Anda di halaman 1dari 88

DERMATOFITOSIS

Penyusun :
Chelsea Vidia Sanjaya
(20110310038)

Dokter Pembimbing:
Dr. Lucky, Sp.KK
KLASIFIKASI

MIKOSIS

MIKOSIS MIKOSIS
PROFUNDA SUPERFICIALIS
MIKOSIS
Superfisialis Profunda
Non Intermediet
Dermatofitosis Subkutis Sistemik
Dermatofitosis
Tinea capitis Pitiriasis versikolor Kandidiasis Misetoma Aktinomikosis
Tinea barbae Piedra hitam Aspergillosis Kromomikosis Nokardiosis
Tinea corporis Piedra putih Sporotrikosis Histoplasmosis
(T. imbrikata & Tinea nigra Fikomikosis- Kriptokokosis
T. favosa) palmaris subkutan Koksidioidomikosis
Tinea manum Otomikosis Rinosporodiosis Blastomikosis
Tinea pedis Fikomikosis-
Tinea kruris sistemik
Tinea unguium
• Mikosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur.

• Mikosis profunda menyerang alat


di bawah kulit, misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius,
traktus urogenitalis, susunan
kardiovaskular, susunan saraf sentral,
otot, tulang, dan kadang-kadang kulit
MIKOSIS
SUPERFISIALIS

Non
Dermatofitosis
Dermatofitosis
• Dermatofitosis  penyakit pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut, dan kuku,
yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

• Perbedaan antara dermatofitosis dan non


dermatofitosis adalah pada dermatofitosis
melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum
korneum epidermis, rambut dan kuku yang
disebabkan oleh dermatofit.

• Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh


jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya
menyerang lapisan kulit yang paling luar
DERMATOFITOSIS
• DEFINISI
Penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan
golongan jamur dermatofita.

• SINONIM
Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes
sirsinata.

• ETIOLOGI
Dermatofita  keratinofilik (mencerna keratin)
GENUS DERMATOFITA
1. Trichophyton
 Menyerang kulit, rambut &
atau kuku
 21 spesies.

2. Microsporon
 Menyerang kulit & atau
rambut
 17 spesies

3. Epidermophyton
 Hanya menyerang kulit saja
 2 spesies
Tinea fasialis, tinea aksilaris : menunjukkan daerah kelainan
Tinea sirsinata, arkuata : penamaan deskriptif morfologis
Tinea inkognito : bentuk klinis tidak khas olehkarena telah diobati dg steroid topikal kuat
DERMATOFITOSIS

Dermatophytoses of Dermatophytoses
Dermatophytoses
keratinized epidermis of hair and hair
of nail apparatus
(epidermaldermatophytosi follicle
(onikomikosis)
s, epidermomikosis) (trikomikosis)

Dermatophytic folliculitis,
Tinea fasialis,
Majocchis
tinea korporis,
Tinea unguium (trichophytic)granuloma,
tinea kruris, tinea
tinea kapitis, tinea
manus, tinea pedis
barbae.
TANDA KLINIS

• Squama dan atau papula


• Tersusun melingkar(circinate)
• Bagian terpi aktif (eritem) dan bagian tengah
tampaksembuh  central healing
• Rasa gatal, terutama bila berkeringt
1. TINEA KAPITIS
(Ringworm of the scalp)

Definisi : kelainan kulit dan rambut


kepala yang disebabkan spesies
dermatofita.
Ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-
merahan, alopesia, dan kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang
disebut kerion.
Terdapat 3 bentuk yang muncul (grey
patch, kerion celsi, black dot ringworm)
Grey patch ring worm  M. Auduonii
Papul merah kecil melebar dan membentuk
bercak di sekitar muara rambut yang menjdi
pucat dan bersisik, warna rambut abu – abu
tidak mengkilat, mudah patah dan terlepas dari
akarnya menimbulkan alopesia. Lampu Wood
 fluorosensi hijau kekuningan pd rambut yang
sakit melampaui batas grey patch.
Black dot ring worm T. Tonsurans, T. Violaceum
Infeksi jamur di dalam atau di luar rambut,
rambut putus tepat pada permukaan kulit,
menyebabkan titik – titik hitam pada
permukaan kulit/black dot (ujung rambut penuh
spora)
Kerion  M. Canis
Pembengkakan yang menyerupai sarang lebah
dengan serbukan sel radang yang padat
disekitar. Pustul - pustul kecil yang
berkelompok ditutupi sisik – sisik tebal, rambut
putus dan mudah dicabut, meninggalkan
daerah botak permanen.
• Pemeriksaan laboratorium :
– Lampu Wood : fluoresensi hijau terang.
– Pembiakan agar Sabouraud (Dermatophyte
Test Medium)
– Pemeriksaan mikroskopis langsung dengan
KOH 10%  akan terlihat hifa atau spora di
dalam rambut (endotrik) atau di luar
rambut (ektotrik).

