Anda di halaman 1dari 71

PRAKATA

Alhamdulillahirabbila’lamin, segala puja dan puji


syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha
Kuasa. Tanpa karunia-Nya, mustahil chapterbook ini
terselesaikan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain
yang bersamaan hadir. Penulis benar-benar merasa tertantang
untuk mewujudkan chapterbook ini sebagai bagian dari tugas
yang harus dilakukan di semester 5 ini. Chapterbook ini
disusun berdasarkan referensi yang dianggap relevan dan
sesuai dengan materi. Penulis menyadari selama penyusunan
chapterbook ini penulis mendapatkan lebih banyak ilmu baik
dari segi pembuatan sistematika chapterbook serta dari segi
materi yang di bahas.
Terselesaikannya penulisan chapterbook ini juga
tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah yaitu Bapak Dr. H. Rer.nat Ama Rustama, M.Pd. serta
Ibu Cita Tresnawati, S.Pd., M.Pd. Selain itu, penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada rekan
mahasiswa/mahasiswi untuk semua bantuan, motivasi, dan
saran-sarannya dalam penyusunan chapterbook ini. Meskipun
telah berusaha untuk menghindari kesalahan, penulis
menyadari juga bahwa chapterbook ini masih mempunyai

i
kelemahan sebagai kekurangannya. Karena itu, penulis
berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan.
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya.
Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan.
Akhir kata, penulis berharap agar chapterbook ini
dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara khusus,
penulis berharap semoga chapterbook ini dapat menginspirasi
generasi bangsa ini agar menjadi generasi yang bermartabat,
kreatif, dan mandiri.

Bandung, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
PRAKATA..............................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................3
2.1 Pengertian dan Fungsi Sistem Indera............................3
2.2 Gambaran Umum Sistem Indera pada Hewan..............4
2.3 Fisiologi Sistem Indera pada Hewan Invertebrata.........5
2.4 Fisiologi Sistem Indera pada Vertebrata.....................15
2.5 Fisiologi Sistem Indera Pada Manusia........................27
2.6 Kelainan Sistem Indera Pada Invertebrata, Vertebrata,
dan Manusia...............................................................48
BAB III PENUTUP.............................................................57
3.1 Kesimpulan.................................................................57
3.2 Saran...........................................................................57
INDEKS...............................................................................58
GLOSARIUM......................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...........................................................65

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3.1. Struktur Euglena..............................................6
Gambar 2.3.2. Struktur Porifera..............................................6
Gambar 2.3.3. Struktur Coelenterata.......................................7
Gambar 2.3.4. Struktur Platyhelminthes.................................8
Gambar 2.3.5. Struktur Nemathelminthes...............................9
Gambar 2.3.6. Struktur Annelida..........................................10
Gambar 2.3.7. Struktur Mollusca..........................................12
Gambar 2.3.8. Struktur Echinodermata.................................12
Gambar 2.3.9. Struktur mata pada serangga.........................14
Gambar 2.4.1. Sruktur mata ikan..........................................16
Gambar 2.4.2. Gurat sisi pada ikan.......................................17
Gambar 2.4.3. Struktur mata katak.......................................18
Gambar 2.4.4. Indera pada ular.............................................19
Gambar 2.4.5. Struktur mata pada burung............................21
Gambar 2.4.6. Letak mata pada burung................................22
Gambar 2.4.7. Struktur mata kucing.....................................24
Gambar 2.4.8. Struktur indera pada anjing...........................25
Gambar 2.5.1. Bagian-bagian mata.......................................27
Gambar 2.5.2. Skema proses melihat pada mata...................30
Gambar 2.5.3. (a) Akomodasi mata saat melihat jauh (b)
Akomodasi mata saat melihat dekat............33
Gambar 2.5.4. Bagian-bagian telinga....................................34

iv
Gambar 2.5.5. Skema mendengar pada telinga.....................38
Gambar 2.5.6. Bagian-bagian hidung....................................40
Gambar 2.5.7. Skema penciuman pada hidung.....................41
Gambar 2.5.8. Bagian-bagian lidah.......................................43
Gambar 2.5.9. Skema pengecap pada lidah...........................44
Gambar 2.5.10. Penampang kulit manusia beserta reseptor-
reseptornya..................................................46
Gambar 2.5.11. Skema peraba pada kulit..............................47

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap-tiap organisme makhluk hidup mempunyai
sistem koordinasi yang disebut koordinasi indra untuk
melakukan aktivitas sehari- hari baik itu pada hewan vetebrata
ataupun pada hewan in vetebrata. Hewan- hewan ini memiliki
suatu alat indra, hewan vetebrata atau hewan bertulang
belakang memiliki indra penglihat atau mata, indra pencium
(hidung), indra peraba (kulit) dan indra pendengar (telinga).
Akan tetapi tidak semua makhluk hidup
menggunakan semua alat indranya untuk melakukan
aktifitasnya. Contohnya pada hewan invetebratanya seperti
protozoa hewan ini tidak memiliki indra, akan tetapi peka
terhadap rangsangan, Coloenterata menggunakan tentakel
sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indra yang
berada dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan.
Hewan ini hanya mampu membedakan antara gelap dan
terang saja.
Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem
koodinasi atau alat indera yang sempurna. Hewan- hewan ini
menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi
sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba

1
dan telinga yang berfungsi sebagai indra pendengar. Begitu
juga pada manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi sistem indera pada hewan?
2. Bagaimana gambaran umum sistem indera pada hewan?
3. Bagaimana fisiologi sistem indera pada hewan
invertebrata?
4. Bagaimana fisiologi sistem indera pada hewan
vertebrata?
5. Bagaimana fisiologi sistem indera pada manusia?
6. Kelainan apa yang dapat terjadi pada sistem indera
invertebrate, vertebrata, dan manusia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan fungsi sistem indera pada
hewan
2. Mengetahui gambaran umum sistem indera pada hewan
3. Mengetahui fisiologi sistem indera pada hewan
invertebrata
4. Mengetahui fisiologi sistem indera pada vertebrata
5. Mengetahui fisiologi sistem indera pada manusia
6. Mengetahui kelainan pada sistem indera invertebrata,
vertebrata, dan menusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Fungsi Sistem Indera
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang
berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem
indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari
otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem
indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan dan peraba.
Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk
menerima jenis rangsangan tertentu. Semua organisme
memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Reseptor
diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya,
seperti kemoreseptor (penerima ransang zat kimia),
fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), audioreseptor
(penerima ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima
ransang fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain
itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi mengenali
perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai
eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi
untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut
interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh
manusia.

