Anda di halaman 1dari 43

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayah- Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan kerido’an-
Nya Makalah Task Reading pada Modul SISTEM INFEKSI & HEMATOIMUNOLOGI
dengan judul “PROTOZOA” ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membutuhkan, terutama bagi mahasiswa fakultas kedokteran univeritas islam al-azhar
Mataram.

Mataram, 29 Juni 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

KataPengantar .......................................................................... ..............................i

DaftarIsi ................................................................................................................ ii

BAB I. Pendahuluan

1.1.LatarBelakang........................................................................................1

1.2.Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II. Pembahasan

2.1Permasalahan ...........................................................................................

 Definisi protozoa ..............................................................................


 Ciri-ciri protozoa ...............................................................................
 Morfologi protozoa ...........................................................................
 Fisiologi protozoa ............................................................................
 Habitat protozoa ...............................................................................

BAB III. Penutup

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................

DaftarPustaka ......................................................................................................... 34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup yang
berukuran kecil. Di alam, banyak terdapat spesies yang hidup baik sendiri maupun berkoloni
(berkelompok). Spesies ini ada yang bersifat parasit pada manusia dan hewan. Salah satu
spesies ini adalah Protozoa. Protozoa merupakan suatu spesies yang berukuran kecil yang
hidup soliter atau berkoloni. Terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan dalam
hidupnya mampu beregrak menggunakan berbagai cara.

Dalam makalah ini, akan dibahas bagaimana struktur, morfologi, fisiologi, dan
penularan yang dapat disebabkan oleh spesies ini.

1.2. TUJUAN

 Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan protozoa


 Mahasiswa mengetahui bagaimana ciri-ciri protozoa
 Mahasiswa mengetahui bagaimana morfologi protozoa
 Mahasiswa mengetahui fisiologi protozoa
 Mahasiswa mengetahui bagaimana habitat protozoa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PERMASALAHAN

Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni (proto
(J) = pertama; zoon = hewan). Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang sanggup
melakukan semua fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel khusus.
Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada
mausia dan binatang.

Ada dua bentuk :

1.Trofozoit yaitu bentuk yang bergerak aktif, yang halus dan tidak dapat bertahan
hidup diluar tubuh, jika tertelan, tidak dapat bertahan terhadap pengaruh asam lambung,
maka umunya dianggap tidak menular.

2.Kista yaitu stadium isttirahat yang tahan terhadap pengaruh buruk dan merupakan
bentuk infektif umum dalam penularan fekal-oral karena mereka dapat bertahan sementara
selama di dalam lingkungan dan melewati lingkungan asam lambung. (Johson, G. Arthur.
2011. Mikrobiologi dan Imunologi, Edisi Kelima. Hal. 298-299).

Fisiologi

Stadium vegetatif atau stadium trofik protozoa yang hidup bebas terdapat dalam
semua lingkungan akuatik, pasir, tanah dan bahan organik yang membusuk. Juga ditemukan
di daerah kutub, daratan tinggi, dan bahkan di perairan hangat (30 sampai 560C) sumber air
panas.Akan tetapi, kebanyakan protozoa mempunyai temperature optimum untuk tumbuh
antara 16 samapi 250C, dengan maksimumnya 36 samapai 400C. Stadium terensistasi dapat
tahan variasi suhu yang lebih tinggi daripada stadium trofik.
Beberapa protozoa dapat mengimbangi kisaran pH yang luas, misalnya dari 3,0
sampai 9,0. Akan tetapi, bagi sebagian besar protozoa, pH optimum bagi kegiatan
metabolisme yang maksimum berkisar anatara 6,0 sampai 8,0.

Bagi protozoa yang mempunyai pigmen fotosintetik (protozoa seperti ini oleh beberapa ahli
biologi dianggap algae), cahaya itu perlu sekali.Tetapi pada galibnya protozoa itu
nonfotosintetik. Beberapa protozoa memperoleh nutrient organic terlarut melalui membrane
sitoplasma, sebagaimana bakteri. Protozoa yang lain adalah holozoik, artinya mereka
menalan makanan sebagai partikel – partikel padat melalui rongga mulut. Makanan yang
ditelan itu biasanya ialah bakteri, ganggang, atau protozoa lain. Setelah ditelan, makanan itu
terkurung dalam vakuola dan substansi yang kompleks itu dirombak oleh enzim – enzim
menjadi bentuk terlarut yang dapat diasimilasi. Bahan tertelan yang tidak terurai menjadi
bentuk terlarut di dalam vakuola tadi, yang kemudian bergerak ke permukaan sel, di situ
vakuola tersebut pecah dan membuka untuk membuang kotoran itu dari dalam sel. (Irianto,
Koes. 2013. Parasitologi Medis. Hal. 101-106).

Morfologi dan Lingkaran Hidup

Pada umumnya protozoa mempunyai dua stadium utama yaitu stadium vegetatif atau
stadium trofozoit (trophos = makan) dan stadium kista (cyst = kantong) yang tidak aktif.
Ukurannya kecil sekali, hanya beberapa mikron sampai 40 mikron. Protozoa yang terbesar
Balantidium coli yang berukuran 70 mikron. Bentuk protozoa ada yang bulat, lonjong,
simetris, bilateral atau tidak teratur. Protozoa terdiri atas (satu atau lebih) inti dan sitoplasma.
Inti merupakan bagian penting yang diperlukan untuk mempertahankan hidup dan untuk
reproduksi. Inti terdiri atas selaput inti (membran inti) yang meliputi retikulum halus (serabut
inti) yang akromatik, cairan inti, kariosom (karyosoma, endosoma, nukleolus) dan butir
kromatin. Pada inti vesikular butir kromatin berkumpul membentuk suatu massa dan pada inti
tipe granular butir kromatin tersebar merata. Pada inti padat terdapat lebih banyak butir
kromatin dan hanya sedikit cairan inti. Struktur inti, terutama susunan kromatin dan
kariosom, penting untuk membedakan spesies. Pada protozoa usus dapat dibedakan 4 macam
inti : a) inti entameba, b) inti endolimaks, c) inti iodameba dan d) inti dientameba. Pada
infusoria ada satu makronukleus dan satu atau beberapa mikronukleus. Fungsi mikronukleus
adalah untuk reproduksi.
Sitoplasma terdiri atas endoplasma, bagian dalam yang lebih besar dan ektoplasma,
bagian luar yang tipis. Endoplasma yang berbutir-butir dan mengandung inti mengurus gizi
sel dan reproduksi. Endoplasma berisi pula vakuol makanan, makanan cadangan, benda
asing, vakuol kontraktil dan benda kromatid. Pada mastigophora mungkin ada kinetoplas,
yang terdiri atas dua bagian, benda parabasal dan blefaroplas, yaitu tempat keluar flagel.

Ektoplasma tampak jernih dan homogen. Fungsinya sebagai alat pergerakan,


mengambil makanan, ekskresi, respirasi dan bertahan diri. Alat pergerakan ialah bagian
ektoplasma yang menonjol atau memanjang, berupa (a) pseudopodium (kaki palsu), (b) flagel
(bulu cambuk), (c) bulu getar (cilium) dan (d) membran bergelombang. Alat pergerakan
digunakan untuk memperoleh makanan dan untuk bereaksi terhadap rangsangan fisik dan
kimia. Pada flagellata dan ciliata pergerakan tampak sangat aktif, sedangkan pada sporozoa
pergerakan hampir tidak kelihatan, kecuali pada beberapa stadium tertentu dalam daur
hidupnya. Pseudopodium pada rhizopoda membentuk pergerakan ameboid; bulu getar secara
ritmis menggerakkan ciliata; flagel yang dibantu oleh membran bergelombang menggerakkan
mastighopora ke segala jurusan.

Makanan dimasukkan melalui setiap tempat pada ektoplasma atau dimasukkan


melalui tempat khusus. Beberapa spesies memasukkan makanan melalui periostom, langsung
ke dalam sitostom (cytostom, mulut rudimenter) kemudian melalui sitofaring (cytopharinx)
yang berbentuk tabung ke dalam endoplasma. Cara mengambil makanan dilakukan dengan
penyerapan makanan cair (osmosis) atau pengambilan bahan padat melalui ektoplasma atau
sitostom. Dalam vakuol makanan diubah bentuknya oleh enzim. Benda yang tidak dapat
dicernakan dikeluarkan ke permukaan badan atau melalui lubang khusus, yaitu sitopig.
Ekskresi dilakukan dengan tekanan osmosis dan difusi. Pada beberapa spesies, vakuol
kontraktil bekerja sebgai alat ekskresi. Protozoa mengeluarkan sekret, yaitu enzim digestif,
pigmen, enzim proteolitik, hemolisin, sitolisin dan dinding kista, serta berbagai zat toksik dan
antigenik. Protozoa bernapas secara langsung dengan mengambil oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida, atau secara tidak langsung dengan mengambil oksigen yang dilepaskan oleh
aktivitas enzim dan persenyawaan kompleks.