• DD :
– Alopesia areata
– Dermatitis seboroik capitis
– Psoriasis vulgaris
– Folikulitis
 Pencegahan :
Skrining terhadap lingungan. Ketokonazole atau
Selenium Sulfide Shampo memberntas
asymtomatik carrier state.

 Agen antijamur topikal :


Tidak efektif. Preparat anti jamur (krim
mikonasol 1%, krim klotrimasol 1%, krim
tolnaftat 2%)

 Agen Antijamur oral :


• Griseofulvin (125mg/500mg) : anak 10-
25mg/kgBB/hr; dewasa 500mg/hr  6 minggu
• Ketokonazole 200mg: anak 5-10mg/kgBB/hr;
dewasa 200mg/hr  7-14 hari
 Adjuntive Therapy
Prednisone - 1mg/kg per hari untuk 14 hari
untuk anak yang parah, kerion yang
menyakitkan.

 Surgery
Drain pus dari lesi kerion.
2. TINEA KORPORIS
(tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte,
kurap, herpes sircine trichophytique)

 Infeksi jamur pada leher, ekstremitas dan tubuh, pada kulit


halus ( glabrous skin )pada tubuh tidak berambut.

 Etiologi : Tricopyton group ( T. Rubrum, T. Mentagrophytes,


M. Canis.)

 Gejala Klinis :
• Gejala Subyektif : rasa gatal
• Predileksi : bagian badan yang berambut halus
• Gejala Obyektif : lesi tersusun melingkar atau berbentuk
polisiklik. Terdiri tas papula dengan dasar eritematus, plak
dengan bagian tengah tampak menyembuh, skuama
(central healing)
Tanda diagnosis
• Lesi berbatas tegas, tepi aktif
• Skuama menutup bercak.
Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan langsung dengan larutan KOH
10%.
2. Pemeriksaan biakan agar.

Pengobatan :
 Umum : perbaikan higiene kulit.
 Sistemik : Griseofulvin diberikan per oral
dengan dosis 250mg/hari (anak), 500
mg/hari (dewasa) selama 4-6minggu
 Topikal : salep acidum salicylicum 3%, salep
sulphur preacipitatum 3%, salep whitfield,
krim mikonasol 2%, krim klotrimasol 1%,
krim haloprogin, salep tolnaftat 2%.
 DD : Pitiriasis rosea, psoriasis
vulgaris, dermatitis seboroik
korporis, dermatitis numularis, sifilis
stadium II, Morbus Hansen tipe
Tuberculoid.

 Prognosis : baik
Tinea Imbrikata
 Bentuk khas tinea korporis karena T.
Concentricum, merupakan infeksi jamur
pada kulit badan dan ekstremitas, yang
ditandai oleh lingkaran skuama konsentris
membentuk bercak luas dengan tepi
polisiklis.
 Khas :
- Polisiklis, makula papulo
skuamosa,berwarna coklat tersusun
cincin yang konsentris, meluas ke
seluruh badan,
- Stratum korneum terlepas dan tepi
bebasnya menghadap tengah.
- Bila diraba dari bagian tengahnya
kearah luar terasa skuama menghadap
ke dalam.
Tinea favosa
Bentuk khusus tinea korporis karena
T.schoenleini, T.violaceum, M.gypseum
Bentuk lain Tinea Korporis yang disertai
kelainan pada rambut.
Bentuk Kelainan :
Khas : Bintik-bintik kecil berwarna merah
kekuningan ditutupi oleh krusta yang
berbentuk cawan (skutula), berbau busuk
(bau tikus / mousy odor), Terdapat
rambut diantara krusta bila diangkat
terlihat dasar yang cekung merah dan
basah. rambut putus-putus dan mudah
lepas.mengenai badan dan kepala 
menyebabkan alopesia permanen
3. Tinea Kruris
(Eksema Marginatum, Dhobie itch, Jockey itch,
Ringworm of the goin)