3
2.2 Gambaran Umum Sistem Indera pada Hewan
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang
berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem
indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari
otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem
indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan dan peraba. Alat indra merupakan
suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu.
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali
perubahan lingkungan sehingga fungsi utama indra adalah
mengenal lingkungan luar atau berbagai rangsang dari
lingkungan di luar tubuh.
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang
berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem
indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari
otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem
indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan dan peraba.
Organ Indra merupakan struktur reseptor yang secara
khusus berkembang selama kehidupan dan evolusi hewan.
Pada hewan vertebrata, organ indra paling berkembang
dibandingkan dengan hewan lainnya. Dalam kerjanya organ
Indra tidak dapat dipisahkan dari fungsi dan kerja sistem
syaraf dan sistem endokrin yang keduanya membantu untuk
4
memadukan dan mengkoordinasikan informasi yang diterima
dari lingkungan dan untuk menimbulkan respon.
Beberapa jenis organ indra pada hewan vertebrata
adalah: organ indra interna (stato reseptor, indra sentuh/raba,
thermoreseptor, algerireseptor, kemoreseptor), organ indra
pembau (olfaktori), pengecap rasa, sistem gurat sisi, telinga
dan mata. Organ indra secara umum tersusun atas suatu sel
syaraf sensoris khusus beserta sel-sel penyokong dan pada
organ indra yang lebih kompleks seperti telinga dan mata
tersusun atas komponen-komponen yang lebih rumit lagi.
Pada prinsipnya satu jenis organ indra hanya mampu
merespon satu jenis perubahan yang terjadi pada lingkungan.

2.3 Fisiologi Sistem Indera pada Hewan Invertebrata


1. Sistem Indera pada Protozoa (Hewan Bersel Satu)
Pada umumnya tidak memiliki indra, tetapi peka
terhadap rangsangan cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba
dan paramaecium akan menjauh. Euglena hanya memiliki alat
penerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna
merah didekat flagelnya. Bila ada cahaya, euglena segera
bergerak ke arah cahaya tersebut. Euglena mempunyai daya
iratabilitas, tidak mempunyai alat penerima rangsang kusus
kecuali euglena, mempunyai kloroplas untuk fotosintesis,

5
mempunyai stigma (bintik mata) yang peka terhadap
rangsang.

Sumber: www.sciencefacts.net
Gambar 2.3.1. Struktur Euglena
2. Sistem Indera pada Porifera

Sumber: www.edubio.info
Gambar 2.3.2. Struktur Porifera
Tubuh porifera belum membentuk jaringan atau organ.
Maka dari itu, pada Phylum porifera belum memiliki sistem
indera. Karena struktur tubuhnya masih primitif.
3. Sitem Indera pada Coelenterata
6
Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel
pigmen dan sel sensori yang peka terhadap cahaya serta
sejumlah tentakel sebagai alat peraba. Obelia Terdapat sel-sel
sensorik yang tersebar dipermukaan tubuh terutama pada
daerah tentakel pada obelia peka terhadap rangsang sentuhan
dan medusanya terdapat indra penglihat yaitu berupa bintik
mata.

Sumber: www.slideshare.net
Gambar 2.3.3. Struktur Coelenterata
4. Sitem Indera pada Platyhelminthes
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem
penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang
mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata
tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian
anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba
dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies

7
juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga),
statosista (pengatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ
untuk mengetahui arah aliran sungai).

Sumber: www.materiipamgmp.blogspot.com
Gambar 2.3.4. Struktur Platyhelminthes
5. Sistem Indera pada Nemathelminthes
Alat indera yang utama pada Nemathelminthes adalah
papilla, bristle atau amphid. Labial papillam dan cephalic
papilla adalah penonjolan cuticula yang berisi benang syaraf
(nerve fiber) dari syaraf papilla. Sensory bristle biasanya
terdapat dimana-mana pada permukaan tubuh. Amphid ialah
invaginasi dari kutikula yang buntu. Diduga fungsi amphid
sebagai chemoreceptor. Beberapa jenis mempunyai mata yang
terletak pada sisi pharynx termasuk bentuk pigment-cup dan
lensa berasal dari kutikula.

8
Nematoda memiliki alat indra berupa sensila, papila,
seta, amfid, dan phasmid. Seta terdapat di kepala dan seluruh
permukaan tubuh. Kemoreseptor terdapat di amfid (kepala)
dan phasmid (ujung posterior). Nematoda yang hidup bebas
biasanya memiliki bintik mata.

Sumber: www.academia.edu
Gambar 2.3.5. Struktur Nemathelminthes
6. Sitem Indera pada Annelida
Salah satu kelas dari Annelida adalah Polychaeta.
Alat indera pada Polychaeta ialah mata, nuchal organ dan
statocyst. Hanya cacing jenis errant yang mempunyai mata
(kecuali Sabellidae). Tetapi ada kalanya jenis errant juga tidak
mempunyai mata. Letak mata pada permukaan prostomium
dan berjumlah 2-4 pasang. Ada yang sederhana dan ada yang
sudah berkembang dengan baik. Pada umunya ialah bentuk
retinal cup. Fungsi mata hanya sebagai pengenal cahaya.
9
Kebanyakan Polychaeta phototropic negatif. Selain lapisan sel
syaraf yang sensitive terhadap cahaya (retina) terdapat sebuah
lensa). Nuchal organ terdiri atas sepasang ciliated sensory pit
yang terletak di daerah kepala. Berfungsi sebagai
chemoreseptor yang berguna untuk mengetahui adanya
makanan. Apabila nuchal organ dirusak maka cacing tersebut
tidak makan.

