Anda di halaman 1dari 43

TES-TES PENDENGARAN

Harry Achsan Chaerul


Andi Ayu Faradiba

Pembimbing :
dr. Sophian Sujana

11/15/2017 1
Pengertian pendengaran
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi
suara
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi
ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan)

11/15/2017 2
Anatomi Telinga

11/15/2017 3
Fisiologi Pendengaran

11/15/2017 4
Anamnesis Gangguan Pendengaran

Pendengaran menurun : tiba- Terpajan bising, trauma


tiba, perlahan, mulai terjadi Pemakaian obat ototoksik
Tinitus, rasa penuh di telinga Ggn dengar pd keluarga
Kurang nyaman ketika Keseimbangan
mendengar bunyi Penyakit yg pernah diderita
Riwayat keluar cairan Penyakit sistemik
11/15/2017 5
Pemeriksaan Telinga (otoskopi)

Adanya serumen, benjolan, benda asing


Cairan di liang telinga
Dinding liang telinga : merah, bengkak, edema
Gendang telinga : merah, utuh, perforasi

11/15/2017 6
Jenis Gangguan Pendengaran
Gangguan telinga luar
Gangguan telinga tengah
Gangguan telinga dalam

11/15/2017 7
JENIS PEMERIKSAAN PADA
GANGGUAN DENGAR
Pemeriksaan pendengaran subjektif
Tes bisik
Tes bisik modifikasi
Tes Garpu Tala :
1. Tes atas bawah dan batas atas
2. Tes rinne
3. Tes weber
4. Tes schwabach
5. Tes bing
6. Tes strenger

11/15/2017 8
Lanjutan
Audiometri nada murni
Audiometri khusus :
Tes SISI
Tes ABLB
Tone Decay
Audiometri audiometri tutur
Audiometri bakessey

11/15/2017 9
Pemeriksaan pendengaran objektif
Otoacustic emmission (OAE)
BERA (Brain Evoked Response Audiometry)
Auditory Steady State Respone (ASSR)
Tympanometri

11/15/2017 10
Tes Suara (tes bisik)
Tes yang dipakai secara klinis
Dipakai: bisik, suara percakapan, teriak
Pemeriksa berdiri di samping penderita
Hasil (+): penderita dapat mengulang secara benar 50%
stimulus yg diberikan
Jarak: 60 cm (2 feet) dan 15 cm (6 inches) klinik
gangguan dengar dan bicara: 1 meter
normal: penderita dapat mendengar bisikan sejauh 10
meter

11/15/2017 11
Tes Garpu Tala
Dilakukan untuk skrining
sebelum pemeriksaan
audiometri
Paling baik dengan garpu tala
512 Hz
Rinne (-) dgn 512 Hz CHL 25 -
30 dB/lebih

Garpu tala 256 Hz:


Bukan terdengar tapi terasa
Ambient noise >> pada
frekuensi rendah
A-B gap lebih baik

11/15/2017 12
Pemeriksaan GARPU TALA
Manfaat : mengetahui jenis ketulian secara
kualitatif
Prosedur : cara menggetarkan dan penempatan
garpu tala
Jenis tes : Weber, Rinne, Bing, Schwabach

11/15/2017 13
Cara menggetarkan garpu tala
Arah getaran kedua kaki garpu tala searah dg kedua
kaki garpu tala
Getarkan kedua kaki garpu tala dg jari telunjuk dan
ibu jari, punggung tangan, pada siku.
Atau ketukkan ke tumit sepatu,benda keras yg dilapisi
bantalan lunak, agar vibrasi tak berlebihan

11/15/2017 14
Posisi/letak garpu tala
Penting : kaca mata, giwang dilepas
Hantaran udara (AC) : arah kedua kaki garpu tala
sejajar dengan arah liang telinga
Arah yang salah : dead spot
Hantaran tulang (BC) : pada prosesus mastoid, tidak
boleh menyinggung daun telinga