 Infeksi jamur pada kulit sela lipat paha, genetalia,


perineum dan sekitar anus. Dapat meluas ke gluteus
dan perut bagian bawah. Bersifat akut atau
menahun bahkan berlangsung seumur hidup.

 Etiologi : Epidermophyton floccosum atau


Trichophyton Rubrum / Mentagrophytes.

 Gejala klinis :
 Gejala Subyektif : rasa gatal
 Predileksi : terutama pada lipatan paha, genitalia,
sekitar anus, bokong, perut bagian bawah.
Gejala Obyektif :
- Tanda Khas : Bilateral, lesi sebenarnya anular,
elips, kalau lesi terus melebar tampak gambaran
setengah lingkaran.
- Warna lesi kemerahan sampai coklat kehitaman,
squama tidak tampak jelas terutama kalau ada
intertriginasi.
- Bercak eritematosa batas tegas, tepi lesi aktif,
polisiklis, ditutupi skuama, kadang disertai
banyak vesikel kecil.

Faktor Resiko : kelembaban dan panas, celana


ketat dan kegemukan.
• DD : Candidosis intertriginosa, Eritrasma,
Psoriasis intertriginosa, DKA (krn karet),
dermatitis seboroik intertriginosa.

• Pengobatan :
– Umum : Higiene kulit
– Sistemik : Griseofulvin 250mg/hari per
oral.
– Topikal : Salep Whitfield, krim mikonasol
2%, krim klotrimasol 1%, krim tolnaftat
2%.

• Prognosis : baik
4. Tinea pedis
(Athlete’s Foot, Ringworm of the foot)

 Infeksi jamur pada sela jari-


jari dan telapak kaki
 Etiologi : T. Rubrum, T.
Mentagrophytes, dan E.
Floccosum.
 Gejala Klinis :
 Subyektif : Rasa gatal dan
terbakar.
 Predilepsi : terutama sela
– sela jari kaki dan telapak
kaki.
 Obyektif  Ada 3 bentuk
Interdigitalis Moccasin foot Vesikuler Sub akut
- Ciri : kulit mengelupas, -Pada seluruh kaki dari -Khas : lesi vesikula,
maserasi dan pecah-pecah, telapak, tepi sampai vesikulopustula dan dapat
tertutup epidermis dan punggung kaki terlihat kulit bula, jarang pada tumit dan
daerah depan, pada sela jari
debris mati, putih, meluas menebal dan bersisik.
meluas ke punggung kaki atau
ke telapak kaki, tumit, dan -Eritema ringan
telapak kaki.
dorsum pedis. -Tepi dapat terlihat papul -Proses eksematoid
- Khas : hiperhidrosis dan kadang vesikel. vesikulopustula dan
bau tidak enak penyebaran cepat, dapat
membentuk skuama
berbentuk lingkaran
(collarette) disertai infeksi
sekunder bakteri.
• Pengobatan :
– Umum : Higiene kulit kaki, pemberian
bedak antiseptik setelah mandi.
– Sistemik : Griseofulvin peroral.
– Topikal : salep acidum salicylicum 2-6%,
salep Whitfield, krim mikonasol 2%,
krim klotrimasol 1%, krim haloprogin,
krim tolnafat 2%.
5. Tinea Manus

• Lokasi : interdigitalis,
permukaan palmar, dan dorsum
manus.
• Penyebab : T.Mentagropytes, T.
Rubrum.
• Bentuk tersering : hiperkeratosis
difusa
• UKK : Vesikel atau squama
eritem yang berbatas tegas
disertai rasa gatal.
6. Tinea Unguium
(Dermatophytic Onychomycosis, Ringworm of the nail)

 Infeksi jamur pada lempeng kuku


 Etiologi : T. Rubrum, T. Mentagrophytes.
• Gejala Klinis :
– Subyektif : biasanya tidak ada.
– Predilepsi : kuku jari tangan dan kaki
– Obyektif 
3 bentuk :
oSubungual Distal Onychomycosis
oLeuconychial trichopita
oSubungual Proximal Onychomycosis
Subungual distalis
• Bentuk ini dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses
berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang
terlihat hanya kuku raouh yang menyerupai kapur.