Sumber: www.dosenpendidikan.co.id
Gambar 2.3.6. Struktur Annelida
7. Sintem Indra pada Mollusca (Hewan Lunak)
Gurita yang merupakan anggota dari moluska, termasuk
dalam kelas Chepalopoda. Gurita memiliki penglihatan yang
baik. Pupil gurita berbentuk seperti lubang celengan sehingga
dikuatirkan menderita kelainan refraksi berupa astigmat, tapi
ternyata tidak jadi masalah bagi gurita yang berburu dengan
penerangan yang kurang. Mata gurita "bisa" membedakan

10
polarisasi cahaya tapi sepertinya buta warna. Dua organ
khusus yang disebut statocyst yang terhubung dengan otak
berfungsi sebagai alat pendeteksi posisi horizontal. Orientasi
mata gurita dijaga oleh gerak otonomik (refleks) sehingga
bukaan pupil selalu horizontal.
Gurita memiliki indera perasa yang luar biasa tajam.
Alat hisap pada lengan gurita dilengkap dengan kemoreseptor
sehingga gurita bisa merasakan benda yang disentuh. Lengan-
lengan gurita memiliki sensor tekanan untuk mendeteksi
lengan mana saja yang sedang dijulurkan, tapi memiliki
kemampuan proprioseptif (perasaan posisi dan pergerakan
badan) yang sangat rendah. Sensor tekanan tidak cukup
memberi informasi ke otak perihal posisi badan dan lengan
gurita. Sebagai akibatnya, gurita tidak memiliki kemampuan
mengenal benda secara tiga dimensi (stereognosis) dari benda
yang disentuhnya. Gurita bisa merasakan variasi tekstur pada
benda yang disentuh tapi tidak bisa memadukan informasi
untuk menerka bentuk benda yang sedang disentuh.
Bekicot mempunyai 2 pasang antena. Pada sepasang
antena yang panjang, diujungnya terdapat mata sebagai indra
penglihat, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi
sebagai indra peraba.

11
Sumber: www.zonasiswa.com
Gambar 2.3.7. Struktur Mollusca
8. Sitem Indera pada Echinodermata
Echinodermata hanya memiliki alat indra khusus
berupa system indera taktil dan kemoreseptor.

Sumber: www.de-fairest.blogspot.com
Gambar 2.3.8. Struktur Echinodermata

12
9. Sistem Indera pada Arthropoda
Insecta (serangga) merupakan salah satu anggota dari
Arthropoda. Alat indera yang penting pada serangga antara
lain adalah mata majemuk dan mata sederhana (compound &
simple eyes), chemoreceptor sebagai alat pencium pada
antenna dan alat perasa pada mulut, serta berbagai bulu – bulu
tactile; beberapa jenis dilengkapi alat penghasil dan peberima
bunyi.
Serangga memiliki 4 macam alat indera yang berfungsi
secara baik yaitu indera penglihatan, indera pembau, indera
peraba dan indera penangkap getaran suara. Indera penangkap
suara disamakan dengan indera peraba dan pembau karena
menggunakan alat yang sama. Indera penglihatan pada
serangga ada dua yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Ada
juga serangga yang mempunyai keduanya. Mata tunggal
(ocelli) merupakan unit tunggal dari mata majemuk.
Mata majemuk terdiri dari ribuan mata kecil yang
disebut ommatida. Tiap ommatida bediri sendiri tanpa
mempredulikan ommatida yang lainnya. Ada 2 macam mata
majemuk yaitu:
 Mata majemuk aposisi adalah mata majemuk yang
menyampaikan apapun yang dia lihat ke otak.

13
 Mata majemuk superposisi adalah mata majemuk yang
menghasilkan satu bayangan penuh pada retina, seperti
mata manusia.
Pada serangga, indera peraba dan pembau adalah
sungut dan antena. Pada ujung antenna terdapat alat
penangkap getaran suara. Antena pada serangga terletak pada
salah satu ruas kepala di atas mulut dan dapat digerak-
gerakkan. Ruas pertama antena yang disebut skapus melekat
pada kepala. Ruas keduanya diseebut pedisel dan ruas-ruas
berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum.

Sumber: Fisiologi Hewan, Risa Purnamasari (2017)


Gambar 2.3.9. Struktur mata pada serangga

14
2.4 Fisiologi Sistem Indera pada Vertebrata
Veterbrata memiliki sistem indera yang lebih
berkembang dari hewan invetebrata. Berikut ini penjelasan
indera pada pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia.
1. Sistem Indera pada Pisces
Indra ikan yang berkembang dengan baik adalah indra
penglihat, pencium, dan pendengar. Indra penglihat ikan
terletak di kedua sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak
dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh selaput tipis
yang tembus cahaya. Ikan dapat melihat dengan jelas di dalam
air karena baik air maupun kornea ikan membiaskan cahaya
pada sudut yang sama. Sel-sel saraf penglihat pada ikan terdiri
atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang
menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas di tempat yang
kurang menerima cahaya. Ikan juga dapat melihat warna
walaupun hanya sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat
warna merah dan kuning, tetapi lebih sulit membedakan
warna hijau, biru, dan hitam.

15
Sumber: www.umum-pengertian.blogspot.com
Gambar 2.4.1. Sruktur mata ikan
Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah
kedudukan lensa mata ke belakang (mundur) dan ke depan
(maju). Gerakan itu dilakukan oleh otot kecil yang disebut
retraktor lentis.
Ketika melihat benda dekat, otot retraktor lentis
berelaksasi (mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan.
Sebaliknya, ketika melihat benda jauh, retraktor lentis
berkontraksi (mengerut) sehingga lensa tertarik ke belakang.
Indra pencium ikan juga berkembang dengan baik. Indra
pencium tersebut terletak di ruang kecil tepat di depan mata.
Ikan menggunakan indra tersebut untuk mencari
makanan, menghindari musuh, dan menemukan pasangan
untuk kawin. Indra pendengar ikan mirip dengan telinga
dalam manusia dan tidak terlihat dari luar karena terletak di
dalam tengkorak. Telinga ikan membantu mendeteksi bunyi,

16
menjaga keseimbangan tubuh ikan, serta membantu ikan
merasakan perubahan kecepatan dan arah sewaktu berenang.

Sumber: id.scribd.com
Gambar 2.4.2. Gurat sisi pada ikan
Ikan mempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi.
Gurat sisi juga disebut indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah
untuk mengetahui tekanan air. Selain itu, alat ini dapat
mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya. Gurat
sisi secara tepat dapat menentukan arah gangguan itu dan
memberi peringatan kalau ikan hampir menabrak karang atau
benda lain. Ketika baru dilempar ke dalam air akan
menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Perubahan
tersebut terdeteksi oleh gurat sisi ikan yang terdapat
disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan menganggap
isyarat perubahan itu sebagai tanda bahaya.

17
2. Sistem Indera pada Amfibi
Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang
dengan cukup baik ialah indra penglihat dan pendengar. Mata
katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh kelopak mata atas
dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran
niktitans, yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya.

