Wahyunita
P062191018
Ilmu Biomedik/Mikrobiologi
INFEKSI HISTOPLASMA
CAPSULATUM PADA
PENDERITA HIV
Wahyunita
P062191018
Ilmu Biomedik/Mikrobiologi
PENDAHULUAN
Mikosis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jamur. Di Indonesia infeksi yang paling
banyak ditemukan adalah infeksi superfisialis, infeksi sistemik, jamur mirip protozoa dan
jamur dimorfik, salah satunya disebabkan oleh Histoplasma capsulatum.
Histoplasmosis merupakan infeksi oportunistik yang umum terjadi pada penderita HIV/AIDS.
Paparan H capsulatum dapat mengganggu aktivitas tanah . Arus udara kemudian dapat
membawa spora ini sejauh bermil-mil, memaparkan individu tanpa kontak langsung pada
situs yang terkontaminasi.
PENDAHULUAN
Di Amerika Serikat, histoplasmosis telah didiagnosis pada 2-5% dari populasi HIV-positif.
Tingkat infeksi yang jauh lebih tinggi telah dijelaskan di wilayah geografis di mana infeksi ini
endemik.
Tren penyebaran penyakit histoplasmosis sejalan dengan penyebaran virus HIV/AIDS dimana
terjadi gangguan kekebalan dan jika tidak diobati dengan obat antiretroviral, pasien akan
memasuki fase AIDS yang ditandai penurunan CD4 sampai dibawah angka kritis 200 sel/mm3.
Pada pasien dengan infeksi HIV lanjut, histoplasmosis hampir selalu dimanifestasikan oleh
tanda-tanda penyakit yang disebarluaskan secara progresif, seperti infeksi paru asimptomatik.
Setelah munculnya terapi antiretroviral (ART) yang efektif, bukti menunjukkan penurunan
kejadian histoplasmosis pada orang dengan AIDS.
TAKSONOMI
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Ascomycotina
Class : Ascomycetes
Order : Onygenales
Family : Onygenaceae
Jamur ini berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung,
kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang
burung/unggas dan gua
Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat
napas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi
Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150
Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan kadang
kala pada bagian tubuh yang lain
DIAGNOSIS
Spesimen Pemeriksaan Mikroskopik
• Sputum, urine, kerokan dari lesi superficial, • Sel ovoid kecil dapat diamati dalam
aspirat sumsum tulang dan sel darah buffy makrofag pada potongan histologi yang
coat. Preparat darah, preparat sumsum diwarnai dengan pewarnaan fungi atau
tulang, dan specimen biopsy dapat pada apusan sumsum tulang atau darah
diperiksa secara mikroskopik. yang diwarnai Giemsa.
Serologi
• Uji Complement Fixation (CF) untuk antibodi terhadap histoplasmin atau sel ragi menjadi positif
dalam 2 – 5 minggu setelah infeksi. Titer CF meningkat selama penyakit progresif kemudian turun
sampai kadar sangat rendah ketika penyakit tidak aktif.
• Pada uji imunodifusi (ID), Salah satu uji paling sensitif adalah radioassay atau immunoassay
enzim untuk antigen H. capsulatum dalam sirkulasi. Hampir semua pasien dengan histoplasmosis
diseminata menunjukkan uji positif untuk antigen dalam serum atau urine; kadar antigen turun
setelah pengobatan yang sukses dan timbul kembali saat relaps. Uji untuk antigen ini lebih
sensitif daripada uji antibodi konvensional pada penderita AIDS dengan histoplasmosis.
DIAGNOSIS
Biakan
Spesimen biakan dalam medium yang kaya, seperti blood agar glukosa sistein pada suhu 37 oC dan saboroud agar
pada suhu 25 – 30 oC. Pada plat blood agar (37oC), tumbuh sebagai fase budding yeast (bentuk yeast like), berupa
koloni berkeriput (wrinkled), seperti adonan (pasty). Pada saboroud dextrose agar (25oC), tumbuh dengan koloni
putih,seperti kapas (cottony) yang dapat berubah kuning atau coklat sesuai penuaan. Miselium di hasilkan dengan 2
macam spora :
Pada penderita AIDS dengan histoplasmosis ringan sampai sedang dapat diberikan
itrakonazol 200 mg tiga kali/hari untuk tiga hari pertama dilanjutkan denga 2 x 200 mg
selama 12 minggu.