Anda di halaman 1dari 64

PRAKATA

Alhamdulillahirabbila’lamin, segala puja dan puji


syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha
Kuasa. Tanpa karunia-Nya, mustahil monograf ini dapat
terselesaikan. Monograf ini disusun berdasarkan
referensi yang dianggap relevan dan sesuai dengan
materi. Penulis menyadari selama penyusunan monograf
ini penulis mendapatkan lebih banyak ilmu baik dari segi
pembuatan sistematika monograf serta dari segi materi
yang di bahas.
Terselesaikannya penulisan monograf ini juga
tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah yaitu Dr. Hj. Mia Nurkanti, M.
Kes. dan Mimi Halimah, S.Pd., M.Pd. Selain itu, penulis
juga menyampaikan rasa terima kasih kepada rekan
mahasiswa/mahasiswi untuk semua bantuan, motivasi,
dan saran-sarannya dalam penyusunan monograf ini.
Meskipun telah berusaha untuk menghindari kesalahan,
penulis menyadari juga bahwa monograf ini masih
mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Karena

i
itu, penulis berharap agar pembaca berkenan
menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan
keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih
dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian
agar dapat menuju kesempurnaan.
Monograf ini berisi materi tentang “Protozoa”,
mulai dari pengertian, ciri, struktur, habitat, morfologi
hingga peranan dan penyakit yang dapat disebabkan oleh
protozoa. Selain itu monograf ini di dukung dengan
gambar, tabel, atau ilustrasi untuk memudahkan dalam
pemahaman para pembaca
Akhir kata, penulis berharap agar monograf ini
dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara khusus,
penulis berharap semoga monograf ini dapat menginspirasi
generasi bangsa ini agar menjadi generasi yang bermartabat,
kreatif, dan mandiri.
Bandung, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................1
A. Latar Belakang......................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................2
C. Tujuan...................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................4
A. Pengertian Protozoa..............................................4
B. Ciri Umum Protozoa.............................................5
C. Struktur Tubuh......................................................6
D. Bentuk Tubuh.......................................................8
E. Habitat Protozoa...................................................9
F. Morfologi Protozoa.............................................11
G. Fisiologi Protozoa...............................................16
H. Perkembangbiakan Protozoa..............................19
I. Klasifikasi Protozoa............................................21
J. Peranan Protozoa bagi Kehidupan......................42
K. Penyakit yang Disebabkan Protozoa..................43
KESIMPULAN.............................................................53

iii
DAFTAR PUSTAKA....................................................54
GLOSARIUM...............................................................55
INDEKS.........................................................................58

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Protozoa..................................6
Gambar 2.2 Amoeba..............................................14
Gambar 2.3 Euglena, Cercomonas, Heteronema.. .14
Gambar 2.4 Paramecium, Stentor, Vorticella........15
Gambar 2.5 Balantidium coli.................................15
Gambar 2.6 Trypanosoma gambiense....................15
Gambar 2.7 Klasifikasi Protozoa...........................21
Gambar 2.8 Amoeba sp..........................................22
Gambar 2.9 Struktur Amoeba................................23
Gambar 2.10 Reproduksi Amoeba.........................25
Gambar 2.11 Struktur Euglena...............................27
Gambar 2.12 Euglena viridis.................................28
Gambar 2.13 Volvox globator................................28
Gambar 2.14 Nocticula miliaris.............................29
Gambar 2.15 Trypanosoma gambiense..................29
Gambar 2.16 Trichomonas vaginalis.....................30
Gambar 2.17 Leishmania tropica...........................30
Gambar 2.18 Trypanosoma evansi.........................30
Gambar 2.19 Struktur Cilliata (Paramecium)........31
Gambar 2.20 Reproduksi Cilliata...........................35

v
Gambar 2.21 Paramecium caudatum.....................36
Gambar 2.22 Stentor..............................................36
Gambar 2.23 Vorticella..........................................37
Gambar 2.24 Stylonichia........................................37
Gambar 2.25 Balantidium coli...............................38
Gambar 2.26 Plasmodium sp.................................39
Gambar 2.26 Toxoplasma gondii...........................41
Gambar 2.27 Reproduksi Sporozoa.......................42

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman purba ada spesies-spesies yang mampu
menyusun kulut/kerangka luar yang terbentuk dari
kapur/kersik, hal ini diketahui dari fosil-fosil yang
terdapat dalam batu-batu yang berasal dari zaman
kambrium ± 600 juta tahun yang lalu. Spesies yang
berkerangka kersik lebih dahulu hidupnya bila
dibandingkan dengan berkerangka kapur. Lebih dari
sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat
kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru
akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi masa
depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitar 35 filum,
namun jumlah sebenarnya bergantung pada perbedaan
pandangan para ahli sistematika.
Protozoa merupakan organisme bersel tunggal yang
sudah memiliki membran inti (eukariota). Protozoa
berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 100 sampai 300
mikron. Bentuk sel Protozoa sangat bervariasi ada yang
tetap dan ada yang berubah-ubah.

1
Protozoa umumnya dapat bergerak aktif karena memiliki
alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu cambuk
(flagellum), bulu getar (cilia), namun ada juga yang tidak
memiliki alat gerak. Protozoa hidup secara heterotrop
dengan memangsa bakteri, protista lain, dan sampah
organisme. Ukuran protozoa beranekaragam, yaitu mulai
kurang dari 10 mikron sampai ada yang mencapai 6 mm,
meskipun jarang. Diperairan, protozoa adalah penyusun
zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis
protista lain, atau detritus (materi organik dari organisme
mati). Protozoa hidup soliter atau berkoloni. Jika
keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa
membungkus diri membentuk kista untuk
mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang
sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang
parasit, saprofit, dan ada yang hidup bebas (soliter).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu protozoa?
2. Apa saja ciri umum yang dimiliki protozoa?
3. Bagaimana struktur tubuh protozoa?
4. Bagaimanaa bentuk tubuh protozoa?

2
5. Dimanakah habitat hidup protozoa?
6. Bagaimana morfologi protozoa?
7. Bagaimana fisiologi protozoa?
8. Bagaimana perkembangbiakan protozoa?
9. Bagaimana klasifikasi protozoa?
10. Apa peranan protozoa di dalam kehidupan?
11. Penyakit apa yang dapat disebabkan oleh protozoa?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian protozoa
2. Mengetahui ciri umum yang dimiliki protozoa
3. Mengetahui struktur tubuh protozoa
4. Mengetahui bentuk tubuh protozoa
5. Mengetahui habitat hidup protozoa
6. Mengetahui morfologi protozoa
7. Mengetahui fisiologi protozoa
8. Mengetahui perkembangbiakan protozoa
9. Mengetahui klasifikasi protozoa
10. Mengetahui peranan protozoa di dalam kehidupan
11. Mengetahui penyakit yang dapat disebabkan oleh
protozoa

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Protozoa
Protista (Yunani, protos = pertama) merupakan
organisme eukariot pertama atau paling sederhana.
Sebagai organisme eukariotik, Protista memiliki
membran inti sel. Protista merupakan organisme
eukariotik yang paling awal (tertua). (Irnaningtyas, 2014,
h. 169). Protista merupakan kingdom yang anggotanya
sebagaian besar berupa mikroorganisme. Protista
merupakan salah satu kingdom yang anggotanya hidup
diperairan, baik di perairan tawar mapun perairan laut.
Selain hidup di perairan, adapula yang hidup sebagai
parasit di cairan tubuh atau jaringan makhluk hidup lain
(Karmana, 2007, h.66).
Protozoa adalah hewan uniseluler (satu sel) dan
termasuk organisme Eukariota. Dalam taksonomi
Protozoa terletak di bawah Kingdom Protista dengan
kedudukan sebagai Filum Protozoa. Banyak hewan
Protozoa yang hidup di perairan, juga di dalam tanah dan
di dalam tubuh hewan sebagai fauna normal. Beberapa
spesies dari Filum Protozoa adalah parasit. Protozoa
4
pada umumnya bersifat aerob dan heterotroph. Mereka
memangsa mikroorganisme, menelan partikel-partikel
bahan organik. Hewan ini tidak mempunyai dinding sel
yang tebal, seringkali mempunyai flagel atau silia.
Lapisan luar penutup tubuhnya berupa membran elastis
yang disebut Pelikel. Sel-sel yang mempunyai struktur
Pelikel memerlukan struktur khusus yang berguna untuk
mengambil makanan. Dalam kaitan itu pada beberapa
jenis hewan Filum ini mempunyai vacuola kontraktil
(Gambar 1.1). Pelikel pada Amoeba disebut plasmalema.

B. Ciri Umum Protozoa


a. Tubuh tersusun atas satu sel, ukurannya beberapa mikron
sampai beberapa millimeter. Umumnya bersifat
mikroskopis;
b. Umumnya hidup secara individual, tetapi ada juga yang
berkoloni. Ada yang hidup bebas di dalam air, komensal,
dan ada pula yang bersifat parasit pada hewan lain;
c. Umumnya berkembang biak dengan membelah diri,
tetapi ada juga yang mengadakan konjugasi, dan ada pula
yang membentuk spora;

5
d. Makanannya berupa: bakteri, hewan bersel satu lainnya
atau sisa-sisa organisme. Cara mengambil makanannya
ada yang saprozoik, holofitik, dan holozoik;
e. Cara bergeraknya ada yang menggunakan flagela, silia,
pseudopodia, bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.

C. Struktur Tubuh

Gambar 2.1 Struktur Protozoa


Struktur sel Protozoa terdiri atas sitoplasma yang
diselubungi membran Sel atau membran plasma.
Membran sel berfungsi sebagai pelindung dan mengatur
pertukaran zat di dalam sel dengan zat di luar sel. Pada
beberapa jenis Protozoa, selain membran plasma,
terdapat pelikel (selaput tubuh yang keras) yang
membantu mempertahankan bentuk tubuh Protozoa agar
selalu tetap. Membran plasma pada beberapa jenis

6
Protozoa ada yang dilengkapi dengan silia atau flagel.
Keduanya berfungsi sebagai alat bergerak. Sitoplasma
mengandung beberapa organel sel, yaitu mitokondria,
ribosom, lisosom, nukleus (inti sel), vakuola makanan,
dan vakuola kontraktil (vakuola berdenyut).
Paramecium memiliki trikosis (struktur di bagian
korteks tubuh berupa rongga dan benang panjang yang
bisa dikeluarkan sebagai respons stimuli) sebagai alat
mempertahankan diri dari musuh.
Tubuh protozoa bentuknya bermacam-macam, ada
yang tetap dan ada yang tidak tetap. Bentuk yang tetap
ini disebabkan karena memiliki pelliculus (kulit) dan
beberapa mempunyai cangkang kapur. Sitoplasma
protozoa sebagian besar tidak bewarna, tetapi beberapa
spesies yang kecil, misalnya Stentor coeruleus bewarna
biru dan Blepharisma laterilia berwarna merah atau
merah muda. Dua bagian sitoplasma biasanya dibedakan
atas bagian pinggiran yang disebut ektoplasma dan
bagian sentral yang lebih padat dan bergranula disebut
endoplasma. Nukleus protozoa umumnya hanya satu,
tetapi ada juga yang lebih, misalnya pada Arcella
vulgaris atau Opalina ranarum. Ciliata secara umum
7
mempunyai dua tipe nukleus dan ciri umumnya bulat,
tetapi ada juga yang oval. Vakuola yang terdapat pada
Protozoa terdiri atas vakuola makanan, vakuola
kontraktil, dan vakuola stasionari. Vakuola makanan dan
vakuola kontraktil terdapat pada protozoa air tawar,
tetapi tidak terdapat pada sebagian besar protozoa yang
hidup parasit dan hidup dalam air laut. Pada umumnya
protozoa paling sedikit terbungkus oleh membran yang
mempunyai sedikit granula seluas permukaan tubuhnya.
Membran berperan dalam sistem pengangkutan enzim
sehingga menimbulkan metabolisme yang efisien. Pada
sebagian spesies, membran dilapisi oleh lapisan lain
membentuk kulit.

D. Bentuk Tubuh
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop. Ukuran tubuhnya antara 3-1000 mikron. Tubuh
protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal
(unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan sistem yang
serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel
saja tanpa mengalami tumpang tindih. Bentuk tubuh macam-
macam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti

8
sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga ada
memiliki flagel atau bersilia.