Sumber: www.umum-pengertian.blogspot.com
Gambar 2.4.3. Struktur mata katak
Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar
komea mata tetap lembap ketika berada di darat dan
menghindari gesekan ketika katak menyelam dalam air. Hal
itu merupakan bentuk penyesuaian sifat katak sebagai hewan
amfibi. Lensa mata katak tidak dapat berakomodasi. Oleh
karena itu, katak hanya dapat melihat benda dengan jarak
tertentu saja. Indra pendengar katak adalah teliñga yang terdiri
atas telinga luar dan telinga dalam. Telinga luar berupa
sepasang selaput pendengar di sebelah kanan dan kiri kepala.
18
Selaput pendengar berbentuk segitiga yang melebar di bagian
luarnya.
Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar
akan bergetar. Getaran dan selaput pendengar diteruskan oleh
tulang pendengar ketingkap jorong. Selanjutnya, getaran dari
tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke saraf
pendengar. Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan
ke otak dalam bentuk impuls saraf.
3. Sistem Indera pada Reptil

Sumber: www.academia.edu
Gambar 2.4.4. Indera pada ular
Indra pada reptilia yang berkembang dengan baik
adalah indra pencium. Kadal, komodo, dan ular memiliki
indra pencium yang disebut organ Jacobson. Organ Jacobson
ditemukan pertama kali pada abad ke-19 oleh seorang
ilmuwan Denmark yang bernama L.L. Jacobson. Indra
tersebut terletak di langit-langit rongga mulut. Kadal, ular,

19
dan komodo sering menjulurkan lidahnya untuk mencium bau
mangsa dengan cara mengambil bau yang telah ditinggalkan
mangsanya di udara dan di tanah.
Lidah itu kemudian ditarik dan ditempelkan pada
organ Jacobson untuk menyampaikan bau. Sebagai pemakan
bangkai, kornodo memiliki indra pencium yang sangat tajam.
Hewan ini dapat mencium darah segar dari jarak empat
kilometer. Namun, indra reptilia yang lain belum berkembang
dengan baik. Beberapa jenis ular, misalnya ular derik,
memiliki indra yang peka terhadap rangsang panas. Indra itu
begitu peka sehingga dapat membedakan dua benda dengan
suhu yang hanya berbeda sepersepuluh ribü derajat celsius.
Dengan indra tersebut, ular dapat berburu mangsa pada waktu
gelap.
4. Sistem Indera pada Aves
Indra penglihat dan indra keseimbangan burung
berkembang dengan baik. Kedua macam indra tersebut
memungkinkan burung dapat terbang lurus, menukik, atau
membelok dengan cepat. Indra keseimbangan burung terletak
di dalam rongga telinga dan berhubungan dengan otak kecil.

20
Sumber: www.academia.edu
Gambar 2.4.5. Struktur mata pada burung
Otak kecil burung berukuran besar karena
berkembang dengan baik sebagai pusat keseimbangan tubuh
burung pada saat terbang. Sebagian besar burung memiliki
indra penglihat yang sangat membantu burung untuk
mendapatkan makanan, untuk menemukan musuh, maupun
untuk terbang. Mata burung mampu berakomodasi dengan
cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat burung
melihat benda yang jauh, lensa mata burung akan memipih.
Sebaliknya, pada saat burung melihat benda yang dekat, lensa
mata burung akan mencembung.
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan
kanan kepalanya agar dapat melihat keadaan di sekelilingnya
tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis burung
pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang
menghadap ke depan. Pandangan binokuler ini
memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda
yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak
21
suatu benda. Hal itu penting bagi burung-burung pemangsa
untuk rnengintai dan menangkap mangsa. Aktivitas burung
hantu banyak dilakukan di malam hari.

Sumber: www.umum-pengertian.blogspot.com
Gambar 2.4.6. Letak mata pada burung
Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak
mengandung sel-sel batang dibanding retina mata burung lain.
Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif terhadap cahaya
redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari.
memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel
kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap cahaya yang kuat.

22
Pada retina burung juga terdapat pektin yang merupakan
kelanjutan dari saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan,
dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi pektin
tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan
dengan indra penentu arah. Pektin pada burung yang biasa
terbang tinggi. misalnya merpati, berkembang dengan baik.
Pada umumnya burung lebih mengandalkan indra penglihat
untuk mencari makan karena indra pencium tidak berkembang
dengan baik. Akan tetapi, burung kiwi merupakan
pengecualian. Indra penglihat burung kiwi kurang
berkembang dengan baik, tetapi indra pencium yang berupa
lubang hidung di ujung paruhnya berkembang dengan baik
dan digunakan untuk mencium bau makanan yang terdapat di
dalam tanah.
5. Sistem Indera pada Mamalia
Pada umumnya semua jenis indera yang dimiliki oleh
manusia juga dimiliki oleh mamalia. Mamalia memiliki lima
macam alat indera. Masing-masing alat indra tersebut juga
berkembang dan berfungsi dengan baik. Beberapa jenis
mamalia, bahkan memiliki alat indra dengan kepekaan yang
sangat kuat terhadap rangsangan tertentu. Kucing memiliki
tiga macam indra istimeewa, yaitu indra penglihat, pendengar,
dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik meskipun
pencahayaan di lingkungan redup atau agak gelap pada malam
23
hari. Dalam keadaan demikian, sinar matanya berwarna
kehijauan. Warna hijau itu berasal dari pantulan suatu lapisan
di bagian belakang matanya. Pendengaran kucing sangat
tajam karena daun telinganya mampu menangkap getaran
bunyi sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis
yang panjang dan kaku sebagai indra peraba yang sangat
peka.

Sumber: www.kucingadopsiku.wordpress.com

24
Gambar 2.4.7. Struktur mata kucing
Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang
sangat baik. Daya penciumannya yang tajam membuat anjing
mampu mengikuti bau mangsanya sampai beberapa kilometer.
Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian seorang
penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat
digerakkan dan ditegakkan sehiñgga mampu menangkap
getaran bunyi dengan sangat baik. 

Sumber: www.cognitiobrevis.blogspot.com
Gambar 2.4.8. Struktur indera pada anjing
Mekanisme pengumpulan informasi di otak anjing
berdasarkan partikel-partikel bau yang berhasil diendus belum
diketahui secara jelas. Menurut hasil penelitian, anjing dapat
membedakan dua jenis bau: partikel bau di udara yang

25
menyebar dari orang atau benda, dan partikel bau di tanah
yang masih bisa dideteksi setelah beberapa lama.
Karakteristik dua jenis partikel bau kelihatannya cukup
berbeda.
Partikel bau yang ada di udara mudah hilang, tapi
mungkin begitu jelas dan tidak bercampur bau-bauan yang
lain, sedangkan partikel bau di tanah relatif lebih permanen.
Anjing pelacak harus diajak melakukannya secara berulang-
ulang dan berhati-hati, karena bau yang melekat di tanah
mudah tercemar dengan bau-bauan yang lain.
Indra pendengar kelelawar sangat baik, namun indra
penglihatnya kurang berkembang. Ketika terbang di malam
han, kelelawar mengeluarkan bunyi berfrekuensi lebih tinggi
daripada 20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang tidak
dapat didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang
dikeluarkan akan mengenai mangsa atau rintangan di
sekitamya dan dipantulkan kembali kepadanya. Pantulan
gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang
berukuran besar kemudian disampaikan ke pusat pendengaran
di otak. Melalui cara inilah kelelawar mengetahui keberadaan
mangsa atau rintangan di sekitamya. Prinsip semacam ini juga
dipakai oleh manusia dalam membuat radar.

