Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN

Agen Penyebab Infeksi : Protozoa

Disusun oleh:

Kelompok 8

Anna Sofiana (722621706)

Ferdan Caesar R (722621755)

Viky Ferdiansyah (722621779)

Selvia Ayu W (722621786)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat rahmat tuhan yang maha esa, sehingga makalah ini
dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini kami guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Keperawatan Dasar”.
Kami menyadari bahwa kata-kata serta kalimat dalam makalah ini jauh dari
kata sempurna, serta dibuat secara bersama-sama yakni berkelompok sehinggga
isi dari makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini yang masih banyak kekurangan-kekurangan,
baik pada cara penulisan maupun materi yang terkandung didalamnya, mengingat
kemampuan yang dimiliki penulis tidaklah sempurna.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan yang telah memberikan
kontribusinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat senantiasa berguna bagi
pihak yang membaca terlebih khusus bagi yang berkepentingan.

ii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1............................................................................................................
Latar Belakang...................................................................................1
1.2............................................................................................................
Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3............................................................................................................
Tujuan Penulisan...............................................................................1
1.4............................................................................................................
Manfaat Penulisam............................................................................1
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA...........................................................................2
1.
2.
2.1. Konsep Dasar....................................................................................2
2.1.1. Definisi Agen Infeksi..............................................................2
2.1.2. Klasifikasi Agen Infeksi.........................................................2
2.1.3. Struktur Protozoa....................................................................2
2.1.4. Siklus Hidup Protozoa............................................................2
2.1.5. Jenis-jenis Protozoa................................................................3
2.1.6. Gejala Infeksi Protozoa...........................................................6
2.1.7. Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Protozoa.......................6
2.1.8. Contoh penyakit yang disebabkan oleh Protozoa...................6
2.2. Faktor yang mempengaruhi penyebaran agen infeksi......................8
2.2.1. Lingkungan Fisik....................................................................8
2.2.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi..................................................8
2.2.3. Globalisasi..............................................................................8
2.3. Tantangan dalam pengendalian agen infeksi....................................9
2.3.1. Kebijakan Pemerintah.............................................................9
2.3.2. Mutasi Agen Infeksi...............................................................9
2.3.3. Kegagalan Vaksin...................................................................9
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................10
3.1. Kesimpulan.......................................................................................10
3.2. Saran.................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk
koloni/kelompok. Protozoa termasuk kedalam kelompok hewan prortista
eukariotik karena inti sel penyusun tubuhnya dilindungi membrane inti,
protozoa termasuk kedalam golongan bakteri yang merugikan dan dapat
menimbulkan masalah kesehatan.
Protozoa merupakan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit dengan beberapa tahapan yaitu seperti mual, tidak nafsu makan, dan
pusing kepala.
Pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan protozoa diantaranya
adalah seperti mencuci tangan, menjaga makanan agar tetap bersih dan
meningkatkan personal hygiene.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana deskripsi agen infeksi protozoa
2) Apa saja penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa
3) Bagaimana pencegahan dan pengobatan infeksi protozoa
1.3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui dengan jelas deskripsi agen infeksi protozoa
2) Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan infeksi protozoa
1.4. Manfaat Penulisan
1) Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa
2) Sebagai bahan referensi pembelajaran atau penelitian bagi mahasiswa
3) Sebagai bahan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan tentang
bermacam-macam agen infeksi baik yang berguna maupun sebagai
penyebab penyakit