E. Habitat Protozoa
Filum Protozoa yang pernah diketahui hidup di
bumi sedikitnya ada sejumlah 46.000 spesies, jumlah itu
menyusut keberadaannya karena pertambahan usia bumi
dengan aneka kejadian peristiwa alam. Ulah manusia
dalam mengeksploitasi alam juga mempengaruhi
penyusutan jumlah spesies yang ada. Jumlah spesies
yang sudah punah dan menjadi fosil diantaranya tercatat
sedikitnya sejumlah 20.000 spesies atau 20.000 jenis.
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang
basah. Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di
lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa
spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang.
Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa
organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata
yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies
dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan
tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan
kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa
jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton.
9
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang
hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam,
atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat
parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam
rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya
bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan
penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena
mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi
makanan untuk ikan dan hewan lainnya. Protozoa hidup
secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air
protozoa merupakan zooplankton.
Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membran
sel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari
bahan lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-
ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar
(cangkok) dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi
lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek,
Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi.
Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus,
badan golgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola.
Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik
(heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme
10
lainnya,. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat
mensintesis makanannya sendiri dari zat organic dengan
bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat
saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari
organisme yang telah mati ada pula yang bersifat
parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan
tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada
persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan
bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel
hewan dalam perjalanan evolusinya.

F. Morfologi Protozoa
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil.
Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk
mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk
mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola
kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat
berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk
istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang
tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk
mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada

11
keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah
menjadi sel vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak
mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan
algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik,
yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada
dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti
Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras
yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti
Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk
membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan
Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar
yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil.
Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga
koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk
batuan kapur.
Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat
bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki
palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat
bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan
mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke
dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid
12
dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak
dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora,
yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam
Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat
merupakan parasit hewan maupun manusia
dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics
and Evolution of the Society of Protozoologist,
mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu
Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora,
Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan
Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini,
Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu
kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena
anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima
kelas.
Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora
adalah genera Monosiga, Bodo, Leishmania,
Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba,
dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain
genera Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan
Stentor. Contoh protozoa kelompok Acetospora adalah
13
genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan genera
Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera
Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera
Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok
Myxospora.

Gambar 2.2 Amoeba

Gambar 2.3 Euglena, Cercomonas, Heteronema

14
Gambar 2.4 Paramecium, Stentor, Vorticella

Gambar 2.5 Balantidium coli

Gambar 2.6 Trypanosoma gambiense

G. Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik,
tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung
anaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia
atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai
mitokondria yang mengandung enzim untuk

15
metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP
melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke
oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan
dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel
organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksigen
dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi
melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang
tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel
secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran
pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk
ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola.
Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke
bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola
dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih
besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat
amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina.
Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang
fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke
dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan).
Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam
16
vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan,
kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan
makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara
pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari
sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk
memangsa bakteri.
Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di
permukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat
digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia.
Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan
kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel
melalui sitopig yang terletak disamping sitosom. Pada
umumnya Protozoa membutuhkan suhu optimum untuk
tumbuh antara 16-25°C, dengan suhu maksimumnya
antara 36-40°C. Adapun pH (derajat keasaman optimum)
untuk proses metabolismenya adalah antara pH 6-8.
Jenis Sistem Sistem Protozoa
Otot-rangka Protozoa tidak memiliki kerangka
dalam atau luar. Mereka bergerak
dengan berbagai cara. Amoeba
memiliki kaki palsu atau pseudopodia
yang meluas ketika bergerak.
17
Paramecium ditutupi dengan rambut
yang disebut silia. Euglena viridis
memiliki cambuk seperti ekor yang
disebut flagel untuk bergerak.
Pencernaan Protozoa mengambil makanan
melalui air dan menyimpan makanan
di kantung yang disebut vakuola.
Mereka memakan ganggang kecil dan
bakteri.
Saraf Protozoa memiliki tingkat reaksi
yang sangat rendah terhadap dunia di
sekitar itu dan tidak mempunyai
sistem saraf. Mereka dapat bereaksi
terhadap cahaya dan perubahan suhu.
Sirkulasi Protozoa memiliki aliran air yang
masuk melalui pori-pori. Air berisi
makanan dan kebutuhan oksigen
protozoa.
Respirasi Protozoa mengambil oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida
melalui membran selnya.
Reproduksi Protozoa dapat berkembang biak
secara seksual dan aseksual.

18
Ekskresi Protozoa memiliki kantung disebut
vakuola yang berfungsi mengambil
dan membuang air
Simetri Protozoa biasanya asimetris
Warna Protozoa umumnya berwarna pucat
H. Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa mempunyai 3 cara berkembang biak yaitu:
1. Cara aseksual
a. Pembelahan binier / belah pasang (binary fission)
Apabila keadaan lingkungan baik, maka protozoa
akan mengadakan pembelahan diri yang dimulai dari
kariosom, kemudian nukleus dan seterusnya sitoplasma.
Biasanya dari satu parasit menjadi dua dan seterusnya.
Cara ini hanya terjadi pada bentuk Trofozoit (Vegetatif).
Cara reproduksi satu sel menjadi dua sel ini disebut juga
sebagai endodiogenik, yaitu satu inti akan membelah
menjadi dua lalu di ikuti oleh sitoplasma.
b. Skizogomi
Pada perkembangbiakan ini endopoligenik yaitu inti
membelah menjadi banyak, lalu diikuti oleh sitoplasma.
Dalam hal ini satu sel akan berkembangbiak menjadi

19
beberapa sel baru. Pembelahan ini teratur dan sitoplasma
juga mengikuti pembelahan ini secara teratur.
2. Cara seksual
Pada pembiakan seksual, dibentuk sel kelamin yaitu
makrogametosit dan mikrogamet yang setelah belah
reduksi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah
terbentuk zigot (zygosis= menjadi satu), lalu membentuk
ookinet lalu menjadi ookista yang didalamnya terbentuk
sporozoit, proses ini disebut sporogoni.
3. Pembiakan aseksual dan seksual bergantian.
Cara ini dapat terjadi pada sporozoa.

I. Klasifikasi Protozoa

Gambar 2.7 Klasifikasi Protozoa

20
1. Sarcodina atau Rhizopoda
Filum Sarcodina atau Rhizopoda (rhizoid = akar,
podos = kaki) beranggotakan semua organisme yang
menggunakan kaki semu atau. Anggota Rhizopoda
mempunya tubuh yang selalu berubah-ubah. Tubuh yang
berubah karena terjadi tonjolan yang selalu berpindah-
pindah pada tubuhnya. Tonjolah tersebut yang
digunakan untuk bergerak layaknya kaki (Djuhanda,
1980, h. 10).
Rhizopoda melakukan respirasi dan ekskresi melalui
permukaan tubuh. Pencernaan makanan secara internal
pada vakuola makanan. Vakuola makanan bergabung
dengan lisosom untuk mencerna mangsa atau makanan.
Selanjutnya, hasil pencertaan diserap oleh sitoplasma
dan diedarkan ke seluruh tubuh.

21
Gambar 2.8 Amoeba sp
Contoh Rhizopoda yang terkenal adalah Amoeba.
Ciri dari Amoeba adalah bentuknya tidak tetap dan
selalu berubah-ubah. Struktur tubuh sel Amoeba terdiri
dari membran sel, kaki semu (pseudopodia), sitoplasma,
vakuola makanan, vakuola kontraktil dan inti sel yang
terlihat jelas. Vakuola kontraktil selain berfungsi sebagai
osmoregulator tetapi berfungsi sebagai alat ekskresi. Inti
dalam sel Amoeba merupakan bagian terpenting karena
mengatur kegiatan kerja sel dan reproduksi (Djuhanda,
1980, h. 12).

Gambar 2.9 Struktur Amoeba


a. Pencernaan Makanan Rhizopoda
Dengan cara ini Amoeba bergerak untuk menangkap
makanan. Dengan kaki semunya, Amoeba dapat
menangkap dan mengambil makanan. Mula-mula kaki

22
semu (pseudopoda) dijulurkan ke arah makanan lalu
mengelilingi makanan tersebut. Kemudian, membran
plasma bergerak mendekati dan mengikuti kaki semu
mengelilingi makanan. Bersatunya kedua ujung
membran plasma membentuk vakuola, makanan dicerna
di dalam vakuola makanan. Dari sini, sari makanan
diedarkan ke seluruh tubuh. Pembelahan dimulai dari
membelahnya inti sel menjadi dua, lalu diikuti oleh
pembelahan sitoplasma. Pembelahan inti tersebut
menimbulkan lekukan yang sangat dalam yang lama-
lama akan putus sehingga terjadilah dua sel anak
Amoeba.
b. Morfologi Rhizopoda
 Bergerak bebas di dalam air laut dan tawar.
 Bergerak dan menagkap mangsa dengan
menggunakan kaki semu.
 Berkembangbiak dengan cara membelah biner.
c. Fisiologi Rhizopoda
Sel amoeba dilindungi oleh membran sel, dimana
didalam selnya terdapat organel-organel diantaranya inti
sel, vakuola kontraktil, dan vakuola makanan. Ukuran

23
amoeba berkisar antara 200-300 mikron, bentuknya
selalu berubah-ubah, amoeba bergerak dengan cara
mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu pseudopodia.
d. Reproduksi Rhizopoda (Amoeba)
Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau
bahan inti menjadi dua, kemudian diikuti dengan
pembelahan sitoplasmanya yang masing-masing menjadi
dua dan menyelubungi inti sel. Dimana amoeba
bereproduksi secara vegetatif dengan cara membelah
diri, perkembangbiakan amoeba dan bakteri yang biasa
dilakukan adalah dengan membelah diri sesuai pada
kondisi mereka mengadakan pembelahan setiap 15
menit. Setelah sitoplasma terpisah maka terbentuklah
dua sel baru.

24
Gambar 2.10 Reproduksi Amoeba
e. Contoh spesies dalam kelas Rhizopoda
1) Amoeba, jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh
manusia disebut Entamoeba, misalnya: Entamoeba
dysentriae, penyebab penyakit disentri, karena
menyerang dan merusak jaringan usus, disebut juga
Entamoeba histolitica, Entamoeba ginggivalis,
hidup di rongga mulut dan Entamoeba coli, hidup
dalam kolon, sebenarnya bukan parasit, tetap
kadang-kadang menyebabkan diare.
2) Foraminifera, hidup di laut, terlindung kerangka luar
yang beruang banyak yang terbuat dari kalsium
karbonat. Kerangka yang telah kosong mengendap
di dasar laut dan merupakan tanah "globigerina".
Fosilnya berguna sebagai petunjuk dalam pencarian
minyak bumi.
3) Radiolaria, hidup di laut. Kerangka tubuhnya
tersusun dari silikat membentuk tanah radiolaria
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penggosok.
2. Mastigophora atau Flagellata
Anggota filum Flagellata memiliki ciri khusus yaitu
memiliki flagela atau bulu cambuk sebagai alat
25
geraknya. Flagela merupakan tonjolan protoplasma yang
panjang seperti cambuk (Djuhanda, 1980, h. 46). Selain
berfungsi sebagai alat gerak, flagela dapat berfungsi
untuk mengalirkan aliran air di sekitar mulutnya
sehingga makanan dapat memasuki mulutnya.

Gambar 2.11 Struktur Euglena


Flagellata memiliki bentuk tubuh yang tetap karena
terbungkus dengan selaput sel yang kuat. Dinding tubuh
berupa pellice yang tersusun oleh protein dan karbonat
yang menyebabkan bentuk tubuh Flagellata relatif tetap
(Sutarto, 2009, h. 6). Beberapa pada spesies Flagellata
memiliki kloroplas di dalam protoplasmanya yang
berfungsi untuk fotosintesis. Flagellata melakukan
ekskresi dan respirasi dengan permukaan tubuhnya.
Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual.

26
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan biner secara longitudinal.
Flagellata dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Flagellata yang mempunyai kromatofora dan
struktur yang mengandung pigmen hijau klorofil,
disebut kelompok fitoflagellata. Contoh:
a) Euglena viridis, hidup di air tawar.