Pada stadium trofozoit terdapat selaput tipis yang tidak memberi bentuk tetap pada
golongan ameba, tetapi memberi bentuk tetap pada golongan lain, misalnya pada ciliata dan
mastighopora. Pada stadium kista terdapat selaput yang kuat disebut dinding kista yang
dibentuk oleh ektoplasma bila keadaan lingkungan kurang menguntungkan. Stadium kista
diperlukan untuk kelangsungan hidup diluar badan hospes dan sebagai pertahanan terhadapa
zat pencernaan di saluran pencernaan. Kista berperan pada transmisi dari hospes ke hospes
yang lain dan merupakan stadium infektif pada ameba, siliata dan flagelata intestinal yang
ditularka melalui makanan dan air minum. Stadium kista, selain berfungsi untuk bertahan
(misalnya pada Balantidium coli), juga dapat berfungsi untuk reproduksi (misalnya pada
ameba dan flagelata).

Kelangsungan hidup protozoa berdasarkan kemampuan reproduksi yang tinggi.


Reproduksi pada protozoa berlangsung secara aseksual dan seksual.

Pembiakan aseksual

1. Belah pasang

Pada tipe ini satu parasit membelah menjadi dua parasit yang sama bentuknya. Misalnya pada
ameba, mastighopora, dan ciliata.

2. Skizogoni

Pada tipe ini inti membelah menjadi banyak dan masing-masing inti diliputi oleh protoplasma
sehingga terbentuk banyak merozoit (meros (J) = bagian).

Beberapa spesies berkembangbiak pada stadium kista. Inti membelah, sehingga pada waktu
ekskistasi tiap kista dapat mengeluarkan beberapa trofozoit baru.

3. Pembiakan seksual

Pada pembiakan seksual tampak bersatunya 2 sel, yaitu syngami yang permanen atau tidak
permanen.

Pada pembiakan seksual dibentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan


mikrogametosit yang setelah belah reduksi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah
terjadi pembuahan terbentuk zygot (zygosis = menjadi satu). Inti zygot membelah menjadi
banyak dan menjadi sporozoit (sporos = benih; zoon = hewan). Proses ini disebut sporogoni.

Konjugasi atau syngami tidak permanen adalah proses peremajaan pada spesies dan
proses reproduksi pada spesies lainnya.

Pembiakan aseksual dan seksual bergantian. Pembiakan dengan cara ini dapat terjadi pada
sporozoa. (Sutanto, Inge, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran, Edisi ke Empat, Hal. 103-105).
Penularan

Parasit berpindah dari hospes ke hospes yang lain secara langsung atau melalui
makanan dan air setelah berada di luar badan hospes. Kista dapat bertahan terhadap keadaan
lingkungan yng kurang menguntungkan dan terhadap zat pencernaan, menjadi stadium
infektifnya, seperti pada berbagai ameba, flagelata, ciliata. Pada protozoa yang tidak
mempunyai stadium kista, penularan terjadi melalui stadium trofozoit, seperti pada
Entamoeba gingivalis. Dientamoeba fragilis, Trichomonas. Pada sporozoa usus, stadium
infektifnya adalah ookista yang berisi sporozoit.

Pada banyak parasit darah dan jaringan yang hidup bergantian dalam hospes
vertebrata (manusia) dan hospes invertebrata (serangga), penularan parasit terjadi melalui
vektor. Misalnya Plasmodium ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan vektor Trypanosoma
adalah lalat Glossina. Dalam badan vektor, parasit mengalami perkembangan sampai menjadi
stadium infektif. Meskipun daur hidup parasit memerlukan dua hospes, penularan secara
langsung tanpa perkembangan dalam tubuh vektor dapat terjadi dengan kontak atau dengan
perantaraan serangga penggigit. Parasit malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah.

Suhu dan kelembaban yang mempengaruhi pertumbuhan vektor dan perkembangan parasit
dalam tubuh vektor, merupakan faktor penting dalam penularan penyakit parasitik oleh
vektor. (Sutanto, Inge, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran, Edisi ke Empat, Hal. 103-105).

Pembagian dalam Kelas

Protozoa yang merupakan parasit pada manusia dibagi dalam 4 (empat) kelas :

1. Rhizopoda (rhiz (J) = akar; podium = kaki)


2. Mastighopora = Flagellata (mastix (J) = cambuk; phoros = mengandung)
3. Ciliophora = Ciliata
4. Sporozoa
Klasifikasi

Protozoa

Am uba Fl a gel at a S i l i at a S poroz oa

Ent am oeba Gi ardi a l am bl i a Bal ant i di um C r yt ospori di um


hi s t ol yt i c a col i
Tri chom onas P arvum
Nae gl eri a vagi n al i s
S pesi es
fowl eri
S pesi es P l asm odi um
Lei shm ani a,
Tox opl asm a
S pesi es gondi i
Tr yp anosom a

RHIZOPODA

Manusia merupakan hospes delapan spesies ameba yang hidup dalam rongga usus
besar yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba dispar, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni,
Jodamoeba butschlii, Dientamoeba fragilis, Endolimax nana dan satu spesies ameba yang
hidup dalam mulut, yaitu Entamoeba gingivalis. Semua ameba itu tidak patogen dan hidup
sebagai komensal pada manusia, kecuali E.histolytica.
Gambar I. Struktur Rhizopoda

Entamoeba histolytica

Sejarah

Amebiasis sebagai penyakit disentri yang dapat menyebabkan kematian dikenal sejak
460 tahun sebelum masehi oleh Hippocrates. Parasitnya, yaitu Entamoeba histolytica pertama
kali ditemukan oleh Losch (tahun 1875) dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad,
Rusia. Pada autopsi, Losch menemukan E.histolytica stadium trofozoit dalam ulkus usus
besar, tetapi ia tidak mengetahui hubungan kausal antara parasit dengan kelainan ulkus
tersebut.

Pada tahun 1983 Qiunche dan Roos menemukan E.histolityca stadium kista, sedangan
Schaudinn (1903) memberi nama spesies Entamoeba histolityca dan membedakannya dengan
ameba yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli.

Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filipina membuktikan dengan


eksperimen pada sukarelawan, bahwa E.histolityca merupakan penyebab kolitis amenik dan
E.coli merupakan parasit komensal dalam usus besar.

Pada tahun 1979, Brumpt menyatakan bahwa walaupun E. histolytica dan E. dispar
tidak dapat dibedakan secara morfologi, hanya E. histolytica yang bersifat sebagai patogen.
Kedua spesies ini berbeda dalam hal isoenzim, sifat antigen dan genetikanya. Sejak tahun
1993 kedua spesies tersebut secara resmi dibedakan sebagai patogen (E.histolytica) dan
apatogen (E.dispar). Untuk membuktikan E.histolytica sebagai penyebab diare, sekarang
digunakan teknik diagnosis dengan mendeteksi antigen atau DNA/RNA parasitnya.

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan satu-satunya hospes parasit ini. Penyakit yang disebabkannya


disebut amebiasis. Walaupun beberapa binatang yaitu anjing, kucing, tikus dan monyet dapat
diinfeksi secara percobaan dengan E. histolytica, hubungannya dengan penularan zoonosis
masih belum jelas.'

Distribusi Geografik

Amebiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropik dan


daerah beriklim sedang.

Morfologi dan Daur Hidup

Dalam daur hidupnya, E. histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu: trofozoit dan kista.
Bila kista matang tertelan, kista tersebut tiba di lambung masih dalam keadaan utuh karena
dinding kista tahan terhadap asam lambung. Di rongga terminal usus halus, dinding kista
dicernakan, terjadi ekskistasi dan keluarlah stadium trofozoit yang masuk ke rongga usus
besar. Dari satu kista yang mengandung 4 buah inti, akan terbentuk 8 buah trofozoit. Stadium
trofozoit berukuran 10-60 mikron (sel darah merah 7 mikron); mempunyai inti entameba
yang terdapat di endoplasma. Ektoplasma bening homogen terdapat di bagian tepi sel, dapat
dilihat dengan nyata. Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar seperti
daun, dibentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat dan menuju suatu arch (linier).
Endoplasma berbutir halus, biasanya mengandung bakteri atau sisa makanan. Bila ditemukan
sel darah merah disebut erythrophagocytosis yang merupakan tanda patognomonik infeksi E.
histolytica.

Stadium trofozoit dapat bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus besar. Dengan
aliran darah, menyebar ke jaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Hal tersebut disebabkan
yang dapat merusak jaringan sesuat dengan nama spesiesnya E. histolytica (histo = jaringan,
lysis = hancur). Stadium trofozoit berkembangbiak secara belah pasang. Secara morfologi
stadium trofozoit E.histolytica tidak dapat dibedakan dengan E. dispar, kecuali ditemukan sel
darah merah dalam endoplasma. Walaupun pada entamoeba yang apatogen ektoplasma tidak
nyata dan hanya tampak bila membentuk pseudopodium. Pada tinja segar, pseudopodium
terlihat dibentuk perlahan-lahan sehingga pergerakannya lambat

Stadium kista dibentuk dari stadium trofozoit yang berada di rongga usus besar. Di
dalam rongga usus besar, stadium trofozoit dapat berubah menjadi stadium precyst yang
berinti satu (enkistasi), kemudian membelah menjadi berinti dua, dan akhirnya berinti 4 yang
dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 1020 mikron, berbentuk bulat atau lonjong,
mempunyai dinding kista dan terdapat inti entameba. Dalam tinja stadium ini biasanya berinti
1 atau 4, kadang-kadang terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat benda kromatoid
yang besar, menyerupai lisong dan terdapat vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol
glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muds.