iv
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Agen Infeksi
Agen Infeksi adalah makhluk hidup kecil yang mampu
menyebabkan Infeksi, Wujudnya berupa virus, bakteri, jamur ataupun
parasite.
2.1.2 Klasifikasi Agen Infeksi
Dalam penggunaan medis, agen infeksi dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu “Mikroorganisme Patogenik” seperti ( bakteri, virus, prion,
fungi ) dan “Parasit” seperti ( cacing, protozoa, artropoda )
2.1.3 Struktur Protozoa
Protozoa adalah hewan yang temasuk bersel tunggal, protozoa
memiliki struktur yang lebih majemuk dari pada sel tunggal hewan
multiselular dan meskipun hanya terdiri satu sel, namun protozoa
termasuk organisme sempurna, karena sifat strukturnya itu, maka
beberapa para ahli zoology menamakan protozoa sebagai aselular tetapi
keseluruhan organisme itu dibungkus oleh plasma membran.
Sama seperti sifat sel hewan, umumnya protozoa berdinding selaput
plasma tipis. Protozoa hanya dapat hidup dari zat-zat organik yang
merupakan konsumen dalam komunitas, mereka menggunakan bakteri
atau mikroorganisme lain/sisa-sisa organisme. Pada umumnya protozoa
bersel satu, tetapi ada beberapa spesies yang membentuk koloni.
Kebanyakan di dalam satu sel mempunyai satu inti, tetapi dari beberapa
spesies secara generatif berkonjugasi karena individu jantan dan betina
tidak jelas perbedaannya. Bentuk tubuh protozoa ada yang selalu
berubah – ubah ada juga yang tetap bentuknya seperti bentuk bola atau

v
bentuk bulat panjang dengan atau tidak dengan menggunakan suatu
flagel atau silia.
2.1.4 Siklus Hidup Protozoa
Siklus hidup protozoa biasanya melewati beberapa tahap atau fase
yang memiliki struktur dan aktivitas berbeda. Trofozoit merupakan
terminologi untuk struktur aktif dan mencerna makanan merupakan fase
perbanyakan pada sebagian besar protozoa. Pada protozoa parasit,
struktur trofozoit memiliki sifat patogenesis.
Pada homoflagelata terminologi amastigot, promastigot,
epistomastigot, dan tripomastigot merupakan bagian dari fase trofozoit.
Variasi terminologi diterapkan pada apicomplexa, seperti takizoit dan
bradizoit untuk membedakan struktur organisme dalah siklus hidupnya.
Fase lainnya adalah kompleks aseksual seperti merozoit yang
merupakan hasil fisi schizont multinukleat, dan siklus seksual seperti
gametosit dan gamet. Beberapa protozoa membentuk kista yang bersifat
infektif. Perbanyakan dapat terjadi di dalam kista, sehingga
menghasilkan sel-sel anakan baru. Trofozoit Entamoeba histolitica lebih
dulu berubah bentuk menjadi kista bernukleus tunggal.
Setelah dewasa, nukleus dalam kista mengalami pembelahan menjadi
4 nukleus dan keluar menjadi 4 sel ameba baru. Kista Giardia lambia
mampu menghasilkan hanya 2 sel anakan. Kista memiliki dinding
protektif yang membuat parasit bertahan di lingkungan luar selama
periode lama, bahkan sampai beberapa tahun. Kista dalam jaringan
inang tidak memilik dinding protektif kuat dan bergantung pada
carnovorisme untuk penyebarannya. Oosit merupakan fase hasil
reproduksi seksual pada apicomplexa. Oosit apicomplexa biasanya
keluar bersama feces inang, tetapi oosit Plasmodium (agen malaria)
berkembang dalam rongga tubuh vector nyamuk.
2.1.5 Jenis-Jenis Protozoa
a) Flagelatta
Apabila kita melihat dari namanya, maka Flagellata ini bergerak
dengan bantuan satu atau lebih flagela. Bentuk flagela seperti

