Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN ATAU MANUSIA


Dosen : Silvia H.K Sirait, S.Si., M.Sc

Oleh:
Kelompok 2
Trika Nurul Iftiah (201759004)
Devi A.V. Fahruddin (201759010)
Sahyuni Talia (2017599016)
Halija Ibrahim (201759031)
Ria Claudia Welerubun (201759045)
Elisabeth Sarah Sroyer (201759020)
Priskila M. Baransano (201759056)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat – Nya yang memberi kesempatan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
Makalah ini disusun agar dapat memenuhi tugas Fisiologi Hewan dan
Manusia tentang fisiologi indera pada invertebrata, vertebrata dan manusia meliputi
reseptor, sensasi, inders (indera peraba, pengecap, pembau, penglihatan dan
keseimbangan) serta kelainan pada sistem indera. Makalah ini masih banyak
kekurangan dari segi manapun, oleh sebab itu penyususn mengucapkan mohon maaf.
Terimakasih yang sebesar–besarnya atas bantuan teman–teman yang memberi sumber
materi, juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah yang
telah banyak memberi kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
diharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami
kedepannya, semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi kita yang membacanya.

Manokwari, 30 September 2019

Kelompok 2

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 5
BAB II ...................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Sistem Indera ............................................................................................. 6
2.2 Fisiologi Sistem Indera Pada Invertebrata ................................................................. 8
2.2 Fisiologi sistem indera Pada Vertebrata ................................................................... 15
2.3 Fisiologi Sistem Indera Pada Manusia ...................................................................... 23
2.4 Kelainan Sistem Indera Pada Invertebrata, Vertebrata, dan Manusia ................. 35
BAB III............................................................................................................................... 46
PENUTUP.......................................................................................................................... 46
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 46
3.2 Saran ...................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 48

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis ransangan
tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi.
Reseptor diberi nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti
kemoreseptor (penerima ransang zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya),
audioreseptor (penerima ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik,
seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang
berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai
eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali
lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh
manusia.
Eksoreseptor yang kita kenal ada lima macam, yaitu indra penglihatan (mata),
indra pendengaran (telinga), indra pembau (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra
peraba (kulit).
Tiap- tiap organisme makhluk hidup mempunyai sistem koordinasi yang
disebut koordinasi indra untuk melakukan aktivitas sehari- hari baik itu pada hewan
vetebrata ataupun pada hewan in vetebrata. Hewan- hewan ini memiliki suatu alat
indra. Misalnya untuk meliha. Hewan vetebrata atau hewan bertulang belakang
memiliki indra penglihat atau mata, indra pencium (hidung), indra peraba (kulit) dan
indra pendengar (telinga).
Akan tetapi tidak semua makhluk hidup menggunakan semua alat indranya
untuk melakukan aktifitasnya. Contohnya pada hewan invetebratanya seperti protozoa
hewan ini tidak memiliki indra, akan tetapi peka terhadap rangsangan, Coloenterata
menggunakan Tentakel sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indra yang

4
berada dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Hewan ini hanya mampu
membedakan antara gelap dan terang saja.
Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat indera yang
sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi
sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang
berfungsi sebagai indra pendengar. Begitu juga pada manusia. Kita memiliki hidung,
mata kulit atau tangan dan telinga untuk menjalankan fungsinya masing- masing sesuai
dengan kegunaannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Sistem Indera ?
2. Bagaimana fisiologi sistem indera pada invertebrata ?
3. Bagaiamana fisiologi sistem indera pada vertebrata?
4. Bagaiamana fisiologi sistem indera pada manusia yang meliputi reseptor, sensasi,
indera( indera peraba, pengecap, pembau, penglihatan dan keseimbangan)?
5. Apa saja kelaianan pada sistem indra pada invertebrata, vertebrata dan manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem inder
2. Untuk mengetahui bagaiamana fisiologi sistem indera pada invertebrata
3. Untuk mengeahui bagaimana fisiologi sistem indera pada vertebrata
4. Untuk mengetahui fisiologi sistem indera pada manusia yang meliputi reseptor,
sensasi, indera( indera peraba, pengecap, pembau, penglihatan dan keseimbangan)
5. Untuk mnegetahui Apa saja kelaianan pada sistem indra pada invertebrata,
vertebrata dan manusia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Indera


Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses
informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang
dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
Alat indra adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis ransangan
tertentu. Semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi.
Reseptor diberi nama berdasarkan jenis ransangan yang diterimanya, seperti
kemoreseptor (penerima ransang zat kimia), fotoreseptor (penerima ransang cahaya),
audioreseptor (penerima ransang suara) dan mekanoreseptor (penerima ransang fisik,
seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang
berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai
eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali
lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh
manusia.
A. PENGERTIAN SENSASI
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi, atau dalam bahasa inggrisnyasensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang
artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Sensasi adalah suatu perasaan yang
timbul akibat adanya stimulus suatu reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus-
menerus disebut sensasi beriringan (after image).
Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling
sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna hijau, rasa
nikmatnya sebatang coklat. Sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan atau objek
kesadaran puncak yang privat dan spontan.Benyamin B. Wolman (1973, dalam
Rakmat, 1994) menyebut sensasi sebagai ”pengalaman elementer yang segera, yang
tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indra”. Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indera
dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera,
manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu dengan alat
inderalah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunianya.Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang melibatkan
penilaian, inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi, sehingga bisa salah.