Pada kista matang, benda kromatid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Stadium
kista tidak patogen, tetapi merupakan stadium yang infektif. Dengan adanya dinding kista,
stadium kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. lnfeksi terjadi
dengan menelan kista matang.

Infeksi yang disebabkan oleh E. histolytida dan E. dispar dapat ditetapkan dengan
menemukan stadium kista dan/ atau trofozoit dalam tinja. Entamoeba histolytica tidak selalu
menyebabkan gejala (asimtomatik). Stadium trofozoit dapat ditemukan pada tinja yang
konsistensinya lembek atau cair, sedangkan stadium kista biasanya ditemukan pada tinja
padat.

Epidemiologi

Amebiasis terdapat di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terutama di daerah tropik


dan subtropik, khususnya di negara yang keadaan sanitasi lingkungan dan keadaan sosio-
ekonominya buruk.

PROTOZOA APATOGEN

Entamoeba coli

Hospes
Hospes Entamoeba coli adalah manusia, monyet dan babi.

Distribusi geografik

Ameba ini ditemukan kosmopolit. Di Indonesia frekuensinya antara 8-18%.

Morfologi dan Daur Hidup

Ameba ini hidup sebagai komensial di rongga usus besar. Dalam daur hidupnya
terdapat stadium vegetatif dan stadium kista. Morfologinya mirip Entamoeba histolityca.
Stadium trofozoit 15-30 mikron, berbentuk lonjong atau bulat. Stadium ini mempunyai
sebuah inti entamoeba, dengan kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentrik. Butir-butir
kromatin perifer juga kasar dan letaknya tidak merata. Ekstoplasma tidak nyata, hanya
tampak bila pseudopodium dibentuk. Pseudopodium lebar, dibentuk perlahan-lahan sehingga
pergerakannya lambat. Endoplasma bervakuol, mengandung bakteri dan sisa makanan tidak
mengandung sel darah merah. Stadium ini tidak dapat dibedakan dari bentuk minuta
Entamoeba hitolityca. Cara berkembangbiaknya dengan belah pasang. Stadium trofozoit
biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair. Stadium kista bulat atau lonjong berukuran
15-22 mikron. Dinding kista tebal berwarna hitam. Dalam tinja biasanya kista berinti 2 atau
8. Kista yang berinti 2 mempunyai vakuol glikogen yang besar dan benda kromatoid yang
halus. Biasanya benda kromatoid dari kista Entamoeba coli tersebut ramping dengan ujung
runcing atau tidak teratur jadi berbeda dengan benda kromatoid yang berbentuk cerutu atau
lisong pada Entamoeba histolityca. Kista matang yang berinti dan biasanya tidak lagi
mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid. Kista Entamoeba coli tidak mudah mati
oleh kekeringan. Resistensi terhadap kekeringan ini mungkin bertanggung jawab atas
tingginya insiden infeksi. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.

Entamoeba hartmani

Hospes

Hospes Entamoeba hartmani adalah manusia. Termasuk protozoa dalam filum


Sarcomastigophora. Ameba ini tidak patogen.

Distribusi geografik

Kosmopolit tersebar di seluruh dunia.


Morfologi dan daur hidup

Stadium trofozoit Enamoeba hartmani sulit dibedakan dengan E. Histolityca.


Diferensiasinya berdasarkan ukuran, perbedaan pertumbuhan dalam biakan dan sifat
antigenik serta struktur morfologinya. Ciri khas trofozoit Entamoeba hartmani kecil, sehingga
sagat sulit untuk ditemukan. Trofozoit tidak makan sel darah merah, pergerakan lambat.
Mempunyai nukleus dan sitoplasma yang sangat mirip dengan E. Histolityca. Karena
bentuknya yang mirip dengan E. Histolityca sehingga prevalensi yang dilaporkan tidak dapat
menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Ameba ini hidup di usus besar dan sekum sebagai komensial. Stadium trofozoit
berukuran 5-12 mikron dengan ukuran rata-rata sekitar 8-10 mikron. Inti sel berukuran kecil,
padat dengan kariosom terletak di tengah dan butiran kromatin perifer halus yang letaknya
menyebar. Sitoplasma bergranular yang berisi bakteri dan tidak mengandung sel darah
merah. Pada tahun 1979 dibuktikab bahwa E. Hartmani mempunyai pola isoenzym yang
berbeda dari E. Histolityca. Hal itu menunjukkan bahwa ameba ini merupakan spesies yang
berbeda dari E. Histolityca.

Stadium kista matang mempunyai 4 inti, bentuknya bulat, berukuran sekitar 5-10
mikron, dan rata-rata kista berukuran 6-8 mikron. Kista muda berinti satu atau dua dan inti
akan tampak dengan pewarnaan jodium. Pada pewarnaan erubahan waran akan tampak
mempengaruhi inti sel menjadi lebih kecil dengan ciri tersndiri, kariosom terletak di tengah
dan butiran kromafin perifer yang halus. Vakuol glikogen yang tampak berbeda pada kista
matang dan kista muda. Benda kromatoid berbentuk bulat atau memanjang. Transmisi terjadi
secara angsung dengan menelan kista matang.

Entamoeba gingivalis

Hospes

Entamoeba gingivalis merupakan ameba pada manusia yang pertama kali dilaporkan. Parasit
ini hidup di rongga mulut terutama pada permukaan gigi, gusi dan kadang-kadang pada tonsil
manusia. E. Gingivalis tidak bersifat invasif.

Morfologi
Hanya ditemukan stadium trofozoit dengan diameter 10-35 mikron, tidak mempunyai
stadium kista. Parasit ini hidup dengan makan bakteri, leukosit dan eritrosit.

Epidemiologi

Karena tidak mempunyai stadium kista, transmisi terjadi secara langsung dari satu
orang ke orang lain melalui ciuman, droplet atau pemakaian alat makan secara bersama.
Prevalensinya lebih dari 95% pada orang dengan kebersihan mulut yang buruk dan
ditemukan lebih dari 50% pada mulut yang sehat.

Iodamoeba butschlii

Hospes

Genus Iodamoeba hanya mempunyai satu spesies. Manusia merupakan hospes


definitif Iodamoeba butschlii, sedangkan babi dan primata lain merupakan hospes reservoir.

Distribusi geografik

Kosmopolit

Morfologi dan Daur Hidup

Amoeba ini hidup sebagai komensial di rongga usus besar manusia terutama di sekum
dan makan flora yang terdapat dalam usus. Stadium vegetatif (trofozoit) berukuran 6-25
mikron. Ektoplasma biasanya tidak tampak karena pergeraannya sangat lambat dan
endoplasmanya erdiri atas inti Iodamoeba yang bentuknya besar dan akromatik, mengandung
banyak vakuola yang mengandung banyak bakteri dan ragi. Selain vegetatif dapat dijumpai
kista yang bentuknya agak lonjong mempunyai ukuran 6-15 mikron. Kista matang hanya
mempunyai satu inti. Parasit ini dikatakan dapat salah diidentifikasi dengan Naegleria
fowleri, karena bentuknya hampir sama. Infeksi dengan cara menelan kista.

Epidemiologi

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi Iodamoeba butschlii tersebar luas di


beberapa negara. Di wilayah Turki selatan dari 380 sampel tinja diare yang diperiksa dengan
menggunakan tes enzim immunosorbent assay (EIA) prevalensinya mencapai 3,1% terdapat
bersama-sama parasit patogen lainnya. Di daerah Bat Dambang, Kamboja prevalensi
Iodamoeba butshlii 1,4% dari pemeriksaan 623 sampel tinja anak-anak TK dan SD juga
bersamaan dengan parasit lain yang patogen. Hasil ini memperlihatkan hubungan kondisi
sanitasi yang buruk. Hasil pengamatan di Indonesia (Sulawesi Selatan), memperlihatkan
revalensi I. Butshlii sebanyak 5,4% (dari 394 sampel tinja) dengan parasit intestinal lainnya
baik yang patogen maupun yang non patogen.

Endolimax nana

Hospes

Hospes definitif Endolimax nana adalah manusia dan tidak mempunyai hospes reservoar.

Distribusi geografik

Kosmopolit

Morfologi dan Daur Hidup

Ameba inihidup sebagai komensial di rongga usus besar manusia terutama dekat
sekum dan memakan bakteri. Dalam daur hidupnya terdapat stadium vegetatif dan stadium
kista. Stadium vegetatif (trofozoit) berukuran 6-15 mikron (umumnya < 10 mikron).
Mempunyai inti endolimax, ektoplasma tampak dalam keadaan diam dan pseudopodium
pendek. Endoplasma mempunyai vakuola dan mengandung bakteri. Pergerakan parasit ini
sangat lambat. Stadium kista berukuran 5-14 mikron, sebesar sel darah merah. Dalam tinja
kista biasanya berinti 4. Intinya kecil dan mengandug kariosom yang besar yang letaknya
sentris atau eksentris. Kromatin letaknya di bagian tepi, mempunyai menbran tipis dan
terdapat vakuola glikogen yang besar dengan vakuola makanan yang mengandung bakteri,
sel-sel tanaman dan debris. Endolimax nana penting dipelajari untuk membedakan dari
parasit yang patogen misalnya E. Histolityca. Parasit apatogen ini biasanya bersama parasit
lainnya yang patogen. Endolimax nana dapat dibedakan dengan E. Hitolityca dan E.coli
berdasarkan ukurannya yang lebih kecil. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.

