Dosen pengampuh
Darmadi SKM,M.BIOMED
Di susun oleh :
Angkatan 1
UNIVERSITAS ABDURAB
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Parasitologi dengan judul toksoplasma pada
kehamilan
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pembimbing Parasitologi penulis bapak Darmadi SKM,M.BIOMED yang telah membimbing
penulis dalam menulis makalah ini.
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
Toxoplasma gondii adalah suatu parasit/protozoa berbentuk kokus yang berkaitan dengan
Plasmodium, Isospora, dan anggota lainnya dari phylum Apicomplexa. Penjamu (host) definitif
yang berkaitan erat dengan parasit ini adalah dari keluarga kucing/felidae. Selain itu, banyak
hewan mamalia dan burung yang merupakan penjamu menengah (intermediate host).
Manifestasi klinis toksoplasmosis sangat beragam, mulai dari asimtomatik, demam,
limfadenopati, nyeri otot, sakit kepala, hingga cacat kongenital yang bersifat permanen seperti
retardasi mental, hidrosefalus, hingga kematian, khususnya pada penderita AIDS4.
1
2. Apa saja definisi infeksi toxoplasma?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Toksoplasma
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang
telah diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan kongenital) pada bayi dan keguguran
(abortus) pada ibu hamil. Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit obligat intraseluler yaitu
Toxoplasma gondii. Parasit ini merupakan golongan protozoa yang hidup bebas di alam, dimana
pertama kali ditemukan pada limpa dan hati hewan pengerat (rodensia) Ctenodactyles gondii
(gundi) di Sahara Afrika Utara Toxoplasma termasuk dalam phylum Apicomplexa, kelas
Sporozoa dan Subkelas Coccidia.
Genus Toxoplasma hanya terdiri dari satu spesies yaitu Toxopasma gondii, parasit ini
mempunyai sifat yang tidak umum dibandingkan dengan genus lain, diantaranya dapat
menginfeksi inang antara dalam kisaran yang sangat luas ( tidak bersifat host spesifik )
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu
takizoit, kista dan ookista. Toxoplasma gondii merupakan parasit yang menumpang pada hewan
seperti anjing, kucing, kambing, babi, dan kelinci. Manusia dapat terinfeksi parasit toxoplasma
ini jika mengonsumsi daging yang tidak matang dengan sempurna, sayur dan buah-buahan
mentah yang tidak dicuci bersih dan berjalan tanpa alas kaki di permukaan tanah yang telah
tercemar oleh parasit tersebut.
Bentuk toksoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif),
kista (berisi bradizoit) dan ookista(berisi sporozoit)
Menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat.
3
Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak
di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak
mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh
hospesperantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes
definitif. Takizoit ditemuKan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.Takizoit dapat
memasuki tiap sel yang berinti.
Dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding.
Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada
yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat
ditemukan seumur hidup terutama diotak, otot jantung, dan otot bergris.
4
2.2.3 Bentuk Ookista
berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi
satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas.Pada perkembangan selanjutnya ke dua
sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi
4 sporozoit yang berukuran 8 x2 mikron dan sebuah benda residu.
5
2.3 Siklus Hidup toksoplasma gondii
Dalam siklus hidupnya diperantarai oleh sel inang ke intraselular inang dan kemudian
melakukan multiplikasi dan parasit ini mempunyai siklus hidup yang bersifat obligat dengan fase
seksual dan aseksual. Siklus seksual terjadi pada tubuh kucing dan siklus aseksual terjadi pada
berbagai inang antara yang sangat bervariasi. Misalnya pada Kucing dan hewan sejenisnya
merupakan hospes definitif dari T. gondii .Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel
epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk
skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini
dipadatkan dengan daur seksual.
Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit
yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk
ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan
berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit(sporogoni)
Bila ookista tertelan oleh mamaliaseperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung,
maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit.
Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian
terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten).
Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing. Cara
penularannya pada manusia melalui: Makanan dan sayuran/buah-buahan yang tercemar kotoran
hewan berbulu (kucing). Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi. Melalui
transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi toksoplasmSecara kongenital
(bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi pada bulan-bulan pertama
kehamilannya.
6
2.4 Gejala Klinis
2. Gejala kongenital
Gejala klinis toksoplasmosis kongenital pada bayi yang dilahirkan secara abortus dan
lahir dini ditemukan gejala infeksi mata, pembesaran hati dan limpa, kuning pada mata dan kulit
dan pneumonia, ensepalopati dan diikuti kematian. Sedangkan pada bayi yang lahir normal,
gejala akan tampak setelah beberapa minggu, bulan atau tahun setelah lahir. Gejala ini banyak
dijumpai setelah usia pubertas misalnya adanya gangguan pada mata sampai terjadi kebutaan,
kegagalan pada sistem syaraf, gangguan pendengaran (bisu-tuli), deman, kuning akibat gangguan
hati,erupsi kulit, gangguan pernafasan.
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak
menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma maka
parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus
hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening
(limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe di leher adalah
yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher,
nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali
atau hepatitis.
7
Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina
(korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak, juling
merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka penglihatan sen-tralnya
akan terganggu.
Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun, penderita kanker,
penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat timbul gejala
ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoensefalitis, atau lesi massa
otak dan perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang,
bahkan pada penderita AIDS seringkali mengakibatkan kematian.
