AUDIOMETRI IMPENDANS
I. PENDAHULUAN
mana audiologi dasar adalah ilmu pengetahuan mengenai nada murni, bising,
dilakukan dengan tes penala, tes berbisik, dan audio nada murni. Sedangkan
pada daerah yang sama (misal ketulian dan sindrom Meniere, keduanya
akan memberikan temuan audiometri yang berbeda pula. Itulah perlunya kita
menentukan jenis ketulian melalui tes pendengaran, agar kita dapat mendeteksi
merupakan suatu pemeriksaan fungsi telinga tengah. Pemeriksaan ini akan menyajikan
grafik pemeriksaan yang berkaitan dengan hubungan antara tekanan udara di telinga luar
dan impedansi membran telinga. Secara tidak langsung, pemeriksaan ini dapat menilai
2
mobilisasi dari membran timpani serta tulang-tulang osikular pada tekanan udara yang
kelenturan dari gendang telinga, refleks akustik serta pemeriksaan fungsi dari tuba
eustachius yang bersifat objektif, dan dapat dikerjakan pada subjek yang tidak
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
a. Telinga Luar
3
dibatasi oleh membran timpani, ukuran panjang 2,5 cm, terdiri dari pars
serumen4
b. Telinga Tengah
auditiva, antrum dan cellulae mastoidea. Memiliki empat dinding, atap, dan
dasar. Oleh karena itu bisa disederhanakan dalam diagram sebagai kotak
terbuka, dengan4:
promontorium5,6.
menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
sagital dan sudut 30-40 derajat dengan bidang horizontal. Tuba ini terdiri dari
pars ossea dan pars kartilaginis. Pars osseus merupakan bagian dengan
panjang 13 mm, berada di bagian lateral (pars lateralis) dan terletak di dalam
Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot
tulang temporal. Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti
tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga
dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum
sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah
gerakan bebas. Ossikula dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan
Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya
tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke
menerus tertarik ke dalam oleh ligamentum dan oleh M. tensor timpani, yang
dihantarkan ke maleus yang tidak akan terjadi bila membran lemas. Tendo
otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding
posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes, dan
dari sana ke dalam sistem saraf pusat, suatu refleks terjadi setelah periode
otot stapedius dan, berkurangnya luas otot tensor timpani. Otot tensor
stapes ke luar. Kedua gaya ini saling berlawanan satu sama lain dan dengan
frekuensi rendah, utamanya frekuensi di bawah 1000 cycle per detik12. Respon
ini disebut refleks akustik, yang membantu melindungi telinga dalam yang
rapuh dari kerusakan karena suara. Kedua otot ini mengurangi proses mekanik
menerima suara sangat keras (intensitas > 80 dB) maka kemungkinan gerakan
mekanik osicular chain akan sangat progresif yang dapat merusak struktur
oval window telinga dalam. Sehingga saat intensitas suara mencapai nilai di
atas, otot stapedius secara refleks akan berkontraksi untuk membatasi gerakan
stapes. Meskipun fungsi utama refleks akustik ini adalah proteksi, ia juga
telinga dalam (koklea) lebih konstan, dan memperluas rentang dinamik sistem
telinga tengah, sebagai contoh: otot stapedius tercatat juga berkontraksi saat
bising yang timbul akibat gerakan-gerakan yang berasal dari dalam tubuh
berfrekuensi tinggi14,15.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki
menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela
membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis,
9
atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval
mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat
perilimfe8.
c. Telinga Dalam
anterior. Pada telinga tengah terdapat meatus akustikus internus dan porus
skala vestibuli di bagian atas, skala timpani di bagian bawah, dan skala media
di antaranya. Pada skala media terdapat bagian berbentuk lidah yang disebut
10
membran tektoria. Bagian atas adalah skala vestibuli yang berisi perilimfe
dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membran Reissner yang tipis.
Bagian bawah adalah skala timpani yang juga mengandung perilimfe dan
dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis osseus dan membran
basillaris7.
d. Nerfus Fasialis
superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum,
rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan
lakrimalis.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa
raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh n.trigeminus.
Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih) ini
11
terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna dan bagian luar gendang
telinga.
wajah: M.platisma,
m.stilohioideus,
m.digastrikus
submandibular)
kanalis auditorius,
permukaan luar
membran timpani
(sensibilitas)
12
ganglion geniculatum. Pada ujung kanalis tersebut, nervus fasialis keluar kranium
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran
yang penting. Jendela oval dibatasi oleh anulare fieksibel dari stapes dan membran
yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting, dan berlawanan selama stimulasi
bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membran timpani bulat yang membuka
pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh
membran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
13
mekanis, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
Berbeda dengan sistem hantaran telinga luar yang berupa pipa penyalur bunyi
memperkuat daya dorong getaran bunyi5. Perkuatan daya dorong getaran bunyi oleh
1. Rasio antara membran timpani dibanding luas fenestra ovalis sebesar 17:1,
Pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval
dulu, dan terjadi jeda sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. Namun
waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar
yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat
motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui
telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang
dihantarkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi
tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun
adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
IV. TIMPANOMETRI
Pada tahun 1946, Otto Metz secara sistematis mengevaluasi akustik imitans dari
tahun 1960 telah memberikan banyak kemajuan, sehingga alat pengukur ini dapat
digunakan dengan mudah di klinik. Selanjutnya pada awal 1970, pengukuran imitans
Istilah akustik imitans digunakan untuk merujuk kepada baik masuknya akustik
(Kemudahan dengan yang mana energi mengalir melalui suatu sistem) atau
akustik imitans digunakan secara klinis baik sebagai alat screening dan diagnostik
untuk identifikasi dan klasifikasi gangguan perifer (khususnya telinga tengah) dan
Timpanometri mengukur akustik imitans di dalam kanal telinga sebagai fungsi dari
noninvasif dan kemudian terkait dengan pola yang sudah dikenal baik untuk berbagai
energi akustik, sedangkan telinga tengah dengan impedansi tinggi (masuk rendah)
cenderung untuk menolak energi akustik. Dalam timpanogram itu, pemenuhan statis
(kekakuan yang resiprokal) dari komponen telinga tengah diplot sebagai fungsi dari
dengan tekanan tertentu pada meatus akustikus eksterna dan didapatkan istilah4:
chain), kekakuan membrane timpani dan membran timpani yang sangat lentur.
16
langsung dari kelenturan (gerakan) membrana timpani dan sistem osikular dalam
berbagai kondisi tekanan positif, normal, atau negatif. Energi akustik tinggi
dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung tersumbat; sebagian diabsorpsi dan
sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran kedua dari
tabung tersebut. Bila telinga terisi cairan, atau bila gendang telinga menebal, atau
sistem osikular menjadi kaku, maka energi yang dipantulkan akan lebih besar
dari telinga normal. Dengan demikian jumlah energi yang dipantulkan makin
setara dengan energi insiden. Hubungan ini digunakan sebagai sarana pengukur
kelenturan15.
17
Gambar 6. Timpanometer15
timpanometri. Pada dasarnya alat pengukur impedans terdiri dari 4 bagian yang
semuanya dihubungkan ke liang telinga tengah oleh sebuah alat kedap suara,
sebagai berikut:
(biasanya 220 Hz), suara yang dihasilkan tersebut masuk ke earphone dan
B. Sebuah mikrofon dan meter pencatat sound pressure level dalam liang telinga.
C. Sebuah pompa udara dan manometer yang dikalibrasi dalam milimeter air (-
600 mmH2O s.d +1.200 mmH2O). Suatu mekanisme untuk mengubah dan
Timpanometri17
A. CARA PEMERIKSAAN
liang telinga yang tertutup cepat diberikan tekanan 200 mmH2O melalui
mengalami tekanan dan terjadi kekakuan sedemikian rupa sehingga tak ada
energi bunyi yang dapat diserap melalui jalur ini ke dalam koklea. Dengan kata
lain, jumlah energi bunyi yang dipantulkan kembali ke dalam liang telinga luar
akan bertambah15.
