Anda di halaman 1dari 42

REFERAT

MENIERE’S DISEASE

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Indera Istiadi Sp. THT

Disusun oleh :
Khansa Adzima
20204010266

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2021
BAB I

PENDAHULUAN

Meniere’s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops

endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo

yang berlangsung dari menit sampai hari, disertai dengan tinnitus dan tuli

sensorineural yang progresif.

Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis

bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun

1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang

bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan

keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang secara

progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan

volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.

Studi internasional telah melaporkan kejadian penyakit Meniere 8,2-13,1 per

100.000 orang per tahun dan prevalensinya antara 120 dan 513 per 100.000

orang.  Penyakit Meniere memiliki distribusi jenis kelamin yang sama, lebih

sering terjadi pada pasien kulit putih, dan memiliki usia puncak onset antara

dekade keempat dan kelima. 

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Beberapa ahli berpendapat

bahwa penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan fisiologi sistem endolimfe

yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah

1
cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala

media.

Endolimfe atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di dalam labirin

telinga dalam. Kation utama yang berada di cairan ekstraselular ini adalah kalium.

Ion yang terdapat di dalam endolimfe lebih banyak dari perilimfe. Sedangkan

perilimfe adalah cairan ekstraseluler yang terletak di koklea, tepatnya pada bagian

skala timpani dan skala vestibuli. Komposisi ionik perimlife seperti pada plasma

dan cairan serebrospinal. Kation terbanyak adalah natrium. Perilimfe dan

endolimfe memiliki komposisi ionik yang unik yang sesuai untuk menjalankan

fungsinya yaitu mengatur rangsangan elektrokimiawi dari selsel rambut di indera

pendengaran. Potensoal listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari

perilimfe

Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum

mengenai definisi, anatomi, fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, penanganan,

dan pencegahan pada penyakit Meniere.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA

Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan

mengubah bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan

diteruskan ke otak untuk disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ

pendengaran, telinga dibagi menjadi sistem organ pendengaran perifer dan sentral.

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Indera pendengaran termasuk indra yang terletak di dalam telinga. Telinga

merupakan alat untuk menerima getaran yang berasal dari benda yang bergetar,

dan memberikan kesan suara. Getarannya dapat berasal dari udara dan dapat pula

berasal dari benda padat atau benda cair, antara benda yang bergetar dengan

telinga harus ada medium yaitu udara.


Telinga terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

 Telinga bagian luar (auris eksterna)

 Telingah bagian tengah (auris media)

 Telinga bagian dalam (auris interna)

2.1.1 Telinga bagian luar (auris eksterna)

Teinga bagian luar terdiri dari tiga bagian yaitu daun telinga (auricula), liang

telinga (meatus accusticus eksternus), dan gendang teinga (membran timpani).

Daun telinga yang disebut juga dengan “Auricula” memiliki fungsi menentukan

arah bunyi yang didengar, dan menangkap suara-suara yang diterima. Fungsi ini

dilakukan karena daun telinga punya bentuk seperti corong dan terdapat tonjolan-

tonjolan yang terdiri dari tulang rawan dilapisi kulit.

Gambar 2.2 Anatomi Auricula


Telinga luar ini juga terdiri dari liang telinga luar (meatus acusticus

eksternus/MAE) yang berfungsi menghantarkan getaran suara dan

mempertahankan kelembaban suhu dari udara yang masuk. Dalam liang telinga

terdapat bulu-bulu dan sejumlah kelenjar yang mengeluarkan kotoran telinga

(cerumen), berfungsi untuk melindungi telinga supaya tidak kemasukan barang

atau serangga.

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula

sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter

lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang

berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars

cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan perluasan dari tulang

rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh

kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit tersebut mengandung

folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.

Apabila produksi cerumen (kotoran telinga) berlebihan, maka cerumen akan

mengeras dan menyumbat saluran pendengaran yang bersangkutan dan penderita

akan 32 mengeluh tuli hambatan. Keadaan ini disebut “Cerumen Obsturans”.

Membran timpani bentuknya kerucut, puncaknya disebut “umbo” dan

dasarnya berbentuk seperti oval. Membrane timpani dibagi 2 bagian yaitu pars

tensa dan pars flasida. Pars tensa ada 3 lapisan, yaitu lapisan skuamosa, lapisan

mukosa, dan lapisan fibrosa. Lapisan ini mengandung serabut kolagen yaitu

bagian luar arah radial dan bagian dalam sirkuler yang akan mempengaruhi

konsistensi dari membrane timpani. Pars flasida ada 2 lapisan yaitu lapisan
skuamosa dan lapisan mukosa. Membrane timpani bagian medial disuplai cabang

dari arteri aurikularis posterior, bagian lateral dari ramus timpanikus cabang arteri

aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris, jugularis externa

dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang N. vagus,

cabang timpanikus N. glosofaringeus dan nervus aurikulotemporalis cabang N.

mandibularis.

2.1.2 Telinga bagian tengah (auris media)

Telinga tengah berupa rongga kecil yang berisi udara, terletak di dalam tulang

temporal dan dindingnya dilapisi sel epitel. Antara Auris Eksterna dan Auris

Media dibatasi oleh gendang pendengaran dinamakan membran tympani.

Membran tympani ini membatasi suatu ruangan bagian tengah yang disebut

cavum tympani, dan di dalamnya terdapat tulang pendengaran (ossicula auditiva)

yang terdiri dari : Maleus, Incus, dan stapes.

Gambar 2.3 Anatomi Telinga Tengah


Ketiga tulang pendengaran saling berhubungan, sehingga getaran- getaran

bunyi dapat dihantarkan dari gendang pendengaran ke telinga bagian dalam.

Fungsinya adalah :

 Sebagai penyalur getaran suara

 Memperkuat suara

 Melindungi alat pada telinga bagian dalam

Bila getaran suara diantar, getaran tersebut diperkuat 1,31 kali oleh karena

gaya ungkit antar tulang telinga. Membran tympani mempunyai diameter 20 kali

lebih luas dari pada membran foramen ovale. Secara teoritis, suara sampai di

foramen ovale akan diperkuat kurang lebih 20 x 1,31 = 26,2 kali, ternyata suara

sampai di foramen ovale hanya diperkuat 15 kali karena selama penghantaran

tenaga tadi banyak hilang karena tahanan-tahanan.