vi
cambuk. Letaknya berada pada ujung anterior tubuhnya. Selain
berfungsi sebagai alat gerak, flagela juga dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan lingkungannya. Tampak pula membran yang
berombak-ombak dan kelihatan menonjol, sehingga flagela dan
membran ini berguna untuk gerak aktif dan atau mengumpulkan
makanan dengan cara menghasilkan aliran air di sekitar mulut
sehingga makanan dapat memasuki mulut. Sitoplasma Flagellata
dikitari oleh polikel atau pembungkus yang nyata sehingga
memberikan bentuk tubuhnya.
Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua,
yaitu berbentuk seperti tumbuhan, dinamakan fitoflagelata yang
mengandung klorofil dan bersifat fotosintetik, contohnya Euglena.
Adapun yang berbentuk seperti hewan disebut zooflagelata, tidak
mempunyai klorofil dan bersifat heterotroph
b) Rhizopoda
Amoeba merupakan salah satu anggota Rhizopoda yang terkenal.
Golongan Rhizopoda ini bergerak dengan menggunakan kaki semu
(pseudopodia). Kaki semu ini sebenarnya merupakan perluasan
protoplasma sehingga dapat bergerak di suatu permukaan dan
menelan partikel-partikel makanan kemudian masuk dalam vakuola
yang akan dicerna dalam vakuola tersebut.
Bentuk Amoeba senantiasa berubah-ubah, hidupnya bebas,
terdapat di tanah becek atau di perairan yang banyak mengandung
bahan organik, tetapi ada juga yang hidup sebagai parasit yang
sering dikenal dengan sebutan Entamoeba.
c) Ciliata
Ciri khusus apa yang terdapat di dalam kelompok Ciliata? Jika kita
amati, ciri yang ada adalah terdapatnya rambut getar atau disebut
“silia” yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, tetapi ada
juga yang hanya terdapat pada sebagian tubuhnya. Apa fungsi dari
silia ini? Silia berfungsi untuk bergerak, silia yang terdapat di sekitar

vii
rongga-rongga mulut dapat menimbulkan efek pusaran air yang
dapat membantu untuk mengumpulkan makanan.
Sesuai dengan organ tubuhnya, Ciliata hidup di tempat yang berair
seperti sawah, rawa, atau tanah yang becek. Ciliata mempunyai sel
yang memiliki dua nukleus, yaitu makronukleus dan mikronukleus.
Masing-masing nukleus ini mempunyai tugas sendirisendiri,
makronukleus mengatur struktur dan metabolisme sel dan
mikronukleus bertugas untuk mengatur aktivitas reproduksi. Dilihat
dari bentuknya, Ciliata berbentuk seperti sandal sehingga dikenal
sebagai “hewan sandal”. Ukuran tubuhnya sekitar 250 milimikron.
Seluruh permukaan tubuhnya ditumbuhi beribu-ribu silia dan
pangkalnya menancap pada polikel. Silia berfungsi sebagai alat
gerak maju dan mundur atau berbelok dengan cara menggetarkan
silianya.
Lekukan pada permukaan sel seperti yang terlihat pada diatas
adalah mulut Paramecium yang disebut sitostoma. Mulut ini
berfungsi sebagai jalan makanan masuk dalam kerongkongan sel
(sitofaring) dan ujung sitostoma membentuk vakuola makanan
sehingga makanan dapat dicerna kemudian diedarkan ke seluruh sel,
sari makanannya masuk ke dalam sitoplasma. Sisa makanannya
berbentuk padat dan cair, yang padat dikeluarkan melalui membran
sel, sedangkan sisa makanan yang berbentuk cair dikeluarkan
melalui vakuola berdenyut
d) Sporozoa
Sporozoa merupakan satu-satunya anggota Protozoa yang tidak
memiliki alat gerak dan bergerak dengan cara meluncurkan tubuhnya
dalam medium tempat hidupnya. Sesuai dengan namanya, dia
mempunyai ciri khas, yaitu membentuk spora. Sporozoa hidup
sebagai parasit. Cara mendapatkan makanannya dengan menyerap
nutrisi inangnya, misalnya Plasmodium yang merupakan anggota
Sporozoa paling terkenal. Pada tubuh manusia, Plasmodium
menyebabkan penyakit malaria. Penularannya terjadi melalui gigitan

viii
nyamuk Anopheles betina. Setelah digigit, Plasmodium langsung
menyebar di dalam darah dan berkembang biak di dalam hati dan
akan menginfeksinya sehingga menyebabkan kemantian