Epidemiologi

Studi epidemiologi menunjukkan penyebaran Endolimax nana cukup tersebar di


dunia, seperti wilayah Turki selatan yang merupakan wilayah endemik Amebiasis, di
Thailand, dan di Chicago. Nana juga ditemukan pada pasien HIV bersama dengan parasit
intestial lainnya yang patogen. Transmisi parasit ini berhubungan dengan higiene perorangan,
kontaminasi air dan makanan, juga dari penyaji makanan baik di tempat-tempat makanan
maupun di rumah sakit saat menyajikan makanan untuk pasien. Di Indonesia (Sulawesi
Selatan) prevalensi E. nana sekitar 12,5% dari 398 pasien.

Ameba Hidup Bebas (free Living Ameba)

Ameba hidup bebas termasuk kelas Rhizopoda. Parasit ini dapat menginfeksi manusia
dan hewan. Di antara ameba hidup bebas ada yang hidup secara fakultatif, yaitu
Acanthamoeba dan Balamuthia mandrillaris serta yang hidup patogen, yaitu Naegleria.

Kasus pertama ditemukan pada tahun 1965 di Australia dan Florida di Amerika
Serikat dan hanya dalam waktu 10 tahun kemudian telah dilaporkan 100 kasus maningitis
amebik dari seluruh dunia. Pada tahun 1978 seorang gadis yang secara teratur berenang di
pemandian Romawi kuno di Inggris, maninggal karena meningitis amebik. Pada tahun 1978
di Cekoslowakia para peneliti menemukan penyebab epidemi kolam renang, yaitu adanya
kantong air yang mengandung ameba di belakang lubang-lubang dinding kolam yang
terhindar dari penaruh kolrin.

Naegleria fowleri

Naegleria fowleri adalah spesies yang sangap patogen pada manusia dan bersifat
termofilik. Spesies ini sebelumnya disebut Naegleria gruberi. Di alam bebas, parasit ini
makan dtreitur dan sisa makanan.

Hospes dan Nama Penyakit

N. fowleri umumya menyerang remaja yang sehat dan mengakibtaka penyakit yang disebut
primary amebic meningoencephalitits (PAM) yang bersifat akut dan lethal.

Distribusi geografik

N. fowleri hidup kosmopolit di alam. Parasit ini dapat ditemukan di debu, tanah, air tawar
yang tergenang (kolam renang, danau, pemandian air hangat), air conditioner dan limbah
tinja. Kasus-kasus dengan primary amebic menignoenchepalitis telah dilaporkan dari
Amerika Serikat, Belgia, Cekoslowakia, Australia, Selandia Baru, India, Nigeria, Inggris,
Irlandia, Venezuela, Panama dan Papua Nugini.
Epidemiologi dan Daur Hidup

Seperti ameba lainnya, N.fowleri terdiri atas ektoplasma dan endoplama. Di dalam
endoplasma terdapat satu inti vesikuler dengan kariosom yang besar dan dinding inti yang
penuh dengan butir-butir kromatin; selain inti juga terdapat vakuol kontraktil dan vakuol
makanan. Pada genus Naegleria ditemukan tiga stadium yaitu stadium trofozoit, flagelata dan
kista.

Stadium ameboid mempunyai bentuk tidak teratur, lonjong atau membulat dengan
ukuran rata-rata 29 mikron. Pseudopodium tunggal yang dikeluarkan meluas ke satu arah
yang disebut lobopodia. Trofozoit makan detritus dan bakteri seperti E.coli.

Stadium flagelata sangat motil dan berbentuk lonjong seperti buah pear, mempunyai
satu inti vesikular, satu vakuola kontraktil yang terletak pada bagian posterior dan dua flagel
yang sama panjang. Fase ini hanya ditemukan beberapa jam saja, kemudian berubah menjadi
stadium trofozoit kembali. Stadium kista berbentuk bulat atau lonjong dengan dinding double
layer dan mempunyai satu inti. Stadium ini berukuran 10-14 mikron. Pada dindingnya
terdapat beberapa lubang yang digunakan untuk ekskitasi. Cara infeksi pada manusia
diperkiran melalui hidung pada waktu penderita berenang.

Acanthamoeba culberstoni

Genus Acanthamoeba sebelumnya disebut Hartmanella.

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes hidup parasit ini sama dengan Naegleria. Pada manusia parasit ini dapat
menimbulkan penyakit ensefalitits multifokal yang disebut Granulomatous Amebic
Encephhaitis (GAE) dan keratitis amebik.

Distribusi Geografik

Sama dengan Naegleria

Morfologi dan Daur Hidup

Morfologinya hampir sama dengan Naegleria namun pada genus ini tidak ditemukan
stadium flagelata. Stadium trofozoit mempunyai bentuk yang bervariasi, berukuran kurang
lebih 30 mikron. Beberapa pseudopodium dikeluarkan secara serentak dari permukaan badan
ke beberapa arah. Pseudopodium lebih lebar dari pada pseudopodium yang dikeluarkan
Naegleria. Stadium kista berukuran kira-kira 20 mikron, mempunyai bentuk bulat atau
lonjong. Kista mempunyai dinding rangkap, yang sebelah luar berkerut-kerut. Daur hidup
sama dengan Naegleria fowleri.

CILIATA

Balantidium Coli

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes parasit ini adalah babi, tikus dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah
tropik. Parasit ini kadang-kadang ditemukan pada manusia dan dapat menyebabkan
balantidosis atau disentri balantidium.

Gambar II. Struktur Cilliata


Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik, tetapi
frekuensinya rendah, juga di Indonesia. Parasit ini jarang ditemukan pada manusia.

Morfologi dan Daur Hidup

Balantidium coli adalah protozoa yang terbesar pada manusia. Parasit ini hidup di
selaput lendir usus besar terutama di daerah sekum dan mempunyai dua stadium yaitu
stadium vegetatif dan stadium kista. Stadium vegetatif lonjong, besarnya 60-70 mikron. Pada
bagian anterior yang agak menyempit, terdapat sitostom yang berfungsi sebagai mulut.
Bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitopig (cytopyge) yang
berfungsi untuk mengeluarkan zat yang tidak diperlukan lagi. Pada seluruh permukaan badan
terdapat bulu getar (silium) yang tersusun dalam bans-bans longitudinal. Pada sitostom
terdapat bulu getar yang agak panjang. Fungsi bulu getar adalah untuk bergerak dan
mengambil makanan. Di sitoplasma terdapat dua buah inti yang khas yaitu satu
makronukleus besar yang berbentuk seperti ginjal dan satu mikronukleus kecil yang bulat.
Selain inti ditemukan juga 1-2 buah vakuol kontraktil dan banyak vakuol makanan. Stadium
vegetatif juga merupakan stadium yang berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah
pasang transversal. Mula-mula mikronulcleus yang membelah, diikuti oleh makronukleus dan
sitoplasma sehingga menjadi dua organisme baru. Kadang-kadang tampak pertukaran kro-
matin (konjugasi). Trofozoit akan langsung membentuk kista (enkistasi) di dalam lumen usus
atau segera setelah keluar bersama tinja. Kista, berukuran kira-kira 60 mikron, lonjong dan
berdinding tebal. Kista hanya mempunyai makronukleus. Kista yang hidup, mempunyai bulu
getar yang masih bergerak. Kista tidak untuk berkembangbiak: fungsinya hanya untuk ber-
tahan. Kista dalam tinja dapat bertahan 1-2 hari pada suhu kamar. Kista merupakan bentuk
infektif. Bila kista tertelan, terjadi ekskitasi di usus halus. Dari satu kista keluar satu stadium
vegetatif yang segera berkembangbiak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar.
Stadium kisat dan stadium vegetatif keluar bersama tinja hospes. Infeksi terjadi bila kista
tertelan.
Gambar III. Struktur Balantidium coli

Prognosis
Penderita dengan infeksi ringan dan menahun dapat sembuh dengan pengobatan. Pada
penderita yang lemah, infeksi B.coli dapat menjadi fatal.

Epidemiologi

Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang di pelihara (60-90%). Penularan antara
babi mudah terjadi, sekali-sekali dapat menular pada manusia (zoonosis). Panularan pada
manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya
pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang babi. Bila tangan orang
terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung kista dan kista tertelan, maka terjadilah
infeksi. Kista ini tidak mati dengan klorinasi air minum. Kebersihan perorangan dan sanitasi
lingkungan dapat mempengaruhi penularan.

MASTIGOPHORA

Mastigophora atau flagelata adalah protozoa yang mempunyai flagel (cambuk),terdiri


atas 2 golongan :

1. Flagelata traktus digestivus yang hidup di rongga usus dan mulut serta flagelata serta
flagelata traktus urogenital yang hidup di vagina, uretra, prostat.
2. Flagelata darah dan jaringan yang hidup dalam darah dan di jaringan tubuh (alat
dalam).

Gambar IV. Struktur Mastigopora


Morfologi

Flagelata mempunyai 1 inti atau lebih dan alat pergerakan (alat neuromotor) yang
terdiri atas kinetoplas dan flagel. Kinetoplas terdiri atas blefaroplas, kadang-kadang ada
benda prabasal. Aksonema merupakan bagian fragel yang terdapat di dalam badan parasit.
Kadang-kadang ada struktur yang tampak sebagai satu garis mulai dari anterior sampai
posterior, disebut aksostil. Disamping badan parasit terdapat membran bergelombang dan
kosta merupakan dasarnya. Beberapa spesies flagelata mempunyai sitostoma. Parasit ini
berkembangbiak secara belah pasang longitudinal.

Flagelata Traktur Digestivus dan Traktus Urogenital

Giardia lamblia

(Giardia intestinalis/Giardia duodenalis)

sejarah

Parasit ini ditemukan oleh Antoni van Leeuwenhoek (1681), sebagai mikroorganisme
yang bergerak-gerak di dalam tinjanya. Flagelata ini pertama kali dikenal dan dibahas oleh
Lambl (1859), yang memberinya nama "intestinalis". Kemudian Stiles (1915) memberikan
nama barn, Giardia lamblia, untuk menghormati Prof.A.Giard dari Paris dan Doktor F.Lambl
dari Praha.

Hospes dan Nama Penyakit

Walaupun manusia merupakan hospes alami utama untuk G.lamblia, berbagai


binatang ditemukan mengandung Giardia spp yang serupa dengan G. lamblia. Binatang yang
secara alami dapat terinfeksi G. lamblia adalah beaver, srigala, sapi, kucing dan anjing.
Spesies lainnya yaitu G. muris terutama menginfeksi mencit dan tikus, sedangkan G. agilis
dapat ditemukan pada golongan ampibi. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut
giardiasis.

Distribusi Geografik
G.lamblia adalah parasit yang tersebar kosmopolit dan lebih sering ditemukan di
daerah beriklim tropik dan subtropik daripada di daerah beriklim dingin. Terutama ditemukan
di Rusia, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Meksiko dan bagian barat Amerika Selatan.
Parasit ini juga ditemukan di Indonesia.

Morfologi dan Daur Hidup

Parasit ini mempunyai 2 stadium yaitu trofozoit dan kista. Stadium trofozoit
berbentuk simetris bilateral seperti buah jambu monyet yang bagian anteriornya membulat
dan bagian posteriornya meruncing. Permukaan dorsal cembung (konveks) dan pipih di
sebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung dan menempati
setengah bagian anterior badan parasit. Ukuran stadium parasit ini 12-15 mikron dan
mempunyai sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya oval dengan kariosom
di tengah atau butirbutir kromatin yang tersebar di plasma inti. Trofozoit mempunyai empat
pasang flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas. Sepasang flagel anterior keluar dari 2
blefaroplas anterior. Sepasang flagel lateral berasal dari 2 blefaroplas lateral di antara 2 inti
dan kedua aksonema berjalan ke anterior, lalu saling menyilang di garis tengah dan melalui
garis lengkung di pinggir batil isap, kemudian masing- masing keluar dari sisi lateral kanan
dan kiri. Sepasang aksonema yang agak tebal (disebut aksostil) berasal dari 2 blefaroplas
median, berjalan ke posterior dan keduanya keluar dari ujung posterior. Dari sepasang
blefaroplas yang letaknya dekat tengah-tengah dua batil isap, ke- luar sepasang aksonema
pendek sebagai flagel sentral. Dua batang yang agak melengkung dianggap sebagai benda
parabasal, letaknya melintang di posterior dari batil isap.

Kista yang bentuknya oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding yang tipis dan
kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista. Kista yang
banyak terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu
kutub. Waktu kista dibentuk, trofozoit menarik kembali flagel ke dalam aksonema, sehingga
tampak sebagai 4 pasang benda sabit yaitu sisa dari flagel.

G.lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyunum
dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista matang tertelan oleh hospes,
maka terjadi ekskistasi di duodenum, kemudian sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh
dari aksonema sehingga terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit
yang berada di antara viii usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila berada pada
villi, trofozoit dengan batil isap akan melekatkan diri pada epitel usus. Trofozoit kemudian
berkembangbiak dengan cara belah pasang longitudinal.

Bila jumlahnya banyak sekali maka trofozoit yang melekat pada mukosa dapat menutupi
permukaan mukosa usus halus." Trofozoit yang tidak melekat pada mukosa usus, akan
mengikuti pergerakan penis- taltik menuju ke usus bagian distal yaitu usus besar. Enkistasi
(pembentukan kista) terjadi dalam perjalanan ke kolon, bila tinja mulai menjadi padat,
sehingga stadium kista dapat ditemukan dalam tinja yang padat. Dalam tinja cair atau lunak
biasanya ditemukan trofozoit.

Cara infeksi dengan menelan kista matang yang dapat terjadi secara tidak langsung melalui
air dan makanan yang terkontaminasi, atau secara langsung melaluifecal-oral.

Epidemiologi

G.lamblia ditemukan kosmopol it; prevalensinya 2-25% dan prevalensi makin tinggi
pada keadaan sanitasi yang buruk. Semua golongan umur dapat terinfeksi, walaupun di
daerah endemis infeksi lebih sering ditemukan pada bayi. Prevalensi yang pernah ditemukan
di Jakarta ialah 4,4%. Prevalensi G.lamblia di Jakarta tahun 1983-1990 adalah 2,9 (194
positif dari 6810 sampel tinja yang dikirim ke Bagian Parasitologi FKUI dari penderita di
Jakarta).

Infeksi dapat terjadi secara langsung dari orang ke orang dengan menelan kista matang
melalui fecal-oral atau secara tidak langsung terutama melalui air. Transmisi melalui
makanan hanya kadangkadang dilaporkan.

G.lamblia lebih sering ditemukan pada anak daripada orang dewasa, terutama pada anak
berumur 6-10 tahun dari keluarga besar, di rumah yatim piatu dan di sekolah dasar. Epidemi
giardiasis telah dilaporkan di tempat perawatan anak (day care centres).

Pada orang dewasa giardiasis ditemukan pada orang yang bepergian (travelers diarrhea),
karena air minum yang terkontaminasi. Infeksi G. lamblia terjadi di hutan daerah pegunungan
di Amerika Serikat pada orang yang berkemah, maka diduga bahwa hewan liar (muskrat,
beaver) merupakan sumber G. lamblia yang dapat menginfeksi manusia. G. lamblia juga di-
anggap sebagai parasit yang ditularkan melalui seks pada kaum homoseksual maupun
heteroseksual yang mempraktekkan seks oral-anal. Infeksi G. lamblia juga makin banyak
ditemukan pada penderita AIDS.
Pencegahan infeksi parasit ini terutama dengan memperhatikan higiene perorangan, keluarga
dan kelompok, dengan menghindari air minum yang terkontaminasi. Sanitasi air minum
untuk mencegah terjadinya epidemi giardiasis dilakukan dengan metode coagulation-
sedimentation-filtration. Klorinasi air minum untuk mengeliminasi kista G.lamblia memerlu-
kan konsentrasi yang lebih tinggi dan kontak yang lebih lama dari pada biasanya. Proteksi
individu dapat dilakukan dengan merebus air sampai mendidih minimal 1 menit. Bila air
tidak dapat direbus, dapat diberikan 2-4 tetes kaporit untuk setiap liter air dan tunggu selama
60 menit sebelum diminum. Bila airnya dingin dibutuhkan waktu semalam untuk membunuh
kista G. lamblia. Memanaskan makanan atau makanan yang matang dapat mencegah infeksi
kista G. lamblia.

Chilomastix mesnili

Chilomastix mesnili merupakan protozoa intestinal dan golongan flagelata yang tidak
patogen. Parasit ini berasal dan ordo Retortamonadida, Famili Retortamonadiadae dan genus
Chilomastix.

Hospes

Hospes Chilomastix mesnili umumnya manusia, tetapi dapat juga ditemukan pada
mamalia lainnya seperti simpanse, orangutan, kera, babi; serta hewan lainnya seperti burung,
reptil, amfibi, ikan, lintah dan insekta.

Distribusi Geografik

Parasit ini penyebarannya kosmopolit sehingga distribusinya dapat meluas di dunia,


meskipun lebih banyak ditemukan pada lingkungan yang beriklim panas.

Morfologi dan Daur Hidup

Chilomastix mesnili mempunyai stadium trofozoit dan stadium kista. Parasit ini
biasanya selalu ada bersama-sama dengan protozoa usus lainnya terutama Giardia lamblia
sehingga parasit ini perlu diketahui untuk membedakan dengan parasit yang patogen.

