Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI HEWAN

SISTEM KOORDINASI PADA HEWAN INVERTEBRATA


DAN VERTEBRATA

Diajukan untuk memenuhi tugas anatomi fisiologi hewan yang diampu oleh:
Bapak Drs. Nurwidodo, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Ilham Ramadhan (201710070311043)


2. Uzlifatul Jannah (201710070311062)
3. Ardianto (201710070311068)
4. Nur Islakhun Nisa (201710070311073)
5. Iin Indah Prasetya wati (201710070311072)
6. Indah Permatasari (201710070311076)
7. Nofa Try Widyaningrum (201710070311079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sedemikian rupa hingga selesai dan tepat
waktu. Tidak lupa kami juga menguncapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberi sumbangan materi maupun
pikirannya. Harapan kami semoga penyusunan makalah tentang Sistem koordinasi
pada hewan invertebrata dan vertebrata ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman baru bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini sehingga menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua ini menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya serta dari cara
penulisannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik
dan saran dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami beharap semoga makalah tentang tentang kelebihan Sistem
koordinasi pada hewan invertebrata dan vertebrata dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.

Malang, 25 Oktober 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Daftar Gambar ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.1 Sistem Koordinasi ..................................................................................... 4
2.2 Struktur Alat/Jaringan Yang Bertanggung Jawab Pada Sistem
Koordinasi ................................................................................................. 5
2.3 Sistem Saraf Hewan Vertebrata ................................................................ 7
2.4 Sistem Koordinasi Secara Spesifik Mengenai Hewan Amphibi ............... 19
2.5 Sistem Koordinasi Secara Spesifik Mengenai Hewan invetebrata ........... 25
2.6 Sistem Koordinasi Secara Spesifik Mengenai Hewan Mamalia ............... 28
2.7 Proses Kerja Sistem Koordinasi Pada Hewan Mamalia Dan Amphibi..... 33
2.8 Patologi Yang Terjadi Pada Sistem Koordinasi ........................................ 35
BAB II PENUTUP ................................................................................................ 38
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
3.2 Saran ......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39

iii
Daftar Gambar
Gambar1. Otak ............................................................................................ 8
Gambar 2. Sistem saraf tepi ........................................................................ 9
Gambar 3. Sistem saraf katak ..................................................................... 20
Gambar 4. Sistem saraf Hewan bersel satu ................................................. 25
Gambar 5. Sistem saraf pada cacing ........................................................... 26

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu pengetahuan alam yang berguna agar kita
mengetahui tentang diri kita dan bumi yang kita huni. Salah satu ilmu biologi
tentang diri kita yang harus kita ketahui yaitu sistem koordinasi atau sistem
pengatur tubuh makhluk hidup. Sistem koordinasi terdiri dari sistem saraf ,
sistem hormon dan sistem indera (Jasin, 1991). Sebagai makhluk hidup, kita
harus mengetahui tentang hal itu. Sistem saraf bersama-sama dengan sistem
hormon, berfungsi untuk memelihara fungsi tubuh. Pada umumnya sistem saraf
berfungsi untuk mengatur, misalnya kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh
bagian dalam yang berlangsung dengan cepat, dan kecepatam sekresi beberapa
kelenjar endokrin (Syamsur, 2004).
Sistem saraf pada manusia memiliki sifat mengatur yang sangat kompleks
dan khusus. Sistem saraf menerima berjuta rangsangan yang berasal dari
berbagai organ. Semua rangsangan tersebut akan bersatu untuk dapat
menentukan respon apa yang akan diberikan oleh tubuh. Rangsangan dapat
berasal dari luar tubuh (rangsangan eksternal) dan rangsangan dari dalam
tubuh (rangsangan internal). Rangsangan eksternal misalnya cahaya, suara,
gravitasi, suhu, panas, dan dingin. Sedangkan rangsangn internal misalnya rasa
lapar, haus, sakit, nyeri, dan sebagainya.Untuk bereaksi terhadap berbagai
rangsangan tubuh kita memerlukan tiga komponen yaitu, reseptor, sistem saraf,
dan efektor.
Hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal,
tumbuh mencapai besar tertentu, serta memerlukan makanan dalam bentuk
kompleks. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada
hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan berorganisasi, artinya
setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai
keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel. Suatu organisme
hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler dapat berada sebagai
individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas satu
sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan dapat terdiri dari hewan uniseluler

1
atau hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan
uniseluler. Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler
yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni
itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua
sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk
menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk
menanggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang diterima
melalui indra, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan
tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam
tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi
yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi
pada hewan meliputi sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon).
Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan
hewan semakin kompleks sistem sarafnya.
Sistem saraf dan sistem endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam
mengatur fungsi-fungsi internal tubuh dan perilaku. Adapun alat indra
merupakan reseptor rangsang dari luar. Namun meskipun terdapat hubungan
antara struktur dan fungsi, sistem saraf dan sistem endokrin sedikit berbeda
mengenai pengaturan waktunya dalam menjalankan fungsi koordinasi
(Kimball, 1994). Sebagai contoh, dengan kerumitan strukturnya, saraf
dikhususkan untuk transmisi impuls dengan cepat (sekitar 150m/detik) dan
akibatnya, informasi dapat merambat dari otak manusia ke alat pengindraan
atau sebaliknya hanya dalam tempo beberapa milidetik. Sebaliknya, sistem
endokrin memerlukan waktu beberapa menit, jam, atau bahkan hari untuk
bekerja. Hal ini dikarenakan dibutuhkannnya waktu untuk sintesis dan
pengangkutan hormon dalam darah ke organ targetnya (Brotowidjoyo, 1989).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan sisitem koordinasi dan bagaimana
fungsinya?

2
2. Bagaimanakah struktur alat/jaringan yang bertanggung jawab pada sistem
koordinasi?
3. Bagaimanakah sistem saraf hewan vertebrata?
4. Bagaimanakah sistem koordinasi secara spesifik mengenai hewan
amphibi?
5. Bagaimanakah sistem koordinasi pada hewan invertebrata?
6. Bagaimanakah sistem koordinasi secara spesifik mengenai hewan
mamalia?
7. Bagaimanakah proses kerja sistem koordinasi pada hewan mamalia dan
amphibi?
8. Apa saja patologi yang terjadi pada sistem koordinasi hewan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koordinasi dan
bagaimana fungsinya
2. Untuk mengetahui struktur alat/jaringan yang bertanggung jawab pada
sistem koordinasi
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem saraf hewan vertebrata?
4. Untuk mengetahui sistem koordinasi pada hewan amphibi?
5. Untuk mengetahui sistem koordinasi pada hewan invertebrata?
6. Untuk mengetahui sistem koordinasi secara spesifik mengenai hewan
mamalia?
7. Untuk mengetahui proses kerja sistem koordinasi pada hewan mamalia
dan amphibi?
8. Untuk mengetahui patologi yang terjadi pada sistem koordinasi