26
2.5 Fisiologi Sistem Indera Pada Manusia
1. Indera Penglihat (Mata)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali
perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata
bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot
penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata
berada), kelopak, dan bulu mata.
a. Bagian-bagian mata:
1) Bola mata

Sumber: www.slideshare.net
Gambar 2.5.1. Bagian-bagian mata
Bola mata dikelilingi oleh tiga lapis dinding. Ketiga
lapis dinding ini, dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
o Sklera, merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat,
berwarna putih buram (tidak tembus cahaya), kecuali di
bagian depan bersifat transparan yang disebut kornea.
27
Konjungtiva adalah lapisan transparan yang melapisi
kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi
melindungi bola mata dari gangguan.
o Koroid, berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Koroid
merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh darah
yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina.
Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah
refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid
membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan
membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris
bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil
sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu
pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang
masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang
berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi
dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya
lensa.
o Retina, merupakan lapisan yang peka terhadap sinar.
Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan
sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik
yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati
urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini
disebut bintik buta. Adanya lensa dan ligamentum
pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua,
28
yaitu bagian depan yang terletak di depan lensa berisi
carian yang disebut aqueous humor, dan bagian belakang
yang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor.
Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar
selalu dalam bentuk yang benar.
2) Kotak mata
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi
bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi
kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva.
Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan
pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva
disebut konjungtivitis. Untuk mencegah kekeringan,
konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar
air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air
mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah
kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah
masuknya mikro organisme ke dalam mata.
3) Otot mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang
sklera. Empat di antaranya disebut otot rektus (rektus inferior,
rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot
rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke kiri,
ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya adalah otot obliq atas
(superior) dan otot obliq bawah (inferior).
29
b. Cara kerja mata
Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan
cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa. Sinar
yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami
pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea,
aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar
terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda
akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka
terhadap sinar.

Sumber: www.catatanpelajaran.blopspot.com
Gambar 2.5.2. Skema proses melihat pada mata

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel


kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus
berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu.
Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar,
30
terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh
karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi
kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi
lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna,
makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang
sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut
rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila
terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan
terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali
pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan
kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap
(disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata
sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan
senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin
dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka
terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam
sel konus tersebut, mata dapat menangkap spektrum warna.
Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta
warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut
titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda
tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum
31
remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya
yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika
kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang
masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik sinar
dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan
(dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina
agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk
menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea.
Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak
pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh.
Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan
cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh
difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari
obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan
pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari.
Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga
memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai
akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot
siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa
membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah.
Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa
sehingga lensa memanjang dan pipih. Proses pemfokusan

32
obyek pada jarak yang berbeda-berda disebut daya
akomodasi.

Sumber: www.academia.edu
Gambar 2.5.3. (a) Akomodasi mata saat melihat jauh (b)
Akomodasi mata saat melihat dekat
2. Indera Pendengar (Telinga)
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara dan juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk energi
yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam
sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara,
fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan
sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak
melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).

33
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu
bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga
luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah
meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam.
Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima
rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak
untuk diolah.
a. Bagian-bagian telinga

Sumber: www.nafiun.com
Gambar 2.5.4. Bagian-bagian telinga
1) Telinga luar
Telinga luar meliputi daun telinga (pinna), liang
telinga (meatus auditorius eksternus), dan saluran telinga luar.
Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar
berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting
adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan
34
tulang rawan yang dilapisi kulit tipis. Di dalam saluran ini
terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin
yang disebut serumen atau kotoran telinga. Bagian saluran
yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut.
Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan
suara ke telinga dalam.
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas,
tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai
penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga
yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada
anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran
menuju gendang telinga.
2) Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk
menjaga tekanan udara agar seimbang. Telinga tengah
meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran yaitu martir
(malleus) menempel pada gendang telinga, tulang landasan
(incus), kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum
sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang, dan tulang
sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval.
Muara tuba eustachi yang menghubungkan ke faring juga
berada di telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh
gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran.
Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan
35
getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang
merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke
koklea atau rumah siput.
3) Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri
dari labirin tulang dan labirin membran. Ada lima bagian
utama dari labirin membran, yaitu:
 Tiga saluran setengah lingkaran
 Ampula
 Utrikulus
 Sakulus
 Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui
saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula,
utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan
keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin
tulang.
Koklea mengandung organ korti untuk pendengaran.
Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran
vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran
tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela
bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan
lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan

36
saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di
antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat
membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu
tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel
dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel
sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran
basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial.
Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan
berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung
membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap
rangsang bunyi ini disebut organ korti.
b. Cara kerja telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar
menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan
oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur
koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada
di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa
di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran
timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran
pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan
37
menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti
dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke
pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

Sumber: www.utakatikotak.com
Gambar 2.5.5. Skema mendengar pada telinga

c. Susunan dan cara kerja alat keseimbangan


Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan
berupa tiga saluran setengah lingkaran yang dilengkapi
dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang
ada di dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran
setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi
reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan dengan

38
utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus
berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di
dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang
mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang berbentuk
kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran
setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari
sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas
yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat.
Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut
yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.
3. Indera Pembau (Hidung)
Saat manusia baru lahir indera penciumannya lebih
kuat dari manusia dewasa, karena dengan indera ini bayi dapat
mengenali ibunya. Indera penciuman manusia dapat
mendeteksi 2000 - 4000 bau yang berbeda. Indera pembau
manusia berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan
dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor
pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.
a. Bagian-bagian hidung
Hidung manusia di bagi menjadi dua bagian rongga
yang sama besar yang di sebut dengan nostril. Dinding
pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat dari tulang

39
yang sangat tipis. Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan
membran yang mensekresi lendir lengket.