Gambar 2.12 Euglena viridis


b) Volvox globator, hidup di air tawar, berkoloni,
merupakan kumpulan ribuan hewan bersel satu
yang berflagel dua. Sel-sel pembentuk koloni
dihubungkan dengan benang-benang plasma.

27
Gambar 2.13 Volvox globator
c) Noctiluca miliaris, hidup di laut, mempunyai dua
flagel, yang satu panjang dan yang satu pendek,
hewan ini menyebabkan laut tampak bercahaya
pada waktu malam hari.

Gambar 2.14 Nocticula miliaris


2) Flagellata yang tidak mempunyai pigmen klorofil
disebut kelompok zooflagellata. Contoh:
a) Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma
rhodosiense, penyebab penyakit tidur pada
manusia. Hospes perantaranya adalah lalat tse-

28
tse, yaitu Glosina palpalis dan Glosina
mursitans. Trypanosoma hidup di dalam kelenjar
getah bening atau cairan serebro spinal manusia.

Gambar 2.15 Trypanosoma gambiense


b) Trichomonas vaginalis, parasit pada vagina
saluran urine wanita.

Gambar 2.16 Trichomonas vaginalis


c) Leishmania tropica, penyebab penyakit kalaazar
dengan tanda demam dan anemia.

29
Gambar 2.17 Leishmania tropica
d) Trypanosoma evansi, penyebab penyakit sura
(malas) pada ternak.

Gambar 2.18 Trypanosoma evansi

3. Cilliata atau Ciliophora


Ciliata atau Ciliophora adalah protozoa yang
bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar).
Ciliata memiliki bentuk tubuh yang tetap karena
memiliki pelikel. Pelikel merupakan selaput protein atau
glikoprotein yang keras untuk menyokong membran sel.
Bentuk tubuh Ciliata bervariasi, ada yang menyerupai
sandal, lonceng, terompet, atau oval (Irnaningtyas, 2014,

30
h.173). Ciliata melakukan ekskresi dan respirasi dengan
permukaan tubuh.

Gambar 2.19 Struktur Cilliata (Paramecium)


Nukleus pada Ciliata terdiri atas satu inti berukuran
besar yang disebut makronukleus dan beberapa jenis inti
yang berukuran keci yang disebut mikronukleus.
Makronukleus berfungsi untuk menyintesis RNA,
mengatur aktivitas dan pertumbuhan sel, dan alat
reproduksi aseksual (pembelahan biner), sementara itu
mikronukleus berfungsi sebagai alat reproduksi seksual
(konjugasi) (Irnaningtyas, 2014, h.174). Sebagian besar
Ciliata hidup sebagai sel soliter di air tawar maupun air
laut. Ciliata banyak ditemukan di air sawah, air sungai,
air kolam, dan air selokan, terutama yang banyak
mengandung sisa-sisa tumbuhan dan hewan, atau

31
sampah organik. Ciliata yang hidup bebas dilingkungan
berair, contohnya Paramecium caudatum, Vorticella,
Stentor, Didinium, dan Stylonychia. (Irnaningtyas, 2014,
h.176).
a. Cara Makan dan Ekskresi pada Ciliata
Silia pada ciliata selain berfungsi sebagai alat gerak
juga berfungsi sebagai alat menangkap makanan. Cara
menangkap makanan adalah dengan menggetarkan
silianya, agar terjadi aliran air keluar dan masuk mulut
sel. Pada saat itulah masuk bersamaan dengan air
bakteri, bahan organik, atau hewan uniseluler lainnya.
Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di
permukaan sel yang disebut sitostoma Sitostoma dapat
digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia.
Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan.
Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam
vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan.
b. Respirasi pada Ciliata
Respirasi pada ciliata sama yang dilakukan seperti
amoeba yaitu dengan cara difusi melalui seluruh
permukaan tubuhnya (selaput plasma). Sitoplasma
32
dibedakan menjadi dua yaitu bagian luar adalah
ektoplasma dan bagian dalam disebut endoplasma.
Dibagian ektoplasma terdapat bentukan menyerupai akar
yang disebut trikosit. Fungi trikosit untuk melindungi
diri dari terhadap serangan lawan dan juga untuk
menambatkan diri pada hewan lain waktu mengambil
makanan. Tubuhnya dilindungi oleh pellicle, sehingga
bentuk dari organism ini tetap.
c. Reproduksi pada Ciliata
Proses reproduksi pada ciliata yaitu secara seksual
dan aseksual. Perkembangbiakan aseksual pada ciliata
yaitu dimulai dengan membelah diri secara transversal,
dimulai dengan membelah makronukleus yang diikuti
oleh sitoplasmanya, membelah diri dapat terjadi ± tiap
24 jam. Setelah terjadi beberapa kali pembiakan aseksual
(vegetatif), terjadilah pembiakan seksual (generatif)
secara konjugasi yang dimulai dengan pertemuan antara
2 individu pada bagian mulut. Kemudian terjadi
peristiwa selanjutnya makronukleusnya lenyap.
Mikronukleusnya membelah secara meiosis menjadi
empat. Tiga diantaranya lenyap dan satu membelah
menjadi dua mikronukleus (haploid). Dan terjadi tukar
33
menukar mikronuklues sehingga menjadi penyatuan
mikronukleus haploid menjadi mikronukleus diploid,
tiap individu memisahkan diri. Dalam keadaan demikian
tiap individu dan mikronukleusnya akan mengadakan
pembelahan dua kali berturut-turut hingga menjadi
empat paramecium baru dengan makronukleus.

Gambar 2.20 Reproduksi Cilliata

d. Contoh Spesies Kelas Ciliata


1) Paramaecium caudatum, adalah Ciliata yang hidup
bebas. Bentuk selnya seperti sandal, ukuran kira-kira
250 mikron, mempunyai sitostom (celah mulut)
pada membran plasma, dan selnya diselubungi oleh
pelikel. Sel berisi dua inti sel yang terdiri atas inti
kecil (mikronukleus) dan inti besar (makronukleus),

34
sitoplasma, vakuola makanan (pencerna makanan),
serta vakuola kontraktil (pengeluaran zat sisa).
Gerakan Paramaecium caudatum dilakukan dengan
menggetarkan cilianya. Gerakan cilia sulit diamati
oleh mikroskop karena gerakannya sangat cepat
bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri
dengan arah transversal, seksual dengan konjugasi
dengan terjadi pertukaran inti kecil (mikronukleus).

