Anda di halaman 1dari 17

Tatalaksana SNORING & SLEEP APNEA

(Mendengkur & Henti nafas saat tidur)

dr. Edo Wira Candra, SpTHT-KL., MKes., FICS.


LATAR BELAKANG
TIDUR  proses fundamental bagi manusia

Manusia dewasa tidur rata-rata 6-8 jam/hari

Mendengkur = masalah sosial dan masalah


kesehatan

Dampak  mengganggu pasangan tidur, terganggunya


pergaulan, menurunnya produktivitas, peningkatan risiko
kecelakaan lalu lintas dan peningkatan biaya kesehatan

lebih mudah menderita hipertensi, stroke dan


penyakit jantung
DEFINISI
Mendengkur (snoring)
adalah suara bising yang disebabkan oleh
aliran udara melalui sumbatan parsial saluran
nafas pada bagian belakang hidung dan mulut
yang terjadi saat tidur. Sumbatan terjadi akibat
kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas
melakukan stabilisasi jalan nafas pada saat tidur.

Obstructive Sleep Apnoea (OSA)


merupakan suatu gangguan tidur dengan gejala
utamanya adalah mendengkur.1 Apnea
didefinisikan sebagai, henti nafas selama 10
detik atau lebih ( lebih dari 2 siklus napas) yang
dapat mengakibatkan penurunan aliran udara
25% dibawah normal
EPIDEMIOLOGI

• Prevalensi OSA di negara-negara • Frekuensi OSA mencapai


maju: 2-4% pada pria dan 1-2% puncaknya pada dekade 5 dan 6,
pada wanita. dan menurun pada usia di atas 60-
an.1
• Prevalensi OSA pada anak-anak
sekitar 3% dengan frekuensi • Di Indonesia sering dianggap
tertinggi pada usia 2-5 tahun. lumrah, sehingga banyak kasus
mendengkur masih belum
• Penyebab utama OSA pada anak- terungkap secara jelas. Para ahli
anak adalah hipertrofi tonsil dan memperkirakan ada 8.766.652
adenoid, tetapi dapat juga akibat kasus/tahun yang tidak terdiagnosa
kelainan struktur kraniofasial secara maksimal oleh petugas
seperti pada sindroma Pierre Robin kesehatan, dari total 10.519.982
dan Down. kasus.4 Dibagian THT-KL Rumah
sakit Hasan Sadikin Bandung,
Januari 2006 sampai Desember
2007 didapatkan 192 pasien
dengan hipertrofi adenoid dan
tonsil,98(51%) pasien terdapat
gejala mengorok dan dilakukan
tindakan adenotonsilektomi.5
ANATOMY
FISIOLOGI TIDUR
Manusia dewasa memerlukan tidur rata-rata 6-8 jam/hari.

Tidur normal dapat dibagi dalam 2 tahap:


• 1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
• 2. Rapid Eye Movement (REM)
GANGGUAN TIDUR
• Sleep-disordered breathing (SDB) adalah
sejumlah gangguan yang disebabkan
oleh pola bernapas abnormal yang mengganggu tidur. Termasuk
kebiasaan mendengkur, upper airway resistance syndrome (UARS), dan
OSA.6
• Apnea didefinisikan
sebagai ,henti nafas selama 10 detik atau lebih yang
dapat mengakibatkan penurunan aliran udara 25% dibawah normal.
• Hypopnea adalah berkurangnya aliran udara sebesar 30% selama 10
detik atau lebih, dengan atau tanpa desaturasi.
• Respiratory disturbance index (RDI) atau apnea-hypopnea index (AHI) adalah
jumlah
apnea dan hypopnea per jam dari waktu tidur. Suatu RDI atau AHI ≥ 5
kejadian per jam dari tidur menunjukkan sleep apnea.
UARS adalah sumbatan parsial jalan napas atas dan
berkurangnya aliran udara dengan tidur yang terpotong,
berkali-kali terjaga, dan mengantuk di siang hari.
Akibatnya aliran udara pernafasan berkurang (hipopnea)
atau terhenti (apnea) sehingga terjadi desaturasi oksigen
(hipoksemia).

OSA paling banyak diklasifikasikan menurut American


Academy of Sleep Medicine yaitu:
ringan (AHI 5-15)
sedang (AHI 15-30)
berat (AHI > 30)1,6,8
PATOGENESIS
• Patogenesis OSA = multifaktorial.8

• OSA disebabkan oleh menyempitnya saluran nafas atas secara


periodik saat tidur.
• Penyempitan bisa disebabkan oleh kelainan struktur anatomis atau
gangguan neuromuskular.13
Patofisiologi Gangguan Napas Saat Tidur.15
Level obstruksi pada OSA.9
Gejala-gejala yang dapat
ditemukan pada pasien OSA.16
Polysomnography (PSG)
Gangguan kardiovaskular yang dapat timbul karena OSAHS.11
TATALAKSANA
Continuous
Positive
Airway
Pressure
(CPAP)

Terapi lain Modifikasi


(nasal dilator) Gaya Hidup

Tindakan
Non
Bedah8

Penurunan
Terapi posisi
Berat Badan

Oral
Appliances
TATALAKSANA
Uvulopalatopharyngoplasty
(UPPP)

genioglossus
Adenoidektomi advancement dengan
(dan, atau) atau tanpa miotomi hioid
Tonsilektomi

Pembedahan
Maxillary-
Palatal
mandibular
Implants osteotomy

Laser-
Radiofrequency assisted
ablation Uvuloplasty
(LAUP)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai