Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FARMAKOLOGI DASAR

“ANTIPROTOZOA”

HENDRI NOFRI SANDI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Elsi Berliana Febrianti (1800018)

Fitri Ramadani (1800019)

Hazna Apdwiyah (1800020)

Ika Zulaikha (1800021)

Indri Cyintia (1800022)

Istivany Salsabiela (1200023)

Khairunnisa (1800024)

M. Riski Fadil (1800025)

PROGRAM STUDI D III A FARMASI


YAYASAN UNIV RIAU

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

Rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

ini dengan judul “ANTIPROTOZOA” dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai “ANTIPROTOZOA” dan juga mengenai

materi-materi lainnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Penulis juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan

demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat

tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan memberi manfaat bagi siapapun

yang membacanya.

Pekanbaru, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................

1.2 Rumusan Masalah...................................................................

1.3 Tujuan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Protozoa................................................................

2.2. Proses Timbulnya Penyakit Akibat Protozoa.........................

2.3. Mekanisme Kerja Obat ..........................................................

BAB III PENUTUP

6.1. Kesimpulan.............................................................................

6.2. Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak sekali organisme mikroskopis yang dalam hidupnya tidak pernahmelalui

stadium multisel. Tubuh organisme semacam ini merupakan suatu massa protoplasma

tunggal yang berupa sel saja, hanya terbagi menjadi sitoplasma dannukleus.

Organisme-organisme ini disebut organisme uniseluler, yaitu sel tunggalyang hidup

sendiri dengan bebas. Organisme ini dapat berupa tumbuhan maupunhewan, dengan

tanda-tanda spesifik sebagai pembeda. Ada kalanya organismeuniseluler tertentu

sukar ditentukan penggolongannya, kadang dapat digolongkanke dalam tumbuhan,

dan kadang digolongkan ke dalam hewan.

Saat ini terdapat kesamaan pendapat, bahwa istilah tumbuhan dan hewansukar

digunakan bagi organisme uniseluler, karena adanya kesamaan-kesamaan didalam

semua organisme tersebut. Timbullah gagasan untuk menyebut organisme uniseluler

tersebut dengan Protista. Protista terbagi menjadi 3, yaitu Protista mirip hewan

(protozoa), Protista mirip tumbuhan (Algae) dan Protista mirip jamur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan protozoa ?

2. Bagaimana proses terjadinya penyakit yang disebabkan protozoa ?

1
3. Bagaimana mekanisme kerja obat antiprotozoal ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan protozoa

2. Mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit penyebab protozoa

3. Mengetahui mekanisme kerja obat antiprotozoa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Protozoa

Protozoa merupakan suatu mikroorganisme bersel satu yang dapat

menyebabkan infeksi pada sirkulasi darah, saluran pencernaan dan kandung kemih.

infeksi akibat protozoa yang paling terkenal adalah Malaria, Disentri dan

Trikomoniasis.

Protozoa termasuk dalam kingdom protista yang tidak mempunyai

kemampuan untuk berfotosintesis. Protozoa berasal dari bahasa Yunani yaitu

“protos” (pertama atau awal/mula-mula) dan “zoon” (hewan). Jadi protozoa adalah

hewan yang pertama dan paling rendah dalam kingdom animalia.Ukurannya antara 3-

1000 mikron dan merupakan organisme mikroskopis bersifat heterotrof. Protozoa

adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari

Kingdom Protista.

Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan

menggunakan organel-organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan

mitokondria. Protozoa merupakan Protista yang ciri-cirinya menyerupai hewan.

Nama protozoa itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “protos” yang artinya

pertama dan “zoon/zoion” yang artinya hewan. Sampai sekarang, sekitar 50.000

spesies protozoa telah dideskripsikan.

3
Obat antiprotozoa adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan atau

pengobatan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa. Obat-obat antiprotozoa

sebagai berikut :

Obat obat anti protozoa

1. Amebiasis : Chloroquine, Dehydroemetine, emeline, Iodoquinole,

Metronidazole, Paramomycin, Tinidazole

2. Malaria : Artemisin, Cholroquin, Mefloquin, Primaquin, Pyrimethamine,

Quinine, Quindine

3. Tripanosomiasis : Benznidazole, Melarsoprol, Nifurttimox, Pentamidine,

Suramin

4. Leishmaniasis : Sodium stibogluconate

5. Toksoplasmosis : Pyrimethamine

6. Giardiasis : Metronidazol, Nitazoxanide, Tinidazole

2.2 Proses Timbulnya Penyakit Akibat Protozoa

Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit utama di dunia yang disebabkan oleh

protozoa genus Plasmodium. Malaria yang terjadi pada manusia dapat disebabkan

oleh 4 spesies plasmodium, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,

4
Pasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum merupakan

plasmodium yang terpenting karena penyebarannya luas, angka kesakitannya tinggi

dan sering menimbulkan malaria berat yang berakhir dengan kematian.

Infeksi parasit malaria pada tubuh manusia terjadi akibat gigitan nyamuk

Anopheles betina yang mengandung sporozoit Plasmodium. Perjalanan parasit ini

dari awal infeksi sampai menimbulkan gejala klinis terdiri atas tiga tahap; yaitu tahap

pre-eritrositik, tahap intrahepatik dan tahap eritrositik.

Pada tahap pre-eritrosit, parasit bergerak aktif di sirkulasi hingga mencapai sel

hepar. Tahap intrahepatik dimulai ketika sporozoit berhasil memasuki sel hepar

dengan bantuan sel Kupffer melalui pembentukan parasitophorous vacuole. Setelah

mengalami perkembangan dan multiplikasi di dalam sel hepar, parasit membentuk

skizon yang terdiri dari ribuan merozoit, menempel dan memasuki eritrosit melalui

interaksi ligand dengan banyak reseptor. Setiap tahapan ini melibatkan proses

molekuler yang komplek termasuk pertahanan tubuh host terhadap invasi

Plasmodium.

Daur hidup speises malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)

dalam badan nyamuk dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia

a. Fase Aseksual. Pada fase jaringan, sporozoit dalam darah ke sel hati dan

berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit.

Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Siklus ini berlangsung beberapa hari

dan asimtomatik. Merozoit masuk ke sel hati dan masuk dalam darah untuk

5
memulai siklus eritrosit. Sebagaian merozoit memulai dengan gametogoni

membenruk mikro dan makrogametosit. Siklus tersebut disebut masa tunas

intrinsic

b. Fase Seksual Dalam lambung nyamuk, mikro dan makrogametosit

berkembang menjadi mikro dan makrogamet yang akan membentuk zigot

yang disebut ookinet yang akan menembus dinding lambung nyamuk

membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit

akan dilepaskan dan masuk dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut

disebut masa tunas ekstrinsik. Cara infeksi dapat melalui gigitan nyamuk atau

melului transfusi darah

Disentri

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit

perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur

lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang

menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut

sebagai sindroma disentri, yaitu :

1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus

2. Sering buang air besar, dan

3. Tinja mengandung darah dan lendir

6
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit

menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan anggota

keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya. Infeksi

oleh mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar untuk

sekitar empat minggu.

Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman

tersebut dapat menyebabkan disentri basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas

pada saluran pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan

penyakit yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 10 organisme. Prosesnya

adalah invasi epitel selaput lendir, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum

terminal yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial,

perdarahan, pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin,

lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses berkurang,

jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.

Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi protozoa yang disebabkan oleh T. vaginalis dan

biasanya ditularkan melalui hubungan kontak seksual dan dapat menyerang

traktus urogenitalis bagian bawah baik pada wanita maupun pria.8 Keluhan

paling sering dijumpai berupa duh tubuh pada vagina, gatal, vaginitis, disuria,

polakisuria dan dispareuni. Meskipun banyak juga dijumpai tanpa adanya gejala.

7
T. vaginalis merupakan protozoa flagellate yang mempunyai 4 flagella dibagian

anterior yang panjangnya hamper sama dengan panjang tubuhnya. Trichomonas

mempunyai bentuk yang bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan. Dalam biakan

in-vitro organisme memiliki panjang 10μm (5-20 μm) dan lebar 7μm dan cenderung

berbentuk elips atau ovoid, sedangkan pada vagina bentuknya sangat bervariasi dan

sering mengalami elongasi. Gerakan membran undulasi sangat kuat dikendalikan oleh

flagella posterior. Dua spesies lain dari trichomonas yang menginfeksi manusia,

yaitu Trichomons tenax dan Trichomonas hominis.

Dalam kondisi normal, pH vagina berada dikisaran 3,8 dan 4,4 yang disebabkan

oleh adanya asam laktat yang dihasilkan oleh lactobacillus Döderlein. Lactobaciilus

ini dalam hidupnya menggunakan suplai glikogen yang terdapat pada sel-sel vagina.

Jadi, dalam pemeriksaaan sitology vagina normal tidak terdapat bakteri atau

mikroorganisme lain kecuali lactobacillus Döderlein.

Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang

kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif.

Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk lactobacillus menjadi berkurang bahkan

menjadi tidak ada sama sekali. Dan diketahui secara in-vitro ternyata Trichomonas

vaginalis ini memakan dan membunuh lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibatnya

jumlah lactobacillus Döderlein menjadi sedikit dan dapat hilang sama sekali

sehingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi ini, pH vagina

akan meningkat antara 5,0 dan 5,5. Pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas

vaginalis berkembang semakin cepat, akan memungkinkan untuk berkembangnya

8
mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga pada infeksi

trichomoniasis sering dijumpai bersamaan dengan infeksi mikroorganisme patogen

lainnya pada vagina.

Pada kebanyakan wanita yang menderita trichomoniasis sering dijumpai

bersamaan dengan infeksi oleh organisme yang juga pathogen seperti Ureaplasma

urealyticum dan atau Mycoplasma hominis sekitar lebih dari 90%, Gardnerella

vaginalis sekitar 90%, Neisseria gonorrhoe sekitar 30%, jamur sekitar 20%, dan

Chlamydia trachomatis sekitar 15%. Suatu penelitian in-vitro terhadap Trichomonas

vaginalis menunjukkan bahwa organisme ini memiliki kemampuan untuk

menghancurkan sel target dengan kontak langsung tanpa harus melalui proses

phagocytosis. Organisme ini menghasilkan suatu factor pendeteksi sel (cell-detaching

factor) yang menyebabkan kehancuran sel sehingga mengelupas epithel vagina.

2.3 Mekanisme Kerja Obat

Malaria

Penggolongan obat malaria berdasarkan cara kerja obat pada siklus hidup

Plasmodium (Martindale, 2009) :

a. Obat anti malaria Skizontosida darah yang menyerang Plasmodia yang hidup

didarah. Anti malaria jenis ini untuk pencegahan dan mengakhiri serangan

klinis. Contoh : Klorokuin, Kuinin, Kuinidin, Meflokuin, Halofantrin,

Sulfonamida, Tetrasiklin, Atovakuon dan Artemisinin serta turunannya

9
b. Obat anti malaria Skizontosida jaringan yang membunuh Plasmodia pada

fase eksoeritrositik di hati, mencegah invasi Plasmodia dalam sel darah.

Contoh : Primakuin, Proguanil, Pirimetamin

c. Obat anti malaria Gametosida yang membunuh stadium gametosit di darah.

Contoh: Primakuind. Obat anti malaria Sporontosida. Obat ini tidak

berpengaruh langsung pada gametosit dalam tubuh manusia tetapi mencegah

sporogoni pada tubuh nyamuk.

Artemisin

Mekanisme kerja artemisin awalnya pada jembatan peroksida, obat artemisinin

diketahui bekerja secara spesifik selama tahap eritrositik. Struktur jembatan peroksida

artemisinin diputus oleh ion Fe2+(ion besi II) menjadi radikal bebas yang reaktif.