6
Sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara mendasar, fakta kasar. Menurut
beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi pada sebuah hubungan dengan perasaan
(tetapi bukan emosi), sedangkan persepsi lebih berhubungan dengan kognisi. Sensasi
sering digunakan secara sinonim dengan kesan inderawi, sense datum, sensum, dan
sensibilium. Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan
terhadap meja.Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain
sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah
menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak” (Mahmud, 1990:14). Meskipun
alat untuk menerima stimulus serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda.

B. TAHAPAN DARI PROSES SENSASI


a. proses fisik : stimulus mengenai alat indera atau reseptor disebut sebagai
proses kealaman.
b. proses fisiologis : stimulus yang mengenai alat indera diteruskan oleh syaraf
sensoris ke otak.
c. proses psikologis : proses di otak yang menyebabkan organisme mampu
menyadari apa yang diterima dengan inderanya.

C. PROSES KERJA SENSASI


Sensasi adalah deteksi energi fisik yang dihasilkan atau dipantulkan oleh objek-objek
fisik; terjadi ketika energi dalam lingkungan eksternal atau dalam tubuh merangsang
reseptor dalam organ-organ indera.
Sensasi dimulai dari reseptor indera (sense receptor), sel yang terletak di organ indera.
Reseptor untuk bau, tekanan, rasa sakit, dan suhu merupakan perpanjangan (dendrit)
dari saraf-saraf sensorik. Reseptor untuk penglihatan, pendengaran, dan rasa
merupakan sel-sel khusus yang terpisahkan dari saraf sensorik oleh sinapsis Ketika
reseptor indera mendeteksi sebuah stimulus-cahaya, tekanan mekanis, atau molekul
kimia-reseptor ini mengubah energi dari stimulus tersebut menjadi impuls listrik yang
berjalan sepanjang saraf menuju otak.Reseptor indera (pengawas) bertugas meneliti
daerah tubuh untuk mencari tanda-tanda aktivitas. Pengawas tidak dapat membuat
keputusan sendiri, melainkan harus meneruskan apa yang dipelajari kepada saraf-saraf
sensorik (komandan lapangan). Saraf sensorik dalam sistem saraf perifer harus
melaporkan pada pusat komando (sel-sel otak). Kemudian pusat komando bertanggung
jawab untuk menganalisis laporan tersebut dan memutuskan apa arti informasi tersebut.
Semua saraf sensorik menggunakan bentuk komunikasi yang sama, yaitu impuls saraf.
Sistem saraf mengubah pesan-pesan yang ditangkap menjadi kode. Salah satu jenis

7
kode yaitu kode anatomis, yang dikenalkan oleh Johannes Muller (1826) sebagai
doktrin energi saraf spesifik (doctrine of specific nerve energy).
Doktrin energi saraf spesifik adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa modalitas
sensoris yang berbeda muncul karena sinyal-sinyal yang diterima oleh organ-oran
indera merangsang jalan saraf yang berbeda-beda yang mengarah pada area-area yang
berada diotak.
Seperti: sinyal dari mata menyebabkan impuls berjalan sepanjang saraf optik menuju
ke korteks visual. Sinyal dari telinga menyebabkan impuls berjalan dari saraf
auditoris menuju korteks auditoris. Gelombang cahaya dan suara menghasilkan
sensasi berbeda karena adanya perbedaan anatomi ini.

D. CIRI SENSASI
a. Modalitas (modalitas dari sensasi adalah panca indera).
b. Kualitas atau mutu
c. Adaptasitas
d. Intensivitas atau kekuatan
e. Durasitas atau lama

E. SYARAT TERJADINYA SENSASI


a. Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus. Objek menimbulkan
stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi. Untuk bisa
diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang
mutlak (absolute threshold).
b. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik
sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon.
c. Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi
kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi.

2.2 Fisiologi Sistem Indera Pada Invertebrata


 Sistem Inderea Hewan Invertebrata
Sistem indera invetebrata masih sangat sederhana. Berikut inio dijelaskan sistem indera
protozoa. Coulenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
1. Sistem Indera pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indera, tetapi peka terhadap rangsangan cahaya.
Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena hanya

8
memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah didekat
eflagelnya. Bila ada cahaya tersebut.

2. Sistem Indera pada Porifera


Tubuh porifera belum membentuk jaringan atau organ. Maka dari itu, pada
Phylum porifera belum memiliki sistem indera. Karena struktur tubuhnya masih
primitif.

3. Sitem Indera pada Coelenterata


Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel pigmen dan sel sensori
yang peka terhadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba. Obelia Terdapat
sel-sel sensorik yang tersebar dipermukaan tubuh terutama pada daerah tentakel pada
obelia peka terhadap rangsang sentuhan dan medusanya terdapat indra penglihat yaitu
berupa bintik mata.

9
4. Sitem Indera pada Platyhelminthes
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik
mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya
berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing pipih
memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga
memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur keseimbangan),
dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai).

5. Sistem Indera pada Nemathelminthes


Alat indera yang utama pada Nemathelminthes adalah papilla, bristle atau
amphid. Labial papillam dan cephalic papilla adalah penonjolan cuticula yang berisi
benang syaraf (nerve fiber) dari syaraf papilla. Sensory bristle biasanya terdapat

10
dimana – mana pada permukaan tubuh. Amphid ialah invaginasi dari kutikula yang
buntu. Diduga fungsi amphid sebagai chemoreceptor. Beberapa jenis mempunyai mata
yang terletak pada sisi pharynx termasuk bentuk pigment-cup dan lensa berasal dari
kutikula.