Telinga tengah merupakan rongga kecil yang berisi udara dibagian petrosa

tulang temporal yang dilapisi oleh epitel. Batas dari telinga tengah yaitu

membrane timpani.Terdiri dari membran timpani, ossiculae auditiva, dan tuba

eustachius. Telinga tengah memiliki 3 tulang pendengaran yaitu maleus, incus,

dan stapes yang saling berikatan membentuk artikulasi. Prosesus longus maleus

melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus akan

melekat pada stapes dan stapes akan melekat pada oval window. Telinga tengah

berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius.

Membran timpani dan osikulus akan bergetar jika ada gelombang suara yang

masuk dengan frekuensi yang sama. Getaran yang berada di membran timpani

akan dipindahkan ke oval window. Getaran yang terjadi pada oval window akan
menimbulkan gerakan yang hampir mirip dengan gelombang di cairan telinga

dalam dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara yang pertama.

Osikulus terdiri dari ligament dan otot-otot yang menempel pada strukturnya.

Otot tensor timpani di suplai oleh cabang mandibular dari Saraf V yaitu saraf

trigeminalis, untuk membatasi gerakan dan meningkatkan tegangan pada gendang

telinga sehingga mencegah kerusakan telinga dalam dari suara yang keras.

Tuba eustachius dalam keadaan normal biasanya tertutup, akan tetapi jika

sedang menguap, mengunyah, dan menelan tuba eustachius akan terbuka.

Terbukanya tuba eusthacius karena tekanan udara di telinga tengah sama dengan

tekanan atmosfer sehingga tekanan di kedua sisi membran timpani sama.

Aliran darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri

stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena

bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan

pleksus pterygoideus.

Telinga dalam memiliki fungsi proteksi yaitu hanya berkontraksi untuk nada-

nada suara yang tidak merusak otot-otot dalam telinga dalam. Melalui suara

dengan nada rendah telinga akan dinetralisir oleh gerakan-gerakan stapes.

Gerakan-gerakan tadi merupakan suatu reflek, dinamakan tympani reflex yang

bertujuan untuk melindungi organ- organ telinga dalam.

Tekanan udara dalam cavum timpani selalu sama dengan udara luar (1

atmosfir). Cavum timpani berhubungan dengan rongga mulut melalui tuba

eustachii. Setiap menelan, mengunyah atau menguap, muara tuba eustachii selalu

terbuka sehingga tekanan udaranya seimbang. Tuba Eustachii berfungsi untuk


mempertahankan agar tekanan udara di dalam cavum tympani tetap sama dengan

tekanan udara luar. Membran tympani berfungsi menangkap getaran suara,

memperkuat getaran suara, dan melindungi alat di dalam liang telinga dalam.

Membran timpani mempunyai sifat spesifik dibandingkan dengan alat musik.

Gendang alat musik hanya memberikan nada tertentu dengan frekuensi tertentu,

tetapi membran tympani dapat bergetar atau beresonansi terhadap berbagai nada

yang masih dapat kita dengar. Frekuensi nada 16/detik sampai dengan 2000/detik

karena sifat membran tympani merupakan alat yang periodik, yaitu alat yang tidak

mempunyai frekuensi tersendiri. Membran tympani setelah getaran suara hilang,

ia akan berhenti bergetar sedangkan pada gendang musik meskipun pukulan telah

berhenti ia masih bergetar untuk beberapa saat.

Membran tympani akan terganggu fungsinya bila membran tympani

mengalami kelainan, yaitu membran tympani tertarik ke dalam. Ini terjadi apabila

tekanan cavum tympani lebih rendah dari udara luar atau bila posisi membran

tympani menonjol ke luar, hal ini disebabkan karena dalam cavum tympani

tertimbun cairan (otitis serosa). Di dalam telinga bagian tengah terdapat otot, yaitu

otot gendang pendengaran (tensor tympani), otot sanggurdi (stapedius). Tensor

tympani berkaitan dengan martil, stapedius berkaitan dengan kepala sanggurdi.

Ujung lain dari kedua otot itu berkaitan pada dinding rongga telinga bagian

tengah. Kedua otot ini berfungsi untuk: Memperkuat rantai tulang pendengaran,

Meredam bunyi yang terlalu keras, Melindungi telinga bagian dalam.


2.1.3 Telinga bagian dalam (auris interna)

Telinga bagian dalam terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di

dalamnya di kelilingi oleh labirin. Telinga bagian dalam (Labyrin) itu merupakan

bagian terpenting dari telinga, labyrin adalah suatu rongga berisi cairan perilimpe

dan letaknya di tulang pelipis yang berfungsi melindungi bagian dalam. Dilihat

dari segi anatomi, telinga bagian dalam terdapat serambi (vertibule), saluran-

saluran gelung (canalis semi curcularis), rumah siput (cochlea).

Gambar 2.4 Teinga Dalam

Labirin terdiri dari 3 bagian yaitu pars superior, pars inferior, dan pars

intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran semisirkularis, pars

inferior terdiri dari sakulus dan koklea, sedangkan pars intermedia terdiri dari

duktus dan sakus endolimpatikus. Telinga dalam dialiri oleh arteri auditorius

interna cabang dari arteri cerebelaris inferior.

Cochlea atau Koklea merupakan organ perdengaran yang mirip dengan

rumah siput. Struktur duktus koklea membentuk suatu sistem dengan tiga ruangan
yaitu skala vestibule, skala media, dan skala timpani. Skala media merupakan

lanjutan dari labirin membranosa ke koklea. Skala vestibuli merupakan saluran

yang berada di atas skala media yang berakhir pada jendela oval. Skala timpani

meupakan skala yang berakhir pada oval window. Skala vestibuli dan skala

timpani berisi cairan perilimfe dan skala media berisi endolimfe (Hermawan,

2020). Fungsi dari koklea yaitu sebagai organ indera pendengaran dan kanalis

semisirkularis sebagai alat keseimbangan.