Radikal-radikal artemisin ini kemudian menghambat dan memodifikasi berbagai

macam molekul dalam parasite yang mengakibatkan parasite tersebut mati. Sumber

10
ion besi II intrasel adalah heme (komponen penting dalam hemoglobin), selama

pertumbuhan dan penggandaannya dalam eritrosit, parasite memakan dan

menghancurkan sampai 80% sel hemoglobin inang dalam vakuola makanan. Ini

akan melepaskan Fe2+-hem, teroksidasi menjadi Fe3+-hematin, dan kemudian

mengendap dalam vacuola makanan membentuk pigmen Kristal disebu themozoin.

Efek antimalarial dari artemisin disebabkan oleh masuknya molekul ini ke dalam

vakuola makanan parasite dan kemudian berinteraksi dengan Fe2+-hem. Interaksi

menghasilkan radikal bebas yang menghancurkan komponen vital parasite sehingga

parasite mati. (Paul et al, 2010).

Ket : detoksifikasi hemoglobin oleh parasit ; hemoglobin oleh enzim protease akan

di ubah menjadi heme (Fe2+), kemudian heme (Fe2+) mengalami dimerisasi

menjadi hematin (Fe3+) yang toksik bagi parasit, selanjutnya parasit mengubah

11
hematin menjadi hemozoin (fe3+) yang tidak toksik bagi parasit dan sebagai sumber

makanan bagi parasite

Chloroquine

Klorokuin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati

penyakit malaria. Obat ini biasanya diberikan pada penderita malaria di daerah

endemik atau area yang diketahui berisiko tinggi terjangkit malaria.

Meskipun klorokuin cukup efektif mengatasi malaria, namun beberapa riset

telah menunjukkan terjadinya resistensi plasmodium jenis tertentu terhadap obat ini

hingga efektifitasnya dirasa semakin berkurang. Bahkan diketahui bahwa klorokuin

sudah tidak efektif lagi membasmi P. falciparum yang merupakan salah satu

penyebab malaria. Namun obat ini masih dapat digunakan untuk mengatasi

plasmodium dari jenis P. vivax, P. ovale dan P. malariae. Klorokuin juga digunakan

12
untuk mengatasi infeksi akibat parasit amoeba atau amebiasis yang terjadi diluar

saluran cerna. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit arthritis

reumathoid dan lupus eritmatosus sistemik.

Klorokuin bekerja seperti halnya obat jenis kuinolin lainnya yaitu

menghambat aktifitas heme polimerase, hingga menyebabkan akumulasi heme bebas

pada sel darah. Kondisi ini dapat dapat bersifat racun bagi parasit. Dimana parasit

atau plasmodium yang ada di dalam sel darah merah harus merubah hemoglobin agar

mendapatkan asam amino esensial untuk kebutuhan pembentukan protein dan energi.

Selama proses ini parasit memproduksi racun dan molekul heme yang dapat larut.

Selanjutnya klorokuin mengikat heme dan membentuk FP-klorokuin, senyawa ini

sangat beracun bagi sel dan mengganggu fungsi membran sehingga terjadi lisis dan

kematian pada sel parasit.

Primaquine

13
Primakuin atau 8-6-metokuinolon merupakan turunan dari 8-aminokuinolon.

Primaquine adalah obat yang digunakan dengan obat lain untuk mencegah dan

mengobati malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Efek samping yang terberat

dari primakuin adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang amgalami defisiensi

enzim G6PD. Primakuin dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik

yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia. Wanita hamil juga tidak

dianjurkan meminum obat tersebut

Primakuin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral dan dengan cepat

dimetabolisasi. Waktu paruh ± 6 jam. Metabolit dari primakuin merupakan bahan

oksidatif dan dapat menyebabkan hemolisis pada pasien yang sensitif. Primakuin

ditoreransi dengan baik, namun pada dosis besar dapat menyebabkan nyeri

epigastrium dan kaku perut. Keadaan ini dapat dikurangi dengan memberikannya

bersamaan dengan makanan. Pasien dengan defisiensi G6PD akan berkembang

menjadi anemia hemolitik pada pemberian dosis biasa. Obat ini harus dihentikan bila

dijumpai tanda-tanda hemolisis dan anemia. Primakuin tidak boleh digunakan pada

pasien dengan penyakit sistemik berat dan tidak boleh diberikan bersamaan kuinin,

meflokuin, atau obat yang dapat menekan sumsum tulang.