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Koordinasi
Sistem koordinasi merupakan organ dan sistem organ yang bekerja sama
secara selaras. Organ-organ tubuh kita dapat bekerja secara selaras dan teratur
karena tubuh kita memiliki suatu sistem yang dikenal dengan sistem koordinasi atau
sistem pengatur. Sistem koordinasi ini bertugas mulai dari menerima rangsang,
meneruskannya ke alat koordinasi, kemudian menentukan tanggapannya. Sistem
koordinasi meliputi sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon (Endokrin)
(Aryulina, Muslim, Manaf, & Winarni, 2006).
A. Sistem Saraf
Saraf merupakan salah satu komponen sistem koordinasi pada tubuh hewan.
Sistem saraf dapat digambarkan sebagai kumpulan neuron yang diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga mampu mengkoordinasi berbagai aktifitas tubuh.
Organisasi sistem hewan sangat bervariasi, tergantung pada tingkat
perkembangan tubuh masing-masing hewan. Hewan dengan tingkat
perkembangan tubuh sederhana memiliki susunan organisasi sistem saraf yang
sederhana juga sebaliknya, hewan dengan tingkat perkembangan yang sudah
maju memiliki susunan oorganisasi sistem saraf yang lebih kompleks.
Bagian-bagian sel saraf sendiri terdiri dari:
a) Badan Sel (Perikarion), bagian sel yang mengandung nukleus. Sitoplasma
mengandung badan Nissl (modifikasi retikum endoplasma kasar). Badan sel
berfungsi mengatur seluruh aktifitas sel saraf.
b) Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma dari badan sel. Berukuran lebih
halus, lebih pendek, dan memiliki percabangan yang lebih banyak
dibanding akson, fungsinya meneruskan rangsang dari organ penerima
rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.
c) Akson (neurit) merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi
untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita dari badan sel.
Menurut fungsinya sel saraf dibagi menjadi 3 yaitu:

4
a) Neuron Sensorik, berhubungan erat dengan alat indra, sehingga disebut juga
saraf indra. Bagian dendrit berhubungan langsung dengan alat indera
(reseptor) dan bagian aksonnya berhubungan dengan sel saraf yang lain.
b) Neuron Motorik berhubungan langsung dengan bagian efektor
(otot/kelenjar), berfungsi untuk meneruskan impuls dari sistem saraf pusat
ke efektor.
c) Interneuron (Neuron Asosiasi) yaitu neuron yang menghubungkan satu
neuron dengan lainnya.
B. Sistem Indra
Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima
rangsangan tertentu. Fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar
atau berbagai rangsangan dari lingkungan di luar tubuh kita. Alat indra
berguna sebagai media untuk berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya,
menghindari musuh, dan sebagainya.

C. Sistem Hormon
Secara umum, hormon berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan
kerja alat-alat tubuh. Selain itu hormon berpengaruh terhadap alat
reproduksi, pertukaran zat, dan tingkah laku. Hormon adalah zat kimia yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hasil sekresi kelenjar endokrin, yaitu
hormon, langsung masuk ke pembuluh darah. Hormon bersama darah
diedarkan ke seluruh tubuh.

Di dalam tubuh hormon akan mengikuti peredaran darah ke seluruh


tubuh. Pada umumnya hormon mempunyai organ sasaran tertentu. Organ-
organ atau sel-sel yang menjadi sasaran hormon disebut organ target.
Meskipun demikian, sebagian hormon mempengaruhi hampir semua sel
tubuh. Misalnya hormon yang mempengaruhi pertumbuhan badan.

2.2 Struktur Alat/Jaringan Yang Bertanggung Jawab Pada Sistem Koordinasi


Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf disebut neuron. Setiap
satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama yang berupa badan sel saraf,
dendrit, dan akson. Badan sel saraf adalah bagian sel saraf yang paling besar. Di
dalamnya terdapat nukleus dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat

5
mitokondria yang berfungsi membangkitkan energi untuk membawa rangsangan.
Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan tonjolan sitoplasma dan berfungsi
untuk menjalarkan impuls saraf menuju ke badan sel saraf. Dendrit merupakan
percabangan dari badan sel saraf yang biasanya berjumlah lebih dari satu pada
setiap neuron.
Akson atau neurit merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih
panjang daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan
badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu
pada setiap neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus yang disebut
neurofibril. Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-cabang
yang berhubungan dengan dendrit dari sel saraf yang lain. Akson terbungkus oleh
beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak. Selaput mielin
disusun oleh Sel-sel Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut neurilema.
Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan.
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya
terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf,
yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf,
sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang
lain atau ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit
pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
Komponen penyusun sistem saraf yaitu berbagai bangunan yang dapat
ditemukan sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia.
1. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun
tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut
campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik.
2. Pleksus merupakan jaringa serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus dapat
ditemukan adanya badan sel saraf, meskipun tidak selalu. Pleksus dapat ditemukan
pada coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus
biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat.

6
3. Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan
memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel
saraf serta serabut saraf.
2.3 Sistem Saraf Hewan Vertebrata
Sistem saraf hewan vertebrata secara struktural dan fungsional beragam. Otak
dan sumsum tulang belakang vertebrata menyusun sistem saraf pusat. Otak
menyediakan kemampuan integratif yang mendasari peruilaku kompleks yang khas
pada vertebrata. Sumsum tulang belakang mengintegrasikan respon yang sederhana
terhadap jenis stimulus tertentu dan mengirimkan informasi ke dan dari otak.
System saraf (pada vertebrata) terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang
yang membentuk system saraf pusat (SSP), yang bertanggung jawab atas integrasi
informasi. Jaringan kerja saraf yang membentuk system saraf tepi (SST) membawa
informasi dari reseptor sensoris (input sensoris)sampai kesistem saraf pusat dan
perintah motoris dari system saraf pusat (output motoris) ke berbagai organ atau
kelenjar target, yang secara kolektif disebut efektor. Sistem saraf pada vertebrata
terdiri dari dua bangian utama: (1) sistem saraf pusat, yang terdir atas otak dan
sumsum tulang belakang (korda spinalis), dan (2) sistem saraf tepi yang terdiri atas
sistem saraf aferen dan sistem saraf eferen, sistem saraf eferen terbagi menjadi
sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom, sedangkan sistem saraf otonom
terdiri atas sistem saraf simpatetik dan sistem saraf parasimpatetik.
Sistem saraf pusat merupakan pusat koordinasi, yang mengkoordinasi semua
imformasi saraf yang keluar dan masuk. Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf
yang terdiri atas serabut - serabut yang keluar dari sistem saraf pusat.
1. Sistem saraf pusat
a. Otak: Otak merupakan pusat saraf yang terletak di dalam rongga tengkorak.
Otak manusia terdiri atas dua belahan, yaitu otak kiri dan kanan. Otak kiri
mengendalikan tubuh bagian kanan. Sebaliknya, otak kanan mengendalikan
tubuh bagian kiri. Hal ini terjadi karena pindah silang pada jalur-jalur spinal.
Otak dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya otak besar, otak tengah,
otak kecil, dan sumsum lanjutan.

7
Gambar1. Otak
b. Otak tengah: Otak tengah, sejalan dengan evolusi vertebrata, hanya
mengalami perubahan ukuran sedikit aja, tetapi mengalami fungsi perubahan
yang besar. pada ikan dan anfibi, otak tengah mengontrol tingkah laku yang
sangat kompleks. Khususnya pada mamalia, bangian dorsal yang melebar 9
disebut dektum), menerima banyak infut dari saraf optik dan proyeki dari
nuklei sensori otak belakang, berfungsi sebagai daerah integrasi otak, dengan
berkekembangnya otak depan sebangai pusat penganalisis penglihatan,
banyak input-input visual melewati otak tengah langsung ke “geniculate
lateral” thalamus.
c. Otak belakang: Bagian otak belakang adalah medula oblongata, mengandung
pusat pengaturan resprasi, pusat refleks menelan, muntah, dan pusat
pengaturan kardiovaskular. Melalui medula oblongata lewat semua saraf
sensori (kecuali saraf pembau dan penglihatan). Serabut saraf yang
mengontrol hampir semua neuron motor, dan fungsi-fungsi viseral, seperti
kontrol kandung kencing dan ereksi penis. Banya serabut serabut bersinafsis
dalam otak belakang untuk menyampaikan informasi terutama proprioseptif
yang mengontrol keseimbangan reflek-refleks auditori sederhana.
d. Otak kecil (serebelum), yang merupakan pertumbumbuhan keluar dari
medula oblongata, pada vertebrata terdiri dari dua belahan yang berlekuk-
lekuk. Otak kecil menginteraksikan informasi yang datang dari kanalis
semisiskulris dan proprioseptor yang lain (posisis internal dan sensor
gerakan), sistem penglihatn dan pendengaran.