Trofozoit berbentuk piriform seperti buah pir dengan ujung posterior yang lancip. Trofozoit
ukurannya bervariasi sekitar 6-24 pm x 3-10 pun. Mempunyai 4
flagel, 1 flage panjang dari yang lain yang mri ujung anterior, 3 flagel berasal dari permukaan
bagian sentral tubuhnya dan flagel ini biasanya jelas terlihat pads trofozoit yang hidup;
digunakan untuk bergerak secara perlahan membentuk gerakan rotasi. Sitostom terdapat
dekat ujung anterior membentuk cekungan yang dikelilingi oleh silia. Mempunyai 1 inti besar
yang terletak di anterior. Kista terbentuk bila keadaan tinja padat. Kista berbentuk oval
berdinding tebal berukuran sekitar 6,5 -10,0 pm yang berbentuk seperti lemon. Di lahan kista
tampak sebuah inti dengan organel lainnya termasuk fibril sitostom, aksonema.

Infeksi terjadi bila menelan kista, trofozoit tidak dapat hidup pada keadaan asam di lambung.

Epidemiologi

Data penyebaran menunjukkan bahwaditemukan sekitar 11% pada orang Mesir di US


Troops. Flagelata ini juga ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa. Di Indonesia
prevalensinya mencapai 0,8%, sedangkan 0,52% pada penduduk Aborigin di Kimberlay dari
pasien dengan seropositif HIV asimptomatik.

Trichomonas

Merupakan parasit protozoa flagelata yang termasuk filum Sarcomastigophora, sub-


phylum Mastigophora, kelas Zoomastigophora, ordo Trichomonadida. Trichomonas
merupakanparasit berbentuk piriform meskipun kadang-kadang membulat, mempunyai 1 inti,
4-6 flagel, membran bergelombang. Sitoplasma bergranular, terdapat kosta dan aksostil
sepanjang sel. Trichomonas tidak membentuk kista, bereproduksi secara mitosis dan belah
pasang longitudinal. Pada manusia terdapat tiga spesies utama yaitu : Trichomonas tenax,
Trichomonas hominis (Penatrichomonas hominis) dan Trichomonas vaginalis. Penyakitnya
pada manusia disebut Trikomoniasis.

Trichomonas Vaginalis

Sejarah

Donne pada tahun 1836 pertama kali menemukan parasit ini dalam sekret vagina
seorang penderita vaginitis. Pada tahun berikutnya ia menamakan parasit ini Trichomonas
Vaginalis.
Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes parasit ini. Parasit ini menyebabkan trikomoniasis vagina.

Distribusi Geografik

Parasit ini dapat ditemukan secara kosmopolit, termasuk di Indonesia.

Morfologi dan Daur Hidup

Trichomona vaginalis tidak mempunyai stadium kista. Stadium trofozoit berukuran


10-25 mikron x 7-8 mikron, mempunyai 4 flagel anterior dan satu flagel posterior yang
melekat pada tepi membran bergelombang. Membran ini pendek bentuknya dan ujungnya
tidak teluar badan sel. Membran bergelombang mempunyai kosta yang halus. Intinya
berbentuk lonjong dan sitoplasmanya berbutir halus dengan butir-butir kromatin tersebar rata
sepanjang kosta dan aksostil. Sitostom tidak nyata. Aksostil halus bentuknya dan menonjol
keluar badan. Pada perempuan tempat hidup parasit ini di vagina dan uretra, sedangkan pada
laki-laki di uretra, vesika seminalis dan prostat. Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan
makanan bakteri dan leukosit. T.vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara sel
epitel dan leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang.
Trichomonas berkembangbiak secara belah pasang longitudinal. Di luar habitatnya,
parasit mati pada suhu 50oC, tetapi dapat hidup selama 5 hari pada suhu 0oC. Dalam biakan,
parasit ini mati pada pH kurang dari 4,9; inilah sebabnya parasit tidak dapat hidup disekret
vagina yang asam (pH 3,8-4,4). Parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan, zat pulasan
dan antibiotik. Parasit juga tidak dapat hidup pada lingkungan yang aerob.

Infeksi terutama terjadi secara langsung melalui hubungan seksual melalui stadium
trofozoit. Pada keadaan lingkunangan kurang baik, misalnya banyak orang hidup bersama
dalam satu rumah dapat terjadi infeksi secara tidak langsung melalui alat mandi seperti lap
mandi, handuk atau alat sanitasi sperti toilet set. Neonatus mendapatkan infeksi T.vaginalis
dari ibu yang terinfeksi selama persalinan melalui jalan lahir. Infeksi ini cenderung
asimptomatik sampai pubertas.

Infeksi dimulai dari hubungan seksual dengan orang yang mengandung T.vaginalis.
pertama trofozoit harus menempel pada sel epitel vagina dan ini terjadi melalui interaksi
ligand-karbohidrat. Mannose dan N-asetil glukosamin merupakan residu gula pada membran
parasit yang digunakan untuk proses penempelan tersebut. Sekresi hidrolase lisosomal seperti
fosfatase asam terjadi pada host cell parasite interface segera setelah proses penempelan.
Hidrolase asam ini bersifat sitotoksik yang menyebabkan sel target lisis dan megeluarkan
isinya. Sel debris kemudian dimakan oleh parasit. Parasit menggunakan karbohidrase seperti
N-asetilglukosaminidase dan alfa-mannosidase untuk melepaskan dirinya dari membran sel
target kemudian pindah ke sel selanjutnya.

Prognosis

Prognosis trikomoniasis baik bila dilakukan pengobatan secara tepat.

Epidemiologi

Trikomoniasis vagina dapat ditemukan di mana-mana. Parasit ditemukan pada semua


bangsa/ras dan pada semua musim. Sukar untuk menentukan frekuensi penyakit ini di suatu
daerah, karena kebanyakn penelitian di lakukan pada golongan tertentu saja seperti golongan
ibu hamil dan dari klinik ginekologi.

Untuk pencegahan, karena trikomoniasis merupakan penyakit hubungan seks kasus tanpa
gejala pada anak laki-laki perlu mendapat pengobatan yang tuntas. Demikian pula suami,
perlu diberi pengobatan yang sam seperti istrinya sampai parasit tidak ditemukan lagi pada
pembiakan ontrol. Selain itu kebersihan vagina juga sangat perlu diperhatikan.

Trichomonas tenax

Sejarah

Trichomonas tenax merupakan spesies trichomonad yang pertamakali ditemukan,


yaitu pada tahun 1773 oleh Miller yang melakukan kultur dental kalkulus.

Hospes

Trichomonas tenax ditemukan pada bagian mulut manusia terutama pada pasien
dengan hygiene mulut yang bururk dan penderita penyakit mulut. Selain itu Trichomonas
tenax dilaporkan dapat ditemukan pada saluran pernapasan manusia, walaupun menurut
Kazakova, 1985 dalam Kutisova properti antigeniknya berbeda antara T.tenax yang di isolasi
dari mulut dengan yang dari saluran napas manusia.

Distribusi

Tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi tinggi pada orang-orang dengan penyakit
mulut.

Epidemiologi

Menurut Hers, 1985 dalam Mallat prevalensi T.tenax pada mulut bervariasi, antara 4-
53%. Transmisi dapat terjadi melalui ludah, droplet, ciuman atau penggunaan alat makan dan
minum. Organisme ini ditemukan pada 37 dari 370 pasien pneumonia dan bronkitis kronis.
Sardis 1983 dalam Kutisova menemukan 16 dari 30 pasien dengan berbagai jenis penyakit
paru disebabkan oleh T.tenax. dengan teknik PCR, pemeriksaan sputum pasien
imunokompromais dengan keluhan paru didapat 12% (dari 100 pasien) positif T.tenax dan
8% positif pada pasien imunokompromais dengan penyakit paru kronis.

Flagelata Darah dan Jaringan

Trypanosoma rhodesiense dan Trypanosoma gambiense

Hospes dan Nama Penyakit


Manusia merupakan hospes dari kedua spesiesparasit ini. Hospes reservoar
T.rhodesiense adalah binatang liar seperti antilop dan hospes reservoar T.gambiense adalah
binatang peliharaan seperti sapi, babi, kambing dan sebagainya. Lalat Glossina berperan
sebagai hospes perantara. Penyakitnya disebut tripaosomiasis Afrika atau sleeping sikcness.

Distribusi Geografik

Kedua spesies ini ditemukan di daerah Afrika tropik, yaitu antara garis lintang utara
15o dan garis lintang selatan 18oC. T.rhodesiense terdapat dibagian timur dan T.gambiense
dibagian tengah dan barat.

Morfologi dan Daur Hidup

Antara spesies T.rhodesiense dan T.gambiense tidak terdapat perbedaan morfologi.

Pada morfologi, kedua spesies tersebut terdapat dalam stadium tripomastigoit yang
hidup dalam darh. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk panjang (32 mikron dan bentuk
pendek 16 mikron) yang tidak mempunyai flagel. Oleh karena itu parasit ini disebut
mempunyai sifat polimorf. Stadium tripomastigoit hidup diluar sel (ekstraseluler) dalam
darah, limpa, kelenjar limfe, cairan otak dan di otak. Parasit ini berkembanbiak secara belah
pasang longitudinal dan dalam darah tampak bentuk yang membelah. Dalam tubuh
Glossina,stadium tripomastigoit yang terisap dengan darah berkembangbiak di usus tengah
dan usus belakang secara belah pasang longitudinal. Sesudah 15 hari tampak bentuk langsing
yang membelah lagi kemudian bermigrasi melalui esofagus, faring, mulut, untuk kemudian
masuk ke dalam kelenjar ludahnya. Dalam kelenjar ludah, parasit ini melekat pada epitel dan
berubah menjadi stadium epimastigoit. Stadium epimastigoit berkembangbiak berkali-kali
kemudian berubah menjadi stadium tripomastigoit metasiklik yang masuk ke kelnjar ludah,
lalu ke probosis dan dari sini dapat ditularkan kepada manusia. Untuk T.gambiense , lalat
menjadi infektif sesudah 20 hari, sedangkan untuk T.rhodesiense sesudah 14 hari.