Leukonikia trikofita
• Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan di
permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.

Subungual proksimalis
• Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku
dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal
masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea
unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atay
yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripaada kuku tangan.
• Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama
disembuhkan; kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku
tangan.
• Pengobatan :
– Sistemik : terapi dengan Griseofulvin per
oral (kuku tangan  6 bulan, kuku kaki
 1 ½ tahun)
– Topikal : Salep Whitfield, krim ekonasol
1%
7. Tinea Barbae
(Tinea Sycosis, barber’s itch)
 Infeksi jamur pada daerah dagu
 Etiologi : T. Mentagrohpytes, T. Violaceum, T.
Verrucosum, T. Rubrum)
 Gejala Klinis 
2 bentuk :
- Lesi profunda yang bersifat supuratif dan noduler (T.
Mentagrohpytes, T. Violaceum) : penebalan noduler
seperti kerion, bersifat konfluen, tampak pus melalui
pori folikel.
- Lesi superfisial yang bersifat keras dengan bagian
botak disertai folikulitis (T. Verrucosum, T. Rubrum) :
menyebabkan folikulitis pustular dengan atau tanpa
disertai rambut patah. Rambut kering, rapuh.
Pemeriksaan Penunjang Infeksi
Jamur

1. Lampu Wood
2. Mikroskopis
3. Kultur /biakan
4. Biopsi Histopatologi.
5. Tes Kulit.
Wood’s Lamp
LABORATORIUM
KOH Hifa panjang+ spora
• Kerokan kulit, potongan
kuku, rambut
• + KOH 10-20%
Non Dermatofitosis

 Infeksi yang disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit.

Klasifikasi :
1. Pityriasis versikolor
2. Tinea nigra palmaris
3. Piedra
4. Otomikosis
5. Keratomikosis
1. Pityriasis versikolor
(Tinea Versikolor, Kromofitosis, Dermatomikosis Furfurasea, Liverspot, Tinea Flava,
Panu)

 penyakit kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai


dengan bercak putih sampai coklat yang bersisik.
 Etiologi : Pityrosporum Orbiculare / Malassea Furfur
 Epidemiologi : banyak ditemukan di daerah tropis.
 Gejala Klinis :
- Subyektif : Rasa gatal.
- Predileksi : Badan, aksila, lipat paha dan lengan, tungkai atas,
leher, muka, dan kulit kepala yang berambut
-
Obyektif : Bercak / makula bersquama halus
warna putih kekuningan / kecoklatan
(tergantung warna kulit) bentuk ukuran
bervariasi, batas tegas .
• Klasifikasi
– Berdasarkan warna :
• Hipopigmentasi
• Hiperpigmentasi
– Berdasarkan bentuk lesi :
• Makular :
Soliter dan biasanya saling bertemu dan
tertutup skuama
• folikuler :
Bulat-bulat kecil perifolikuler, sekitar
folikel rambut dan tertutup skuama.
• Campuran Lesi makular dan folikuler
• Diagnosis
– Gambaran klinis yang khas :
gatal, makula warna putih, merah, coklat,
konfluens (bertumpuk-tumpuk).
– Pemeriksaan histopatologi :
sediaan langsung kerokan kulit dengan
KOH 20% + tinta parker (gambaran
meatball & spagetti)
– Lampu Wood
berwarna kuning belerang/emas
• DD :
– Hiperpigmentasi (Pitiriasis rosea, Eritrasma,
Dermatitis seboroika dan Tinea Korporis)
– Hipopigmentasi (Pitiriasis alba, Vitiligo, Morbus
Hansen, Tipe Tuberkuloid dan lukoderma pasca
inflammasi)
• Penatalaksanaan
– Selenium sulfida 2,5% dalam bentuk shampoo 2-3 kali
seminggu digosok di lesi 15-30 sebelum mandi.
– Salisil spiritus 10%
– Turunan azol (mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan
ekonazol dalam bentuk topikal)
– Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
– Larutan Natrium Tiosulfas 25%
• Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis
versicolor yang luas atau jika pemakaian obat topikal
tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :
- Ketoconazole (Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari)
- Fluconazole (Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap
minggu)
- Itraconazole (Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu).

