\KKMKTFT
KIJC
AF@TMFZTKM U@AZ FM@
E@P@LF@MOZ 03>7>0>55>
Penyusun
EAHTAR FTF
AAKAIAC...................................................................................................................................... 0
\KKNKTFT.................................................................................................................................. 0
KATA PENGANTAR................................................................................................................. 7
EAHTAR FTF............................................................................................................................... 4
GAG F............................................................................................................................................ 5
PENEACZIZAN........................................................................................................................... 5
0.0 Iatar Gelakang................................................................................................................. 4
0.2 Wumusan Aasalah......................................................................................................... 5
GAG FF.......................................................................................................................................... 8
PEAGACATAN........................................................................................................................... 8
2.0 Pengertian Toxoplasmosis................................................................................................ 7
2.2 Jtiologi Toxoplasmosis......................................................................................................3
2.4 Jpidemiologi Toxoplasmosis..........................................................................................6
2.5 Haktor resiko Toxopllasmosis........................................................................................02
2.8 Penularan Toxoplasmosis..............................................................................................04
2.7 Pencegahan Toxoplasmosis...........................................................................................04
GAG FFF..................................................................................................................................... 05
PENZTZP..................................................................................................................................... 05
4.0 Kesimpulan....................................................................................................................... 05
4.2 Saran................................................................................................................................. 05
EAHTAW PZSTAKA................................................................................................................. 08
IAAPFWAM................................................................................................................................. 07
GAG F
PENEACZIZAN
0.0 I`t`r Gji`b`mo
6,1%, babi 28 - 32% dan secara serologis pada manusia di atas 40% (Direktorat
Kesehatan Hewan, 2014).
Penularan toxoplasmosis pada hewan dan manusia dapat secara peroral
dan transplasental (Hanafiah dkk, 2009). Kerugian toxoplasmosis terbesar dapat
terjadi selama kehamilan. Janin yang termanifestasi toxoplasmosis dapat terjadi
abortus, kelahiran prematur, lahir mati, encephalitis, koriorenitis, microcephalus,
hydrocephalus, mumifikasi dan kelainan kongental (Mufasirin, 2011).
Infeksi toxoplasmosis pada hewan dan manusia disebabkan oleh
penularan stadium infektif Toxoplasma gondii. Stadium bradizoit merupakan
sebangsa rodensia mirip hamster yang terdapat di afrika Utara. Binatang ini jaga
digunakan dalam penelitian leismaniasis pada laboratorium charles Nicolle di
Institure Pasteur di Tunis (Soedarto,2012).
2.2 Etiologi Toxoplasma
Penyebab penyakit Toxoplasmosis adalah Toxoplasma Gondii
yangbersifat parasit intraseluler obligat. Nama Toxoplasma berasal dari kata
toxon (bahasa yunani) yang berarti busur (bow) yang mengacu pada bentuk sabit
(crescent shape) dari toxoit. Adapun gondii berasal dari kata Ctenodactylus
Gondii, seeokor rodensi dari Afrika Utara dimana parasit tersebut pertama kali
prevelensi zat anti yang positif meningkat dengan umur, tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita. Didataran tinggi prevelensi lebih rendah, sedangkan di
daerah tropik prevelensi lebih tinggi (Sustanto,dkk,2008).
Dari prevalensi an toksoplasmosis dan berbagai survei telah
membuktikan bahwa di kota-kota besar di berbagai Provinsi di Indonesia masih
relative tinggi kasus terjadinya toksopasmosis (Hanafiah M, 2010). Infeksi
transplasenta janin telah lama diketahui. Kucing peliharaan telah diduga
berperan pada transmisi parasit kemanusi; infeksi ditularkan melalui ookista
seperti isospora yang hanya ditemukan dalam feses kucing (Jawetz,dkk,2008).
adalah dengan menjaga higiene kucing agar kucing juga terhindar toksoplasmosis.
Untuk menjaga agar kucing tidak terinfeksi toksoplasmosis adalah dengan sering
memandikan kucing, memperhatikan jenis makanan kucing dan memvaksin
toksoplasma pada kucing.
Dengan cara ini kucing akan memiliki sedikit resiko untuk tertular
toksoplasmosis. Cara lain untuk mencegah kucing terinfeksi toksoplasmosis
sehingga tidak menularkan pada pembiak adalah dengan memberikan vaksin
toksoplasma kepada kucing yang dilakukan secara berkala. Pemberian vaksin ini
guna meningkatkan imunitas kucing agar tidak mudah terinfeksi toksoplasmosis.
bakteri, jamur atau parasit maka akan bertahan dalam kurun waktu tertentu
Kucing yang terinfeksi Toxoplasma gondii sangat erat kaitanya dengan
sanitasi lingkungan disekitarnya. Kucing yang memiliki sanitasi lingkungan yang
buruk atau kotor lebih banyak yang terinfeksi jika dibandingkan dengan kucing
yang memiliki sanitasi lingkungan yang Baik.
Kandang tempat kucing dipelihara juga harus dipastikan kebersihanya agar
tidak menimbulkan risiko terinfeksi toksoplasmosis pada kucing atau pada
manusia, karena jika kandang tidak sering dibersihkan maka ookista Toxoplasma
gondii yang menempel di kandang berpotensi juga untuk menempel di tubuh
kucing dan bisa juga tidak sengaja masuk ke tubuh manusia setelah kontak dengan
kucing atau dengan kandang
5. Higiene Perorangan dengan Infeksi Toksoplasmosis Kronis
Higiene perorangan dalam penelitian ini meliputi pemakaian APD saat
kontak dengan kucing dan lingkungan kucing, serta kebiasaan mencuci tangan
setelah kontak dengan kucing, lingkungan kucing dan sebelum makan. Hampir
semua responden tidak menggunakan APD yaitu masker dan sarung tangan
namun melakukan cuci tangan baik setelah kontak dengan kucing, lingkungan
kucing dan sebelum makan.