Gambar 2.21 Paramecium caudatum


2) Stentor, bentuk seperti terompet dan menetap di
suatu tempat.

35
Gambar 2.22 Stentor
3) Vorticella, bentuk seperti lonceng bertangkai
panjang dengan bentuk lurus atau spiral yang
dilengkapi cilia di sekitar mulutnya. 3) Didinium,
predator pada ekosistem perairan, yaitu pemangsa
Paramaecium.

Gambar 2.23 Vorticella


4) Stylonichia, bentuk seperti siput, cilianya
berkelompok. Banyak ditemukan pada permukaan
daun yang terendam air. Contoh gambarnya adalah
sebagai berikut.

36
Gambar 2.24 Stylonichia
5) Balantidium coli, habitat pada kolon manusia dan
dapat menimbulkan balantidiosis (gangguan pada
perut).

Gambar 2.25 Balantidium coli


4. Sporozoa
Anggota filum Sporozoa memliki ciri tidak memiliki
alat gerak untuk pergerakannya. Ciri lainnya adalah
membentuk spora sehingga dinamakan sporozoa
(Pujiyanto, 2008, h. 101). Salah satu ujung selnya

37
(apeks) memiliki organel-organel kompleks khusus yang
berfungsi untuk menembus sel dan jaringan tubuh inang.
Tubuh Sporozoa berbentuk bulat atau oval. Sporozoa
tidak memiliki alat gerak, namun dapat berpindah dari
suatu jaringan tubuh inang ke jaringan lainnya melalui
aliran darah tubuh inang (Irnaningtyas, 2014, h.183).

Gambar 2.26 Plasmodium sp


Seluruh Sporozoa hidup sebagai parasit di tubuh
manusia dan hewan. Sporozoa masuk ke dalam tubuh
inang melalu hewan perantara. Contohnya Plasmodium
sp. Penyebab penyakit malaria yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina, kemudian hidup di
dalam jaringan darah dan hati manusia. Sporozoa
bereproduksi secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan peleburan
antara gamet jantan dan betina. Reproduksi secara

38
aseksual dan seksual terjadi secara bergilir dalam siklus
hidup yang sangat rumit, dan terjadi beberapa kali
perubahan bentuk. (Irnaningtyas, 2014, h.184)
Berkembang biak secara vegetatif di dalam tubuh
manusia dan generatif di dalam tubuh nyamuk, didalam
tubuh nyamuk gametosit yang terhisap nyamuk akan
berubah jadi mikro dan makrogamet. Perkawinan antara
mikro dan makrogamet menghasilkan suatu zigot, zigot
membentuk ookinet di dalam usus nyamuk kemudian
protoplasmanya berubah menjadi sporozoit-sporozoit,
lalu sporozoit itu menyebar didalam alat pencernan dan
sampai di kelenjar ludah nyamuk. Dan di dalam tubuh
manusia sporozoit akan menyerang sel hati dan
kemudian menyerang eritrosit, setelah pembiakan
vegetatif terjadi berulang-ulang maka sel darah merah itu
berubah menjadi gametosit yang dapat terhisap oleh
nyamuk.
Contoh hewan yang termasuk dalam filum sporozoa:
Toxoplasma gondii yang menyebabkan penyakit
Toksoplasmosis. Toxoplasma gondii masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan, misalnya daging yang
tercemar kista toxoplasma dari kotoran kucing. Infeksi
39
Toxoplasma gondii membahayakan bagi ibu hamil
karena dapat mengakibatkan bayi yang lahir cacat,
bahkan dapat membunuh embrio. Contoh lainnya adalah
Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada
manusia. Contoh lainnya adalah Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax.

Gambar 2.26 Toxoplasma gondii


Reproduksi dibagi menjadi dua:
a) Aseksual dengan schizogoni, yaitu membelah diri di
dalam tubuh inang dan sporogoni, yaitu membuat
spora di dalam tubuh inang perantara.
b) Seksual dengan peleburan makrogamet dan
mikrogamet di dalam tubuh nyamuk.

40
Gambar 2.27 Reproduksi Sporozoa
J. Peranan Protozoa bagi Kehidupan
a. Peran menguntungkan :
1) Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa
memangsa Bakteri sebagai makanannya, sehingga
dapat mengontrol jumlah populasi Bakteri di alam.
2) Sumber makanan ikan, Di perairan sebagian
Protozoa berperan sebagai plankton (zooplankton)
dan benthos yang menjadi makanan hewan air,
terutama udang, kepiting, ikan, dll.
3) Indikator minyak bumi, Fosil  Foraminifera menjadi
petunjuk sumber minyak, gas, dan mineral.

41
4) Bahan penggosok, Endapan Radiolaria di dasar laut
yang membentuk tanah radiolaria, dapat dijadikan
sebagai bahan penggosok.
b. Peran merugikan :
1) Toxoplasma gondii, penyebab toksoplasmosis;
2) Plasmodium sp, penyebab penyakit malaria;
3) Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma
rhodosiense,
4) penyebab penyakit tidur;
5) Leishmania sp, penyebab penyakit kalaazar;
6) Trichomonas vaginalis, penyebab penyakit pada alat
kelamin
7) wanita;
8) Entamoeba histolytica, penyebab penyakit disentri.

K. Penyakit yang Disebabkan Protozoa


1. Entamoeba Histolytica
Parasit ini menyebar di seluruh dunia, tetapi lebih
banyak di daerah tropis dan subtropis dari pada di daerah
beriklim sedang.