Pengobatan dihentikan setelah Lampu Wood negatif 2


minggu atau negatif pada uji sediaan langsung.
2. Tinea Nigra Palmaris
(Pitiriasis Nigra, Kladasporiosis Epidemika, Keratomikosis
Nigrikans Palmaris, Mikrosporosis Nigra, Tinea Nigra)

infeksi jamur superfisial yang


asimptomatik pada stratum
korneum yang disebabkan oleh
Cladosporium werneckii.
• Etiologi
– Cladosporium werneckii
• Gejala klinis
– Asimtomatis
– Menyerang anak-anak sampai
dewasa ( umumnya diwabah usia
19 tahun )
– Gejala obyektif : Bentuk makula
coklat hingga kehitaman (tidak
menonjol), dan kadang dijumpai
bersisik.
– Predileksi :
• Telapak tangan, kaki, meluas
hingga dada sampai leher
leher
• Diagnosis
Berdasarkan kerokan dan biakan kulit + KOH 10%
 jamur tampak sebagai hifa bercabang, bersekat ukuran 1,5-3 µ, berwarna
coklat muda sampai hijau tua.
Biakan pada agar subaraud
menghasilkan koloni yang tampak sebagai koloni menyerupai ragi dan koloni
berwarna hijau tua atau hitam
• DD
– Dermatitis kontak alergi, Tinea versikolor, Hiperkromia, Nevus pigmentosus
• Pengobatan
– Salep sulphur salycil
– Salep whitfield
– Tinctura Jodii
3. PIEDRA
(Black piedra, white piedra, tinea nodosa, piedra notros, trikomikosis nodularis,
trikomikosis nodosa, chiqnon disease, beigrl disease)

Infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanajang


rambut, dan disebabkan oleh Piedraia hortae ( black piedra ) atau
Trichosporum beigelii ( white piedra ).
• Gejala klinis
– Subyektif : tanpa disertai keluhan.
– Predileksi : Piedra hanya menyerang
rambut kepala, janggut, dan kumis.
– Obyektif :
• Krusta melekat erat pada rambut yang
terserang dan dapat sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
• Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba
dan teraba kasar bila rambut diraba
dengan jari-jari. Bila rambut disisir akan
terdengar suara metal (klik)
Black piedra (Piedra Hitam) White piedra (Piedra Putih)

• Pada daerah tropis tertentu, terutama • Pada daerah beriklim sedang


banyak hujan. • Menyerang janggut dan kumis
• Hanya menyerang rambut kepala. • Benjolan berwarna coklat muda dan
• Jamur menyerang rambut dibawah tidak begitu melekat pada rambut
kutikel  membengak  pecah  • Menyerang rambut yang rusak
menyebar disekitar rambut (shaft) 
membentuk benjolan tengguli dan hitam.
• Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan KOH 10%  tampak benjolan (hifa berseptum, teranyam
padat) dan diantaranya terdapat askus – askus yang didalamnya terdapat
4-8 askospora.
– Sabaraud agar  tampak koloni mula - mula berwarna kuning dan
dalam2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.
• Pengobatan
– Memotong rambut yang terkena infeksi
– Mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari
– Obat anti jamur
4. Otomikosis