dalam jumlah tertinggi; keadaan ini menyatakan membran timpani dan untaian
maksimal ini dicapai, tekanan udara dalam rongga telinga tengah sama dengan
tekanan udara dalam liang telinga luar. Jadi tekanan dalam rongga telinga tengah
Tekanan dalam liang telinga luar kemudian diturunkan lagi sampai -400
mmH2O. Dengan demikian akan terjadi lagi kekakuan dari membrana timpani
dan untaian tulang-tulang pendengaran, sehingga tak ada bunyi yang diserap, dan
digunakan dalam menilai fungsi telinga tengah secara klinis, di samping imitans
ke dalam liang telinga memancarkan sebuah nada dengan frekuensi 220 Hz. Alat
berbagai jenis tekanan udara. Pertama positif, kemudian negatif ke dalam liang
Sebagai contoh, lebih banyak energi yang kembali ke alat pemeriksaan, lebih
sedikit energi yang diterima oleh membran timpani. Hal ini menggambarkan
atau obstruksi pada telinga tengah. Data-data yang didapat membentuk sebuah
udara sama pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga yang normal,
sebabnya ketika tekanan udara di dalam liang telinga sama dengan tekanan udara
di dalam kavum timpani, imitans dari sistem getaran telinga tengah normal akan
berada pada puncak optimal dan aliran energi yang melalui sistem ini akan
pada liang telinga yang ditutup probe sampai sound pressure level (SPL) berada
maksimum melalui telinga tengah. Tetapi bila tekanan udara dalam salah satu
liang telinga lebih dari (tekanan positif) atau kurang dari (tekanan negatif)
tekanan dalam kavum timpani, imitans sistem akan berubah dan aliran energi
21
berkurang. Dalam sistem yang normal, begitu tekanan udara berubah sedikit di
bawah atau di atas dari tekanan udara yang memproduksi imitans maksimum,
Pada tekanan yang bervariasi di atas atau di bawah titik maksimum, SPL
C. INTERPRETASI
ubah. Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang
1. Tipe A
yang normal.
2. Tipe As.
berparut.
berada atau dekat titik 0 daPa, tapi dengan ketinggian puncak yang
3. Tipe Ad.
pendengaran.
4. Tipe B
otitis media efusi. ECV dalam batas normal, terdapat sedikit atau
tidak ada mobilitas pada telinga tengah. Bila tidak ada puncak
membran timpani17.
25
5. Tipe C
membrana timpani atau dapat pula suatu adhesi telinga tengah, namun biasanya
didemonstrasikan.17
mempunyai tujuan menyeimbangkan tekanan udara ditelinga tengah dan luar serta
merupakan ventilasi pada telinga tengah. Tes ETF / Fungsi Tuba Eusthasius dapat
1. Fungsi ventilasi
di dalam kavum timpani sama dengan tekanan udara luar agar system timpani-osikula
dapat berfungsi dengan sempurna. Secara fisiologis tuba Eustachius bekerja pada
tekanan 0-500 mm H2O. Pada keadaan normal lumen tuba Eustachius hampir selalu
tertutup dan baru terbuka ketika menelan atau menguap, sehingga kavum timpani
merupakan ruang tertutup berisi udara. Tekanan udara di kavum timpani berangsur-
angsur turun karena absorbs oksigen oleh mukosa kavum timpani, yang
mengakibatkan tekanan di kavum timpani lebih rendah dari pada tekanan udara di
dalam nasofaring. penurunan tekanan udara dapat terjadi pada 30 sampai 65 H2O
dalam satu jam bila tuba Eustachius tertutup terus. Pembukaan tuba Eustachius dapat
terjadi secara aktif dan pasif. Pembukaan lumen tuba Eustachius secara aktif terjadi
akibat kontraksi muskulus tensor veli palatine pada saat menelan, menguap atau
mengunyah sehingga udara dari nasofaring dapat masuk ke kavum timpani. Adanya
fungsi ventilasi maka perubahan tekanan udara di dalam kavum timpani dapat
orang dewasa gerakan menelan terjadi sekali dalam satu menit dan dalam keadaan
tidur terjadi sekali dalam 5 menit, sedangkan pada bayi frekuensinya lebih sering.
tuba Eustachius baru terbuka setelah 5 sampai 15 kali menelan dan lamanya tuba
Pembukaan tuba Eustachius secara pasif terjadi bila tekanan udara di dalam
telinga tengah lebih tinggi. Dalam keadaan normal tuba Eustachius tidak dapat
28
menyesuaikan tekanan negative dalam telinga tengah tanpa pembukaan secara aktif
oleh aktifitas otot. aliran udara di dalam lumen tuba Eustachius lebih mudah dari
tuba Eustachius secara aktif ada dua cara: 1) terjadi pemisahan dinding tuba
udara bergerak sepanjang lumen tuba Eustachius menuju telinga tengah sebagai
2. Fungsi drainase
akibat aktivitas sel epitel kolumnar bersilia pada mukosa tuba Eustachius dari kavum
3. Fungsi proteksi
Pada keadaan normal tuba Eustachius hampir selalu dalam keadaan tertutup,
sehingga akan menghalangi sekret dan kuman dari nasofaring masuk ke dalam kavum
timpani.