Infeksi terjadi dengan tusukan lalat Glossina yang mengandung stadium


tripomastigoit metasiklik, yaitu sebagai bentuk infektif. Cara penularan ini disebut anterior
inoculative.
Figure 27.3 Drawings of Some Representative Protozoa. (a) Structure of the flagellate,
Trypanosoma brucei rhodesiense.

Morfologi dan Daur Hidup

Parasit ini mempunyai 2 stadium yaitu trofozoit dan kista. Stadium trofozoit
berbentuk simetris bilateral seperti buah jambu monyet yang bagian anteriornya membulat
dan bagian posteriornya meruncing. Permukaan dorsal cembung (konveks) dan pipih di
sebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung dan menempati
setengah bagian anterior badan parasit. Ukuran stadium parasit ini 12-15 mikron dan
mempunyai sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya oval dengan kariosom
di tengah atau butirbutir kromatin yang tersebar di plasma inti. Trofozoit mempunyai empat
pasang flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas. Sepasang flagel anterior keluar dari 2
blefaroplas anterior. Sepasang flagel lateral berasal dari 2 blefaroplas lateral di antara 2 inti
dan kedua aksonema berjalan ke anterior, lalu saling menyilang di garis tengah dan melalui
garis lengkung di pinggir batil isap, kemudian masing- masing keluar dari sisi lateral kanan
dan kiri. Sepasang aksonema yang agak tebal (disebut aksostil) berasal dari 2 blefaroplas
median, berjalan ke posterior dan keduanya keluar dari ujung posterior. Dari sepasang
blefaroplas yang letaknya dekat tengah-tengah dua batil isap, ke- luar sepasang aksonema
pendek sebagai flagel sentral. Dua batang yang agak melengkung dianggap sebagai benda
parabasal, letaknya melintang di posterior dari batil isap.
Kista yang bentuknya oval berukuran 8-12 mikron, mempunyai dinding yang tipis dan kuat.
Sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista. Kista yang ba'
terbentuk mempunyai 2 inti; yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub.
Waktu kista dibentuk, trofozoit menarik kembali flagel ke dalam aksonema, sehingga tampak
sebagai 4 pasang benda sabit yaitu sisa dari flagel.

G.lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyunum dan
kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista matang tertelan oleh hospes, maka
terjadi ekskistasi di duodenum, kemudian sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh dari
aksonema sehingga terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit yang
berada di antara viii usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila berada pada villi,
trofozoit dengan batil isap akan melekatkan diri pada epitel usus. Trofozoit kemudian
berkembangbiak dengan cara belah pasang longitudinal. .

Hospes dan Nama Penyakit

Walaupun manusia merupakan hospes alami utama untuk G.lamblia,berbagai binatang


ditemukan mengandung Giardia spp yang serupa dengan G.lamblia.Binatang yang secara
alami dapat terinfeksi G.lamblia adalah beaver, srigala, sapi, kucing dan anjing. Spesies
lainnya yaitu G.muris terutama menginfeksi mencit dan tikus, sedangkan G. agilis dapat
ditemukan pada golongan ampibi. Penyakit yang disebabkan parasit ini disebut giardiasis.

Distribusi Geografik

G.Lamblia adalah parasit yang tersebar kosmopolit dan lebih sering ditemukan di
daerah beriklim tropik dan subtropik daripada di daerah beriklim dingin. Terutama ditemukan
di Rusia, Asia tenggara, Asia Selatan, Afrika, Meksiko, dan bagian barat Amerika Selatan.
Parasit ini juga ditemukan di Indonesia.
SPOROZOA

Parasit yang termasuk sporozoa berkembangbiak secara aksesual (skyzogoni) dan


sekual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembangbiak ini dapat berlangsung
dalam satu proses : hal ini ditemukan pada coccidia. Pada haemosporidia (plasmodium)
diperlukan dua hospes yang berlainan jenis. Parasit hidup diluar maupun di dalam sel
bermacam-macam organ vertebrata dan invertebrata. Spesies sporozoa yang dapat
menghinggapi manusia termasuk : a) Coccidia : genus eimeria, genus isospora dan genus
toxopasma ; b). Haemosporidia : genus plasmodium.

Coccidia

Dalam dua dekade terakhir di kemukakan berbagai penemuan baru, sehingga beberapa
coccidia menjadi jelas sebagai patogen pada manusia. Penemuan pertama pata tahun 1970
menjelaskan taksonomi parasit yang sudah dikenal sebagai patogen pada manusia selama
setengah abad, yaitu toxoplasma gondii adalah coccidia dan kucing adalah hospes
definitifnya. Juga menjadi jelas bahwa dalam daur hidup T.gondii ada daur seksual yang
mempunyai implikasi epidemiologi yang penting untuk transmisi parasit ini. Penemuan lain
pada tahun 1980 adalah parasit yang menyebabkan penyakit pada hewan peliharaan, yaitu
Cryptosporidium, juga patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi oportunistik disertai
diare pada penderita AIDS. Coccidia lain yang petogen adalah cyclospora, menyebabkan
diare pada dewasa maupun anak yang imunokompeten.

Hospes dan Nama Penyakit

Parasit ini hidup pada berbagai mamalia, burung dan ikan, termasuk manusia. Penyakit yang
disebabkannya disebut koksidiosis.

Distribusi Geografik

Parasit ini terdapat diseluruh dunia, tetapi lebih banyak ditemukan di negeri beriklim
panas.

Morfologi dan Lingkaran Hidup

Coccidia digolongkan berdasarkan bentuk ookista yang khas dan ukuran besarnya
bervariasi, bentuk dan jumlah sporoblas derta sporozoit yang berbeda.
Ookista mempunyai dinding. Sitoplasmanya terdapat satu inti. Inti ookista membelah
dan membentuk sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya sporoblas membetnuk dinding
dan mejadi sporokista. Da dalam sporokista dibentuk sporozoit.

Coccidia hidup dalam sel epitel usus kecil. Dalam sel ini terjadi siklus aseksual, aitu
skyzogoni. Ookista yang berisi sporokista ditemukan dalam tinja.

Bila sporokista matang tertelan oleh hospes, dirongga usus halus dindingnya akan
pecah dan keluarah sporozoit yang berbentuk lonjong dan kecil. Sporozoit akan masuk ke sel
epitel usus halus dan menjadi trofozoit.

Eimeria

Hospes

Hospes parasit ini adalah binatang. Misalnya Eimeria clupearum hidup dalam hati
ikan haring dan Eimeria sardine dalam ikan sardin.

Pada manusia kedua parasit ini hanya sebagai passant. Banyak spesies eimeria yang
lain yang petogen bagi binatang peliharaan seperti ayam, burung, kambing, sapi dan babi. E.
perforans terdapat dalam epitel usus kelinci.

Isospora

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes Isospora kebanyakan pada burung sedangkan Isospora belli adalah manusia.
Penyakitnya disebut isosporiasis.

Distribusi geografik

Parasit ini mempunyai penyebaran luas, walaupun jarnag ditemukan. Daerah endemi
ditemukan di Afrika selatan, Amerika selatan, RRC, India, Jepang, Filipina, Indonesia dan
pulau-pulau di Psifik selatan.

Morfologi dan Daur Hidup

Hanya diketahui stadiu ookista yang bentuknya bujur memanjang. Ookista I.belli
berukuran 25-33 mikron. Dindingnya berlapis dua, rata dan tidak berwarna, sitoplasma
bergranula dan mempunyai satu inti. Pada tinja segar ookista I.belli terdapat dalam semua
stadium. Ookista menjadi matang dalam waktu 1-5 hari. Sporokista menghasilkan 4 sporozoit
yang bentuknya memanjang dan mempunyai satu inti. Infeksi terjadi bila tertelan ookista atau
sporokista matang.

Toxoplasma gondii

Sejarah

Toxoplasma gondii pada tahun1908 pertama kali ditemukan pada binatang mengerat,
yaitu Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di
laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore). Pada tahun 1973 parasit ini ditemukan pada
neonatus dengan ensefalitis. Walaupun transmisi intrauterin secara transplasental sudah
diketahui, baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, keyika ditemukan daur
seksualnya padakucing (Hutchison). Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif oleh
Sabin dan Feldman (1948), zat anti T.gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah
dengan iklim panas dan lembab.

Gambar V. Struktur sporozoa

Hospes dan Nama Penyakit


Hospes definitif T.gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Fellidae). Hospes
perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan burung. Parasit ini menyebabkan
toksoplasmosis kongenital dan toksoplasmosis akuisita.