6. Sitem Indera pada Annelida


Salah satu kelas dari Annelida adalah Polychaeta. Alat indera pada Polychaeta
ialah mata, nuchal organ dan statocyst. Hanya cacing jenis errant yang mempunyai
mata (kecuali Sabellidae). Tetapi ada kalanya jenis errant juga tidak mempunyai mata.
Letak mata pada permukaan prostomium dan berjumlah 2 – 4 pasang. Ada yang
sederhana dan ada yang sudah berkembang dengan baik. Pada umunya ialah bentuk
retinal cup. Fungsi mata hanya sebagai pengenal cahaya. Kebanyakan Polychaeta
phototropic negatif. Selain lapisan sel syaraf yang sensitive terhadap cahaya(retina)
terdapat sebuah lensa.)
Nuchal organ terdiri atas sepasang ciliated sensory pit yang terletak di daerah kepala.
Berfungsi sebagai chemoreseptor yang berguna untuk mengetahui adanya makanan.
Apabila nuchal organ dirusak maka cacing tersebut tidak makan.

11
7. Sintem Indra pada Hewan Lunak (Mollusca)
Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antenna yang panjang,
diujungnya terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang
pendek berfungsi sebagai indera peraba. Gurita yang merupakan anggota dari moluska,
termasuk dalam kelas Chepalopoda. Gurita memiliki penglihatan yang baik. Pupil
gurita berbentuk seperti lubang celengan sehingga dikuatirkan menderita kelainan
refraksi berupa astigmat, tapi ternyata tidak jadi masalah bagi gurita yang berburu
dengan penerangan yang kurang. Mata gurita "bisa" membedakan polarisasi cahaya
tapi sepertinya buta warna. Dua organ khusus yang disebut statocyst yang terhubung
dengan otak berfungsi sebagai alat pendeteksi posisi horizontal. Orientasi mata gurita
dijaga oleh gerak otonomik (refleks) sehingga bukaan pupil selalu horizontal.
Gurita memiliki indera perasa yang luar biasa tajam. Alat hisap pada lengan
gurita dilengkap dengan kemoreseptor sehingga gurita bisa merasakan benda yang
disentuh. Lengan-lengan gurita memiliki sensor tekanan untuk mendeteksi lengan
mana saja yang sedang dijulurkan, tapi memiliki kemampuan proprioseptif (perasaan
posisi dan pergerakan badan) yang sangat rendah. Sensor tekanan tidak cukup memberi
informasi ke otak perihal posisi badan dan lengan gurita. Sebagai akibatnya, gurita
tidak memiliki kemampuan mengenal benda secara tiga dimensi (stereognosis) dari

12
benda yang disentuhnya. Gurita bisa merasakan variasi tekstur pada benda yang
disentuh tapi tidak bisa memadukan informasi untuk menerka bentuk benda yang
sedang disentuh.

8. Sistem Indera pada Arthropoda


Insecta (serangga) merupakan salah satu anggota dari Arthropoda. Alat indera
yang penting pada serangga antara lain adalah mata majemuk dan mata sederhana
(compound & simple eyes), chemoreceptor sebagai alat pencium pada antenna dan alat
perasa pada mulut, serta berbagai bulu – bulu tactile ; beberapa jenis dilengkapi alat
penghasil dan peberima bunyi.
Serangga memiliki 4 macam alat indera yang berfungsi secara baik yaitu indera
penglihatan, indera pembau, indera peraba dan indera penangkap getaran suara. Indera
penangkap suara disamakan dengan indera peraba dan pembau karena menggunakan
alat yang sama. Indera penglihatan pada serangga ada dua yaitu mata tunggal dan mata
majemuk. Ada juga serangga yang mempunyai keduanya. Mata tunggal (ocelli)
merupakan unit tunggal dari mata majemuk.
Mata majemuk terdiri dari ribuan mata kecil yang disebut ommatida. Tiap
ommatida bediri sendiri tanpa mempredulikan ommatida yang lainnya. Ada 2 macam
mata majemuk yaitu :
1) Mata majemuk aposisi adalah mata majemuk yang menyampaikan apapun yang dia
lihat ke otak.

13
2) Mata majemuk superposisi adalah mata majemuk yang menghasilkan satu bayangan
penuh pada retina, seperti mata manusia.
Pada serangga, indera peraba dan pembau adalah sungut dan antena. Pada ujung
antenna terdaapt alat penangkap getaran suara. Antena pada serangga terletak pada
salah satu ruas kepala di atas mulut dan dapat digerak – gerakkan. Ruas pertama antena
yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas keduanya diseebut pedisel dan ruas –
ruas berikutnya secara keseluruhan disebut flagellum.

9. Sitem Indera pada Echinodermata


Echinodermata hanya memiliki alat indra khusus berupa system indera taktil
dan kemoreseptor.

14
2.2 Fisiologi sistem indera Pada Vertebrata
 Sistem Indra pada Hewan Vetebrata
Veterbrata memiliki sistem indera yang lebih berkembang dari hewan
invetebrata. Berikut ini penjelasan indera pada ikan, katak, burung dan
mamalia.
1. Indera pada Ikan

Indra ikan yang berkembang dengan baik adalah indra penglihat, pencium, dan
pendengar. Indra penglihat ikan terletak di kedua sisi kepalanya. Bola mata ikan tidak
dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh selaput tipis yang tembus cahaya. Ikan
dapat melihat dengan jelas di dalam air karena baik air maupun kornea ikan
membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel-sel saraf penglihat pada ikan terdiri
atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang menyebabkan ikan dapat melihat
dengan jelas di tempat yang kurang menerima cahaya. Ikan juga dapat melihat warna
walaupun hanya sampai tahap tertentu. Ikan mudah melihat warna merah dan kuning,
tetapi lebih sulit membedakan warna hijau, biru, dan hitam.