 Infeksi jamur kronik atau subakut pada liang


telinga luar dan lubang telinga luar, yang
ditandai dengan inflammasi eksudatif dan
gatal.
• Etiologi : Jamur kontaminan (Aspergilus,
Penisilium, Mukor), Pseudomonas
Aeruginosa, Proteus Spp., Micrococcus
Aureus, Streptococcus Hemolyticus,
Difteroid.
• Epidemiologi : di daerah panas dan lembab
 Indonesia.
• Gejala klinis
– Subyektif : Rasa penuh dan sangat gatal didalam telinga, nyeri dan supurasi
– Predileksi : pada liang telinga luar dan lubang telinga luar.
– Obyektif :
• Liang telinga merah sembab dan banyak krusta
• Inflammasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat
terganggu karena liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan
jamur
– Infeksi lanjut  eksema dan likenifiasi
• Diagnosis
– Anamnesis + gejala klinis
– Pemeriksaan penunjang (dari kerokan kulit dan kotoran telinga)

• Pemeriksaan penunjang
– KOH 20%  tampak hifa tanpa spora
– Biakan subaroud agar (suhu kamar)  koloni jamur penyebab

• Terapi
– Kapas yang telah dibasahi larutan permanganas kalikus 1/10.000 untuk
membersihkan liang telinga dari serumen/kotoran lain.
– NaCL 0,9% dilanjutkan dengan larutan Salisil spiritus 2%
– Anseptik, Antifungal, Antibiotik.

• Prognosis  baik
5. Keratomikosis
(Keratitis Mikotik)

 Infeksi jamur pada kornea mata


yang menyebabkan ulserasi dan
inflamasi setelah trauma pada
bagian tersebut diobati dengan
obat – obat antibiotik dan
kortikosteroid.
 Etiologi : Aspergilus, Fusarium,
Cephalosporum, Curvularia, dan
Penicillium.
• Gejala Klinis :
– Trauma/abrasi pada mata  ulkus pada kornea
 hipopion.
– Lesi yang menonjol sedikit di atas permukaan,
berwarna putih kelabu dan berambut halus.
– Terbentuk halo lebar berbatas tegas berwarna
putih kelabu mengelilingi titik pusatnya.
– Di dalam halo terdapat garis – garis radikal.
– Terlihat inflamasi pada kornea.
• Diagnosis
– Pemeriksaan Mikologik sediaan langsung dan
biakan.
Pengobatan
- Larutan nistatin dan amfoterisin B yang
diberikan tiap jam (dijarangkan apabila ada
perbaikan)
- Larutan derivat azol
6. Pitirosporum Folikulitis
Malasezia Folikulitis
- Penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan
spesies Pitirosporum
- Gejala : Gatal tempat predileksi
- Berupa papul dan pustul folikular ukuran 2-3 mm yang
biasanya gatal.
- Predileksi : Dada, punggung, leher jarang pada muka.
- DD: Acne vulgaris, Folikulitis bakterial, Erupsi akneformis.
- Terapi :
Oral Antimikotik :
-Ketonazol 200g selama 2-4 ming.
- Itrakonazol 200g sehari selama 2 ming
- Flukonazol 150 gr seminggu selama 2-4 ming
Antimikotik Topikal : Kurang efektif.
MIKOSIS PROFUNDA
Mikosis Profunda
- Adanya penyakit yang
- Primary lesion:
• Papule/nodule at inoculation site.
• Swelling increases slowly.
• Epidermis ulcerates and pus-
containing granules (grains) drain.
• Granules are microbial colonies,
small (<1 to 5 mm).
• Skin surrounding portals of
fistula drainage is heaped up
Infection spreads to deeper tissues,
into fascia, muscle, bone. Tissue
becomes greatly distorted.
Sporotrikosis
-Infeksi kronis yang disebabkan Sporotrchium
schenkiiditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening.
- UKK : Kulit dan jaringan subkutis diatas nodul
sering melunak pecah membentuk ulkus yang
indolen.
- Terapi : Pemberian larutan Kalium yodida
jenuh oral atau amfoterisin B atau
Itraconazol.
Kromomikosis/Kromoblastomikosis
-Disebut juga dermatitis verukosa.
- Penyakit jamur yang disebabkan oleh
bermacam-macam jamur berwarna
(dermatiaceous)
- UKK : Pembentukan nodul veruka yang
perlahan-lahan sehingga membentuk
vegetasi papilomatosa yang besar bisa
terjadi ulkus.
- - Predisposisis : tangan, muka, telinga, dada
dan bokong.
- Pengobatan : Kombinasi Amfoterisin B dan
5fluorositosin. Atau Itrakonazol
Zigomikosis
- Genera : Mucor, Rhizopus,
Absidia, Mortiedia, Cunning-
hamella.
- Penyakit : Rinozigomatikosis,
otozigomatikosis, zigomikosis,
subkutan, zigomatikum fasiale,
zigomatikum generalisata.
- DM merupakan faktor
predisposisi
Fikomikosis Subkutan
-Kelainan timbul dibagian subkutan di dada, perut, atau lengan atas
serta nodul subkutan yang perlahan-lahan membesar.
- Nodul keras kadang dapat disertai infeksi sekunder.
- Diagnosis dari Histopatologi dan biakan,  hifa lebar 6-50 μ,
seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic.
- - Pengobatan :
Larutan jenuh kalium yodida 10-15 tetes 3 kali sehari bila sudah
intoksikasi turunkan 1-2 tetes.
Itraconazol 200 mg sehari selama 2-3 bulan.
Intermediete Mikosis
(Candidiasis)
KANDIDIASIS = MONILIASIS