Sumber: www.nafiun.com
Gambar 2.5.6. Bagian-bagian hidung
1) Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk
mengalirkan udara dari luar ke tenggorokan menuju paru
paru. Rongga hidung ini di hubungkan dengan bagian
belakang tenggorokan. Rongga hidung di pisahkan oleh
langit-langit mulut kita yang di sebut dengan palate. Di
rongga hidung bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau
ujung- ujung saraf pembau. Ujung-ujung saraf pembau
ini timbul bersama dengan rambut-rambut halus pada
selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung
bagian atas. dapat membau dengan baik.
2) Mucous membrane, berfungsi menghangatkan udara dan
melembabkannya. Bagian ini membuat mucus (lendir
atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu,

40
bakteri, dan partikel-partikel kecil lainnya yang dapat
merusak paru-paru.
b. Cara kerja hidung

Sumber: www.myrightspot.com
Gambar 2.5.7. Skema penciuman pada hidung
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan
molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat
olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-
molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi
bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak
ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh
reseptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui
saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak
dan kemudian di proses oleh otak, bau apakah yang telah
tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya bau sate
padang atau menyengat nya bau selokan.
4. Indera Pengecap (Lidah)
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai
mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan
mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera
pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap.
Menggunakan lidah, kita dapat membedakan bermacam-
41
macam rasa. Lidah juga turut membantu dalam tindakan
bicara
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila).
Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi
parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada
parit-parit papila bentuk dataran, di bagian samping dari
papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk
benang.
a. Bagian-bagian lidah
Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang
terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan
processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot
pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki
permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut
papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis berbentuk seperti benang halus.
2. Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti
huruf V di belakang lidah.
3. Papila fungiformis berbentuk seperti jamur.

42
Sumber: www.academia.edu
Gambar 2.5.8. Bagian-bagian lidah
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di
pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel
pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan
sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian
lidah:
1. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa
manis.
2. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin
dan asam.
3. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa
pahit.
Lidah memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air
ludah dan enzim amilase (ptialin). Enzim ini berfungsi
43
mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. Letak
kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang
telinga, dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah
lidah.
b. Cara Kerja Lidah

Sumber: www.slideshare.net
Gambar 2.5.9. Skema pengecap pada lidah
Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di
dalam mulut akan merangsang ujung-ujung saraf pengecap.
Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini diteruskan ke pusat
saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi
rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu
jenis makanan atau minuman.
5. Indera Peraba (Kulit)
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor
khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke
daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang
sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat

44
epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian
dalam, misalnya otot dan tulang.
a. Bagian-bagian kulit
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis
dan lapisan dalam atau lapisan dermis. Pada lapisan epidermis
tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis
tersusun atas empat lapis sel yaitu:
o Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di
sebelah atasnya.
o Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang
menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu
sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan
pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan
derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan.
o Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan.
o Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.

45
Sumber: www.tensanando.wordpress.com
Gambar 2.5.10. Penampang kulit manusia beserta reseptor-
reseptornya
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan
penyokong yang terdiri dari serat yang berwarna putih dan
serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat
elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke
daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar rambut.
Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang
membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga
berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar
rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin
atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi
tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang

46
berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam
tubuh dari kerusakan mekanik.
b. Cara Kerja Kulit

Sumber: www.slideshare.net
Gambar 2.5.11. Skema peraba pada kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan
panas, dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima
rangsang, rangsang tersebut diterima oleh sel-sel reseptor.
Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke otak melalui urat
saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya, kita
merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun memerintahkan
tubuh untuk menanggapi rangsang tersebut.

2.6 Kelainan Sistem Indera Pada Invertebrata,


Vertebrata, dan Manusia

1. Kelainan Sistem Indera pada Invertebrata

47
Pada umumnya hewan invertebrat tidak memiliki
indera, tetapi ada juga yang memiliki indera namun masih
primitif misalnya pada protozoa, peka terhadap rangsangan
cahaya. Jadi hewan yang termasuk dalam protozoa tidak
terdapat kelainan karena sistem inderanya masih primitif.
Contoh lain pada Tubuh porifera belum membentuk jaringan
atau organ. Maka dari itu, pada Phylum porifera belum
memiliki sistem indera. Karena struktur tubuhnya masih
primitif. Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel
pigmen dan sel sensori yang peka terhadap cahaya serta
sejumlah tentakel sebagai alat peraba. Obelia Terdapat sel-sel
sensorik yang tersebar dipermukaan tubuh terutama pada
daerah tentakel pada obelia peka terhadap rangsang sentuhan
dan medusanya terdapat indra penglihat yaitu berupa bintik
mata. bintik mata hanya untuk menangkap rangsangan
cahaya. Jadi hewan invertebrata ini memiliki tidak memiliki
kelainan karena sistem inderanya masih primitif.
2. Kelainan Sistem Indera pada Vertebrata
a. Penyakit mulut dan kuku termasuk penyakit yang
ditakuti dalam dunia peternakan, penyebabnya adalah 
virus ( picorma virus ). Penularan PMK melalui pakan
dan air minum yang mengandung virus. Bahan-bahan
penularan ialah air liur, air susu, dan bahan-bahan
lainnya yang barasal dari ternak yang sakit. Penyakit ini
48
bersifat zoonosis, karena pernah ditemukan pada
manusia.
b. Cacar unggas adalah penyakit bercak-bercak kulit yang
disebabkan oleh virus Borreliota avium. Menyerang
rongga mulut, hulu tenggorokan, daerah sekitar mata,
jengger dan pial. Selain secara kontak langsung, penyakit
ini bisa meluar lewat perantaraan nyamuk dan lalat.
c. Salesma ayam adalah penyakit yang disebabkan  virus 
avium. Menyerang saluran pernafasan. Gejalanya sesat
nafas, batuk-batuk, mata dan hidung meradang berair,
dan sulit bernafas karena adanya lendir berdarah dalam
rongga mulut. Bila benafas kepala ditegakkan, dan waktu
mengeluarkan nafas kepala ditundukkan dengan mata
terpejam. Penyakit ini bersifat akut.
d. Kutil (papilomatosis) penyakit ini disebut juga 
papilimatosis atau verruca vulgaris, penyebabnya adalah 
virus. Sapi yang terserang kutil menampakkan gejala
tampak seperti tumor yang bentuk dan besarnya
bermacam-macam, berbentuk kutil dengan warna hitam
keabu-abuan dan mengandung keratis (zat tanduk), mula-
mula tumbuh sebesar ujung jari kemudian membesar
seperti buah anggur.
3. Kelainan Sistem Indera Pada Manusia
a. Kelainan pada Mata
49
1) Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan,
disebut juga mata tua. Pada anak-anak, titik dekat mata
bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm untuk anak umur 11
tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar
umur 40-50 tahun terjadi perubahan yang menyolok,
yaitu titik dekat mata sampai 50 cm, oleh karena itu
memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca
berupa kaca mata cembung (positif). Hal ini disebabkan
karena elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi
dapat dibantu dengan lensa rangkap.
2) Hipermetropi atau mata jauh dapat terjadi pada anak-
anak. Hipermetropi disebabkan bola mata terlalu pendek
sehingga bayang-bayang jatuh di belakang retina.
Penderita hipermetropi ini tidak dapat melihat benda
yang dekat atau biasa disebut rabun dekat.
3) Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang
disebabkan oleh bola mata terlalu panjang sehingga
bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh
di depan retina. Pada penderita miopi ini orang tidak
dapat melihat benda yang jauh biasa disebut rabun jauh,
mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat.
Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa
cekung (negatif). Miopi biasa terjadi pada anak-anak.