15
Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan lensa mata
ke belakang (mundur) dan ke depan (maju). Gerakan itu dilakukan oleh otot kecil yang
disebut retraktor lentis.

Ketika melihat benda dekat, otot retraktor lentis berelaksasi (mengendur) sehingga
lensa bergerak ke depan. Sebaliknya, ketika melihat benda jauh, retraktor lentis
berkontraksi (mengerut) sehingga lensa tertarik ke belakang. Indra pencium ikan juga
berkembang dengan baik. Indra pencium tersebut terletak di ruang kecil tepat di
depan mata.

Ikan menggunakan indra tersebut untuk mencari makanan, menghindari musuh,


dan menemukan pasangan untuk kawin. Indra pendengar ikan mirip dengan telinga
dalam manusia dan tidak terlihat dari luar karena terletak di dalam tengkorak. Telinga
ikan membantu mendeteksi bunyi, menjaga keseimbangan tubuh ikan, serta membantu
ikan merasakan perubahan kecepatan dan arah sewaktu berenang.

16
Ikan mempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga disebut
indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui tekanan air. Selain itu, alat
ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya. Gurat sisi secara tepat
dapat menentukan arah gangguan itu dan memberi peringatan kalau ikan hampir
menabrak karang atau benda lain.Ketika baru dilempar ke dalam air akan menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan. Perubahan tersebut terdeteksi oleh gurat sisi ikan
yang terdapat disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan menganggap isyarat
perubahan itu sebagai tanda bahaya.

2. Indera pada Amfibi

Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang dengan cukup baik ialah
indra penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi oleh
kelopak mata atas dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran niktitans,
yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya.

Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar komea mata tetap lembap
ketika berada di darat dan menghindari gesekan ketika katak menyelam dalam air. Hal
itu merupakan bentuk penyesuaian sifat katak sebagai hewan amfibi. Lensa mata katak
tidak dapat berakomodasi. Oleh karena itu, katak hanya dapat melihat benda dengan
jarak tertentu saja. Indra pendengar katak adalah teliñga yang terdiri atas telinga luar
dan telinga dalam. Telinga luar berupa sepasang selaput pendengar di sebelah kanan
dan kiri kepala. Selaput pendengar berbentuk segitiga yang melebar di bagian luarnya

17
Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan bergetar. Getaran
dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang pendengar ketingkap jorong. Selanjutnya,
getaran dari tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke saraf pendengar.
Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak dalam bentuk impuls saraf.

3. Indera pada Reptilia

Indra pada reptilia yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Kadal,
komodo, dan ular memiliki indra pencium yang disebut organ Jacobson. Organ
Jacobson ditemukan pertama kali pada abad ke-19 oleh seorang ilmuwan Denmark
yang bernama L.L. Jacobson. Indra tersebut terletak di langit-langit rongga mulut.
Kadal, ular, dan komodo sering menjulurkan lidahnya untuk mencium bau mangsa
dengan cara mengambil bau yang telah ditinggalkan mangsanya di udara dan di tanah.

Lidah itu kemudian ditarik dan ditempelkan pada organ Jacobson untuk
menyampaikan bau. Sebagai pemakan bangkai, kornodo memiliki indra pencium yang
sangat tajam. Hewan ini dapat mencium darah segar dari jarak empat kilometer.
Namun, indra reptilia yang lain belum berkembang dengan baik. Beberapajenis ular,
misalnya ular derik, memiliki indra yang peka terhadap rangsang panas. Indra itu begitu
peka sehingga dapat membedakan dua benda dengan suhu yang hanya berbeda
sepersepuluh ribü derajat celsius. Dengan indra tersebut, ular dapat berburu mangsa
pada waktu gelap.

18
4. Indera pada Burung
Indra penglihat dan indra keseimbangan burung berkembang dengan baik.
Kedua macam indra tersebut memungkinkan burung dapat terbang lurus, menukik,
atau membelok dengan cepat. Indra keseimbangan burung terletak di dalam rongga
telinga dan berhubungan dengan otak kecil.

(Letak mata pada burung)

Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik sebagai
pusat keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian besar burung memiliki
indra penglihat yang sangat membantu burung untuk mendapatkan makanan, untuk
menemukan musuh, maupun untuk terbang. Mata burung mampu berakomodasi
dengan cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat burung melihat benda yang
jauh, lensa mata burung akan memipih. Sebaliknya, pada saat burung melihat benda
yang dekat, lensa mata burung akan mencembung.

19
(Burung Kiwi)

Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar dapat
melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa jenis burung
pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap ke depan.
Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat benda-benda
yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu benda. Hal itu
penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan menangkap mangsa.
Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari.

Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif terhadap
cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari. memiliki retina mata
yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut tersebut peka terhadap
cahaya yang kuat. Pada retina burung juga terdapat pektin yang merupakan kelanjutan
dari saraf mata ke bola mata. membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak
pigmen. Fungsi pektin tersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan
dengan indra penentu arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya
merpati, berkembang dengan baik.Pada umumnya burung lebih mengandalkan indra
penglihat untuk mencari makan karena indra pencium tidak berkembang dengan baik.
Akan tetapi, burung kiwi merupakan pengecualian. Indra penglihat burung kiwi kurang
berkembang dengan baik, tetapi indra pencium yang berupa lubang hidung di ujung

20
paruhnya berkembang dengan baik dan digunakan untuk mencium bau makanan yang
terdapat di dalam tanah.