telinga tengah seperti gangguan pendengaran dan komplikasi lain seperti otitis media.
disfungsi tuba eustachius yang berlangsung lama akhirnya dapat berkembang menjadi
Salah satu fungsi telinga tengah adalah pengubah impedansi suara, Struktur
telinga tengah yang dapat menyebabkan perubahan impedansi terhadap suara, salah
saat telinga terpapar suara dengan intensitas tinggi. Muskulus stapedius akan menarik
menarik maleus pada membran timpani. Hal ini disebut refleks akustik telinga
tengah17.
kokhlea, dimana energi getaran diubah menjadi impuls listrik untuk diproses di otak.
Refleks akustik normal terjadi pada paparan suara dengan intensitas relatif tinggi.
loss15.
(maleus dan stapes) kearah yang berbeda atau bersifat antagonis tetapi merupakan
sistem kerja yang sinergis karena kekuatan kontraksi digunakan pada osikula tegak
lurus terhadap axis rotasi primer dari rantai osikula. Efek utama kontraksi ini
menjadikan sistem transmisi telinga tengah lebih sulit dan tidak seefektif transmisi
pada suara normal. Kontraksi dari kedua muskulus ini diaktivasi oleh suara keras,
menguap sama seperti kontraksi yang dikarenakan respon terhadap aktivasi bersifat
akustik yang dihasilkan suara dengan intensitas tertentu. Refleks yang baik penting
telinga, sistem saraf auditori asenden menuju nukleus superior olivary complex
(SOC) dan arcus efferent reflex yang melibatkan motonukleus nervus kranialis serta
sebagian besar bagian sentral nervus kranialis. Pengurangan intensitas oleh karena
kontraksi muskulus ini kurang lebih sekitar 5-14 dB (sampai 20 dB) pada kebisingan
dengan intensitas tinggi dan 2-5 dB untuk suara dengan intensitas rendah. Fungsi lain
dari kontraksi ini melemahkan suara frekuensi rendah (bersifat masking). Refleks
perubahan intensitas cepat tidak berpengaruh. Fungsi ini bersama-sama dengan fungsi
N. VIII. Respon terjadi pada kedua telinga saat satu telinga terpapar oleh suara
dengan intensitas tertentu, dimana respon oleh telinga yang mendapat stimulasi lebih
Refleks akustik mulai dari input pada N. VIII dan berakhir output pada N. VII.
Arkus refleks stapedius melibatkan kokhlea, nervus auditori, ventral cochlear nucleus
Bagian refleks akustik yang bersifat sensori berasal dari stimulasi kokhlea
melalui nervus auditori (N. VIII) menuju sisi ipsilateral ventral cochlear nucleus.
Arkus refleks akustik diteruskan oleh neuron dari ventral cochlear nucleus melewati
trapezoid body menuju dua jalur ipsilateral dan dua jalur kontralateral.
Jalur ipsilateral berasal dari VCN menuju nukleus fasialis, dimana motorneuron dari
nervus fasialis (N. VII) meneruskan ke muskulus stapedius pada sisi yang sama dari
stimulus oleh neuron menuju nukleus nervus fasialis ipsilateral dimana motorneuron
VIII kemudian menuju VCN menyeberang melewati trapezoid body menuju SOC
Penilaian refleks akustik melibatkan paparan stimulus suara bising atau nada
normal dapat berupa biphasic dengan penurunan singkat pada awal onset respon
diikuti peningkatan impedance. Gambaran lain yaitu penurunan impedance pada awal
dan akhir onset respon. Gambaran ini merupakan respon biphasic abnormal yang
dijumpai pada otosklerosis terutama pada tahap awal, sindroma Cogans, fiksasi
dihubungkan dengan perubahan elastisitas dari stapes dan ligamen anular yang
berpengaruh terhadap fiksasi parsial dari basis stapes pada tingkap oval. Pada kondisi
tertentu respon biphasic pada awal dan akhir respon dianggap normal apabila
didapatkan respon ini pada probe tone dengan frekuensi 600 s/d 700 Hz. Pada
1. Normal
telinga yang mendapat stimulus dan yang di ukur. Refleks positif baik ipsilateral
maupun kontralateral terjadi pada sensorineural hearing loss derajat ringan sampai
sedang dan menunjukkkan kedua jalur refleks sebagian besar utuh. Jalur kontralateral
yang terukur tidak menyediakan informasi yang mengarah pada sensorineural hearing
Refleks akustik negatif dapat dijumpai pada penderita dengan timpanogram tipe
berat15.