11/15/2017 15
Tes batas atas batas bawah
kanan frekuensi Kiri
+ 2048 Hz +
+ 1024 Hz +
+ 512 Hz +
+ 256 Hz +
+ 128 Hz +

Interpretasinya :
Normal : mendengar penala pada semua frekuensi
Tuli Konduktif : batas bawah naik (frekuensi rendah tidak terdengar)
Tuli sensori neural : batas atas turun (frekuensi tinggi tidak terdengar)

11/15/2017 16
Tes Rinne
Membedakan persepsi
hantaran AC & BC
AC>BC : normal & SNHL
BC>AC : Tuli Konduktif

11/15/2017 17
Tes Weber
Letakkan garpu tala di linea
mediana , dahi,gigi insisivus atas
Vibrator BC : tes Weber
audiometrik
Prinsip : suara terdengar dimana?
Sama keras di kedua telinga
Lebih keras di salah satu telinga

11/15/2017 18
Penilaian Tes Weber
Tidak ada lateralisasi, suara terdengar di tengah atau sama
kanan & kiri
Contohnya, ketika ada lateralisasi telinga kanan dapat
diinterpretasikan sebagai :
1. Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal.
2. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi yang kanan lebih
berat.
3. Tuli sensorineural kiri, telinga kanan normal.
4. Tuli sensorineural kanan dan kiri, tetapi yang kiri lebih
berat.
5. Tuli konduksi kanan dan sensorineural kiri.

11/15/2017 19
Tes schwabach
Membedakan kepekaan BC antara pasien & pemeriksa
Interpretasi :
Schwabach sama dg pemeriksa normal
Schwabach memanjang Konduktif
Schwabach memendek Sensorineural

11/15/2017 20
Tes Bing
Tragus telinga penderita ditekan sampai menutup
liang telinga sehingga terdapat tuli konduktif 30
desibel. Penala digetarkan dan diletakkan pada
pertengahan kepala seperti pada tes Weber.
Interprestasi : Bila penderita mendengar lebih keras
pada telinga yg di tutup artinya normal, apa bila
penderita merasa sama saja artinya konduktif

11/15/2017 21
Tes Stenger
Tes ini digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik
(simulasi atau pura-pura tuli).
Cara kerjanya adalah dengan menggetarkan dua
garputala secara bersamaan dan diletakkan didepan
telinga kiri dan kanan, dan tidak terlihat oleh
penderita

11/15/2017 22
PEMERIKSAAN AUDIOMETRI DASAR

Alat-alat:
Audiometer nada murni, speech
Immittance analyzer fungsi telinga tengah
Ruang kedap suara threshold 0 dB

11/15/2017 23
Tiga syarat untuk keabsahan pemeriksaan audiometri:

Alat audiometer telah kalibrasi


Lingkungan yang cocok (sunyi)
Keterampilan pemeriksa
Orang yg diperiksa : kooperatif, mengerti instruksi,
stimulus bunyi di telinga

11/15/2017 24
Interpretasi derajat ketulian dari tes PTA
Fungsi pendengaran Ambang dengar

Normal 0-25 desibel


Tuli ringan >25-40 desibel
Tuli sedang >40-55 desibel
Tuli sedang-berat >55-70 desibel
Tuli berat >70-90 desibel
Tuli sangat berat >90 desibel

11/15/2017 25
Audiogram Normal

11/15/2017 26
Tuli Sensorineural kanan
AC dan BC
keduanya
menurun
ABG < 10 dB

11/15/2017 27
Tuli Konduktif kanan
BC ambang dengar
normal
AC Terdapat ggn
ABG >10dB

11/15/2017 28
Tuli Campur
Ambang dengar AC
dan BC lebih tinggi
dari normal (ada ggn)
Air Bone Gap > 10dB