Penyebab : Candida albicans >>


Candida albicans merupakan flora normal pada mulut, fractus
digestuvum & vagina, semi anaerob.
Mempunyai 2 bentuk :
• mycelia pada suhu kamar  infeksi khronis
• yeast pada suhu 37oC  infeksi akut, terdapat lesi satelit
(berupa pustula) di sekitar lesi utama.
Faktor risiko Kandidiasis :
• kelembaban
• kehamilan
• pemakaian antibiotik & kortikosteroid
jangka lama
• penyakit sistemik (DM, keganasan)
KANDIDIASIS KUTAN
1. Kandidiasis Intertrigo
Inframamma, axilla, inguinal, perineal, gluteal
Patch eritematus, maserasi dengan lesi satelit.
KANDIDIASIS KUTAN
2. Kandidiasis Interdigital
Daerah diantara jari tangan dan jari kaki.
Pustula dengan erosi sampai fisura, membran putih
menebal (pseudomembran)
KANDIDIASIS KUTAN
3. Kandidiasis vulva (Vulvitis kandida)
Erosi, pustula, eritem, bengkak, keputihan seperti
keju, terasa gatal.

4. Kandidiasis penis (Balanitis)


Makulapapuler, pustul, dengan eritem difus
KANDIDIASIS KUTAN
5. Diaper dermatitis
Perigenital, perianal, paha bagian dalam dan pantat.
Eritema, edema papulopustuler, erosi, membasah
KANDIDIASIS KUKU
Paronikia
Kemerahan dan bengkak sekitar kuku.
Kuku : onychodystrophy, onycholysis, discoloration
KANDIDIASIS MUKOSA
Vaginitis /Vulvovaginitis kandida
Keputihan (discar putih kental seperti susu/santan pecah atau
keju), bau asam, rasa gatal
Vulva, vagina : eritem dan edem.
Kandidiasis vaginalis
KANDIDIASIS MUKOSA
Orofaringeal kandidiasis
Mukosa oral, faring : pseudomembranous candidiasis
(thrush) yang mudah dikelupas, dengan mukosa sekitar
eritem.
LABORATORIUM
Pseudohifa
• Kerokan kulit + larutan KOH 10 -20 %
(ditemukan sel ragi)

• Pewarnaan Gram

• Kultur Media Sabouroun (koloni coklat


permukaan basah)

• Pemeriksaan histopatologi (Pseudohifa dan


blastospora dengan serbukan sel radang
didermis)
blastospora • Fermentasi gula : glukosa (+), fruktosa (+)
PENATALAKSANAAN
• Umum :
– Mengurangi faktor predisposisi
• Topikal:
– Nistatin, gentian violet, mikonazol
• Sistemik
– Gol. Azol
PENGOBATAN
 Klotrimazol vaginal 500 mg dosis tunggal

 Klotrimazol 200 mg 3 hari

 Ketokonazol 2 x 200 mg p.o 5 hari

 Itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal

 Flukonazol 150 mg dosis tunggal


Terapi

Anda mungkin juga menyukai