Gambar 2.5 Skala vestibui, skala media, dan skala timpani

Dalam dalam telinga bagian dalam yang terpenting adalah organ corti. Organ

corti ini merupakan suatu reseptor pendengaran yang terletak di dalam cochlea

bagian scala media tepatnya di atas membran basilaris. Organ orti berupa suatu

deretan sel-sel rambut yang jumlahnya berkisar antara 24.000 – 31.000 ke atas

atau lebih. Deretan rambut-rambut tersebut dinamakan tali pendengaran. Ukuran


dari sel rambut organ corti dan ujung apex tidak sama bagian basis/pangkal

cochlea tali pendengaran ini pendek dan tebal. Tali pendengaran ini penting untuk

menseleksi berbgai nada suara. Perbedaan ukuran dan bentuk ini berperan untuk

menentukan berbagai nada suara.

Bila suara datang dengan nada tinggi maka yang bergetar adalah sel rambut

bagian basis. Bila suara datang dengan nada rendah maka yang bergetar adalah sel

rambut bagian apex. Bila nada suara datang dengan nada sedang, maka yang

bergetar adalah sel rambut bagian tengah, ini merupakan teori resonansi dari

Helmholtz.

2.2 FISIOLOGI

2.2. 1 Fisiologi Pendengaran

Proses pendengaran dimulai dengan dikumpulkannya gelombang suara oleh

telinga luar, kemudian gelombang suara itu akan disalurkan ke meatus akustikus

eksternus bagian dalam sehingga menggetarkan membran timpani. Ketika

membran timpani bergetar maka tulang-tulang pendengaran seperti maleus, inkus,

dan stapes ikut bergetar sehingga getaran suara tersebut dapat tersalurkan ke

telinga bagian dalam yaitu tingkap oval. Getaran yang disalurkan pada tingkap

oval tersebut akan menggerakkan cairan yang ada pada perilimfa dan endolimfa.

Kemudian cairan tersebut akan membuat sel-sel rambut yang ada pada organ

corti bergetar. Jika rambut permukaan pada sel rambut berubah akibat gerakan

cairan di telinga bagian dalam, maka akan terdapat sinyal-sinyal saraf dan akan

berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen

yang membentuk nervus auditorius. Maka gelombang suara tersebut akan diubah
menjadi sinyal-sinyal listrik yang dapat diterima oleh otak sehingga terjadi proses

pendengaran yang sempurna.

Gambar 2.6 Fisiologi Pendengaran

Terdapat dua teori pendengaran:

 Teori Analisa Sentral

Teori yang mengemukakan bahwa : analisa nada suara adalah fungsi dari

cortex cerebri di lobus temporalis. Teori ini dikemukakan pertama kali

oleh Retherfood dan disebut teori telfon atau teori teori frekuensi. Kerja

dari teori ini adalah : membran pada alat telinga bekerja seperti alat

telepon, yaitu mengubah getaran suara menjadi impuls listrik yang

diantarkan oleh kawat menuju ke alat penerima dan alat penerima ini

akan mengubah impuls listrik menjadi getaran suara seperti semula.

Menurut teori ini yang bekerja sebagai membran telepon adalah

membran basilares.

 Teori Analisa Perifer

Teori yang mengemukakan bahwa analisa nada suara adalah fungsi dari
pada cochlea di organon corti. Teori ini diseut teori resonansi dari Helm

Haltz, yaitu pada telinga dalam terdapat sel-sel rambut dari organ corti

yang dapat bergetar atau beresonansi sesuai dengan nada suara yang kita

dengar. Sel-sel rambut ini berfungsi sebagai resonator. Teori ini sesuai

dengan struktur anatomi sel rambut organ corti. Pada bagian organ

pangkal atau basis cochlea sel rambut atau resonator tebal dan pendek

akan bergetar terhadap suara dengan nada tinggi. Pada puncak atau apex

cochlea sel rambut atau resonator tipis dan panjang akan bergetar

terhadap suara dengan nada rendah. Bagian tengah cochlea sel rambut

atau resonator berukuran sedang akan bergetar terhadap suara sedang.

Teori resonansi merupakan apresiasi dari suatu nada dan ditentukan oleh

membran basilaris dengan sel rambut bergetar.

2.2.2 Fisiogi Keseimbangan pada Telinga

Selain memiliki peran dalam pendengaran, telinga dalam juga memiliki

komponen khusus lain, yaitu aparatus vestibularis, yang memberi informasi

esensial bagi sensasi keseimbangan dan bagi koordinasi gerakan kepala dengan

gerakan mata dan postur. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur di

dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea yaitu kanalis

semisirkularis dan organ otolit.

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.

Seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe

dan dikeilingi oleh perilimfe. Serupa dengan organ Corti, komponen-komponen


vestibularis masing-masing mengandung sel rambut yang berespon terhadap

deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik endolimfe. Dan seperti sel

rambut auditorik, reseptor vestibularis dapat mengalami depolarisasi atau

hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Tidak seperti informasi dari

sistem pendengaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh aparatus

vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.

Kanalis semisirkularis memiliki peran mendeteksi akselerasi atau deselerasi

rotasiona atau angular kepala, misalnya ketika menengok, mulai atau berhenti

berputar, jungkir balik. Masing-masing telinga terdiri dari tiga kanalis

semisirkularis yang tersusun dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu

sama lain. Sel-sel rambut reseptor masing-masing kanalis semisirkularis terletak

di atas suatu hubungan yang berbentuk pelana kuda yang terletak di ampula, suatu

pembesaran di dasar kanalis. Rambut-rambut terbenam di dalam lapisan

gelatinosa berbentuk tudung di atasnya, kupula, yang menonjol ke dalam

endolimfe dan meregangkan atap ampula.