14
Pirimetamin

Efek samping yang sering muncul adalah rasa tidak enak pada perut, alergi,

dan supresi sumsum tulang. Obat ini tidak boleh digunakan oleh orang yang memiliki

kekurangan asam folat yang telah menyebabkan anemia.

mekanisme kerja pirimetamin dengan menghambat enzim dehidrofolat

reduktase plasmodia pada kadar yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan

untuk menghambat enzim yang sama pada manusia. Enzim bekerja dalam rangkaian

reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan

inti pada pertumbuhan skizon dalam hati

Disentri

Contoh obat disentri : Metronidazol, Paromomycin, Dosisiklin, Klorokuin,

Dehidroemetin.

Metronidazol

15
Metronidazole adalah obat antimikroba yang digunakan untuk mengobati

berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri

anaerob. Metronidazole sering diresepkan dokter kepada pasien sebelum menjalani

operasi usus dan operasi pada sistem reproduksi wanita. Metronidazole hanya dapat

mengobati infeksi protozoa dan bakteri, dan tidak dapat digunakan untuk mengobati

16
infeksi virus, seperti flu, pilek, atau cacar. Metronidazole aman dikonsumsi orang-

orang yang alergi terhadap penisilin

Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis asam nukleat dengan

merusak DNA. Sebagai antiprotozoa, metronidazol bekerja dengan mendestruksi

protozoa tersebut. Sedangkan sebagai radiasi-sensitizer, metronidazol efektif mampu

merusak sel yang tidak diinginkan.

Paromomycin

Paromomycin adalah antibiotik yang melawan bakteri. Paromomycin

digunakan untuk mengobati infeksi usus tertentu. Paromomycin juga digunakan

untuk mengobati masalah liver tertentu.

Paromomisina (paromomycin) adalah antibiotika amoebisidal yang termasuk

golongan aminoglikosida. Antibiotik yang juga dikenal dengan nama monomycin dan

17
aminosidine ini bekerja dengan cara mengikat secara ireversibel sub unit 16s dari

ribosom prokariotik bakteri yang peka sehingga menghambat sintesa protein yang

pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri itu. paromomisina (paromomycin)

mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Protozoa merupakan suatu mikroorganisme bersel satu yang dapat menyebabkan

infeksi pada sirkulasi darah, saluran pencernaan dan kandung kemih. infeksi akibat

protozoa yang paling terkenal adalah Malaria, Disentri dan Trikomoniasis.

Obat antiprotozoa adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan atau

pengobatan penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa.

Obat obat anti protozoa antara lain Chloroquine, Dehydroemetine, emeline,

Iodoquinole, Metronidazole, Artemisin, Cholroquin, Mefloquin, Primaquin,

Pyrimethamine, Quinine, Quindine, Benznidazole, Melarsoprol, Nifurttimox,

Pentamidine, Suramin

3.2 Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Harijanto PN. Gejala klinik malaria. Dalam Harijanto PN, penyunting. Malaria

epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta; EGC 1999.

Anonim, 2008, Shigella dysentriae , http://en.wikipedia.org/wiki/Shigella_dysenteriae,

diakses tanggal 13 Mei 2008

Yunilda Adriyani. Trichomonas Vaginalis-Protozoa Patogen Saluran Urogenital.

2005. USU Repository.

Abdoerrachman. 1989. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : Bagian IKA FKUI. pp;

655-9

Sukarban, S dan Zunilda. 1995. Obat Malaria Dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 4.

Jakarta: FKUI. pp; 545-59.

Syarif, Amir, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : UI Press

20

Anda mungkin juga menyukai