50
4) Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola
mata atau permukaan lensa mata mempunyai
kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak
sama, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat
yang sama. Untuk menolong orang yang cacat seperti ini
dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa
fokus.
5) Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan
berkurang elastisitasnya lensa mata. Hal ini terjadi karena
adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena
katarak pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi
berkurang.
6) Imeralopi atau rabun senja adalah kelainan yang
menyebabkan penderita menjadi rabun pada senja hari.
7) Xeroftalxni adalah kelainan pada mata, yaiut kornea
menjadi kering dan bersisik.
8) Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea
menjadi putih dan rusak.
b. Kelainan pada Telinga
1) Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk
mendengarkan bunyi atau suara. Tuli dapat disebabkan
oleh adanya kerusakan pada gendang telinga,
tersumbatnya ruang telinga, atau rusaknya saraf
pendengaran. Pada orang yang telah berusia lanjut,
51
ketulian biasanya disebabkan oleh kakunya gendang
telinga dan kurang baiknya hubungan antar tulang
pendengaran.
2) Congek adalah penyakit telinga yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada bagian telinga yang
tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan
oleh bakteri.
3) Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis
eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu
sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali
disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).
4) Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan
(kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa terjadi akibat
cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul dengan
sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan
lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium).
Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago, dan menyebabkan kerusakan pada kartilago
dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga.
Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi
perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-
gejala yang ringan.

52
5) Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit
pada telinga luar dan saluran telinga, yang ditandai
dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit
yang pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga.
Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi pada telinga luar
dan saluran telinga.
c. Kelainan pada Hidung
1) Angiofibroma Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung
bagian belakang atau tenggorokan bagian atas
(nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. Tumor
ini paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang
sedang mengalami masa puber.
2) Papiloma Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara
(laring). Papiloma disebabkan oleh virus. Papiloma bisa
ditemukan pada anak usia 1 tahun. Papiloma bisa
menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga
anak tidak dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran
udara.
3) Rhinitis Allergica, adalah peradangan hidung karena
alergi. Disebabkan oleh adanya reaksi alergi pada hidung
yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing ke
dalam saluran tenggorokan.
4) Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-
rongga dalam tulang yang berhubungan dengan rongga
53
hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu
menahun (kronis).
5) Salesma dan influenza, merupakan infeksi pada alat
pernapasan yang disebabkan oleh virus, dan umumnya
dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher dan kadang-
kadang panas atau sakit pada persendian.
6) Anosmia, adalah gangguan pada hidung berupa
kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit ini
dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau
infeksi di dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan
merokok, atau tumor otak bagian depan. Untuk
mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu
penyebabnya.

d. Kelaianan pada lidah


1) Oral candidosis.  Penyebabnya adalah jamur yang
disebut candida albicans, gejalanya yaitu lidah akan
tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.
2) Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat
baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian kecil.
Penyebab yang paling sering biasanya adalah kekurangan
zat besi. Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.

54
3) Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta,
berpulau-pulau. Bagian pulau itu berwarna merah dan
lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4) Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat
pecah-pecah.
5) Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah
dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi
tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal
ini lebih banyak disebabkan karena psikosomatis
dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
e. Kelainan pada Kulit
1) Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher,
punggung, dan dada. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-
anak yang memasuki masa remaja serta orang-orang
yang memiiki jenis kulit berminyak sangat rentan
terhadap jerawat.
2) Panu. Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di
kulit. Panu tampak sebagai bercak atau bulatan putih di
kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul karena penderita
tidak menjaga kebersihan kulit.
3) Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih
bersisik. Pada setiap bulatan terdapat garis tepi yang jelas
dengan kulit yang tidak terkena. Kadas juga
55
menyebabkan rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh
jamur.
4) Skabies. Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit
tersebut disebabkan oleh parasit insekta yang sangat kecil
(Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada orang lain.
5) Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau
kronis. Penyakit tersebut menyebabkan kulit menjadi
kering, kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.
6) Biang keringat. Biang keringat terjadi karena kelenjar
keringat tersumbat oleh sel-sel kulit mati yang tidak
dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang
terperangkap tersebut menyebabkan timbulnya bintik-
bintik kemerahan yang disertai gatal. Daki, debu, dan
kosmetik juga dapat menyebabkan biang keringat.

56
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Bagian dari koordinasi lain adalah sistem indera.


Setiap organism memiliki alat indera pada tubuhnya. Indera
adalah bagian dari tubuh yang mampu menerima rangsangan
tertentu. Fungsi alat- alat adalah menerima berbagai
rangsangan dari lingkungan di sekitarnya, kepekaan masing-
masing indera tergantung dari masing- masing organisme Alat
indera kita merupakan asset terpenting tubuh kita oleh sebab
itu jagalah kesehatan alat indera kita agar tetap sehat dan
berfungsi dengan baik.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan


dalam penyusunan chapterbook ini akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.

