adalah

pendekatan supra-aurikularis, yang tidak seperti teknik sebelumnya, tidak

22
memungkinkan kesulitan dalam mengidentifikasi seluruh saluran dengan

tepat. Pendekatan supra-aurikulus memperluas sayatan postauricularly.

Setelah fasia temporalis diidentifikasi, diseksi saluran dimulai. Sebagian dari

tulang rawan aurikularis, yang melekat pada saluran, juga dipotong,

mengurangi kejadian kekambuhan sampai 5%. Leopardi dkk melaporkan

bahwa mereka lebih memilih pendekatan supra-aurikularis untuk perawatan

bedah sinus preauricular berulang. 12,15

H. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari fistula preaurikular adalah12

1. Karsinoma sel basal

Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel pluripotensial

pada lapisan basal dari epidermis atau folikel. Faktor resiko yang paling

sering menyebabkan basal sel karsinoma adalah paparan sinar matahari.

Daerah Predileksi pada daerah kepala dan leher. Gambaran lesi biasanya

muncul sebagai papul berwarna merah atau pinkyang perlahan

membesar.16

Gambar 11. papul berwarna merah muda translusen disertai

telangiektasis dan erosi krusta.16

23
2. Kista inklusi epidermal

Kista inklusi epidermal adalah kista kutaneus yang paling sering

terjadi. Kista ini dapat terjadi di badan, dan paling sering terjadi di wajah,

kepala, leher, dan punggung. Kista inklusi epidermal berasal dari

proliferasi dari sel epidermal. Gambaran umum kista inklusi epidermal

berupa benjolan berwarna kekuningan, berbentuk nodul dengan berbagai

ukuran. Dan memiliki pori di bagian sentralnya.17

Gambar 12.

Kista epidermoid yang besar dengan punctum prominen.17

I. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada fistula preaurikular adalah :11,12

1. Pasien dapat mengalami infeksi pada salurannya dengan pembentukan

abses.

2. Infeksi dan ulserasi dapat terjadi pada bagian yang jauh dari tempat

yang terbuka.

24
3. Kekambuhan postoperasi merupakan komplikasi dari ekstirpasi

saluran fistula.

Beberapa faktor yang berkontribusi untuk terjadinya kekambuhan

setelah operasi adalah usaha pengangkatan sebelumnya pada saat dioperasi,

operasi dengan menggunakan anestesi lokal, pengangkatan yang tidak

sempurna dari saluran fistula, infeksi yang aktif pada saat operasi, drainase

abses sebelum operasi, kurangnya gambaran yang jelas dari traktus ketika

dilakukan operasi, kegagalan mengangkat kartilago aurikula pada dasar

fistula, kegagalan untuk mengidentifikasi nervus fasialis karena letaknya

yangdekat dengan fistula.12

J. Prognosis

Fistula preaurikular umumnya memilikiprognosis yang baik. Jika

fistula preaurikular ini ditangani dengan tepat maka hasilnya akan memuaskan

dan kecil kemungkinan untuk residif.12

25
BAB IV
KESIMPULAN
Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula

dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong, dengan ukuran

seujung pensil. Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan

infeksi ini adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus

viridians, Peptococcus species, dan Proteus species.

Kelainan ini biasanya asimptomatik. Penderita dengan fistula

preaurikularpada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan infeksi

fistel ini baik infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-

keluhan rasa sakit dan bengkak di depan telinga, demamdisertai pengeluaran sekret,

dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa jaringan parut (scarring).

Penatalaksanaan fistula preaurikulartidak diperlukan kecuali pencegahan

terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan membersihkan muara dari

sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Pada kasus

dengan infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres hangat.

Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula dan

salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya

mengeluarkan fistula secara lengkap. Fistula preaurikular umumnya memiliki

prognosis yang baik

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Gupta R et all. Preauricular Sinus : a Clinicopathology Study. India : Int J Res


Med Sci. 2015 Nov;3(11):3274-3277
2. AS Efiaty, Iskandar N, Bashiruddin J, dan Dwi Restuti R. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, & Leher Edisi VII. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI Indonesia. 2014. Hal 50
3. W. A. Adegbiji, B. S. Alabi, O. A. Olajuyin1, C. C. Nwawolo. Presentation of
Preauricular Sinus and Preauricular Sinus Abscess in Southwest Nigeria.
Nigeria : University of Ado-Ekiti teaching hospital. 2013
4. Jacky Munilson, Effy Huryati, M. Rusli Pulungan. Penatalaksanaan Sinus
Preaurikuler Tipe Varian Dengan Pit pada Heliks Desenden Postero-Inferior.
Padang : Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(1)
5. Jacky Munilson, Effy Huriyati, Wahyu Triana. Management of Infected
Preauricular Sinus. Padang : Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery
Departement Medical Faculty of Andalas University. 2012; p 2(9)
6. Fagan, Johan.Open Access Atlas Of Otolaryngology, Head & Neck Operative
Surgery Excision Of Preauricular Pits And Sinuses. South Africa : Division of
Otolaryngology University of Cape Town. 2015; p 2(7)
7. Ghada M Wageih Felfela. Ear Embriology. Eygpt : Glob J Otolaryngol 4(1):
GJO.MS.ID.555627 (2017)
8. Keith L. Moore, MSc, PhD, DSc, FIAC, FRSM, FAAA. MOORE : Essential
Clinical Anatomy Fifth Edition. Philadelpia : Wolters Kluwer Health. 2015 p
566 (711)
9. W Dudek, Ronald. High-Yield Embryology Fifth Edition. North Carolina :
Lippincott Williams & Wilkins. 2014; p 112-113 (172)
10. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam Soepardi EA,
Iskandarb N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

27
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta : Balai penerbit FK
UI; 2015.hal.50.
11. Gupta, Richa. Agrawal, Anil. V. K. Poorey. Preauricular sinus: a
clinicopathological study. International Journal of Research in Medical
Sciencez. 2015 Nov;3(11):3274-3277. www.msjonline.org. ( diakses 20 agustus
2018)

12. ScheinfeldNS. Preauricular Sinuses. 2010 (cited 2014 April 30th); Available
from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1118768-overview. Diakses
20 agustus 2018
13. Bailey,J. Bryon and Johnson, T. Jonas . et al . Head And Neck Surgery
Otolaryngology. 4Th Editions. 2006. Lippincott Williams & Wilkins
14. Probst, Rudolf et al. Basic Otorhinolaryngology a step by step Learning Guide.
2006. Thieme Verlagsgruppe. Newyork

15. Ostrower ST. Preauricular Cysts, Pits, and Fissures. 2010 (cited 2014 April
30th); Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/845288-
overview
16. Ramsey ML. Basal Cell Carcinoma. 2010 (cited 2014April30th); Available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/1100003-overview
17. Hanson LJ. Epidermal Inclusion Cyst. 2010 (cited 2014April30th); Available
from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1061582-overview

28

Anda mungkin juga menyukai