8
2. Sistem saraf tepi
Hirarki fungsional sistem saraf tepi
a. Saraf spinal dan saraf kranial
Secara struktural, sistem saraf tepi vertebrata terdiri atas saraf kranial dan
saraf spinal serta ganglia terkait. Saraf krinal (crinal nerve) berasal dari otak
yang menginervasi organ kepala dan tubuh bagian atas. Saraf spinal berasal
dari sumsum tulang belakang dan menginervasi ke seluruh tubuh. Sebagian
besar saraf kranial dan semua saraf spinal mengandung neuron motoris
maupun sensoris. Mamalia memiliki 12 pasang saraf krinal dan 31 pasang
saraf spinal.
b. Divisi sensoris dan divisi motoris
Divisi sensoris saraf tepi tersusun dari neuron sensoris/aferen yang mengirim
informasi dari reseptor sensoris ke saraf pusat yang memonitor lingkungan
eksternal dan internal. Divisi motoris tersusun dari neuron eferen yang
mengirimkan sinyal dari sistem saraf pusat ke efektor. Yang terbagi menjadi
sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

Gambar 2. Sistem saraf tepi


3. Sistem Indera
Tubuh manusia mempunyai berbagai organ indera. Masing-masing organ
indera dikhususkan untuk mendeteksi adanya rangsang tertentu. Mata
mendeteksi adanya cahaya. Hidung dan lidah mendeteksi adanya molekul-
molekul zat kimia. Telinga mendeteksi adanya getaran atau gelombang udara.
Kulit mendeteksi adanya panas, dingin, sentuhan, dan tekanan. Organ indera

9
bisa menentukan adanya rangsang tertentu karena ada sel-sel reseptor. Reseptor
adalah bagian saraf yang menanggapi rangsang. Reseptor tertentu peka terhadap
rangsang tertentu. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi
dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor (Moriwaki, 2012).
Interoreseptor, berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon,
ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan
lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di
dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun,
kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya (Moriwaki,
2012). Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor
berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di
luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata),
indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna
dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera
ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan
lain sebagainya. (4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk
mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain
sebagainya. (5) Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa
kita kenal dengan sebutan panca indera (Moriwaki, 2012).
1) Indera Penglihatan.
Mata merupakan indera penglihatan yang dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina. Kemudian, rangsangan ini
dialihkan ke pusat penglihatan melalui serabut-serabut nervus optikus untuk
ditafsirkan.
a) Struktur Mata
Mata manusia berbentuk agak bulat, dilapisi oleh tiga lapis jaringan
yang berlainan, yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam
mata.

10
1. Lapisan luar mata (lapisan sklera). Lapisan sklera sangat kuat dan
berwarna putih. Di lapisan ini terdapat kornea yang bening, yang
menerima cahaya masuk ke bagian dalam mata dan membelokkan
berkas cahaya sedemikian rupa sehingga dapat difokuskan.
2. Lapisan tengah mata (lapisan koroid). Lapisan koroid berpigmen
melanin dan mengandung banyak pembuluh darah. Lapisan ini
berfungsi untuk menghentikan refleksi berkas cahaya yang
menyimpang di dalam mata. Lapisan koroid membentuk iris.
3. Lapisan dalam mata (retina). Retina terdiri atas reseptor cahaya yang
sesungguhnya, yaitu berbentuk batang dan kerucut. Pada bagian
lapisan retina yang dilewati berkas saraf ke otak tidak memiliki
reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Oleh karena itu, daerah ini
disebut bintik buta.
b) Reseptor Mata.
Reseptor penglihatan mata ialah sel batang dan sel kerucut, yaitu sel-
sel yang tersusun rapat di bawah permukaan retina.
1. Sel batang. Sel batang berfungsi untuk penglihatan dalam cahaya
suram, tetapi tidak mampu membedakan warna. Agar cahaya dapat
diserap, pada sel batang terdapat pigmen yang disebut rodopsin.
Untuk pembentukan rodopsin diperlukan vitamin A. Jika kamu
kekurangan vitamin A, rodopsin yang dihasilkan sedikit sehingga
kamu tidak bisa melihat dalam gelap atau yang disebut buta senja.
2. Sel kerucut. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya
tinggi sehingga berperan untuk penglihatan pada siang hari dan
dapat membedakan warna. Satu sel kerucut hanya menyerap satu
macam warna. Pada mata terdapat tiga sel kerucut yang masing-
masing menyerap warna merah, hijau, dan biru.
c) Otot pada Mata
Mata memiliki enam otot penggerak mata, empat di antaranya lurus,
sementara yang dua lagi agak serong. Aksi otot-otot ini memungkinkan
bola mata diputar ke segala arah. Biasanya, sumbu kedua mata
mengarah serentak pada satu titik yang sama. Jika mata tidak dapat

11
mengarah secara serentak lagi, mata mengalami kelainan yang disebut
juling.
2) Indera Pendengaran (Telinga)
Telinga merupakan organ pendengaran. Telinga terdiri atas tiga bagian,
yaitu telinga luar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam.
1. Telinga Luar. Telinga luar terdiri atas daun telinga yang merupakan
tulang rawan elastis. Daun telinga berfungsi untuk menerima dan
mengumpulkan suara yang masuk, terdapat rambutrambut halus yang
berfungsi untuk menghalangi benda asing yang masuk. Selain itu,
terdapat kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan
gendang telinga tidak kering.
2. Telinga Tengah. Telinga tengah disebut juga rongga timpani
merupakan bilik kecil yang mengandung udara. Rongga ini terletak di
sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga. Di sebelah
depan telinga tengah terdapat saluran eustachius yang menghubungkan
rongga dengan faring. Saluran ini berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tekanan udara antara udara luar dengan udara di dalam
telinga tengah.
3. Telinga Dalam. Rongga telinga dalam terdiri atas berbagai rongga yang
menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga
ini disebut labirin tulang dan dilapisi membran membentuk labirin
membranosa. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian, yaitu vestibula,
saluran setengah lingkaran yang bersambung dengan vestibula, dan
kokhlea. Kokhlea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang
membelit dirinya seperti rumah siput. Dalam setiap belitan terdapat
saluran membranosa yang mengandung ujung-ujung akhir saraf
pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfa dan
di luar labirin membranosa disebut perilimfa.
4. Saraf Pendengaran. Saraf pendengaran (nervus auditorius) terdiri atas
dua bagian, salah satunya berkaitan dengan bagian vestibuler rongga
telinga dalam yang berhubungan dengan keseimbangan. Serabut-
serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada

12
titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak
ke cerebellum. Bagian kokhleris pada nervus auditorus adalah saraf
pendengar yang sebenarnya. Cedera pada saraf kokhlearis akan
mengakibatkan ketulian saraf. Sedangkan, cedera pada saraf
vestibularis akan menimbulkan vertigo.
3) Indera Peraba (Kulit)
Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung
saraf sebagai reseptor peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap
rangsangan berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit.
Kepekaan tersebut disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf yang ada
pada kulit. Biasanya ujung saraf indera peraba ada dua macam, yaitu ujung
saraf bebas yang mendeteksi rasa nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang
berselaput (berpapilia). Sel peraba juga terdapat pada pangkal rambut.
Sehingga bila rambut yang muncul di permukaan kulit tersentuh oleh suatu
benda, sel-sel saraf akan terangsang (Sulaksono, 2006).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas, pada orang dewasa
luasnya sekitar 1,9 m2. Meskipun seluruh permukaan kulit mempunyai
reseptor peraba, keberadaan ujung-ujung saraf ini tidak merata pada
berbagai alat tubuh. Permukaan kulit yang mempunyai banyak ujung-ujung
saraf peraba ialah ujung jari telunjuk, telapak tangan, telapak kaki, bibir,
dan daerah kemaluan. Oleh karena itu daerah-daerah ini sangat peka
terhadap rangsangan berupa sentuhan. Seorang tuna netra memanfaatkan
kepekaan indera perabanya untuk membaca huruf Braille (Sulaksono,
2006).
Kulit merupakan indera peraba. Kulit menutupi dan melindungi
permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga dan lubanglubang masuk. Kulit mempunyai banyak fungsi,
yaitu sebagai indera peraba, membantu mengatur suhu dan mengendalikan
hilangnya air dari tubuh, dan mempunyai sedikit kemampuan eksretori,
sekretori, dan absorpsi. Kulit dibagi menjadi dua lapisan, yaitu epidermis
(kutikula) dan dermis (korium).

13
1. Epidermis. Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas
dua lapisan, yaitu lapisan tanduk dan zona germinalis. Lapisan tanduk
(lapisan epidermal) terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel
yang membentuk epidermis, yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
dan stratum granulosum. Zona germinalis terletak di bawah lapisan
tanduk, terdiri atas sel berduri dan sel basal. Sel berduri adalah sel
dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang lain.
Sedangkan, sel basal terus-menerus memproduksi sel epidermis baru.
2. Dermis. Lapisan dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papila-papila kecil yang
berisi pembuluh darah kapiler. Ujung akhir saraf sensoris terletak di
dalam dermis. Kelenjarkeringat yang berbentuk tabung berbelit-belit
terletak di sebelah dalam dermis, salurannya melalui dermis dan
epidermis, kemudian bermuara ke pori-pori kulit. Pada kulit terdapat
beberapa jenis reseptor, antara lain rasa nyeri, rasa panas, rasa dingin,
rasa sentuhan, dan rasa tekanan. Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja
sebagai tempat penyimpanan air dan jaringan adiposa tempat
menyimpan lemak. Hal ini sangat diperlukan agar panas tubuh tidak
cepat keluar dari tubuh (untuk menghangatkan tubuh).
4) Indera Perasa ( Pengecap)
Lidah merupakan indera perasa. Selain membantu proses
pencernaan, lidah juga dapat merasakan rasa makanan. Permukaan lidah
kasar karena terdapat tonjolan yang disebut papila. Papila ini berfungsi
untuk mengecap. Ada empat macam rasa kecapan, yaitu rasa manis, pahit,
asam, dan asin. Umumnya, makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa. Ciri
harum merangsang ujung saraf penciuman, bukan pengecapan. Agar dapat
dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan dan harus bersentuhan
dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-beda.
Reseptor rasa manis dan asin terdapat di ujung lidah, rasa pahit di pangkal
lidah, dan untuk rasa asam ada di sisi lidah bagian dalam.

14
5) Indera Penciuman
Indera penciuman terdapat di rongga hidung. Sel-sel sensori
penerima rangsang berupa bau terdapat di lapisan epitel dalam rongga
hidung dan dilindungi oleh mukus (lendir). Di akhir setiap sel sensori
terdapat silia atau rambut pembau. Rasa penciuman dirangsang oleh gas
yang terhirup. Rasa penciuman ini sangat peka, tetapi kepekaan ini mudah
hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk waktu yang lama.
Rasa penciuman akan melemah bila kamu sedang flu
karena terdapat penumpukan cairan yang menghalangi silia untuk membaui
sesuatu.
4. Sistem Hormon
Sistem endokrin merupakan suatu sistem yang bekerja dengan perantara zat-
zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
atau yang lebih sering dikenal dengan kelenjar buntu (sekresi secara internal)
akan mengirim hasil sekresinya langsung ke dalam darah dan cairan limfe. Hasil
sekresi tersebut beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran
(ductus). Adapun hasil dari sekresi disebut dengan hormon. Sistem endokrin
terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin. Sistem endokrin bekerja sama dengan
sistem saraf yang mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan
organ-organ tubuh. Oleh karena itu, kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat
yang disebut hormon (Syaifuddin, 2004).
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik yang
vertebrata maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf
secara bersama lebih dikenal sebagai supra sistem neuroendokrine yang secara
kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh pada
hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai
fungsi fisiologis dalam tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
reproduksi, regulasi osmotik dan regulasi ionik (Isnaeni, 2006).
Sistem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar, seperti tiroid,
tapi juga terdiri atas kelenjar yang ada di dalam suatu organ tertentu, seperti
testis, ovarium, dan jantung. Sistem endokrin menggunakan hormon untuk
mengendalikan dan mengatur fungsi tubuh (Parker, 2009). Salah satu fungsi

15
terpenting sistem endokrin adalah mempertahankan lingkungan internal.
Keadaan stabil ini disebut sebagai homeostatis. Mekanisme homeostatis
mengimbangi perubahan kondisi eksternal. Sebagai contoh, mamalia telah
berkembang menjadi hewan homeotermik (berdarah panas) sehingga proses
kimiawi yang essensial untuk fungsi fisiologis dapat berlangsung di bawah
kondisi suhu yang optimal. Fluktuasi suhu dipantau dan mekanisme
homeostatik memastikan bahwa suhu tubuh terjaga dalam batas sempit yang
telah ditentukan. Homeostatis dicapai melalui integrasi sistem saraf dan sistem
endokrin, yang sering disebut sebagai sistem umpan balik. Pelepasan hormon
sering dipicu oleh stimulasi neurologis. Pelepasan hormon juga dapat
distimulasi oleh hormon lain. Faktor yang memudahkan pelepasan hormon
disebut sebagai pengaruh positif dan faktor yang menghambat pelepasan
hormon disebut pengaruh negatif (Coad & Dustal, 2006).
Hormon terdiri dari dua kelas utama yaitu derivat asam amino, seperti
protein, polipeptida, peptida, amina atau kompleks protein konjugasi seperti
glikoprotein adalah hormon yang diproduksi kelenjar hipofisis, hipotalamus,
medula adrenal, pineal, tiroid, sel-sel pulau pankreas dan sel-sel dalam saluaran
pencernaan. Zat ini umumnya dapat larut dalam air dan ditranspor dalam bentuk
yang tidak berikatan dalam darah. Steroid adalah senyawa lipid larut lemak
yang disintesis dari kolesterol. Zat ini diproduksi oleh ovarium, testis, plasenta
dan bagian luar kelenjar adrenal serta testosteron, esterogen, progesteron,
aldosteron dan kortisol. Zat ini bersirkulasi dalam plasma yang mentranspor
protein (Sloane, 2004). Ciri – ciri hormon adalah sebagai berikut :
a. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin
dalam jumlah sedikit.
b. Diangkut ke sel atau jaringan tujuan oleh darah.
c. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang berada di sel target.
d. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
e. Dapat memengaruhi beberapa sel target yang berlainan.
f. Hormon bekerja atas perintah dari saraf.
g. Sistem yang mengatur kerjasama antara sistem saraf dan sistem hormn
terletak di daerah hipotalamus, atau disebut juga kendali saraf endokrin.

