Histoplasmosis
Penulis
Zoelva Miftahurridho B0401201049
Kevin Dio Gunawan B0401201055
Christopher Pindho Pungkasa B0401201060
Nabila Shoniatul Haq B0401201068
Laura Kusumaning Elta B0401201079
Dimas Harseto Pangestu B0401201087
Ruffina Ariefiani B0401201092
Paralel 2
Bakteriologi dan Mikologi Veteriner
Produk Seluler
Histoplasma capsulatum merupakan saprofit tanah yang dimorfik. Pada
suhu dibawah 37˚C Histoplasma capsulatum tumbuh sebagai kapang berwarna
coklat dengan bentuk bervariasi. Pertumbuhan kapang ini memiliki pertumbuhan
yang lambat dalam membentuk koloninya yaitu 4-12 minggu. Hifa hialin bersepta
pada kapang ini akan menghasilkan mikrokonidia dengan ukuran 2 – 5 mikrometer
dan makrokonidia yang berdinding tebal, bulat, dan besar yang disertai penonjolan
materi dinding sel. Di dalam jaringan kaya nutrisi pada suhu 37˚C, hifa dan
konidianya akan berubah warna menjadi sel ragi yang berukuran kecil dan
berbentuk oval. Infeksi mikrokonidia jamur Histoplasma capsulatum dapat
menyebabkan histoplasmosis. Histoplasmosis adalah infeksi mikotik paru yang
paling banyak dijumpai pada manusia dan hewan (Brooks et al. 2012).
Infeksi jamur dimulai dari terhirupnya mikrokonidia dari H. capsulatum,
kemudian melewati bronkioli dan mencapai alveoli, sehingga gejalanya dapat mirip
suatu infeksi tuberculosis (Silva 2012). Histoplasma capsulatum dapat menghindari
sistem imun seluler dengan cara penutupan struktur β-glukan pada sistem imun oleh
α (1,3) glucan yang mana struktur ini tidak mampu dikenali oleh reseptor pengenal
pola pada sistem imun. Selain itu, Histoplasma capsulatum dapat hidup dalam
jangka panjang didalam sel makrofag dengan cara menghambat fusi fagolisosom,
mengatur Ph fagolisosom, serta menghambat pelepasan toxic superoxide radicals
(Ahsani 2014). Pemeriksaan yang digunakan dalam mendiagnosis Histoplasmosis
yaitu dengan pewarnaan Silver Methenamine dan Giemsa pada mikroskop langsung
yang menunjukkan ragi jamur ini berada dalam makrofag. Selain itu digunakan pula
pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan PAS atau Gomori-Grocott dengan
mengambil sampel dari cairan bronkus, hapusan darah atau hapusan sumsum tulang
belakang (Silva 2012). Kombinasi pemeriksaan penunjang antara mikroskop
langsung dan kultur akan meningkatkan sensitivitas dalam diagnosis
Histoplasmosis. Proses histoplasmosis diawali dengan inhalasi spora mikrokonidia
jamur Histoplasma capsulatum. Sebagian besar yang terinfeksi H. capsulatum tidak
merasakan gejala apapun karena manifestasi klinis infeksi seringkali serupa dengan
manifestasi infeksi influenza ataupun pneumonia ringan. Infeksi ini dapat sembuh
tanpa pengobatan dan kadang juga tidak terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Pada
beberapa penderita, infeksi dapat berkembang menjadi kronik dan progresif
sehingga muncul gejala berupa demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, batuk
non produktif, juga nyeri dada bersifat pleuritik dan sentral (Djojodibroto, 2014).
Pada histoplasmosis progresif akut muncul gejala berupa tubuh yang makin kurus,
demam, anemi, leukopeni, hepatosplenomegali serta granuloma mukokutan. Gejala
tersebut dapat sembuh dengan cepat, namun kadang juga sampau berbulan-bulan
dan memiliki gambaran menyerupai bronkitis, pneumoni, atau TB kronik.
Histoplasmosis progresif kronik memiliki gambaran klinis dan radiologi yang mirip
dengan TB paru kronis. Hal ini menyebabkan penderita histoplasmosis sering salah
terdiagnosis sebagai penderita TB paru (Khalik 2017).