Rambut-rambut di sel rambut vestibularis terdiri dari satu silium yaitu

kinosilium, bersama dengan 20 hingga 50 mikrovilus yaitu stereosilia. Seperti di

sel rambut pendengaran, stereosilia pada vestibulum juga dihubungkan dengan tip

link. Ketika stereosilia terdefleksi oleh gerakan endolimfe, tegangan yang terjadi

di tip link menarik kanal ion berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi

depolarisasi dan hiperpolarisasi. Depolarisasi ketika stereosilia menekuk ke arah

kinosilium sehingga peningkatan terjadi pelepasan neurotransmiter. Sebaliknya

hiperpolarisasi terjadi ketika stereosilia menekuk menjauh dari kinosilium


sehingga terjadi pengurangan pelepasan neurotransmiter. Sel rambut kemudian

akan membentuk sinaps kimiawi dengan ujung terminal neuron aferen yang

aksonnya menyatu dengan akson vestubuaris lain untuk membentuk saraf

vestibularis. Saraf ini selanjutnya akan bersatu bersama saraf auditorius dari

koklea membentuk saraf vestibuokoklearis.

Gaya pergerakan endolimfe mendorong kupula sehingga kupula

membungkuk dan rambut yang tertanam tertekuk (defleksi). Hal ini dapat terjadi

contohnya saat memutar kepala.

Gambar 2.7 Aparatus Vestibularis

Jika gerakan kepala terus berlanjut dengan kecepatan dan arah yang sama,

endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama gerakan kepala, sehingga

rambut-rambut kembali ke posisinya yang tidak melengkung. Saat kepala berhenti

berputar akibaltnya kupula dan rambut-rambut secara transien melengkung ke

arah perputaran sebelumnya, yaitu berlawanan dengan arah lengkung sel rambut

sewaktu akselerasi. Proses keseimbangan kepala diibaratkan berlangsung seperti

gerakan mengerem mendadak, tubuh akan tiba-tibar terdorong ke depan lalu

kembali terdorong ke belakang. Mekanisme defleksi sel rambut akan berhenti dan
menjadi lurus kembali ketika kepala tidak bergerak atau ketika berputar dalam

lingkaran dalam kecepatan tetep.

Sistem vestibular juga terdiri dari organ otolit yaitu yang memberikan

informasi tentang posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga mendeteksi

perubahan kecepatan gerak lurus. Organ otolit terdiri dari utrikulus dan sakulus.

Kedua organ ini adalah struktur yang berbentuk kantong yang berada dalam ruang

bertulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sel-sel rambut di organ

indera ini juga menonol ke dalam suatu lembaran gelatinosa di atasnya, yang

gerakkannya menggeser rambut dan menyebabkan perubahan potensial pada

rambut. Lembaran gelatinosa terbenam banyak sekali krista kecil kalsium

karbonat yang kemudian membentuk otolit (batu telinga) sehingga menyebabkan

lapisan ini lebih berat dan meningkatkan inersia dibandingkan cairan sekitar.

Ketika seorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut dalam utrikulus berada

berorientasi vertikal dan rambut sakilus berjajar horizontal.

Massa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan menekuk

rambut melalui dua cara:

1. Ketika memiringkan kepala ke suatu arah selain vertikal (yaitu selain

naik dan turun), rambut-rambut akan menekuk sesuai arah kemiringan

karena gaya gravitasi yang mengenai lapisan gelatinosa di atasnya.

Penekukan ini meninmbulkan depolarisasi atau hiperpolarisasi potensial

reseptor bergantung pada miringnya kepala. Karena itu sistem saraf

pusat menerima berbagai pola aktivitas saraf bergantung pada posisi

kepala dalam kaitannya dengan gravitasi.


2. Rambut utrikulus juga bergerak oleh setiap perubahan pada gerakan

linier horizontal (misalnya, bergerak lurus ke depan, ke belakang, atau

ke samping). Sewaktu berjalan maju, membran otolit mula-mula

tertinggal di belakang endolimfe dan sel rambut karena inersianya yang

lebih besar. Karena itu rambut menekuk ke belakang. Jika kecepatan

bergerak tetap atau dipertahankan, maka lapisan gelatinosa segera

menyamai dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala

sehingga rambut tidak tertekuk. Ketika berhenti bergerak, maka lembar

otoit tetap bergerak maju sesaat waktu kepala melambat dan berhenti,

sehingga rambut menekuk ke depan. Karena itu, sel rambut utrikulus

tidak memberi informasi mengenai gerakan dalam arah lurus dengan

kecepatan tetap.

Selain utrikuus, sakulus juga memiliki peran. Sakulus berespon

secara selektif terhadap gerakan miring kepala menjauhi posisi

horizontal, seperti bangun dari tempat tidur dan deselerasi linier vertikal

seperti meloncat naik turun atau naik tangga. Proses organ otolit juga

terjadi dalam sakulus.

2.2.3 Fisiologi Endolimfe

Koklea adalah tabung tulang melingkar yang panjangnya kira-kira 35 mm

dan terdiri dari tiga ruang: skala vestibuli, skala media, dan skala

timpani. Bersama-sama, skala vestibuli dan skala timpani adalah bagian dari

labirin periotik berisi perilimfe yang terbungkus dalam labirin tulang. Skala


vestibuli dan skala timpani terhubung di puncak koklea melalui

helikotrema. Skala timpani terhubung ke cairan serebrospinal yang mengandung

ruang arachnoid melalui saluran air koklea.

Labirin membran koklea adalah skala media, ruang berisi endolimfatik. Hal

ini terhubung ke saccule atau sakulus oleh ductus reuniens. Sisa labirin membran

terdiri dari kanalis semisirkularis, sakulus, utrikulus, duktus dan kantung

endolimfatik, serta duktus koklea. 

Utrikulus terletak di bagian posterosuperior vestibulum. Sakulus terletak di

bagian anteroinferior vestibulum. Utrikulus terhubung ke posterior dengan

kanalis semisirkularis. Di bagian anterior terhubung ke duktus endolimfatik dan

duktus saccular melalui duktus utrikulus. Katup utrikulus kemungkinan

berfungsi untuk melindungi bagian atas labirin dari kehilangan endolimfe akibat

ruptur membran dari bagian bawah labirin

Gambar 2.7 Anatomi sistem endolimfe


Kantung endolimfatik adalah salah satu struktur labirin membranosa pertama

yang muncul dalam perkembangan embrio dan merupakan yang terakhir berhenti

tumbuh. Hal ini terkait erat dengan lapisan dura mater. 