16
h. Karena hormon memengaruhi kerja organ yang sifatnya spesifik, maka
kelainan yang timbul akan mudah ditelusuri.
i. Pengaruh kerja hormon tidak secepat pengaruh saraf.
Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih
dikenal sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara
kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada
tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk
mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi
ionik. Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi
hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar
hipofise/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal,
kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama
dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak
meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke
dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi
internal ini disebut hormon, dari kataYunani yang berarti “merangsang”.
Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon
tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya
kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang
mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar
hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut :
a. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi
berfungsisebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel
saraf pada hipotalamus.
b. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin klasik yaitu sel endokrin
yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki
bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon

17
yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh).
Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang
memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata.

Secara pragmatis, organ endokrin dapat dibedakan menjadi tiga tipe.


Tipe pertama disusun atas beberapa organ yang membentuk endokrin
secara utama seperti hipofise, epifise (pineal), dan tiroid, paratiroid,
glandula adrenal (supra renal). Tipe kedua, tersusun atas organ-organ yang
menggabungkan fungsi endokrin dengan fungsi lainnya tetapi sangat
berhubungan, sebagai contoh pankreas, testes, ovarium, dan plasenta. Tipe
ke tiga, tersusun atas organ-organ dengan fungsi utama yang cukup
berbeda, tetapi organ tersebut termasuk komponen endokrin yang tidak
menyolok, seperti ginjal, hati, timus, jantung, dan traktus digastivus.

Klasifikasi Hormon

1. Hormon perkembangan/Growth hormone adalah hormon yang


memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan.
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad
2. Hormon metabolisme mengatur proses homeostasis glukosa dalam
tubuh diatur oleh bermacam-macam hormon, contoh
glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin
3. Hormon tropik – dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan
fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang
pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses
spermatogenesis (LH)
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral – kalsitonin
dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium
dan fosfor

Organ Hormon

1. Kelenjar Pituitari. Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands


(raja dari semuakelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar
endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi

18
oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu
anterior dan posterior.
2. Kelenjar Tiroid. Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin
terbesar pada tubuhmanusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar
ini berfungsi untuk mengatu rkecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon
lainnya. Kelenjar tiroid dapat di stimulasi dan menjadi lebih besar oleh
epoprostenol.
3. Kelenjar Paratiroid. Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel
utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai
pengendali keseimbangan kalsium dan fosfatdalam tubuh melalui
peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat arah dan
sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
4. Kelenjar Adrenalin. Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar
supra renal) terletak diatas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari
kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang
disebut korteks dan bagian medula yang menghasilkan adrenalin atau
epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
5. Pankreas. Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada
beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormone insulin. Hormoneinsulin berfungsi mengatur
konsentrasi glukosa dalam darah.
6. Gonad. Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang
memproduksi dan mengeluarkan steroid yang mengatur pembangunan
tubuh dan mengendalikan karakteristik seksual sekunder. Gonad adalah
organ yang memproduksi sel kelamin.

2.4 Sistem Koordinasi Secara Spesifik Mengenai Hewan Amphibi

19
Gambar 3. Sistem saraf katak
Sistem saraf pada katak dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Pada amphibi, Otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh
tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang juga dibungkus oleh 2 lapisan selaput yaitu
durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan
jaringan saraf. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale, dan
terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi
radang yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi terdiri dari otak. Pada
amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik sehingga
amphibi memiliki penglihatan yang baik.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya
(korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian
tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks
berupa materi putih.
a. Otak (ensefalon)
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak didalam tulang
tengkorak dan diselubungi oleh jaringan, berupa jaringan meninges. Otak
terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada
10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-
8, dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
1. Lobus olfaktorius

20
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius.
Lobus ini tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil
dan merupakan penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri.
Kurang berkembangnya lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat
pembau pada amphibi, berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak
terlalu banyak membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai pusat
pembau
2. Otak besar (cerebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar
atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks
otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area
motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik.
Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun serebri.
Pada serebrum memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang
kompleks, misalnya pembiakan dan macam-macam gerak.
3. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak di bagian
dorsal otak dan merupakan jembatan antara serebrum dan mesenshefalon.
Sedangkan kelenjar hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang
berfungsi mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Oleh karenanya
dikatakan sebagi Master of Glands.
4. Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot
yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi,
karena aktifitas otot relative berkurang.
5. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)

21
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi
refleks fisiologi seperti detak jantung (pusat pengatur percepatan dan
penghambat denyut jantung) , tekanan darah (pusat pengaturan
penyempitan dan pelebaran pembuluh darah), volume dan kecepatan
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu,
sumsum lanjutan juga mengatur gerak refleks yang lain.
6. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang
masuk ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis
mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi
menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan
impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat
dari refleks.
Sistem endokrin pada amphibi mirip dengan vertebrata tingkat tinggi. Pada
dasar otak terdapat glandula pituitari atau glandula hypophysa. Bagian anterio
kelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontril
pertumbuhan tubuh terutama panjang tulang. Bila seekor berudu diambil bagian
anterio galndula hypophysa , berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak.

Pada katak dewasa bagian anterio glanduls pituitari ini menghasilkan


hormon yang merangsang gonad unuk menghasilkan sel kelamin. Bagian tengah
glandula pituitari akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai
peranan dalam pengantran chromophora dalam kulit. Bagian posterior glandula
pituitari menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Hormon
tyroid yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu
sebelum metamorphose menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan
hormon insulin yang mengatur meteabolisme zat gula.

Aktivitas Reflek Pada Katak


Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel saraf
panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem saraf dan
otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungkan bagian-bagian tubuh yang lain
secara kontinyu dan otomatis. Neuron ini mengirimkan sinyal dengan menyebar

22
secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang membentuk bunyi yang
jelas (kertak-kertuk) yang timbul dari gelombang kegiatan neuron yang
terkoordinasi, dimana gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk otak dan
membentuk sirkuit otak menjadi pola-pola yang lama kelamaan akan menyebabkan
embrio yang lahir nanti mampu menangkap suara, sentuhan, dan gerakan
(Purwanto, 2009 : 83).
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang
terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan
panjang, yaitu dari reseptor ke saraf sensori dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah
oleh otak kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan yang dibawa oleh
saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Sedangkan
gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan yang terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak (Wulandari, 2009: 209).
Adapun berdasarkan fungsinya sistem saraf dapat dibedakan atas tiga jenis.
Pertama yaitu sel saraf sensorik, merupakan sel yang membawa impuls berupa
rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan) ke sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera
karena berhubungan dengan alat indera. Kedua adalah sel saraf motorik yang
berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari ssusunan saraf pusat (otak atau
sumsum tulang belakang) menuju kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga
dengan sel saraf penggerak, karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat
gerak. Jenis ketiga adalah sel saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf
konektor. Hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel
saraf sensorik ke sel saraf motorik (Wilarso, 2001).
Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran
sel saraf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan
fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas
membran yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang
permiabel terhadap K+. Reseptor merupakan impuls yang merupakan perubahan
fisik atau kimia di lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor
menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat
pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua

23
informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar)
yang melaksanakan respon yang diinginkan (Soewolo, 1994).
Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat satu pasang saraf perifer. Pada
sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi
sumsum tulang belakang saraf terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral dan
neuronnya terpisah. Dalam akar dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai
suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan sel-selnya
sendiri. Badan sel neuron aferen hampir selamanya terletak dalam ganglion pada
saraf kranial dan saraf spinal spinal. Neuron aferen masuk ke dalam sumsum tulang
belakang dan berakhir pada sinapsis dengan dendrit atau badan sel dari interneuron.
Saraf spinal semua vertebrata pada dasarnya sama, meskipun pada vertebrata yang
paling primitif akar-akar itu di perifer tidak bargabung dan beberapa neuron aferen
keluar dari sumsum melalui akar dorsal (Villee, 1988).
Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri refleks
adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari. Sedangkan
lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks. Neuron konektor
merupakan penghubaung antara neuron sensorik dan neuron motorik. Jika neuron
konektor berada di otak,maka refleksnya disebut refleks otak. Jika terletak di
susmsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks tulang belakang.
Gerakan pupil mata yang menyempit dan melebar karena terkena rangsangan
cahaya merupakan contoh refleks otak. Sedangkan gerak lutut yang tidak disengaja
merupakan gerak sumsum tulang belakang (Idel,antoni, 2000 : 210).
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa
disadari. Terdapat dua macam refleks:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya
refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
2. Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang dihasilakan dengan
belajar.
Rangkaian jalus saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung
refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar: (1) reseptor (2)saraf eferen (3) pusat
pengintegrasi (4) saraf eferen (5) efektor. Reseptor merupakan impuls yang
merupakan perubahan fisik atau kimia di lingkungan reseptor. Dalam merespon

24
stimulus, reseptor menghasilkan potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf
eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses
semua informasi dan meneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otot atau
kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan (Soewolo, 1994 : 241).

2.5 Sistem Koordinasi Secara Spesifik Mengenai Hewan invetebrata


Tidak semua invertebrate memiliki sistem saraf. Hewan yang tergolong
Protozoa dan porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh
hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan
tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu
seperti amoeba dan paramaecium, meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi
protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti
iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
a. Hewan Bersel Satu
Hewan bersel satu (Protozoa), misalnya Amoeba sp. dan Paramaeciurn sp.,
tidak memiliki sistem saraf. Akan tetapi, hewan tersebut memiliki kemampuan
untuk menerima dan mereaksi rangsang. Ingat, salah satu ciri makhluk hidup
adalah iritabilitas. Apabila Amoeba sp. mendapat rangsangan cahaya yang kuat,
ia akan bergerak menjauh. Sebaliknya, apabila mendapat rangsangan cahaya
yang lembut ia akan bergerak mendekat. Paramaecium sp. sebagai hewan
berambut getar memiliki serabut-serabut saraf yang berakhir pada tumpukan
rambut getar (silia). Serabut saraf tersebut berfungsi sebagai pengatur gerakan
silia. Ubur-ubur Hydra sp., dan hewan berselsatu belum memilikisistem saraf
khusus.

25
Gambar 4. Sistem saraf Hewan bersel satu
b. Hewan Cacing ( Vermes)

Gambar 5. Sistem saraf pada cacing


Hewan cacing (Vermes) memiliki sistem saraf berbentuk seperti tangga tali
yang memanjang dan arah kepala ke arah belakang atau ekor. Pada sistem saraf
tangga tali terdapat berkas saraf yang membentuk simpul-simpul saraf di bagian-
bagian tertentu yang disebut ganglion atau ganglia (jamak). Cacing pipih,
misalnya planaria, memiliki susunan saraf berupa dua buab ganglia di daerah
kepala. Selanjutnya di setiap ganglion terdapat seberkas saraf
memanjang (longitudinal) ke bagian ekor. Tiap-tiap berkas saraf bercabang-
cabang lagi membentuk cabang-cabang yang lebih kecil sehingga dapat
menjangkau seluruh bagian tubuh.
Cacing tanah memiliki sistem saraf yang terdiri atas ganglion kepala,
ganglion bawah kerongkongan, dan ganglion ruas badan. Ganglion kepala
merupakan kumpulan badan sel saraf, terletak di ujung depan tubuh pada ruas
ketiga. Ganglion kerongkongan dan ganglion ruas badan terletak di bawah
saluran pencernaan.Di antara ganglion kepala dan ganglion bawah kerongkongan

26
terdapat dua buah saraf penghubung. Di antara ganglion bawah kerongkongan
dan ganglion ruas badan terdapat satu buah saraf penghubung.
Selanjutnya, pada tiap-tiap ruas tubuh terdapat ganglion yang membentuk
cabang-cabang halus. Sistem saraf pada ruas tubuh dengan percabangannya
berfungsi mengatur gerakan tubuh cacing tanah. Sistem saraf cacing tanah
terletak disebelah dorsal pharynx di dalam segmen yang ke 3 dan terdiri atas:
a. Ganglion cerebrale yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan
commisura.
b. Berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya.
c. Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal pharynx, di dalam segmen ke 3.
Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat:
d. Saraf-saraf yang menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung
anterior tiap kelompok sel-sel tersebut.
e. Cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari pharynx. Saraf ini
disebut commisura circum pharyngeal yang berhubungan dengan berkas saraf
ventralis.
Ganglion supraoesofagus (sub pharyngeal) yang disebut juga otak fungsinya
masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka
terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya
(bagian muka). Otak terletak pada ruas ke – 3 di bagian dorsal faring dan memiliki
3 pasang saraf lateral. Ganglion tersebut dihubungkan dengan sepasang alat
penghubung dengan sepasang ganglion sub pharyngeal yang terletak di bawah
faring yang kemudian akan menjadi batang saraf perifer yang terdiri atas saraf
afferent dan saraf efferent.
Affrennt timbul dari sel saraf motoris , sedangkan saraf yang bersala dari sel
saraf pada epidermis berfungsi sebagai saraf sensoris. Tiap ganglion mempunyai
fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit
yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang
menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.
Berbeda dengan Planaria, Annelida (misalnya lintah) mempunyai jumlah
neuron yang lebih banyak di bagian otak. Saraf yang terdapat di sepanjang
tubuhnya merupakan saraf ventral yang tersusun atas beberapa ganglion. Di

27
dalam ganglion terdapat interneuron yang mengoordinasi berbagai aksi pada
setiap segmen. Planaria, yang termasuk golongan cacing pipih memiliki sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat Planaria terdapat pada otak disebut juga ganglion anterior.
Otak ini berukuran kecil. Sistem saraf tepi cacing berupa dua saluran yang
menuju ke arah posterior, masing-masing saraf tersebut berada di daerah lateral
tubuh cacing, keduanya dihubungkan oleh saraf penghubung. Saraf yang juga
tersusun simetri bilateral ini digunakan untuk merespon cahaya. Apabila cacing
pipih terkena sinar, otak akan memerintahkan cacing bergerak ke tempat gelap,
misalnya di bagian bawah batu.