5. Indera pada Mamalia

Pada umumnya semua jenis indera yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki
oleh mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indera. Masing-masing alat indra
tersebut juga berkembang dan berfungsi dengan baik. Beberapa jenis mamalia, bahkan
memiliki alat indra dengan kepekaan yang sangat kuat terhadap rangsangan
terteKucing memiliki tiga macam indra istimeewa, yaitu indra penglihat, pendengar,
dan peraba. Mata kucing dapat melihat dengan baik meskipun pencahayaan di
lingkungan redup atau agak gelap pada malam hari. Dalam keadaan demikian, sinar
matanya berwarna kehijauan. Warna hijau itu berasal dari pantulan suatu lapisan di
bagian belakang matanya. Pendengaran kucing sangat tajam karena daun telinganya
mampu menangkap getaran bunyi sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis
yang panjang dan kaku sebagai indra peraba yang sangat peka.

Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya
penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya sampai
beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian seorang
penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat digerakkan dan
ditegakkan sehiñgga mampu menangkap getaran bunyi dengan sangat baik.

Indra pendengar kelelawar sangat baik, namun indra penglihatnya kurang


berkembang. Ketika terbang di malam han, kelelawar mengeluarkan bunyi
berfrekuensi lebih tinggi daripada 20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang tidak
dapat didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang dikeluarkan akan mengenai
mangsa atau rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali kepadanya. Pantulan
gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang berukuran besar kemudian
disampaikan ke pusat pendengaran di otak. Melalui cara inilah kelelawar mengetahui

21
keberadaan mangsa atau rintangan di sekitamya. Prinsip semacam ini juga dipakai oleh
manusia dalam membuat radar.

Apabila dibagi kedalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi kedalam tiga
grup kelompok, yakni :
Kemoreseptor
Kemoreseptor Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu
indera pembau (hidung) dan indera pengecap (lidah). Penciuman, penghiduan, atau
olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor
tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada
antena invertebrata.
Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada
kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada organisme yang hidup di air, seperti
ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya.
Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor. Zat kimia
yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya dalam konsentrasi yang sangat kecil,
disebut dengan bau.
Mekanoreseptor
Mekanoresptor Yaitu alata indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat,
tegangan suara dan tekanan yakni indera peraba (kulit) dan indera pendengaran
(telinga). Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan
binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang
terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat
mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz
sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus,
sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
Photoreseptor/ Fotoreseptor
Photoreseptor Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti
indera penglihatan atau mata. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya
dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat
adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan
menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk
kelelawar.

22
2.3 Fisiologi Sistem Indera Pada Manusia
1. Indera Penglihat (Mata)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot
penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.
a. Bagian-bagian mata:
1. Bola mata

Bola mata dikelilingi oleh tiga lapis dinding. Ketiga lapis dinding ini, dari luar
ke dalam adalah sebagai berikut:
 Sklera, merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat, berwarna putih buram (tidak
tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan yang disebut kornea.
Konjungtiva adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata.
Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata dari gangguan.
 Koroid, berwarna coklat kehitaman sampai hitam. Koroid merupakan lapisan yang
berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina.
Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di
bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk
iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata).
Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran
pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang

23
berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan
mengatur cembung pipihnya lensa.
 Retina, merupakan lapisan yang peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina
berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik
yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka
terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata
terbagi dua, yaitu bagian depan yang terletak di depan lensa berisi carian yang disebut
aqueous humor, dan bagian belakang yang terletak di belakang lensa berisi vitreous
humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang
benar.
2. Kotak mata
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput
transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva.
Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan
serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis. Untuk mencegah kekeringan,
konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar air mata (kelenjar
lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir, garam, dan
antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah
masuknya mikro organisme ke dalam mata.
3. Otot mata
Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat di antaranya disebut otot
rektus (rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot
rektus berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua
lainnya adalah otot obliq atas (superior) dan otot obliq bawah (inferior).

b. Cara kerja mata


Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali
cara mengubah fokus lensa. Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina

24
mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus
humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata
normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling
peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel
batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen
ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu
yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk
situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana
terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin
berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka
rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen
terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang
disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit
untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang
merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel
yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus
tersebut, mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan
menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum
proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh
(punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke
mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut
kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik sinar dari
obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk

25
menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya
untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat
membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang
jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara mengubah
bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang,
sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan
pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot
siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai
akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga
apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor
bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa
memanjang dan pipih. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda
disebut daya akomodasi

a. Akomodasi mata saat b. Akomodasi mata saat melihat dekat


melihat jauh

2. Indera Pendengar (Telinga)

26
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara dan
juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk
energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah
gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan
interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan
ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan
telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang
ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan mengirimkannya berupa
impuls ke otak untuk diolah.

a. Bagian-bagian telinga

Gambar Struktur telinga pada manusia


1. Telinga luar
Telinga luar meliputi daun telinga (pinna), liang telinga (meatus auditorius
eksternus), dan saluran telinga luar. Bagian daun telinga berfungsi untuk
membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju
gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi

27
untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini
merupakan hasil susunan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis. Di dalam
saluran ini terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang
disebut serumen atau kotoran telinga. Bagian saluran yang memproduksi
sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang
telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.
Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang
mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara.
Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga
pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang
telinga.
2. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara
agar seimbang. Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran
yaitu martir (malleus) menempel pada gendang telinga, tulang landasan (incus),
kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai
satu tulang, dan tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela
oval. Muara tuba eustachi yang menghubungkan ke faring juga berada di
telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan
disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan
menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang
merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah
siput.

3. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin
membran. Ada lima bagian utama dari labirin membran, yaitu:
 Tiga saluran setengah lingkaran

28
 Ampula
 Utrikulus
 Sakulus
 Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga
saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ
keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari
labirin tulang.
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri
dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan
dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan
dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan
lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah
terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran
timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu
tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran
basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di
permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran
tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan
berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf
pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ korti.

b. Cara kerja telinga


Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran
Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran
vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan
menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di

29
dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan
menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan
melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas
dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan
sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke
pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

c. Susunan dan cara kerja alat keseimbangan


Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus clan sakulus. Ujung dari setup saluran
setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun
sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula
terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin
yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran semisirkular (saluran setengah
lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan
sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang
melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan
desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.

3. Indera Peraba (Kulit)


Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya
menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung

30
reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian
dalam, misalnya otot dan tulang.
a. Bagian-bagian kulit
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan
dermis. Pada lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis
tersusun atas empat lapis sel yaitu:
 Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.
 Stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras
dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen
hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau
kecoklatan.
 Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan.
 Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.

Gambar Penampang kulit manusia beserta reseptor-reseptornya


Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari
serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat
elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang.
Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis
membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan
pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan
dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut.
Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak.

31
Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan
untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
b. Cara Kerja Kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas, dingin, tekanan,
dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang tersebut diterima oleh sel-sel
reseptor. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan ke otak melalui urat saraf. Oleh otak,
rangsang akan diolah. Akibatnya, kita merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun
memerintahkan tubuh untuk menanggapi rangsang tersebut.

4. Indera Pengecap (Lidah)


Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Menggunakan
lidah, kita dapat membedakan bermacam-macam rasa. Lidah juga turut membantu
dalam tindakan bicara
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang
dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-parit
papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di
permukaan papila berbentuk benang.
a.Bagian-bagian lidah
Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua
jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang
kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1. Papila filiformis berbentuk seperti benang halus.
2. Papila sirkumvalata berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah.
3. Papila fungiformis berbentuk seperti jamur.

32
Gambar Struktur lidah dan pembagian daerah perasanya
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari
dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor,
sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-bagian lidah:
1. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
2. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
3. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Lidah memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. Letak
kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga, dan kelenjar ludah
bawah terdapat di bagian bawah lidah.

a. Cara Kerja Lidah


Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan
merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini
diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi rangsang
tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau minuman.

5.Indera Pembau (Hidung)


Saat manusia baru lahir indera penciumannya lebih kuat dari manusia dewasa,
karena dengan indera ini bayi dapat mengenali ibunya. Indera penciuman manusia
dapat mendeteksi 2000 - 4000 bau yang berbeda. Indera pembau manusia berupa

33
kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir
bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.

Gambar Struktur indera pembau


a. Bagian-bagian hidung
Hidung manusia di bagi menjadi dua bagian rongga yang sama besar yang di
sebut dengan nostril. Dinding pemisah di sebut dengan septum, septum terbuat dari
tulang yang sangat tipis. Rongga hidung di lapisi dengan rambut dan membran yang
mensekresi lendir lengket.
1. Rongga hidung (nasal cavity) berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke
tenggorokan menuju paru paru. Rongga hidung ini di hubungkan dengan bagian
belakang tenggorokan. Rongga hidung di pisahkan oleh langit-langit mulut kita yang
di sebut dengan palate. Di rongga hidung bagian atas terdapat sel-sel reseptor atau
ujung- ujung saraf pembau. Ujung-ujung saraf pembau ini timbul bersama dengan
rambut-rambut halus pada selaput lendir yang berada di dalam rongga hidung bagian
atas. dapat membau dengan baik.
2. Mucous membrane, berfungsi menghangatkan udara dan melembabkannya. Bagian ini
membuat mucus (lendir atau ingus) yang berguna untuk menangkap debu, bakteri, dan
partikel-partikel kecil lainnya yang dapat merusak paru-paru.

b. Cara kerja hidung


Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara.
Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap

34
molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau (smell
receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel
bau tertangkap oleh reseptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf
olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh
otak, bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya bau sate
padang atau menyengat nya bau selokan.

2.4 Kelainan Sistem Indera Pada Invertebrata, Vertebrata, dan Manusia

I. Kelainan sistem Indera pada Invertebrata

Pada umumnya hewan invertebrat tidak memiliki indera, tetapi ada juga yang memiliki
indera namun masih primitif misalnya pada protozoa, peka terhadap rangsangan
cahaya. Jadi hewan yang termasuk dalam protozoa tidak terdapat kelainan karena
sistem inderanya masih primitif. Contoh lain pada Tubuh porifera belum membentuk
jaringan atau organ. Maka dari itu, pada Phylum porifera belum memiliki sistem indera.
Karena struktur tubuhnya masih primitif. Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki
sel-sel pigmen dan sel sensori yang peka terhadap cahaya serta sejumlah tentakel
sebagai alat peraba. Obelia Terdapat sel-sel sensorik yang tersebar dipermukaan tubuh
terutama pada daerah tentakel pada obelia peka terhadap rangsang sentuhan dan
medusanya terdapat indra penglihat yaitu berupa bintik mata. bintik mata hanya untuk
menangkap rangsangan cahaya. Jadi hewan invertebrata ini memiliki tidak memiliki
kelainan karena sistem inderanya masih primitif.