2.1.6 Gejala Infeksi Protozoa


a) Diare
b) Demam dan menggigil
c) Dehidrasi
d) Sakit Perut
e) Tinja Berdarah
f) Nyeri Otot
g) Pembengkakan kelenjar getah bening
2.1.7 Pencegahan & Pengobatan Infeksi Protozoa
Pencegahan Infeksi Protozoa dapat dilakukan dengan cara :
a) Cuci tangan dan kaki Anda secara teratur, terutama setelah
memegang makanan mentah, sehabis buang air besar, sehabis
berladang, berkebun, atau mengolah tanah, dan setelah memegang
kotoran manusia atau hewan
b) Cuci bahan makanan dan masak sampai matang.
c) Pastikan minum air mineral yang bersih, sebaiknya minum dari
airkemasan saat Anda bepergian.
d) Hindari menelan air dari danau, sungai, atau kolam.
e) Hindari memegang kotoran hewan secara langsung, terutama
kotoran kucing
Pengobatan Infeksi Protozoa dapat dilakukan dengan cara :
Iodoquinol termasuk dalam kelompok obat yang disebut
antiprotozoals, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi
akibat protozoa. Iodoquinol paling sering digunakan dalam pengobatan
infeksi usus yang disebut amebiasis.
2.1.8 Contoh Penyakit yang disebabkan oleh protozoa

ix
a) Malaria
Penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang paling banyak
diketahui adalah malaria. Infeksi malaria dimulai di darah dan
disebarkan oleh nyamuk. Protozoa penyebab penyakit malaria antara
lain adalah Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan
Plasmodium falciparum. Sebagian besar gejala malaria disebabkan
oleh racun yang dihasilkan parasit ketika menyerang sel darah
merah. Racun ini dapat menyebabkan anemia hingga penyumbatan
pembuluh darah kecil di seluruh tubuh.
b) Giardiasis
Giardiasis adalah infeksi parasit yang dimulai di usus. Infeksi ini
biasanya ditularkan melalui air minum yang telah terkontaminasi
parasit giardia. Gejala utama giardiasis adalah diare, serta dapat
menyebabkan gas dan sakit perut. Gejala giardiasis dapat
berlangsung selama satu sampai tiga minggu. Terkadang gejalanya
akan membaik tetapi kemudian kembali lagi. Meskipun sulit
didiagnosis, biasanya penyakit yang disebabkan oleh protozoa
giardia dapat ditangani dengan pemberian antibiotik
c) Toksoplasmosis
Toksoplasmosis atau toxo disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii dan dikenal sebagai penyakit kematian janin. Parasit ini dapat
ditemukan di kelenjar getah bening, mata, dan juga otak. Parasit
penyebab toxo paling sering menginfeksi dari mengonsumsi daging
yang kurang matang atau terdapat kontak dari tangan-ke-mulut yang
tidak disengaja dengan kotoran hewan yang terkontaminasi. Toxo
dapat menyebabkan kematian pada orang dengan sistem imun
rendah atau janin di dalam kandungan.
d) Disentri Amoeba
Penyakit disentri amoeba disebabkan oleh protozoa Entamoeba
histolytica. Penderita disentri amuba akan mengalami gangguan
pencernaan dan menyebabkan diare. Protozoa penyebab disentri

x
dapat mengalir melalui dinding usus dan masuk ke aliran darah serta
ke organ lain seperti hati. Parasit lalu dapat menyebabkan abses hati.