11/15/2017 29
11/15/2017 30
Tes SISI
(short increment sensitivity index)
Tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan koklea
Cara pemeriksaannya adalah dengan menentukan
ambang dengar pasien terlebih dahulu, lalu di naikkan
kemudian di turunkan perlahan-lahan
Jika pasien dapat membedakan itu artinya SISI positif
Cara lainnya adalah tiap 5 detik dinaikkan 5 desibel
sampai 20 kali kemudian dihitung berapa kali pasien
dapat membedakan intensitas bunyi tersebut

11/15/2017 31
Tes ABLB
(alternate binaural loudness balance)
Pada tes ABLB diberikan intensitas bunyi tertentu
pada frekuensi yang sama pada kedua telinga sampai
kedua telinga mencapai persepsi yang sama yang
disebut balans negatif.
Interpretasi : Grafik berupa laddergram, recruitment
(+) menujukkan tuli kokhlea

11/15/2017 32
Tes Kelelahan
(Tone Decay)
Ada dua cara tes kelelahan yaitu TTD (Threshold Tone
Decay) dan STAT (Supra Threshold Adaptation Test).
Prinsipnya adalah dengan telinga dirangsang terus
menerus hingga lelah, tandanya adalah pasien tidak
mendengar.

11/15/2017 33
Audiometri Tutur
Mengukur ambang dengar (Speech Recognition
Threshold)
Kemampuan membedakan pembicaraan (Speech
Recognition/Discrimination Score)
Sumber suara:
Monitored live voice
Kaset
CD

11/15/2017 34
PENILAIAN AUDIOMETRI TUTUR
90-100 % : Pendengaran normal
75-90 % : ringan
60-75% : sedang
50-60% : sulit pd percakapan harian
< 50% : berat

11/15/2017 35
TIMPANOMETRI

11/15/2017 36
Immittance/Impedance Measurement

11/15/2017 37
11/15/2017 38
Otoacustic Emissions
Pemeriksaan OAE dipengaruhi oleh : keadaan telinga luar,
telinga tengah,telinga dalam, bising lingkungan, dan aktivitas
tubuh
Gelombang OAE yang dihasilkan oleh sel rambut luar akan
dihantarkan melalui tulang pendengaran, membrane tympani,
dan masuk ke CAE yangakan ditangkap oleh mikrofon
Emisi otoakustik ini mudah mengalami kerusakan yang
diakibatkan oleh berbagai macam penyebab : trauma akustik,
hipoksia dan obat ototoksisk
Dideteksi pada CAE (< 30 dB SPL)
Jalurnya: OHC membran basilar cairan kokhlea oval
window ossicles MT
Bila (+) kokhlea normal atau SNHL < 40 dB

11/15/2017 39
Otoacustic Emissions
Dua jenis OAE:
Spontan (SOAE)
35-60% pada telinga normal
(-) Cochlear HL akibat rusaknya OHC > 40 dB
Bukan dasar dari tinitus
Kegunaan klinis kecil
Evoked (EOAE)
Transient
Stimulus frequency
Distortion product

11/15/2017 40
BERA (Brain Evoked Response Audiometry)
WAVES IN BERA Wave I: n. VIII
Normal
Normal Latency phase
Good Morphology
Wave II: nc cohlearis
Conductive Hearing Loss
Late Latency phase Wave I
Wave III: nc olivari
Interwafe latensi N
superior
Amplitude in V

Good Morphology

Sensory Hearing Loss


Late Latency Wave I sdt Wave IV: lemniscus lateral
terlambat
Wave I kecil/-
kecil/-
Interwave latency N
Bad Morphology
Wave V: inf folliculus
Neural Loss
Wave I N
Late Latency Wave I-I-III
Late Interwave latency
Bad Morphology
Latency in msec

11/15/2017 41
AMBANG DENGAR GANGGUAN
(dB) DENGAR
0 25 Dalam Batas Normal
26 40 Ringan
41 60 Sedang
61 80 Berat
81 atau > Berat Sekali

11/15/2017 42
11/15/2017 43

Anda mungkin juga menyukai