Kantung terhubung ke saluran endolimfatik, yang terletak di dalam saluran

air vestibular tulang. Kantung endolimfatik dapat dibagi menjadi beberapa bagian

berdasarkan lapisan seluler. Bagian proksimal, rugosa berada dalam relung tulang

dan memiliki sel-sel yang mirip dengan duktus endolimfatik. Bagian tengah

adalah antara tulang dan dura dan memiliki sel silinder terang dan gelap. Bagian

distal, halus berada di dalam lapisan dura mater dan terdiri dari sel kuboid . Pada

tahun 1997, Gibson dan Arenberg menggambarkan kemungkinan fungsi kantung

endolimfatik sebagai berikut:

 Resorpsi kandungan air endolimfe

 Berpartisipasi dalam beberapa pertukaran ion dengan endolimfa

 Buang sisa metabolisme dan seluler, termasuk otokonia

 pertahanan kekebalan

 Inaktivasi dan penghapusan virus

 Sekresi glikoprotein untuk menarik cairan ekstra

 Sekresi saccin untuk meningkatkan produksi endolymph

Peran kantung endolimfatik dalam homeostasis endolimfe telah diketahui

dengan baik, tetapi mekanisme kontrolnya masih dikembangkan. Komposisi

fluida dipertahankan oleh sistem transpor ion. Endolimfa memiliki karakteristik

yang unik sebagai cairan ekstraseluler lainnya karena memiliki konsentrasi kalium

yang tinggi, natrium yang rendah, dan kalsium yang rendah. Konsentrasi kalium
yang tinggi dan konsentrasi kalsium yang rendah sangat penting untuk konduksi

sensorik di koklea.

2.3 DEFINISI MENIERE’S DISEASE

Penyakit meniere adalah gangguan pada telinga bagian dalam yang

ditandai dengan gangguan pendengaran, tinitus, dan vertigo. Dalam kebanyakan

kasus, itu perlahan-lahan progresif dan memiliki dampak yang signifikan pada

fungsi sosial individu yang terkena.

Kriteria diagnostik saat ini didefinisikan oleh masyarakat Barany oleh

Lopez-Escamez et al. dapat membantu membedakan antara penyakit Meniere

yang mungkin (probable) dan yang pasti (definite). 

Pasien dengan penyakit Meniere pasti (definite) memiliki dapat

mencakup temuan klinis berikut:

1. Dua atau lebih episode vertigo spontan dengan masing-masing

berlangsung 20 menit sampai 12 jam.

2. Gangguan pendengaran sensorineural frekuensi rendah hingga menengah

yang didokumentasikan secara audiometri pada satu telinga, menentukan

dan menentukan lokasi telinga yang terkena pada setidaknya satu

kejadian sebelum, selama atau setelah salah satu episode vertigo.

3. Gejala aural yang berfluktuasi (penuh/fullness, pendengaran, tinitus) yang

terletak di telinga yang terkena.

4. Kondisi ini tidak lebih baik dijelaskan dengan diagnosis vestibular lain.
Pasien dengan kemungkinan penyakit Meniere (probable) dapat mencakup

temuan klinis berikut:

1. Dua atau lebih episode pusing atau vertigo, masing-masing berlangsung 20

menit hingga 24 jam.

2. Gejala aural yang berfluktuasi (penuh, pendengaran, atau tinitus) di telinga

yang terkena.

3. Kondisi ini tidak lebih baik dijelaskan dengan diagnosis vestibular lain.

2.4 EPIDEMIOLOGI MENIERE’S DISEASE

Insiden di seluruh dunia penyakit Meniere adalah sekitar 12 dari setiap 1.000

orang. Mungkin 100.000 pasien mengembangkan penyakit Meniere setiap tahun.

Meskipun begitu, 2% dari orang yang tinggal di Amerika Serikat percaya bahwa

mereka memiliki gejala yang mengindikasikan diagnosis penyakit Meniere.

2.5 ETIOLOGI MENIERE’S DISEASE

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui

secara pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini

dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam

fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu

keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga

mengakibakan dilatasi dari skala media.

Belum diketahui secara pasti penyebab hidrops endolimfatik. Namun terdapat

teori yang menjelaskan kemungkinan penyebab hidrops edolimfatik. Menurut


teori Schuknecht, hidrops endolimfatik dapat terjadi karena ruptur atau pecahnya

membran Maissner sekunder akibat distensi duktus endolimfatik. Ini akan

memungkinkan endolimfe kaya kalium untuk membasahi permukaan basal sel-sel

rambut serta saraf kranial kedelapan. Paparan sel rambut dan saraf yang berulang

terhadap kadar perilimfe yang mengandung kalium yang berpotensi toksik dapat

menyebabkan vertigo episodik serta penurunan jangka panjang dalam fungsi

pendengaran dan vestibular.

Terdapat beberapa penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit

Meniere:

1. Herediter

Suatu penelitian menyebutkan, didapatkan 1 dari 3 orang pasien

mempunyai orang tua yang menderita penyakit Meniere juga.

Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan

anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.

2. Virus Herpes (HSV)

Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan

bahwa 12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks

pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada

pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi

anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu

penelitian yang lebih lanjut.

3. Autoimun

Anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan


merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia

pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian

otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak

menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang

difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa

ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun.

Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa

pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit

autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga

mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere

didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti

Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.

4. Alergi

Suatu penelitian menyebutkan pada pasien Meniere didapatkan bahwa

30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan. Hubungan antara

alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :

 Sakus atau kantung endolimfatikus mungkin menjadi organ target

dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi

terhadap makanan tertentu.

 Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan

filtrasi dari sakus endolimfatikus

 Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan

hidrops dari sakus endolimfatikus


5. Trauma Kepala

Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat

menggangu aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini

diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat

fraktur tulang temporal.