Distribusi Geografik

Parasit ini ditemukan kosmopolit pada manusia dan binatang

Morfologi dan Daur Hidup

T.gondii adalah spesies dari Coccidia yang mirip dengan Isopora. Dalam sel epitel
usus halus kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni,
sporogoni) yang menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookisa bentuknya
lonjong dengan ukuran 12,5 mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing
mengandung 4 sporozoit. Bila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung (hospes
perantara), maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini dibentuk kelompok trofozoit
yang membelah secara aktif dan disebut takizoit (tachyzoit = bentuk yang membelah cepat).
Kecepatan takizoit Toxoplasma membelah berkurang secara berangsur dan terbentuklah kista
yang mengandung bradizoit (betuk yang membelah perlahan); masa ini adalah masa infeksi
klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten. Pada hospes perantara tidak dibentuk
stadium seksual, tetapi dibentuk stadium istirahat, yaitu kista jaringan.

Bila kucing sebagai hospes definitif maka hospes perantara yang terinfeksi, maka
terbetnuk lagi berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus halusnya. Bila hospes
perantara mengandung kista jaringan Toxoplasma, maka masa prapaten biasanya 5-10 hari.
Bila ookista langsung tertelan kucing, maka masa prapaten adalah 20-24 hari. Kucing lebih
mudah terinfeksi kista jaringan daripada oleh ookista.

Diberbagai jaringan tubuh kucing juga ditemukan trofozoit dan kista jaringan. Pada
manusia takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan satu ujung yang runcing dan ujung lain yang
agak membulat. Panjangnya 4-8 mikron dan mempunyai satu ini yang letaknya di tengah.
Takizoit pada manusia adalah parasit obligatintraseluler.

Takizoit berkembangbiak dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh dengan
takizoit, maka sel menjadi pecah dan takizoit memasuki sel-sel disekitarnya atau difagositosis
oleh sel makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah
telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda; ada kista kecil yang mengandung
beberapa organisme dan ada yang berukuran 200 mikron berisi 300 organisme. Kista jaringan
dapat ditemukan di dalam hospes seumur hidup terutama di otak, otot jantung dan otot
bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan di otot kista mengikuti bentuk
sel otot.

Cara Infeksi :

 Pada toxoplasmosis kongenital transmisi Toxoplasmosis kepada janin terjadi in utero


melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil.
 Pada toxoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi, bila makan daging mentah atau
kurang matang (misalnya sate), kalau daging tersebut mengandung kista jaringan atau
takizoit Toxoplasma. Pada orang yang tidak makan dagingpun dapat terjadi infeksi
bila ookista yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan.
 Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan binatang
percobaan yang diinfeksi T.gondii, melalui jarum suntik dan alat laboratorium lain
yang terkontaminasi dengan T.gondii. Ibu hamil tidak dianjurkan bekerja dengan
T.gondii yang hidup. Infeksi dengan T.gondii juga pernah terjadi waktu mengerjakan
autopsi.
 Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari donor yang menderita
toksoplasmosis laten.
 Transfusi darah lengkap juga dapat menyebabkan infeksi.

Cryptosporodium

Cryptosporodium adalah protozoa usus yang menyebabkan diare. Kasus pertama


kriptosporodiosis pada manusia dilaporkan pada tahun 1976. Sampai tahun 1980 kriptodiosis
pada manusia yang dilaporkan masih kurang dari 10 kasus. Ternyata kriptoiosis terutama
ditemukan pada penderita imunokompromais (AIDS) dan menyebabkan diare berat.

Hospes dan Nama penyakit


Parasit ini ditemukan pada mamalia (manusia, sapi, domba, babi, mencit, kelinci,
monyet, anjing, kucing), burung dan reptilia (ular). Penyakit yang disebabkannya disebut
kriptosporodiosis.

Distribusi geografis

Kriptosporodiosos pada manusia ditemukan kosmoppolit.

Morfologi dan Daur Hidup

Cryptosporodium parvum adalah spesies yang menyebabkan infeksi pada manusia.


Parasit ini termasuk Coccidia yang mirip Isospora dan toxoplasma.

Infeksi terjadi bila tertelan ookista matang yang dikeluarkan bersama tinja hospes
terinfeksi. Ekskistasi terjadi di traktur gastrointestinal atas, sporozoit keluar dari ookista dan
masuk ke sel epitel usus pada bagian apeks di dalam membran sel hospes, tetapi tidak di
dalam sitoplasma, disebut meront. Parasit ini berkembangbiak secara aseksual (merogoni)
dan menghasilkan merozoit yang memasuki sel lain. Merozoit kemudian membentuk mikro
dan makrogamet yang berkembang menjadi mikro dan makrogamet. Setelah pembuahan
terbentuk ookista yang menandung 4 sporozoit.

Cylospora cayetanensis

Sejarah

Kasus infeksi dengan parasit ini pada manusia pertama kali di laporkan pada tahun
1979. Setelah 1980 kasus infeksi lebih sering dilaporkan dariberbagai negara.

Hospes

Hospesnya adalah manusia. Belum diketahui apakah hewan dapat terinfeksi dan
apakah hewan dapat menjadi sumber infeksi untuk manusia.

Morfologi dan Daur Hidup

Cylospora adalah spesies yang termasuk Coccidia. Ookistanya berukuran 8-10 mikron.
Ookista yang belum matang di keuarkan dengan tinja dan akan terjadi sporulasi dalam satu
sampai beberapa minggu pada suhu yang tinggi dan lembab.
Ookista matng berisi dua sporokista yang masing-masing mengandung dua sporozoit.
Pada hospes, parasit terdapat intrasitoplasmik dan perkembangannya terjadi dalam vakuol
pada enterosit yeyenum. Infeksi terjadi dengan menelan ookista matang.

Plasmodium vivax

Hospes dan Nama Penyakit

Manusia merupakan hospes perantara parasit ini, sedangkan hospes definitfnya adalah
nayamuk Anopheles betina. P.vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks yang juga disebut
malaria tersiana.

Distribusi geografik

Plasmodium vivax ditemukan di daerah subtropik, seperti korea selatan, Cina,


Mediterania, Timur, Turki, beberapa negara Eropa pada waktu musim panas, Amerika selatan
dan Utara. Di daerah tropik dapat ditemukan di Asia timur (cina, daerah Mekong) dan selatan
(srilangka dan india), Indonesia, Filipina serta di wilayah pasifik seperti Papua nugini,
kepulauan solomon dan Vanuatu.

Lokasi penyakit

Protozoa

Us us Uro geni t al
Darah dan
j ari ngan

Ent am oeba Tri chom onas Nae gl eri a fowl e ri


hi s t ol yt i c a vagi n al i s
S pesi es Lei shm ani a
Gi ardi a l am bi a
S pesi es
Bal ant i di um col i Tr yp anosom a

C r ypt ospori di um S peci es


BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Protozoa merupakan suatu spesies yang berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari kata “Proto dan zoon”, artinya “binatang pertama”, merupakan protista eukariotik
yang terdapat sebagai sel tunggal dan dapat dibedakan dari protista eukariotik lain dari
kemampuannya beralih tempat pada tingkat tertentu dalam daur hidupnya dan dari
tiadanya dinding sel. Spesies ini ada yang hidup soliter dan ada yang hidup dalam bentuk
koloni.

Spesies ini ada yang berbentuk lonjong, bulat, simetris, bilateral dan iregular.
Terdapat 2 bentuk yaitu, a). Stadium trofozoit, dan b). Stadium kista.

Protozoa terbagi menjadi empat bagian berdasarkan struktur dan alat geraknya,
yaitu a). Rhizopoda (rhiz (J) = akar; podium = kaki), b). Mastighopora = Flagellata
(mastix (J) = cambuk; phoros = mengandung), c).Ciliophora = Ciliata, dan d). Sporozoa.

Spesies ini dapat menginfeksi berbagai hospesnya, yaitu hewan dan manusia. Hal
ini dapat terjadi baik dengan melalui penularan atau langsung masuk melalui makanan
atau minuman yang tertelan oleh hospes. Pada manusia, spesies ini kadang masuk melalui
makanan atau minuman, kemudian menjadi stadium trofozoit di dalam lambung. Namun
stadium ini tidak tahan terhadap asam lambung dan bergerak menuju ke usus. Setelah di
usus, akan berbentuk stadium kista, yang mana stadium ini tahan terhadap asam lambung
dan dapat menginfeksi lambung dan usus manusia. Akibat infeksi ini dapat menimbulkan
penyakit yang bersifat menahun apabila tidak di obati dengan penanganan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, G. Arthur. 2011. Mikrobiologi dan Imunologi, Edisi Kelima. Hal. 298-299.

Pamulang-Tangerang Selatan : BINARUPA AKSARA.

Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis, Hal. 101-106. Bandung : ALFABETA

Sutanto, Inge, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran, Edisi ke Empat, Hal. 103-105. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

D. S. Kenneth & A. M. Stephen. 2011. Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi. Pamulang-

Tangerang Selatan : KARISMA.

“ Predation On Protozoa : Its Importanca to zooplankton. “ Journal Of Plankton Research.

(2014) 12 (5) : 891-908.

Anda mungkin juga menyukai