Meskipun mereka mencuci tangan, namun cara cuci tangan masih asal atau
tidak sesuai dengan prosedur standart menurut WHO. Jadi meskipun mereka
mencuci tangan namun bisa saja kurang bersih karena tidak mencakup ke detail
sela sela jari tangan. Toxoplasma gondii dapat masuk ke tubuh manusia melalui
beberapa cara, yang paling sering terjadi adalah masuk melalui sistem pencernaan
atau ingesti. Jika pembiak kucing tidak memiliki higiene personal yang baik,
sehingga ketika makan atau minum tanpa sadar ookista Toxoplasma gondii ikut
masuk. Bisa karena ookista tersebut mencemari makanan saat proses pengolahan
makanan atau karena tangan yang terkontaminasi masuk kedalam mulut saat
makan.
2.5 Penularan Toxoplasmosis pada Manusia
Jalur Penularan Bermula dari feses kucing yang mengandung
organ yang terinfeksi (Tenter, et al., 2000). Secara vertikal, transmisi ini dapat
terjadi dari ibu ke janin selama proses kehamilan. Manurut Harker, et al., 2015,
pada beberapa hospes, takizoit bisa juga ditransmisikan dari ibu ke anak melalui
Air Susu Ibu (ASI), tetapi langka sekali terjadi kasus transmisi takizoit melalui
susu yang tidak terpasteurisasi dan menyebar langsung ke aliran darah
2.6 Pencegahan Penyakit Toxoplasmosis
Praktik higiene perorangan yang baik dapat menjadi salah satu upaya
pencegahan terjadinya toksoplasmosis. Seperti halnya menggunakan APD ketika
bekerja, baik berupa masker ataupun sarung tangan. Parasit dapat menempel
pada tangan atau bersembunyi di kuku atau bahkan dapat masuk ke tubuh
melalui mulut karena adanya percikan darah dari hewan potong selama bekerja.
Menggunakan masker saat kontak langsung dengan kucing serta saat
membersihkan kandang kucing dapat mencegah seseorang terinfeksi ookista
Toxoplasma gondii yang menempel pada tubuh kucing atau kandang dan masuk
kedalam tubuh manusia secara inhalasi melalui udara. Selain menggunakan
APD, yaitu sarung tangan dan masker, ternyata mencuci tangan juga merupakan
salah satu cara agar terhindar dari infeksi toksoplasmosis. Karena dengan
mencuci tangan itu artinya memutus mata rantai kuman atau oparasit yang sudah
menempel pada tangan kita. Seperti diketahui bahwa tangan mampu menjadi
agen pembawa kuman atau parasit patogen dari orang satu ke orang lain baik
secara kontak langsung maupun tidak langsung.
Upaya pencegahan paling efektif adalah dengan meningkatkan
pemahanan tentang siklus hidup dan penularan Toxoplasma gondii sehingga
dapat memutus rantai penularan baik dengan memperhatikan kebersihan diri dan
lingkungan serta pola makan yang baik dan sehat
Upaya untuk mencegah penularan penyakit zoonosis pada manusia meliputi:
a. Mengendalikan zoonosis pada hewan dengan eradikasi atau eliminasi
hewan yang positif secara serologis dan melalui vaksinasi.
f. Memasak dengan benar daging sapi, daging unggas, dan makanan laut
serta menghindari mengonsumsi makanan mentah atau daging yang
kurang masak.
Edukasi dan promosi kesehatan untuk toxoplasmosis ditujukan untuk pencegahan primer
mencegah terjadinya infeksi dan pencegahan sekunder pada pasien yang terinfeksi namun belum
menunjukkan gejala.
Edukasi Pasien
Edukasi kesehatan untuk menjaga higienitas adalah salah satu cara yang dilakukan untuk
pencegahan primer infeksi toksoplasma. Setiap individu baik
yang berisiko maupun tidak sebaiknya dimotivasi untuk melakukan pencegahan
infeksi toxoplasmosis berdasarkan rekomendasi dari CDC, yaitu sebagai berikut:
a. Daging / unggas harus dimasak hingga matang
kucing
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan primer infeksi T. gondii mencakup:
a. Edukasi kesehatan
b. Skrining prenatal berupa pemeriksaan serologi pada ibu hamil
untuk mengurangi risiko terjadinya transmisi vertikal kepada
janin. Selain skrining dilakukan pula penatalaksanaan dengan
kombinasi pyrimethamine-sulfonamid dan asam folinik untuk
mencegah infeksi dan mengurangi gangguan janin
kandang. Selain itu perlu juga menerapkan higiene perorangan yang baik,
dengan cara selalu mengenakan APD dan mencuci tangan setelah kontak dengan
kucing dan lingkungan kucing sebagai upaya untuk pencegahan terhadap infeksi
toksoplasmosis
3.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapakan masyarakat agar meningkatkan tindakan yang dapat mencegah
terjadinya infeksi terhadap toksoplasmosis dengan berperilaku hidup bersih dan
sehat, terutama dapat menjaga kebersihan lingkungan serta menghindari
kebiasaan kontak dengan kucing, mencuci sayur dan buah yang akan
dikonsumsi, mengolah daging hingga matang dan mencuci tangan dengan air
dan sabun setelah kontak dengan tanah.
2. Bagi Instansi Kesehatan/Petugas Kesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan pembuatan program yang
terkait dengan upaya pencegahan toksoplasmosis di Daerah setempat untuk
mengurangi angka penyebaran Toxoplasmosis
DAFTAR PUSTAKA