2.6 PATOFISIOLOGI MENIERE’S DISEASE

Penyebab pasti dari dari penyakit Meniere ini belum diketahui. Gejala klinis

penyakit Meniere kemungkinan disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada

koklea dan vestibulum. Hidrops ini sifatnya hilang timbul yang diduga

disebabkan oleh:

 peningkatan tekanan pada end artery, 

 obstruksi duktus endolimfe karena jaringn parut atau karena sempit sejak

lahir,

 berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler,

 meningkatnya tekanan osmotik ruanganekstrakapiler,

 dan adanya penyumbatan jalan keluar sakus endolimfatikus,

 serta terlalu banyak cairan yang disekresikan stria vascularis sehingga

terjadi penimbunan cairan endolimfa.

Pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan

perubahan morfologi pada membrane Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam

skala vestibuli, terutama didaerah apeks koklea helicotrema. Sakulus juga

mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran


skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian meluas mengenai

bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan tuli saraf nada

rendah pada penyakit Meniere.

Gambar 2.8 Perbedaan membranous labyrinth normal dan membranous labyrinth


yang dilatasi karena hidrops

Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada

kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur

membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini

meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah

membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal.

Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak

terjadinya serangan. Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang

reversibel disebabkan oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari

membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan

skala timpani.

Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan

disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea


pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan

gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat

serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus. Mekanisme

terjadinya penyakit ini adalah karena rupturnya membran vestibular, sebagai

berikut:

1. Normalnya pars membranacea terdiri dari perimlimfe dan endolimfe

yang dipisahkan melalui batas-batas pada skala vestibularis, skala

media, dan skala timpani secara keseimbangan yang stabil.

2. Melalui suatu penyebab yang belum diketahui dengan pasti, namun

beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan overproduksi dan

absorbsi endolimfe yang tidak efektif. Pasien mengalami penumpukan

cairan yang berlebihan di dalam ruang endolimfatik yang menyebabkan

membran vestibular mulai meregang. Ketika hal tersebut terjadi maka

pasien akan mengeluhkan telinga terasa penuh (fullness) dan telinga

berdenging (tinitus).

3. Karena ruang dalam skala media terisi penuh endolimfa, terjadilah

distensi ruang skala media akibat peningkatan volume dan tekanan pada

membran vestibuler.

4. Maka membran vestibular akhirnya ruptur yang menyebabkan cairan

dalam kedua ruang yaitu cairan endolimfe dan cairan perilimfe bersatu.

Karena kedua cairan ini memiiki konsentrasi yang berbeda, maka

penyatuan dua cairan ini menyebabkan terganggunya sistem

ketidakseimbangan elektrolit dalam labirin. Hal ini menyebabkan


pasien mengeluhkan pusing berputar atau yang dikenal dengan vertigo.

5. Gejala yang ringan dapat berhenti kurang dari 2 jam. Selanjutnya

selama berjam-jam atau berhari-hari, membran vestibular dapat

berangsur-angsur membaik dan menutup kembali dan cairan

endolimfatik dan perlimfatik akan kembali normal. Sehingga proses

pendengaran dan keseimbangan akan kembali normal.

2.6 GAMBARAN KLINIS DAN PEMERIKSAAN

Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode

aktif/serangan yang bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang

lebih panjang dan juga bervariasi lamanya.

Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun

gejala berkurang setelah beberapa tahun. Pada saat serangan biasanya terdapat

trias Meniere yaitu: vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran. Biasanya terdapat

adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang dirasakan

penderita selama berjam-jam, berharihari, atau berminggu-minggu. Namun

sensasi ini terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul

tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang

hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena genuruh tinitus

yang timbul bersamaan dengan vertigo.

Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo

mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama

beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak


menghilang dengan redanya vertigo. Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama

periode ini penderita mungkin hanya merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-

gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang mirip dengan

yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi,

tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau

sekurangkurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat

timbul serangan setiap hari. Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat

berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan atau akibat pengobatan,

yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada

pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata

tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang

timbul dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala

pada periode akut melemah oleh karena hilangnya secra bertahap kemampuan

organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi elemen-elemen sensorik.

Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat

ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan

pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya

serangan vertigo pertama. Terdapat tiga derajat keparahan Meniere’s Disease:

Derajat Gejala
I Gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah.

Gangguan vagal seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi.

Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien dapat merasakan

sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga

beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.


Derajat Gejala
II Gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi.

Muncul gejala tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.


III Gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif

memburuk. Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien

seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai berkurang atau

menghilang.

Kriteria diagnosis menurut guidelines of the American Academy of

Otolaryngolobgy-Head and Neck Surgery (AAO-HNS), penyakit Meniere

ditandai empat gejala iaitu:

1. Vertigo: rasa berputar, episodik, derajat ringan sampai berat, rotasinal,

dengan durasi minimal 20 menit setiap episode serangan, tidak pernah lebih

dari 24 jam.

2. Pendengaran menurun: berfluktuasi, tuli sensoris frekuensi rendah, yang

memberat saat serangan, makin lama dapat semakin memberat.

3. Tinnitus: khas seperti dering bernada rendah.

4. Rasa penuh dalam telinga.

Dalam menentukan diagnosis selain anamnesis dan penggalian informasi perlu

dilakukan pemeriksaan, diantaranya:

1. Pemeriksaan telinga – menggunakan otoskop, didapatkan membran timpani

dalam keadaan normal.

2. Pemeriksaan garpu tala - Penilaian pemeriksaan ini akan memberikan hasil

pendengaran berkurang, Rinne positif dan Weber berlateralisasi ke telinga


yang sehatbagi tuli saraf. Tes ABC (absolute bone conduction) memendek

atau berkurang dari pemeriksaa.

3. Pemeriksaan elektrokokleografi – Electrocochleography atau biasa disebut

sebagai ECochG, adalah tes fungsi pendengaran tanpa rasa sakit yang

biasanya dilakukan untuk menentukan apakah ada terlalu banyak cairan di

telinga bagian dalam pada penyakit Meniere. ECochG dilakukan untuk

membantu menentukan apakah penyebabnya adalah hidrops

endolimfatik/penyakit Meniere.