2.6 Sistem Koordinasi Secara Spesifik Mengenai Hewan Mamalia


Hewan mamalia adalah kelompok hewan yang memiliki alat-alat tubuh dan
sistem alat tubuh yang paling kompleks dibandingkan kelompok hewan yang
lainnya seperti burung, ikan, ampibi dan yang lainnya. Sistem saraf pada mamalia
hampir sama dengan sistem saraf pada manusia. Dikarenakan binatang mamalia
memiliki bagian-bagian otaknya sama dengan otak manusia yakni mempunyai otak
depan, otak tengah dan otak belakang. Masing-masing bagian otak itu berfungsi
dan berkembang dengan baik, selain itu binatang mamalia memiliki sumsum
lanjutan dan sumsum spinal yang biasa dikenal dengan sumsum tulang belakang.
Pada hewan mamalia, otak besar berkembang lebih baik jika dibandingkan dengan
otak kecilnya. Volume otak besar lebih besar dibandingkan dengan volume otak
kecil dan volume sumsum tulang belakang. Ada beberapa jenis binatang mamalia
yang memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan manusia terutama
dalam hal penciuman, pendengaran dan penglihatan, hal ini disebabkan karena
adanya perkembangan yang menonjol pada pusat-pusat saraf di otak hewan
mamalia tersebut.
Sistem saraf pada mamalia, secara general memiliki tingkat perkembangan
yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih besar jika dibandingkan
keseluruhan bagian otak. Serebellum juga berukuran lebih besar dan berlobus
lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur
transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari

28
beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti
prosencephalon, lobus opticus, cerebellum dan medulla oblongata. Sistem saraf
tersusun oleh berjuta–juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem saraf
tersusun atas sel-sel saraf neuron.
 Setiap neuron tersusun atas bagian berikut :
1. Badan sel mengandung nucleus
2. Dendrit berfungsi meneruskan impuls saraf ke badan sel
3. Akson/neurit ,berfungsi meneruskan impuls dari badan sel ke sel lain
4. Sel neuron,mempunyai selubung meilin sebagai pelindung /isolator
bagian
yang tidak terselubung disebut nodus ranvier,selubung tersebut tersusun
oleh sel –sel pipih yang disebut sel Schwann.
 Sel saraf dibedakan atas 3 macam berdasarkan fungsinya yaitu:
1. Sel saraf sensorik (aferen) berfungsi sebagai pengatar rangsang dari
reseptor menuju ke otak /sumsum tulang belakang.
2. Sel saraf motorik (eferen) berfungsi sebagai pengatar rasang dari otak
sumsum tulang belakang menujuefektor /otot.
3. Sel saraf konektor berfungsi untuk meneruskan rangsang dari saraf
sensorik ke saraf motorik.
Sistem saraf Terdiri atas dua bagian yaitu syaraf pusat dan saraf perifer.
Sitem saraf pusat adalah otak dan medula spinalis (sumsum tulang belakang)
,sedangkan system saraf perifer berdasarkan lokasi dibedakan menjadi saraf kranial
dan saraf sepinal kemudian berdasarkan kerjanya dibedakan menjadi saraf somatic
dan saraf otonom. Sistem saraf pusat merupakan system yang pertama kali dibentuk
pada saat embriogenesis, serta merupakan sistem yang paling akhir selesai
pembentukan dan perkembangannya. Otak dilindungi oleh tempurung kepala dan
lapisan meninges. Pada mamalia selaput otaknya terdapat 3 lapis sedangkan
vertebrata lain cuma punya dua atau satu saja. Khusus pada mamalia
hemispherrium cerebri meluas hingga menutupi bagian lainnya dan pada
permukaan terdapat bentuk-bentuk lekukan (singular sulcus) sebagai parit-parit
yang masuk kedalam. Gundukan- gundukan (singular gyrus) Merupakan bagian
convex menonjol pada permukaan otak tapi tanpa memakan tempat terlalu banyak.

29
Serebellum (otak kecil) juga meluas dam memiliki bekukan kompleks terdiri atas
bagian tengah yang disebut vermis dan lobus lateralis sinistrum dan dextrum yang
terdapat disebelah kanan kiri dari vermis. Serebelum ini merupakan pusat
keseimbangan dan pusat kordinasi motoris. Medula oblongate penghubung otak
dengan medulla sepinalis disisnilah terjadi kontrol denyut jantung, pernafasan,
diameter arteriol, dan penelanan makanan.
Reptilia, aves, dan mamalia Pada otak terdapat 12 pasang saraf cranial .
Medula spinalis pada tiap ruas akan keluar nervi spinalis yang memberikan
persarafan pada tiap-tiap segmen tubuh ke perifer. Pada mamalia ( manusia)
memiliki 31 pasang saraf spinal. Badan-badan atau sistem simpatis terletak sebelah
ventral dari vertebratae. Jaringan yang menyusun syaraf antara jaringan syaraf,
jaringan darah, jaringan otot dan jaringan ikat lainnya.
1. Klasifikasi saraf
a. Sistem Saraf Pusat. Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang
belakang.
1. Otak (ensefalon)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks
otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat
bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang
area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area
motor dan sensorik.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan
lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil
mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
c. Otak kecil (serebelum)

30
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
e. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume
dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks
yang lain.
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti
sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah
disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke
sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar
dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada
tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang
akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke
saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan
serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa
impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang
berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.
b. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya
diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat

31
diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat.
c. Sistem Endokrin (Hormon)
Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
(kelenjar buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi,
tingkah laku, keseimbangan dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam
peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun
mempunyai kemampuan kerja yang besar dan lama pengaruhnya karena
hormon mempengaruhi kerja organ dan sel.
Hormon memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar
endokrin dalam
jumlah sangat kecil
2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapoat di sel
target
3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target,tetapi dapat
juga mempengaruhi beberapa sel target belainan.
Hormon terdiri dari 2 jenis berdasarkan struktur kimiawinya yaitu
hormon yang terbuat dari peptida (hormon peptida) dan hormon yang
terbuat dari kolesterol (hormon steroid). Perbedaan saraf dan hormon adalah
saraf bekerja cepat dan pengaruhnya cepat hilang. Sedangkan hormon
bekerja lambat dan pengaruhnya lama. Berdasarkan waktu pembuatan,
kelenjar yang menghasilkan hormon terbagi atas kelenjar yang bekerja
sepanjang waktu ,contohnya: kelenjar hipofisis,tiroid,pankreas,adrenal,
serta kelenjar yang bekerja pada usia tertentu, contohnya: kelenjar
reproduksi dan kelenjar timus. Hormon dikeluarkan dan masuk ke aliran
darah dalam konsentrasi rendah hingga menuju ke organ atau sel target.
Beberapa hormon membutuhkan substansi pembawa seperti protein agar
tetap berada di dalam darah. Hormon lainnya membutuhkan substansi yang
disebut dengan reservoir hormon supaya kadar hormon tetap konstan dan
terhindar dari reaksi penguraian kimia. Saat hormon sampai pada sel target,

32
hormon harus dikenali oleh protein yang terdapat di sel yang disebut
reseptor. Molekul khusus dalam sel yang disebut duta kedua (second
messenger) membawa informasi dari hormon ke dalam sel.