42
• Hospes
Hospes dari parasit ini adalah manusia dan kera.
Di cina, anjing dan tikustikus liar merupakan sumber
infeksi bagi manusia. Penyakit yang disebabkannya
disebut amebiasis.
• Patologi dan gejala klinik
Dapat menyebabkan tinja disentri yaitu tinja yang
bercampur lendir dan darah. Bentuk klinis yang dikenal
adalah :
a. Amebiasis intestinal terdiri atas amebiasis kolon
akut (disentri ameba) dan amebiasis kolon
menahun
b. Amebiasis ekstra-intestinal disebabkan amebiasis
kolon yang tidak diobati dan menjalar keluar.
• Epidemiologi
Terdapat diseluruh dunia, terutama daerah
tropikyang sanitasi dan sosio ekonominya buruk.
Emebiasis ditularkan oleh pengandung kista (melalui air,
makanan, sayuran, lalat) yang biasanya sehat tetapi
berperan penting dalam penyebaran penyakit karena
tinjanya merupakan sumber infeksi. Jadi tidak
ditullarkan oleh penderita amebiasis akut. Penyebaran
43
parasit tergantung beberapa faktor diantaranya adanya
sumber infeksi (penderita ataupun hospes reservoir);
keadaan lingkungan (iklim, curah hujan, suhu,
kelembapan, sinar matahari, sanitasi dan sebgainya),
tersedianya vektor (bagi parasit yang membutuhkan
vektor, keadaan penduduk (padat/jarang, kebiasaan,
pendidikan, sosial ekonomi, dan sebagainya).
2. Giardia lamblia
• Hospes penyakit ini adalah manusia dan hospes
reservoirnya adalah tikus.
• Penyakit yang di timbulkan disebut giardiansis atau
lambliasis.
• Patologi dan gejala klinis
Dengan batil isap yang cekung, stadium trofozoit
melekat pada permukaan epitel usis, sehingga
menimbulkan gangguan fungsi usus dalam penyerapan
sari makanan terutama dalam penyerapan lemak, karoten
folat dan vitamin B12. Kelainan fungsi usus kecil
menimbulkan gejala kembung, abdomen membesar,
tegang, mual, anoreksia, feses banyak dan berbau busuk,
dan penurunan berat badan.
• Epidemiologi
44
Ditemukan kosmopolit, prevalensinya 2 – 25 % atau
lebih. Transmisi terjadi dengan tertelannya kista matang.
Makanan/ minuman yang terkontaminasi tinja, lalat dan
penjaja makanan merupakan sumber infeksi atau melalu
orang yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi.
Giardia lamblia juga dianggap sebagai parasit yang
ditularkan melalui seks dan banyak ditemukan pada
penderita AIDS.
3. Trichomonas vaginalis
• Hospes : manusia. Menyebabkan penyakit
trikomoniasis vagina dan pada pria prostatitis.
Parasit ini berhabitat pada vagina, pada uretra,
epididimis, dan prostat pada laki-laki.
• Patologi dan gejala klinis
Ditularkan ke dalam vagina mulai berkembangbiak
bila flora bakteri, pH dan keadaan fisiologi vagina
sesuai. Parasit menyebabkan degenerasi dan deskuamasi
sel epitel disusul serangan leukosit. Sekret vagina
mengalir keluar dan menimbulkan keputihan tergantung
beratnya infeksi dan stadium penyakit. Rasa pedih waktu
kencing merupakan infeksi tambahan. Infeksi dapat
menjalar dan menyebabkan uretritis.
45
• Epidemiologi
Ditemukan pada semua bangsa/ ras dan semua
musim. Pada wanita parasit lebih sering ditemukan pada
kelompok usia 20 – 49 tahun., berkurang pada usia muda
dan lanjut usia dan jarang pada anak gadis.
4. Balantidium coli
• Hospes : hospes definitif dari parasit ini adalah babi
dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah
tropik. Parasit ini kadang-kadang menginfeksi
manusia manusia dan menyebabkan penyakit
balantidiasis atau disentri balantidium. Penyakit ini
termasuk dalam penyakit zoonosis.
• Patologi dan gejala klinis
Penyakit yang ditimbulkan hampir sama dengan E.
hystolitica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif
membentuk abses keci yang pecah dan menjadi ulkus.
Biasanya disertai sindrom disentri. Penyakit dapat terjadi
menahun dengan dire diselingi konstipasi, sakit perut,
tidak nafsu makan, muntah. Kadang-kadang dapat
menimbulkan infeksi ekstraintestinal yang menyebabkan
peritonitis, uretritis. Diagnosis dapat ditegakan dengan

46
menemukan stadium trofozoit atau kista dalam tinja
penderita.
• Epidemiologi
Banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (60 –
90%) penularan pada babi mudah sekali dan dapat
menular ke manusia. Cara infeksi pada manusia terjadi
dari tangan ke mulut atau melalui tangan (misal saat
membersihkan kandang babi) terkontaminasi tinja babi
yang mengandung kista kemudian kista tertelan sehingga
infeksi. Stadium kista dan trofozoit dapat ditemukan di
dalam tinja. Stadium kista dalam tinja pada suhu kamar
dapat hidup selama 1-2 hari.
5. Toxoplasma gondii
• Hospes definitif : kucing dan binatang sejenisnya.
Hospes perantara : manusia, burung dan mammalia
lain. Menyebabkan toksoplasmosis kongenital dan
toksoplasmosis akuisitas.
• Patologi dan gejala klinik.
Invasi biasanya terjadi di usus. T. gondii menyerang
semua organ dan jaringan tubuh hospes kecuali sel darah
merah. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh,
tergantung pada umur (pada bayi lebih berat daripada
47
dewasa), virulensi strain toxoplasma, jumlah parasit dan
organ yang diserang.
• Epidemiologi
Di Indonesia , pada manusia berkisar 2 – 63 %.
Keadaan toksoplasmosis dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti kebiasaan makan daging kurang matang, adanya
kucing yang dipelihara, tikus dan burubf sebagai hospes
perantara, vektor seperti lalat, lipas.
6. Plasmodium
Sporozoa yang paling penting ialah yang
menimbulkan malaria. Malaria adalah penyakit asal
nyamuk pada manusia yang disebabkan oleh sporozoa
yang tergolong genus Plasmodium yang menginfeksi
hati dan sel-sel darah merah, Inang akhir bagi parasit
tersebut ialah nyamuk anofelin betina; reproduksi
seksual parasitnya terjadi dalam inang ini. Hospes
perantara adalah manusia, hospes definitif ; nyamuk
Anopheles betina. Siklus hidup berlangsung secara
seksual (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk anopheles
betina, dan secara aseksual (schizogoni) di dalam tubuh
manusia.
Cara infeksi dari malaria adalah dengan 2 cara:
48
1) Kongenital, melalui plasenta ibu hamil yang
mengandung plasmodium yang di tularkan kepada
janin dalam kandungan.
2) Akuisita, yang dapat melalui beberapa cara, yaitu:
a) Secara alami melalui tusukan nyamuk
anopheles betina yang mengandung stadium
sporozoit,
b) Secara induced, bila stadium aseksual dalam
eritrosit secara tak sengaja masuk dalam badan
manusia melalui darah, seperti transfusi atau
suntikan.
Empat spesies Plasmodium menimbulkan bentuk-
bentuk malaria pada manusia sebagai berikut:
1) Plasmodium vivax
• Nama penyakit : malaria vivaks/ malaria tersiana
• Distribusi geografik : terdapat di daerah sub stropik,
daerah dingin (Rusia). Di Indonesia, spesies
menyebar di seluruh kepulauan dan pada umumnya
daerah endemic mempunyai frekuensi tertinggi
diantara spesies lain.
2) Plasmodium malariae