Gambar 2.9 Pemeriksaan elektrokokleografi

Selama pemeriksaan pasien akan duduk dengan nyaman di kursi di

ruang kedap suara. Pemeriksa akan membersihkan sepetak kecil kulit di

bagian atas dan bawah dahi pasien dan di belakang setiap telinga dengan air

atau alkohol dan kemudian menempelkan tempelan lengket di setiap tempat

tersebut. Tambalan ini adalah elektroda panggilan dan akan dihubungkan ke


komputer dengan kabel kawat kecil. Elektroda kelima yang terdiri dari

ujung kapas kecil yang menonjol dari tabung karet yang sangat fleksibel dan

sempit akan dimasukkan di sepanjang saluran telinga Anda sampai ujung

kapas sedikit menyentuh gendang telinga pasien.

Setelah probe telinga terpasang, sumbat karet kecil yang terhubung ke

generator suara akan dimasukkan ke pintu masuk saluran telinga pasien

untuk menahan elektroda di tempatnya dan juga mengirimkan suara tipe

klik ke telinga pasien. Semua prosedur di atas tidak menimbulkan rasa sakit

dan non-invasif dan tidak perlu sedasi atau anestesi. Satu-satunya tugas

pasien adalah tetap tenang, tenang dan santai selama ujian, dan tidak apa-

apa jika pasien tertidur.  

Ujian terdiri dari menghadirkan klik cepat dan cukup keras ke telinga

pasien, yang, seperti suara apa pun, akan merangsang telinga bagian dalam

pasien untuk merespons. Respon dari telinga bagian dalam (yang bersifat

elektrik) diambil oleh elektroda dan dikirim ke komputer. Bentuk

gelombang yang mewakili respons ini muncul di layar komputer. Berbagai

ciri bentuk gelombang ini akan diukur setelah pemeriksaan untuk

menentukan apakah pasien menderita hidrops endolimfatik/penyakit

Meniere. Dalam banyak hal, tes ini mirip dengan tes lain, seperti

elektrokardiogram (EKG), atau elektroensefalogram (EEG). Kedua telinga

akan diuji, dan pemeriksaan biasanya memakan waktu 45 menit hingga satu

jam untuk diselesaikan.

4. Untuk pemeriksaan penunjang dapat juga dilakukan pemeriksaan lab


(namun tidak ada tes spesifik laboratorium untuk Meniere’s disease,

urinalisis dapat bermanfaat untuk menetukan faktor risiko, jika penyebabnya

dicurigai infeksi maka dapat dilakukan pemeriksaan kultur darah, kultur

urine, dan pemeriksaan cairan serebrospinal). Selain itu pemeriksaan darah

lengkap, tes immunologi dan tes elektrolit uga dapat dilakukan bila perlu.

Pemeriksaan radiologi seperti CT scan atau MRI juga dapat dilakukan untuk

menegakkan lagi diagnosis.

5. Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik. Tes

ini meliputi audiometri nada murni dan audometri nada tutur. Audiometri

nada murni dapat mengukur nilai ambang hantaran udara dan hantaran

tulang penderita dengan alat elektroakustik. Alat tersebut dapat

menghasilkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitasnya yang

dapat diukur. Untuk mengukur nilai ambang hantaran udara penderita

menerima suara dari sumber suara lewat heaphone, sedangkan untuk

mengukur hantaran tulangnya penderita menerima suara dari sumber suara

lewat vibrator. Manfaat dari tes ini adalah dapat mengetahui keadaan fungsi

pendengaran masing-masing telinga secara kualitatif (pendengaran normal,

gangguan pendengaran jenis hantaran, gangguan pendengaran jenis

sensorineural, dan gangguan pendengaran jenis campuran). Dapat

mengetahui derajat kekurangan pendengaran secara kuantitatif (normal,

ringan, sedang, sedang berat, dan berat).

2.7 PENATALAKSANAAN

2.7.1 Terapi Medikamentosa


a. Terapi Medis Profilaksis

Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang

mendasarinya atau mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.

 Vasodilator – vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg

3 kali sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam

nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat gangguan

pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.

 Antikolinergik - Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena

teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf

autonom di telinga dalam.

 Penggunaan Hormon Tiroid - didasarkan atas teori bahwa hipotiroidisme

ringan adalah termasuk penyebab hidrops endolimfatik.

 Pemberian Vitamin - berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat

defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B

kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid (Lipoflavonoid).

 Diet rendah garam dan Pemberian diuretik - dimaksudkan adalah agar

menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan

endolimfe.

 Program pantang makanan - terapi ini kadang digunakan pada meniere yang

bias disebabkan akibat terjadinya suatu alergi makanan.


b. Terapi Simtomatik

Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi

hebatnya serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar

penyakit Meniere.

 Sedatif - dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti

diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan

frekuensi serangan vertigo.

 Antihistamine dan antiemetik - Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif

menghentikan atau mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien

Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat

(dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa

digunakan adalah antiemetic diferidol.

 Depresan vestibuler - Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau

mengurangi keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama

eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.

2.7.2 Pembedahan

Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi.

Prosedur pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi sakus

endolimfatikus, ditujukan untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang

mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung sedikit resiko menyebabkan

kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk mengatasi serangan vertigo, serta

dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok :

bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.


Manajemen bedah penyakit Ménière dicadangkan untuk kasus-kasus di

mana perawatan medis gagal. Masa depan pengobatan Ménière terletak pada

penggunaan metode yang kurang invasif dan kurang merusak daripada yang saat

ini untuk mengendalikan vertigo.

Labirinektomi atau destruksi total pada labirintus membranaseus, merupakan

jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi

terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang

bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran

pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi masih

mampu mempertahankan fungsi normalnya.

 Indikasi

Pembedahan diindikasikan untuk penyakit Ménière yang sulit diatasi

dengan manajemen medis. Biasanya, kegagalan untuk merespon terapi

medis selama 3-6 bulan merupakan indikasi untuk operasi. Namun,

pasien dengan kelemahan parah dapat menjalani operasi lebih cepat.

Setiap penyebab medis yang mendasari sindrom Ménière harus diobati

sebelum terapi bedah dilakukan. Telinga yang sakit harus diidentifikasi

dengan jelas.