2.5 Diagnosa
1. Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan langsung bisa dilakukan dengan cara melihat adanya dark spot pada retina,
melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah parasit sudah menyebar melalui darah
dengan melihat perubahan yang terjadi pada gambaran darahnya, serta bisa menggunakan CT
scan, MRI untuk menemukan lesi akibat parasit tersebut. Pemeriksaan juga bisa dilakukan
dengan biopsi dan dari sampel biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan
PCR, isolasi pada hewan percobaan ataupun pembuatan preparat histopatologi.
8
2. Tes Serologi
Melakukan pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM
Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi),
titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu
relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2
minggu setelah infeksi), yang akan meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun
dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun.
Oleh karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama,
sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau pengakifan kembali infeksi lama
(reaktivasi), dan berisiko bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi
tersebut untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah beragam,
bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan kendali mutu dan batasan baku masing-masing
laboratorium.
3. Pemeriksaan Hispatologi
Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sampel biopsi tersebut
bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, ataupun pembuatan preparat histopatologi.
Metode diagnosa lain yang sering digunakan adalah dengan menggunakan Indirect
aemaglutination (IHA), Immunoflourescence (IFAT) ataupun dengan Enzym mmunoassay.
2.6.1 Pengobatan
Selain obat-obatan, tokso juga bisa diatasi dengan menjaga sistem kekebalan tubuh. Bisa
lewat obat-obatan atau cara alamiah seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga dan
istirahat yang cukup. “Beberapa suplemen juga bisa membantu pertahanan tubuh melawan
9
penyakit dalam waktu yang lama. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.” Penting
diingat, karena berbentuk parasit, virus tokso di dalam tubuh tidak bisa dihilangkan, tetapi hanya
bisa dikontrol agar tidak membahayakan. Caranya dengan melakukan pengobatan antibiotik
yang tepat. Lamanya pengobatan bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Tokso plasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan
pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang
terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka
dapat diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di
atas 16 minggu.
Sebagai strategi baru untuk menanggulangi masalah infeksi toksoplasma yang bersifat
persisten ini, digunakan kombinasi imunoterapi dan pengobatan zat antimikroba yaitu
isoprinosine dan levamisol .
10
2.6.2 Pencegahan
1. Segera periksakan diri anda, apakah positif toxoplasma atau tidak. Terutama para wanita
atau wanita yang mempunyai rencana untuk hamil. Tes darah bisa dilakukan di beberapa
laboratorium diagnostik seperti Prodia. Konsultasikan hal ini dengan dokter anda.
2. Masak daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 derajat celcius.
3. Cuci buah-buahan dan sayuran dengan bersih.
4. Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum anda makan sesuatu.
5. Gunakan sarung tangan pada saat berkebun atau kontak dengan tanah. Tanah yang
terkontaminasi toxoplasma adalah sumber infeksi yang potensial.
6. Cuci tangan, meja/talenan dan peralatan dapur dengan air hangat dan sabun setelah
mengolah daging mentah.
7. Kotak pasir tempat anak2 bermain di halaman harus ditutup bila tidak digunakan
8. Jangan minum air mentah kecuali sudah direbus mendidih.
9. Jangan memberikan daging mentah atau tidak matang kepada kucing anda. Jangan
memberikan susu yang tidak dipasteurisasi.
10. Jangan membiarkan kucing berkeliaran di luar rumah atau berburu binatang berdarah
panas.
11. Pakailah sarung tangan karet dan masker dan scoop pada waktu membersihkan litterbox.
Cuci tangan setelahnya.
12. Bersihkan dan buang feces kucing dari litterbox setiap hari, flush feces di toilet, siram air
panas atau dibakar. Siram dan bersihkan litterbox dan scoopnya dg air mendidih.Kontrol
populasi tikus, kecoa, lalat dan inang perantara toxoplasma gondii laiannya.
13. Wanita hamil dan orang2 dg system imunitas yg rendah seperti terinfeksi HIV atau
sedang mendapat pengobatan kemoterapi tidak boleh membersihkan litterbox.
2.7 Resiko
Pada wanita hamil ternyata dapat berdampak signifikan, seperti mengakibatkan abortus
(keguguran), atau cacat pada janin.
11
Ibu hamil yang mengalami infeksi primer toksoplasma sesaat menjelang hamil, selama hamil
atau reaktivasi, dapat menularkan penyakit toksoplasma kepada bayinya. Semakin tua usia
kehamilan, semakin mudah untuk terkena toksoplasma. Namun, semakin muda janin terkena
infeksi, semakin berat manifestasi.
Bayi terinfeksi toksoplasma yang lahir tanpa kelainan organ 85 persen akhirnya terkena
retardasi mental, 75 persen sarafnya mengalami gangguan, 50 persen gangguan penglihatan, dan
15 persen gangguan pendengaran. Indikasi infeksi pada bayi dapat diketahui melalui
pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang memperlihatkan adanya cairan berlebihan pada perut
(asites), pengapuran pada otak, serta pelebaran saluran cairan otak (ventrikel).
Toksoplasma pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada saraf, mata, serta kelainan sistemik
seperti pucat, kuning, demam, pembesaran hati dan limpa atau pendarahan. Gangguan fungsi
saraf dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam bentuk retardasi
mental (gangguan kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara), serta kejang dan
kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan perkembangan motorik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13