49
• Nama penyakit : malaria malariae/ malaria kuartana
karena serangan demam berulang pada tiap hari
keempat.
• Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic dan
sub stropik, tetapi frekuensi cenderung rendah di
beberapa daerah.
• Epidemiologi ; frekuensinya di suatu daerah di
Indonesia sangat rendah
3) Plasmodium ovale
• Nama penyakit : malaria ovale
• Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic
Afrika Barat, Pasifik Barat dan di beberapa bagian
lan di dunia. Di Indonesia terdapat di Pulau Owi
sebelah selatan Biak di Irian Jaya dan di Pulau
Timor.
• Epidemiologi : frekuensinya sangat rendah dan
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
4) Plasmodium falciparum
• Nama penyakit : malaria falsiparum
• Distribusi geografik : terdapat di daerah tropic
terutama Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia
menyebar di seluruh kepulauan.
50
KESIMPULAN
Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di
bebas atau parasit, beberapa diantaranya sudah
bersimbiosis dengan makhluk hidup lainnya. Pencernaan
secara intraseluler di dalam vakuola makanan.Alat gerak
berupa pseudopodium, ciliate atau flagella. Pengambilan
makanan secara holozoik, saprofit, saprozoik dan
holophitik. Umumnya berkembang biak melalui
pembelahan sel dan konyugasi. Protozoa umumnya
mendapatkan makanan dengan memangsa organisme
lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara
fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di
lingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-
molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi
melalui membran, dapat masuk ke sel secara pinositosis.
Protozoa berkembangbiak secara seksual dan aseksual.
Protozoa diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya
yaitu Rhizopoda, Cilliata, Flagellata, dan Sporozoa.

51
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R. D. 1987. Invertebrate Zoologiy. Saunders.
College Publishing. New York
Kaswati, H. Y., dkk. (2003). Zoologi Invertebrata.
Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Permatasari, Ayu. 2015. Mikrobiologi Protozoa.
https://id.scribd.com/doc/242949535/MIKROBIOL
OGI-PROTOZOA diakses pada tanggal 19 Oktober
2020
Prianto, Juni. 2010. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

52
GLOSARIUM

A
Aerob: organisme yang melakukan metabolisme dengan
bantuan oksigen
E
Endodiogenik: satu inti akan membelah menjadi dua
lalu di ikuti oleh sitoplasma
Endopoligenik: inti membelah menjadi banyak, lalu
diikuti oleh sitoplasma
Entamoeba: jenis Amoeba yang hidup di dalam tubuh
manusia
Eukariota: organisme yang memiliki membran inti sel
F
Fagositosis: proses seluler dari fagosit dan protista yang
menggulung partikel padat dengan
membran sel dan membentuk fagosom
internal
Flagel: alat gerak berbentuk cambuk pada sejumlah
organisme bersel satu

53
G
Granula: butiran kecil dan halus yang terdapat dalam sel
H
Holofitik: organisme yang dapat membuat makanannya
sendirin (autotrof)
Holozoik: sifat makhluk yang mengambil makanan dari
lingkungannya dalam bentuk padat
K
Kista: protozoa dalam bentuk vegetatif (trophozoite),
atau bentuk istirahat
Kromatofora: sel atau kelompok sel yang mengandung
pigmen dan dapat memantulkan cahaya
M
Mikroorganisme: organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya
diperlukan alat bantuan
P
Parasit: organisme yang hidup pada atau di dalam
makhluk hidup lain dengan menyerap nutrisi,
tanpa memberi bantuan atau manfaat lain
Pelikel: lapisan luar penutup tubuhnya berupa membran
elastis
54
Pinositosis: salah satu jenis endositosis di mana sel
"meneguk" tetesan fluida ekstraseluler
dalam vesikula kecil
Pseudopodia: alat gerak pada sporozoa
S
Saprozoik: suatu makhluk hidup yang mengambil
makanan dari organisme yang telah mati
Silia: alat gerak pada cilliata
Sitosom: organ mirip mulut di permukaan sel pada
cilliata
V
Vakuola kontraktil: berfungsi sebagai osmoregulator
yaitu pengatur nilai osmotik sel
atau ekskresi
Z
Zooplankton: plankton heterotrofik

55
INDEKS
M
A Mikroorganisme · 4, 5
Aerob · 5 P
E Parasit · 2, 4, 5, 8, 9, 13,
Endodiogenik · 20 20, 25, 29, 39,
Endopoligenik · 20 44, 45, 46, 47,
Entamoeba · 14, 25, 43 49, 53
Eukariota · 4 Pelikel · 5, 31
F Pinositosis · 16, 17, 53
Fagositosis · 16, 17, 53 Pseudopodia · 2, 6, 12,
Flagel · 5, 7, 9, 18, 28 18, 22, 24
G S
Granula · 8 Saprozoik · 6, 53
H Silia · 5, 6, 7, 12, 17, 18,
Holofitik · 6 31, 33
Holozoik · 6, 11, 53 Sitosom · 17
K V
Kista · 2, 10, 11, 40, 44, Vakuola kontraktil · 7,
46, 48 8, 11, 22, 24,
Kromatofora · 27 35
Z Zooplankton · 2, 10, 42

Anda mungkin juga menyukai