 Kontraindikasi

- Otitis media dan mastoiditis merupakan kontraindikasi untuk

pembedahan. Atasi infeksi ini sebelum melanjutkan untuk

menghindari peningkatan risiko meningitis.

- Penyakit vestibular bilateral merupakan kontraindikasi relatif untuk


prosedur destruktif karena risiko hilangnya fungsi telinga bagian

dalam (yaitu, sindrom Dandy). Hipersensitivitas atau alergi terhadap

obat target merupakan kontraindikasi untuk perfusi aminoglikosida.

Salah satu prinsip operasi telinga adalah menghindari operasi pada

telinga yang menyediakan semua pendengaran pasien karena risiko

menciptakan tuli bilateral yang mendalam. Aturan ini berlaku untuk

sebagian besar prosedur bedah otologik.

2.8 KOMPLIKASI

Komplikasi penyakit Ménière mungkin termasuk yang berikut:

 Cedera karena jatuh

 Kecemasan tentang gejala

 Kecelakaan karena serangan vertigo

 Cacat karena vertigo yang tidak terduga

 Ketidakseimbangan progresif dan tuli

 Tinitus yang tidak tertahankan

2.9 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding penyakit Meniere termasuk otosklerosis, terutama varian

koklea, yang dapat menunjukkan gejala vestibular pada sekitar 25-30% pasien.

Labirinitis vestibular akut atau neuronitis juga dapat menyerupai serangan

penyakit Meniere. Namun, episode dalam kasus terakhir biasanya lebih pendek

dan juga berhubungan dengan gejala pendengaran.


Perlunya membedakan penyakit Meniere dari patologi lain yang dapat

menyebabkan tinnitus subjektif. Tidak hanya kondisi otologis (yaitu presbiakusis,

gangguan pendengaran akibat kebisingan, penyakit Meniere, otosklerosis, dll.),

tetapi juga gangguan metabolisme (hipo, atau hipertiroidisme, hiperlipidemia,

defisiensi seng dan vitamin), masalah neurologis (trauma kepala, cedera whiplash,

multiple sclerosis, meningitis), obat-obatan (aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid,

aminoglikosida, logam berat), dan gangguan gigi (sindrom sendi

temporomandibular) dan faktor psikologis (depresi, kecemasan).

2.10 PENCEGAHAN

Cairan telinga bagian dalam dipengaruhi oleh zat tertentu dalam darah dan

cairan tubuh lainnya. Misalnya, ketika makan makanan yang tinggi garam atau

gula, konsentrasi tingkat darah dari garam atau gula meningkat, dan ini, pada

gilirannya, akan mempengaruhi konsentrasi zat dalam telinga bagian dalam.

Orang dengan gangguan keseimbangan tertentu harus mengontrol jumlah

garam dan gula yang ditambahkan ke makanan. Selain itu juga perlunya

menyadari garam dan gula yang tersembunyi dalam makanan. Membatasi atau

menghilangkan penggunaan kafein dan alkohol juga akan membantu untuk

mengurangi gejala pusing dan telinga berdenging.

2.11 PROGNOSIS

Secara umum, kondisi pasien cenderung stabil secara spontan dari waktu ke

waktu. Penyakit Ménière dikatakan membaik seiring waktu. Tingkat remisi

spontan tinggi: lebih dari 50% dalam 2 tahun dan lebih dari 70% setelah 8 tahun.
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit meniere adalah gangguan pada telinga bagian dalam yang

ditandai dengan gangguan pendengaran, tinitus, dan vertigo. Dalam kebanyakan

kasus, itu perlahan-lahan progresif dan memiliki dampak yang signifikan pada

fungsi sosial individu yang terkena.

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Beberapa ahli berpendapat

bahwa penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan fisiologi sistem endolimfe

yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah

cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala

media.

Penanganan penyakit Meniere yaitu melalui terapi medikamentosa dan

pembedahan apabia terapi medikamentosa tidak berhasil. Penyakit ini dapat

menimbulkan komplikasi seperti cedera karena jatuh, kecemasan tentang gejala,

kecelakaan karena serangan vertigo, cacat karena vertigo yang tidak terduga,

ketidakseimbangan progresif dan tuli, serta tinitus yang tidak tertahankan. Secara

umum, kondisi pasien cenderung stabil secara spontan dari waktu ke waktu.

Penyakit Ménière dikatakan membaik seiring waktu. Tingkat remisi spontan

tinggi: lebih dari 50% dalam 2 tahun dan lebih dari 70% setelah 8 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Iswari, M & Nurhastuti. 2018. BukuAnatomi, Fisiologi dan Genetika.


Lopez-Escamez, J.A., Carey, J., Chung, W.-H., Goebel, J.A., Magnusson, M.,
Mandalà, M., Newman-Toker, D.E., Strupp, M., Suzuki, M., Trabalzini,
F., Bisdorff, A., 2015. Diagnostic criteria for Menière’s disease. Journal
of Vestibular Research.
Magnan, J., Özgirgin, O.N., Trabalzini, F., Lacour, M., Escamez, A.L.,
Magnusson, M., Güneri, E.A., Guyot, J.P., Nuti, D., Mandalà, M.,
2018. European Position Statement on Diagnosis, and Treatment of
Meniere’s Disease. J Int Adv Otol 14, 317–321.
Meddy. 2018. Meniere's Disease - Short Review. India.
Oberman, B.S., Patel, V.A., Cureoglu, S., Isildak, H., 2017. The aetiopathologies
of Ménière’s disease: a contemporary review. Acta Otorhinolaryngol
Ital 37, 250–263.
Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Simorangkir, L., 2018. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT (Telinga, Hidung,
Tenggorokan) Menggunakan Metode Certainty Factor (Studi Kasus :
Rsud H. Abdul Manap Jambi): Fortech (Journal of Information
Technology) 2, 13–20.
Wu, V., Sykes, E.A., Beyea, M.M., Simpson, M.T.W., Beyea, J.A., 2019.
Approach to Ménière disease management. Can Fam Physician 65,
463–467.

Anda mungkin juga menyukai