Acoustic reflex threshold (ART) merupakan level terendah stimulus suara yang
immittance yang dapat diukur. Paparan stimulus diatas ART juga menghasilkan
respon refleks akustik. Secara klinis refleks akustik di periksa pada frekuensi 500,
1000 dan 2000 Hz, kadang menggunakan Broad Band Noise (BBN). Pemeriksaan
pada frekuensi 4000 Hz tidak direkomendasikan karena pada usia muda dengan
pendengaran normal, akan terjadi elevasi ART dan kemungkinan mengarah pada
sensitif untuk mendeteksi respon refleks yang dimunculkan oleh BBN kurang lebih
ART normal rata- rata berkisar antara 60- 100 dB SPL (rata-rata 70-90 dB)
untuk stimulasi dengan nada murni dan kurang lebih 20 dB untuk stimulasi dengan
BBN. Tidak didapatkan perbedaan signifikan antara ART pada laki-laki dan wanita.
Magnitudo refleks kontralateral pada usia muda (20-an) lebih besar dibanding usia
lanjut (70-an)17.
respon refleks akustik selama paparan dari stimulus terus menerus sampai 50 %
selama paparan 10 detik (gambar 6). Acoustic reflex decay lebih sering diukur pada
jalur kontra lateral karena pada jalur ipsilateral lebih sedikit terjadi. Acoustic reflex
schwanoma17.
Acoustic Reflex Latency merujuk pada lama waktu yang dibutuhkan untuk
diukur dari onset stimulus sampai awal munculnya respon. Pengertian awal respon
adalah saat dimana immittance berdeviasi dari prestimulus baseline atau pada saat
normal pada kelainan kokhlea dan usia 50 th-an serta memanjang (lebih dari 200 ms)
pada kelainan retrokokhlea dan usia 60 th-an. Acoustic reflex latency normal adalah
1. Kelainan Konduksi
refleks akustik negatif. Refleks akustik negatif muncul sebagai respon yang
tidak dapat dihasilkan pada level stimulus tertinggi, khususnya pada 125 dB HL
adalah pengurangan level stimuli yang mencapai kokhlea oleh sejumlah air-
bone gap. Sebagai hasilnya, ART menjadi naik oleh besaran air-bone gap
Gangguan pada refleks akustik tergantung pada jenis kelainan konduksi dan
2. Kelainan Sensorineural
3. Kelainan Retrokokhlea
brainstem, karena kelainan pada tempat ini seringkali merusak salah satu atau
36
internal auditory canal dan keluar melewati bagian telinga dalam sebelum
berakhir pada daerah wajah. Lokasi cedera tersering adalah pada foramen
facialis nerve palsies) maka refleks akustik bisa normal. Kelumpuhan nervus
telinga tengah. Prosedur pada pemeriksaan ini tidak memerlukan partisipasi aktif dari
Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus
menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga. Dengan alat ini bisa
37
diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara
- kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui
telinga tengah.
stapedius, yang melekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga
tengah). Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap suara-suara
melindungi telinga tengah. Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.
4,13-16.
1997. p. 273-280.
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta; Fakultas
URL: http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/
7. Netter. Atlas of Netter [online] 2010 [cited on 2016 januari]. Available from
URL: http://www.netterimages.com/image/265.htm
2004. p. 153
39
9. Netter. Atlas of Netter [online] 2010 [cited on 2016 january]. Available from
URL: http://www.netterimages.com/image/439.htm .
11. Jusuf AA. Diktat Kuliah Sistem Pendengaran. Bagian Histologi Fakultas
12. Berne RM, Levy BM, Stanton BA. Physiology Fifth Edition. Mosby.
15. Snow JB. Diagnostic Audiology, Hearing Aids, and Habilitation Options. In:
http://www.msrwest.com/gsi/tstar.pdf