II. Kelaianan Sistem Indera Vertebrata

35
III. Kelaianan Sistem Indera Pada Manusia
a. Kelainan pada mata
1. Presbiopi
Presbiopi adalah penyakit mata karena proses penuaan, disebut juga mata tua. Pada
anak-anak, titik dekat mata bisa sangat pendek, kira-kira 9 cm untuk anak umur 11
tahun. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40-50 tahun terjadi
perubahan yang menyolok, yaitu titik dekat mata sampai 50 cm, oleh karena itu
memerlukan pertolongan kaca mata untuk membaca berupa kaca mata cembung
(positif). Hal ini disebabkan karena elastisitas lensa berkurang. Penderita presbiopi
dapat dibantu dengan lensa rangkap.

2. Hipermetropi
Hipermetropi atau mata jauh dapat terjadi pada anak-anak. Hipermetropi disebabkan
bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang jatuh di belakang retina. Penderita
hipermetropi ini tidak dapat melihat benda yang dekat atau biasa disebut rabun dekat.

3. Miopi
Miopi atau mata dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh bola mata terlalu
panjang sehingga bayang-bayang dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan
retina. Pada penderita miopi ini orang tidak dapat melihat benda yang jauh biasa disebut
rabun jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti

36
ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif). Miopi biasa terjadi pada anak-
anak.

Gambar Kelainan mata : (a) Miopi, (b) Hipermetropi


4. Astigmatisma
Astigmatisma merupakan kelainan yang disebabkan bola mata atau permukaan lensa
mata mempunyai kelengkungan yang tidak sama, sehingga fokusnya tidak sama,
akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk menolong orang
yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.

5. Katarak
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa mata.
Hal ini terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena katarak
pandangan menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.

6. Imeralopi
Imeralopi atau rabun senja adalah kelainan yang menyebabkan penderita menjadi
rabun pada senja hari.
7. Xeroftalxni
Xeroftalxni adalah kelainan pada mata, yaiut kornea menjadi kering dan bersisik.

37
8. Keratomealasi
Keratomealasi adalah kelainan pada mata yaitu kornea menjadi putih dan rusak.

b.Kelainan pada telinga


Telinga merupakan salah satu organ yang penting. Sebagai organ tubuh yang
lemah, telinga bisa mengalami kelainan maupun terserang penyakit. Berikut beberapa
penyakit yang ada pada telinga:
1. Tuli
Tuli adalah ketidakmampuan telinga untuk mendengarkan bunyi atau suara. Tuli dapat
disebabkan oleh adanya kerusakan pada gendang telinga, tersumbatnya ruang telinga,
atau rusaknya saraf pendengaran. Pada orang yang telah berusia lanjut, ketulian
biasanya disebabkan oleh kakunya gendang telinga dan kurang baiknya hubungan antar
tulang pendengaran.

2.Congek
Congek adalah penyakit telinga yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada bagian
telinga yang tersembunyi di tengah-tengah. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri.

3.Otitis eksterna
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang
seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai
bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's
ear).

38
4.Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul dengan
sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di
sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago, dan menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis
cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.

5.Eksim
Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan saluran
telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit yang
pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga. Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi
pada telinga luar dan saluran telinga.

39
6.Cidera
Cedera pada telinga luar (misalnya pukulan tumpul) bisa menyebabkan memar diantara
kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah tersebut, maka
akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu
kemerahan. Darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk
ini disebut telinga bunga kol, yang sering ditemukan pada pegulat dan petinju.

7.Tumor
Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker). Tumor yang jinak bisa
tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan penimbunan kotoran
telinga serta ketulian. Contoh dari tumor jinak pada saluran telinga adalah:

40
 Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari kulit)
 Osteoma (tumor tulang)
 Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah terjadinya cedera).

8.Kanker
Kanker sel basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh pada telinga luar setelah
pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang. Pada stadium dini, bisa
diatasi dengan pengangkatan kanker atau terapi penyinaran. Pada stadium lanjut,
mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah telinga luar yang lebih luas. Jika kanker
telah menyusup ke kartilago, dilakukan pembedahan. Kanker sel basal dan sel
skuamosa juga bisa tumbuh di dalam atau menyebar ke saluran telinga.

c. Kelainan pada kulit


Kulit merupakan bagian tubuh terluar sehingga selalu berhubungan dengan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kulit mudah terluka serta terserang jamur dan bibit
penyakit lainnya. Beberapa penyakit kulit yang sering kita temui yaitu:
1. Jerawat. Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada. Penyakit
ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-anak yang
memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis kulit berminyak sangat
rentan terhadap jerawat.

41
2. Panu. Panu disebabkan oleh jamur yang menempel di kulit. Panu tampak sebagai
bercak atau bulatan putih di kulit dan disertai rasa gatal. Panu timbul karena penderita
tidak menjaga kebersihan kulit.
3. Kadas. Kadas nampak di kulit sebagai bulatan putih bersisik. Pada setiap bulatan
terdapat garis tepi yang jelas dengan kulit yang tidak terkena. Kadas juga menyebabkan
rasa gatal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur.
4. Skabies. Skabies disebut pula “seven-year itch”. Penyakit tersebut disebabkan oleh
parasit insekta yang sangat kecil (Sarvoptes scabies) dan dapat menular pada orang
lain.
5. Eksim. Eksim merupakan penyakit kulit yang akut atau kronis. Penyakit tersebut
menyebabkan kulit menjadi kering, kemerah-merahan, gatal-gatal, dan bersisik.