57
INDEKS
A Konjungtiva, 28, 29
Alat indera, 1, 13, 23, 57 Kornea, 15, 28, 29, 30, 32,
Amfibi, 18 51
Annelida, iv, 9, 10 Koroid, 28
Anosmia, 54 L
Arthropoda, 13 Labial papillam dan
Audioreseptor, 3 cephalic papilla, 8
Aves, 20 M
C Mamalia, 15, 23, 32
Coelenterata, iv, 7 Mekanoreseptor, 3
E Mollusca, iv, 10, 12
Echinodermata, iv, 12 N
Eksoreseptor, 3 Nemathelminthes, iv, 8, 9
F O
Fotoreseptor, 3 Ommatida, 13
I Oseli, 8
Interoreseptor, 3 Otitis eksterna, 52
Invertebrata, iii, 5, 48, 61 P
K Papiloma juvenil, 53
Kemoreseptor, 3, 5, 11, Perikondritis, 52
12, 40 Pisces, 15
Keratomealasi, 51 Platyhelminthes, iv, 7, 8

58
Porifera, iv, 6, 7 S
Presbiopi, 50 Sistem indera, iii, 3, 4, 5,
Proprioseptif, 11 6, 8, 13, 15, 18, 19, 20,
Protozoa, 1, 48 23, 27, 48, 50
R Sklera, 27
Reptil, 19 Statocyst, 9, 11
Retina, 10, 14, 22, 28, 30, Stereognosis, 11
31, 32, 50, 51 V
Rodopsin, 31 Vertebrata, iii, 15, 48
Xeroftalxni, 51

59
GLOSARIUM
A
Alat indra : organ yang berfungsi untuk menerima
jenis rangsangan tertentu
Amfibi : hewan yang mempunyai dua bentuk
kehidupan yaitu di darat dan di air
Annelida : kelompok hewan dengan bentuk tubuh
seperti susunan cincin, gelang-gelang
atau ruas-ruas
Anosmia : gangguan pada hidung berupa kehilangan
kemampuan untuk membau
Arthropoda : hewan yang memiliki ciri kaki beruas,
berbuku, atau bersegmen
Audioreseptor : penerima ransang suara
Aves : kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan
sayap
C
Coelenterata : hewan perut berongga
E
Echinodermata : hewan invertebrata yang memiliki duri
pada permukaan kulitnya
Eksoreseptor : reseptor yang berfungsi mengenali
perubahan lingkungan luar
F
Fotoreseptor : penerima rangsang cahaya
I
Interoreseptor : kelompok reseptor yang berfungsi untuk
mengenali lingkungan dalam tubuh
Invertebrata : hewan yang tidak memiliki tulang
punggung atau ruas-ruas tulang belakang
ataupun tulang lainnya.
K
Kemoreseptor : penerima ransang zat kimia
Keratomealasi : kelainan pada mata yaitu kornea menjadi
putih dan rusak
Konjungtiva : lapisan transparan yang melapisi kornea
dan kelopak mata
Kornea : lapisan terluar pada mata berupa selaput
bening berbentuk kubah, yang menutupi
bagian depan mata
Koroid : lapisan yang berisi banyak pembuluh
darah yang memberi nutrisi dan oksigen
terutama untuk retina

L
Labial papillam dan
cephalic papilla : penonjolan cuticula yang berisi benang
syaraf (nerve fiber) dari syaraf papilla
M
Mamalia : Vertebrata (bertulang belakang) yang
mempunyai kelenjar susu yang
digunakan untuk menyusui anaknya
Mekanoreseptor : penerima ransang fisik, seperti tekanan,
sentuhan, dan getaran
Mollusca : hewan yang memiliki tubuh lunak
N
Nemathelminthes : kelompok hewan cacing yang
mempunyai tubuh bulat panjang dengan
ujung yang runcing
O
Ommatida : Mata majemuk terdiri dari ribuan mata
kecil
Oseli : bintik mata yang mengandung pigmen
peka terhadap cahaya
Otitis eksterna : suatu infeksi pada saluran telinga.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh
saluran (otitis eksterna generalisata) atau
hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel)
P
Papiloma Juvenil : tumor jinak pada kotak suara (laring).
Perikondritis : suatu infeksi pada tulang rawan
(kartilago) telinga luar
Pisces : anggota vertebrata poikilotermik yang
hidup di air dan bernapas dengan insang
Platyhelminthes : kelompok cacing yang tubuhnya
berbentuk pipih
Porifera : organisme multiseluler, yang mempunyai
banyak pori sehingga air dapat
melewatinya
Presbiopi : penyakit mata karena proses penuaan,
disebut juga mata tua
Proprioseptif : perasaan posisi dan pergerakan badan
Protozoa : hewan bersel satu
R
Reptil : kelompok hewan darat pertama yang
sepanjang hidupnya bernafas dengan
paru-paru
Retina : lapisan sangat tipis di bagian belakang
bola mata yang sensitif terhadap cahaya
Rodopsin : Pigmen ungu yang terdapat pada sel
basilus
S
Sistem indera : bagian dari sistem saraf yang berfungsi
untuk proses informasi indera.
Sklera : jaringan ikat dengan serat yang kuat,
berwarna putih buram (tidak tembus
cahaya)
Statocyst : Dua organ khusus yang terhubung
dengan otak berfungsi sebagai alat
pendeteksi posisi horizontal
Stereognosis : tidak memiliki kemampuan mengenal
benda secara tiga dimensi
V
Vertebrata : hewan yang memiliki tulang belakang
dan termasuk dalam subfilum dari
chordata dan berakhir di kingdom
animalia.
X
Xeroftalxni : kelainan pada mata, yaiut kornea menjadi
kering dan bersisik.
DAFTAR PUSTAKA

Insan, Dirham. Saraf dan Indra Hewan.


https://www.academia.edu/6000115/SARAF_DAN_IN
DRA_HEWAN diakses pada 18 September 2020
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius;
Yogyakarya.https://books.google.co.id/books?
id=FXsHwEFLQ9AC&printsec=frontcover&hl=id#v=
onepage&q&f=false diakses pada 19 September 2020
Maisyaroh, Syahmi. 2019. Makalah Fisiologi pada
Invertebrata.
https://www.academia.edu/40703945/MAKALAH_FIS
IOLOGI_PADA_INVERTEBRATA_ diakses pada 18
September 2020
Maulita, Hafiza. 2014. Sistem Indra pada Hewa.
https://www.slideshare.net/Lina01111997/sistem-
indra-pada-hewan diakses pada 18 September 2020
Purnamasari, Risa & Dwi Rukma Santi. 2017. Fisiologi
Hewan. Program Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel;
Surabaya
Triani, Lasma & Raymond. 2018. Apa saja penyakit pada
hewan yang disebabkan oleh virus?.
https://www.dictio.id/t/apa-saja-penyakit-pada-hewan-
yang-disebabkan-oleh-virus/61992 diakses pada 19
September 2020

Anda mungkin juga menyukai