Anda di halaman 1dari 16

AUDIOMETRI TUTUR

dr. Ikbal Ismail, M.Kes, Sp.T.H.T.K.L (K)


PENDAHULUAN

Audiologi : ilmu yang mempelajari evaluasi pendengaran dan rehabilitasi individu dengan masalah komunikasi
yang berhubungan dengan gangguan pendengaran

Tujuan: untuk mendiagnosis lokasi dan jenis penyakit serta untuk menilai dampak gangguan pendengaran
terhadap proses belajar, interaksi sosial dan pekerjaan

Kurangnya pendengaran  proses pengenalan suara yang menurun

Audiometri tutur adalah metode yang digunakan oleh audiolog untuk mengevaluasi seberapa baik pasien dapat
mendengar dan memahami proses pengenalan suara

Kramer, Stever 2019


EPIDEMIOL
OGI WHO: 360 juta (5,3%) penduduk
dunia terkena gangguan
pendengaran

● Prevalensi ketulian di
Indonesia : 4,6 %

Pada tahun 2030 diperkirakan


sebanyak 630 juta orang telah ● Penyakit telinga 18,5 %
mengalami gangguan pendengaran
total
● Gangguan pendengaran 16,8%,
● 180 juta lebih berada di Asia
Tenggara
● Indonesia, sebagai peringkat ke-4 ● Ketulian berat 0,4%
setelah Sri Lanka, Myanmar dan
Harpini, Annisa, 2019 India
ANATOMI & FISIOLOGI

Netter, 2019
Netter, 2019; Wareing, 2014
JARAS PENDENGARAN
AUDIOMETRI TUTUR
Audiometri tutur sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih
yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah
dikaliberasimengukur beberapa aspek kemampuan pendengaran

Memberikan informasi secara langsung mengenai kemampuan seseorang untuk


memahami dan mengerti kata atau ucapan

Pembentukan ambang bicara

Audiometri Tutur

Ukuran kemampuan bicara

7
FUNGSI INDIKASI
• Gangguan pada telinga dalam (koklea)
• Pengukuran ambang batas bicara
• Gangguan pada saraf perifer atau pusat
• Pemeriksaan ulang sensitivitas nada auditori (retrokoklea)
• Membantu dalam evaluasi penggunakan Alat
murni
Bantu Dengar (ABD)
• Kuantifikasi kemampuan pengenalan
ambang batas bicara
• Bantuan dalam diagnosis banding
• Penilaian kemampuan pemrosesan
pendengaran, dan
• Estimasi fungsi komunikatif
Sumber materi direkam  Gajah Mada phonetically balance (PB) list.
Monosilabik (satu suku kata) : “tang” , “es”, “rok” dan Bisilabik (dua suku kata): “salep”,
“kabar”, “baju”seperti tape deck, pemutar CD (compact disk), dan komputer

Mikrofon  pengujian suara secara langsung

Pemilih input dan kontrol level input

Attenuator  mengontrol tingkat pembicaraan yang sedang disajikan kepada pasien

Transduser (earphone, pengeras suara, vibrator tulang).


PENGUKURAN AUDIOMETRI
TUTUR
Speech-RecognitionThreshold (SRT)
Tingkat terendah di mana ucapan dapat diidentifikasi dengan
bisilabik.
PENGUKURAN SENSITIVITAS TUTUR

Tujuan dasar dari SRT :


1. Memberikan indikasi seberapa besar ucapan yang harus
dilakukan seseorang agar penderita dapat mendengarnya.
2. emeriksaan cross-check keakuratan audiometri nada murni.
Dalam praktek klinis, SRT dan PTA berhubungan erat, perbedaan
antara keduanya tidak boleh lebih dari ± 6 dB. Jika ada
perbedaan yang lebih besar, maka salah satu angka atau angka
Speech Detection Threshold
Tingkat terendah di mana pasien dapat mendeteksi keberadaan sinyal ucapan.

Salah satu presentasi target bicara dan secara sistematis memvariasikan intensitas untuk
menentukan level terendah, dimana pasien dapat mendeteksi tutur menggunakan
monosilabik
⬩ Gambar audiometri
⬩ Persiapkan pasien dengan benar dan edukasi pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan. Tanyakan pada pasien apakah mengalami tinnitus.
⬩ Pemeriksaan audiometri tutur harus didahului dengan pemeriksaan audiometri nada murni
⬩ Pemeriksaan dimulai pada telinga dengan pendengaran yang lebih baik. Jika sama mulai pada
telingan kanan.
⬩ Bila ambang dengar audiometri nada murni < 15 dB, maka step yang digunakan pada
pemeriksaan audiometri tutur menggunakan 5 dB untuk kenaikan dan penurunan
pemeriksaan
⬩ Bila ambang dengar audiometri nada murni 15 dB, maka langkah yang digunakan pada audiometri tutur menggunakan 10
dB untuk kenaikan dan penurunan pemeriksaan
⬩ Dilakukan pemberiaan stimulus kata sebanyak 10 kata pada setiap intensitas telinga yang diperiksa, dengan memilih deret
kata yang sudah tersedia didalam audiometer (stimulus deret kata diberikan secara acak) dan dilanjutkan dengan
menekan tombol play
⬩ Apabila pasien menggulangi kata dengan benar, pemeriksa menekan tombol “Correct”
⬩ Apabila pasien menggulangi kata dengan salah, pemeriksa menekan tombol Incorrect”
⬩ Pemeriksa Speech Recognition Threshould (SRT) 50% menggunakan stimulus deret kata bisilabik
⬩ Bila pasien dapat menirukan kata-kata stimulus lebih dari 50% pemeriksa menekan tombol store, lalu pemeriksaan
dilanjutkan dengan menurunkan 10 dB dari ambang dengan (ambang dengar > 15 dB) hingga nilai SRT diperoleh.
⬩ Bila pasien tidak dapat menirukan kata-kata stimulus lebih dari 50% pemeriksa menekan tombol store, lalu pemeriksaan
dilanjutkan dengan menaikkan 10 dB dari pemeriksaan sebelumnya (ambang dengar > 15 dB) hingga nilai SRT diperoleh.
⬩ Pemeriksaan Speech Discrimination Score (SDS) 90-100% menggunakan stimulus deret kata monosilabik.
⬩ Pemeriksaan SDS diawali dengan menambahkan 40 dB dari nilai SRT
⬩ Apabila pemeriksaan mencapai 90-100% pemeriksa menekan tombol store, lalu pemeriksaan dilanjutkan 10dB hingga
batas minimal yaitu nilai SRT
Speech Discrimination Score adalah sebagai berikut :
⬩ 90 – 100% : berarti pendengaran normal
⬩ 75 – 90% : tuli ringan
⬩ 60 – 75% : tuli sedang
⬩ 50 – 60 % : kesukaran mengikuti pembicaraan sehari-hari
⬩ < 50% : tuli berat
1. Normal  SDS pada garis 40 dB atau di sebelah
kirinya dan bisa 100%
2. CHL : jika SDS menggeser ke kanan melebihi
garis hitam batas normal tetapi masih bisa 100%
3. SNHL koklea : jika SDS tidak bisa mencapai
100% dan bila intensitas dinaikkan nilai SDS
mendatar
4. SNHL retrokoklea : SDS tidak bisa mencapai
100% dan bila intensitas dinaikkan, nilai SDS
menurun (sarafnya mengalami kelelahan)

Anda mungkin juga menyukai