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Agen Infeksi


2.2.1 Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik sangat mempengaruhi tingkat penyebaran agen
infeksi, dikarenakan agen infeksi hidup tergangung dari kondisi
lingkungan fisik, biasanya agen infeksi hidup di dalam lingkungan fisik
yang tidak sehat/kotor. Karena lingkungan yang tidak sehat/kotor
menjadi tempat favorit para agen infeksi bersemayam/menyebar dengan
mudah dibanding lingkungan fisik yang sehat/bersih.
2.2.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi
Kondisi social & ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap
penyebaran agen infeksi, dikarenakan jika seseorang/keluarga terebut
termasuk kelas social/ekonomi yang rendah/miskin maka tempat tinggal
dan kebiasaan mereka biasanya akan sedikit tidak higienis dikarenakan
kurangnya pengeatahuan dan tingkat pemamahan, akibatnya
penyebaran agen infeksi lebih mudah terjadi pada golongan masyarakat
yang kondisi social/ekonominya rendah/miskin
2.2.3 Globalisasi
Globalisasi juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran agen
infeksi, dikarenakan mobilitas masyarakat yang berpindah-pindah
bahkan sampai keluar negeri, biasanya masyarakat tanpa sadar
membawa penyakit yang menular sambil bepergian ke tempat-tempat
baik di tingkat regional sampai internasional, dan akan berbahaya
karena mereka kemungkinan akan menyebarkan penyakit yang
disebabkan oleh agen infeksi yang belum mereka sadari, karena itulah
globalisasi sangat berpengaruh sekali terhadap penyebaran agen Infeks.

xi
2.3. Tantangan Dalam Pengendalian Agen Infeksi
2.3.1 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam pemgendalian agen infeksi juga
menjadi tantangan yang sulit, karena jika kebijakan pemerintah tersebut
gagal dalam meminimalisir penyebaran agen Infeksi, makan
pemeerintah harus memikirkan kebijakan yang lain, contoh saat
pemerintah membuat kebijakan seperti vaksin masal/gratis seluruh
masyarakat, wajib memakai masker, atau diam di rumah selama
beberapa hari, kebijakan tersebut berupaya untuk mencegah terjadinya
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh agen Infeksi, namun saying
ada beberapa kebijakan yang kadang malah tidak efektif dalam
pengendalian agen Infeksi.
2.3.2 Mutasi Agen Infeksi
Mutasi agen infeksi adalah suatu kejadian yang sangat mengerikan
karena jika suatu virus/bakteri bermutasi maka biasanya virus/bakteri
tersebut akan lebih kuat dan kebal dari sebelumnya, hal ini jelas
mengkhawatirkan karena akan membuat tantangan dalam pembuatan
vaksin ataupun kebijakan untuk mencegah terjadinya terjangkit
virus/bakteri tersebut akan lebih sulit.
2.3.3 Kegagalan Vaksin
Kegagalan vaksin ialah suatu kondisi dimana vaksin yang diberikan
kepada masyarakat tidak berdampak apapun dan malah merugikan,
jelas hal ini sangat ssrius dalam tindakan pengendalian agen infeksi,
biasanya dampak dari kegagalan vaksin ini malah menimbulkan
masalah yang lain pada orang yang divaksinasi, contoh saja ada

xii
beberapa orang yang saat divaskinasi malah muncul bengkak-bengkak,
kemerahan, nyeri bahkan sampai ada yang meninggal, jelas hal ini juga
menjadi tantangan yang serius dalam pengendalian agen Infeksi

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Protozoa merupakan hewan bersel satu dan termasuk kedalam golongan
bakteri yang merugikan. Protozoa dapat menyebabkan berbagai macam
masalah kesehatan misal seperti diare, muntah-muntah atau tidak nafsu
makan dan sejenisnya, cara efektif agar meminimalisir kerugian akibat
protozoa adalah dengan meningkatkan personal hygiene dan jika sudah
terjangkit penyakit/infreksi yang disebabkan oleh protozoa sebaiknya segera
ditangangi dan diobati secara cepat dan tepat

3.2. Saran
Sebaiknya kita semua harus segera sadar akan pentingya kebersihan
lingkungan sekitar terutama pada kebersihan makanan, karena berbagai
macam bakteri dapat mudah menempel pada makanan dan segala sesuatu
yang kotor termasuk bakteri protozoa, personal hygiene sebaiknya lebih
ditingkatkan agar dapat mencegah bakteri protozoa bersarang di berbagai
benda atau makanan yang kotor.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Hafsari, A. R. (2020). Mikrobiologi Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pelczar, M. J. (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

xiv

Anda mungkin juga menyukai