6. Biang keringat. Biang keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh sel-sel
kulit mati yang tidak dapat terbuang secara sempurna. Keringat yang terperangkap
tersebut menyebabkan timbulnya bintik-bintik kemerahan yang disertai gatal. Daki,
debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan biang keringat.

d. Kelaianan pada lidah


1. Oral candidosis. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans.. gejalanya
yaitu lidah akan tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.

42
2. Atropic glossitis. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh bagian lidah
maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya adalah
kekurangan zat besi. Jadi banyak ditemukan pada penderita anemia.

3. Geografic tongue. Gejalanya yaitu lidah seperti peta, berpulau-pulau. Bagian pulau itu
berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.
4. Fissured tongue. Gejalanya yaitu lidah akan terlihat pecah-pecah.
5. Glossopyrosis. Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan
panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini
lebih banyak disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada
syaraf.

e.Kelainan pada hidung


Sebagai indra pembau, hidung dapat mengalami gangguan. Akibatnya,
kepekaan hidung menjadi berkurang atau bahkan tidak dapat mencium bau suatu
benda. Kelainan-kelainan pada hidung yaitu:

43
1. Angiofibroma Juvenil, adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau
tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. Tumor ini
paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang sedang mengalami masa puber.
2. Papiloma Juvenil, adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). Papiloma disebabkan
oleh virus. Papiloma bisa ditemukan pada anak usia 1 tahun. Papiloma bisa
menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga anak tidak dapat berbicara dan
bisa menyumbat saluran udara.
3. Rhinitis Allergica, adalah peradangan hidung karena alergi. Disebabkan oleh adanya
reaksi alergi pada hidung yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing ke dalam
saluran tenggorokan.

4. Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang


berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu
menahun (kronis).

5. Salesma dan influenza, merupakan infeksi pada alat pernapasan yang disebabkan oleh
virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher dan kadang-kadang
panas atau sakit pada persendian.

44
6. Anosmia, adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk
membau. Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi
di dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.
Untuk mengatasi gangguan ini harus diketahui dulu penyebabnya.

45
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot
penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara kerja mata manusia
pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.
Ada berbagai macam kelainan pada mata, seperti: presbiopi, hipermetropi, miopi,
astigmatisma, katarak, imeralopi, xeroftalxni, keratomealasi, dan lain sebagainya.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Ada berbagai kelainan pada telinga, seperti:
tuli, congek, otitis eksterna, perikondritis, eksim, cidera, tumor, kanker, dan lain
sebagainya.
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis. Kelainan-kelainan yang ada
pada kulit yaitu: jerawat, panu, kadas, skabies, eksim, biang keringat, dan lain
sebagainya.
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.
Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar
lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi sebagai
pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara. Kelainan yang ada
pada lidah yaitu: oral candidosis, atropic glossitis, geografic tongue, fissured tongue,
glossopyrosis, dan lain sebagainya.
Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung,
yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Kelainan-kelainan yang ada pada hidung yaitu:
angiofibroma juvenil, papiloma juvenil, rhinitis allergica, sinusitis, salesma dan
influensa, anosmia, dan lain sebagainya.
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses
informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Euglena mempunyai daya
iratabilitas, tidak mempunyai alat penerima rangsang kusus kecuali euglena,
mempunyai kloroplas untuk fotosintesis, mepunyai stigma (bintik mata) yang peka
terhadap rangsang. Hewan berongga seperti ubur-ubur memiliki sel-sel pigmen dan sel
sensori yang peka terhadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba.

46
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu bintik
mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Kucing dan anjing memiliki
daun telinga yang dapat digerakkan, sehingga membantu untuk dapat menangkap bunyi
yang kuat. Sistem indera pada hewan vertebrata lebih kompleks dibandingkan dengan
hewan invertebrata.
3.2 Saran

Pada sistem indera ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar dapat beraktivitas dengan baik.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Alat indera pada manusia 9.1.


http://www.crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1, (online), diakses
tanggal 04 Juni 2010.
Anonim, 2013. Bagian-bagian mata. http://articles.myhardisk.com/2009/08/bagian-bagian-
mata.html, (online), diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Anonim, 2013. Biologi kelas 2 indera pengelihat.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0087%20Bio%202-10a.htm, (online), diakses tanggal
23 Agustus 2013.
Anonim, 2013. Kelainan dan penyakit pada kulit.
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/08/kelainan-dan-penyakit-pada-
kulit.html, (online) diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Anonim, 2013. Kelainan pada telinga luar.
http://medicastore.com/penyakit/360/Kelainan_Pada_Telinga_Luar.html, (online),
diakses tanggal 23 Agustus 2013..
Nurcahyo, 2013. Kelainan telinga, hidung, tenggorokan.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/12853-kelainan-telinga-hidung-tenggorokan/,
(online), diakses tanggal 23 Agustus 2013..
Anonim, 2013. Penyakit-penyakit pada lidah. http://www.untukku.com/artikel-
untukku/penyakit-penyakit-pada-lidah-untukku.html, (online), diakses tanggal 23
Agustus 2013.
Anonim, 2006. Knowledge Antomi. Progam animasi anatomi
Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang.Jurusan Biologi UM.

Weston T. Atlas Of Anatomy. London: Marshall Cavendish; 1993.


Sukardi E. Neuroanatomia Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1985.

48
http://senjadisoreitu.blogspot.com/2011/08/sistem-indera.html
http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/sistem-indra-pada-hewan.html
Redjani. 1988 Ilmu Biofisika. Surabaya: Universitas Airlangga Press

49

Anda mungkin juga menyukai