2.7 Proses Kerja Sistem Koordinasi Pada Hewan Mamalia Dan Amphibi
Pada keadaan normal muatan pada membran dalam sel saraf bermuatan
negatif sedangkan diluar sel bermuatan positif. Ketika adanya suatu impuls
berupa sinyal, harus mampu merubah permeabilitas sel saraf dengan cara
membuka chanel Na. Terbukanya chanel Na membuat ion Na berdifusi masuk
ke dalam sel saraf dan membalikan muatan menjadi positif didalam sel saraf
tersebut, hal ini dikenal sebagai Depolarisasi. Kemudian langsung diikuti oleh
proses repolarisasi dimana DIAKTIFKANNYA chanel K,sehingga ion K dapat
berdifusi keluar dari sel saraf kemudian menjadikan muatan diluar sel menjadi
negatif(-). Hal ini akan berlangsung terus-menrus sevara berulang-ulang
sepanjang akson. Perubahan dari depolarisasi ke repolarisasi kemudianke
depolarisasi dinamakan potensial aksi. Agar impuls tidak kembali dan tetap
berjalan disepanajang akson, maka terjadi yang namanya refraksi pada sel saraf
tersdbut sehingga chanel yang sebelumnya terbuka menjadi tidak terbuka lagi.
Saat dimana kosentrasi ion Na dalam sel dan konsertasi ion K diluar sel telah
mencapai ambang tertentu akan menganktifkan pompa Na & K dengan bantuan
ATP sehingga ion Na akan dipompa keluar sel dan ion K dipompa masuk
kedalam sel dan terjadi perubahan muatan menjadi kekeadaan normal. Setiap 3
ion Na yang dipompa keluar akan diimbangi dengan 2 K yang dipompa masuk
kedalam sel saraf.
1. Mekanisme fisiologi jalanya impuls antar sel saraf (sinapsis)
Ketika potensial aksi telah mencapai ujung akson, maka potensial aksi
tersebut harus mampu merubah permeabilitas membran terhadap ion Ca,
dengan cara membuka chanel Ca sehingga ion Ca dapat masuk kedalam
presynaptic (presinaps). Ca yang bertindak sebagai secon masenjer akan
merangsang vesikel synaptik untuk menuju membran dan melepas isinya berupa
aseticolin yang merupakan salah satu molekul neurontransmiter. Asetikolin yang
berada pada celah synaptik tersebut kemudian akan melekat pada sisi pelekatan

33
channel Na, dan membuka channel Na tersebut sehingga Na dapat berdifusi
masuk ke dendrit neuron lainnya sehingga impuls dapat berjalan dari sutu sel
saraf ke sel saraf lainnya. Asetikolin tadi akan dihidrolisis oleh asetikolinesterase
jika tidak diperlukan lagi.
a. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan
melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial
listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat,
kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam
sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan
terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per
detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat
dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula
(potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500
sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel
yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat
atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat
merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls
akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat
menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu
daripada impuls yang lemah.
b. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain
dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan
sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan
membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran
ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis.
Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur

34
dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah
sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf
berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan
oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.
2. Gerak Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk
menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi
secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak
refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke
saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil
olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan
kontrol dari otak. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan
pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh
saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa
diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk
disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut
lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf
penghubung (asosiasi) berada di dalam otak.

2.8 Patologi Yang Terjadi Pada Sistem Koordinasi


Menurut BLOOD dan RADOSTITS (1989), encephalitis (radang otak) atau
encephalomyelitis (radang otak dan medula spinalis) pada hewan paling sering
disebabkan oleh virus, namun pada beberapa kasus disebabkan oleh bakteri
(Liesteria monocytogenes dan Haemophilus somnus pada sapi dan babi), Clamydia

35
(Sporadic bovine encephalitis) dan parasit dalam hal ini protozoa (Toxoplasmosis-
meskipun kasusnya jarang sekali).
1. Penyakit Eastern equine encephalomyelitis (EEE) dan Western equine
encephalomyelitis (WEE)
Penyakit Eastern equine encephalomyelitis (EEE) dan Western equine
encephalomyelitis (WEE) keduanya disebabkan oleh virus yang termasuk dalam
genus Alphavirus dari famili Togaviridae, namun kedua virus penyebab penyakit
EEE dan WEE tadi secara imunologi dapat dibedakan (OIE, 1996). Secara alami,
kedua penyakit tersebut merupakan penyakit dari bangsa burung, dan hanya secara
aksidental saja penyakit tersebut dapat menyerang kuda, keledai, kera, dan manusia
(BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Pada hewan mamalia, sejauh ini diketahui
hanya pada kuda dan manusia, virus tersebut yang dapat menimbulkan manifestasi
klinis (BELL et al., 1988). Penyakit EEE dan WEE dilaporkan menyebabkan
penyakit dengan angka kematian tinggi pada burung piaraan seperti pheasant dan
puyuh, serta kelompok ratite atau burung besar (OIE, 1996).
Burung-burung liar mempunyai peranan sebagai reservoir dari penyakit EEE
maupun WEE. Sementara itu penyebaran kedua penyakit tersebut diprakarsai oleh
vektor biologi yang terdiri dari serangga, terutama nyamuk. Virus EEE dan WEE
dapat berkembang biak dan berada dalam tubuh nyamuk sampai beberapa generasi.
Nyamuk dari genus Aedes, Culex, dan Mansonia telah diidentifikasi sebagai
vektornya (BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Virus penyebab EEE dan WEE di
daerah endemik bersirkulasi di antara burung liar dan nyamuk. Meskipun penularan
dalam peternakan burung piaraan dapat terjadi melalui kanibalisme, dan penularan
antar kuda dalam satu kandang terjadi melalui kontak, tetapi cara penularan yang
lazim adalah melalui gigitan nyamuk (OIE, 1996). Manusia dan kuda dapat tertular
penyakit ini melalui gigitan nyamuk.
2. Ovine encephalomyelitis (Louping-ill)
Penyakit Ovine encephalomyelitis atau Louping-ill adalah penyakit viral
encephalitis akut yang disebabkan oleh Flavivirus dari famili Togaviridae. Penyakit
ini umumnya menyerang domba, namun kadang-kadang juga dapat menginfeksi
hewan lain seperti kambing, rusa, rodensia, dan sapi. Sejauh ini Louping-ill hanya
diketahui terdapat di Inggris.

36
Diagnosis terhadap penyakit ini dilakukan berdasarkan isolasi virus dari
darah atau cairan otak penderita atau dengan uji serologis untuk melihat adanya
serokonversi. Vaksin Louping-ill pada manusia tidak tersedia, namun untuk ternak
tersedia vaksin inaktif yang dapat diperoleh secara komersial.
3. Rabies dan Rabies-like disease
Rabies adalah penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat dan bersifat
zoonosis yang disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Lyssavirus dari
famili Rhabdoviridae. Penyakit ini menyerang semua hewan berdarah panas dan
manusia. Infeksi pada manusia biasanya berakibat fatal.
Penyebaran Rabies umumnya diprakarsai oleh hewan karnivora, terutama
anjing dan kucing. Sementara itu, untuk lyssavirus yang termasuk dalam Rabies-
related viruses penyebarannya berkaitan dengan hewan liar seperti kelelawar.
Beberapa daerah di Indonesia merupakan endemik Rabies. Propinsi Bali, NTB,
NTT (kecuali Flores), Maluku, dan Irian Jaya merupakan daerah bebas Rabies di
Indonesia.
Di daerah endemik, Rabies dapat dikendalikan dengan program vaksinasi.
Sementara itu, untuk daerah bebas, kejadian rabies dapat dicegah dengan
pengawasan lalu lintas hewan yang ketat. Vaksin Rabies tersedia secara komersial
baik untuk hewan maupun untuk manusia.

37
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Arisworo, D., & Yusa. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo Media
Pratama.
Arrington, L. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: Media Prasetya.
Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., & Winarni, E. W. (2006). BIOLOGI 2. Jakarta:
Erlangga.
Aryulina, Diah. Muslim, Choirul. dkk. 2006. Biologi. Esis
Anonim, 2006. Knowledge Antomi. Progam animasi anatomi
Brotowidjoyo, M. 1989. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga: Jakarta

Bahrudin, M. (2013). Neurologi Klinis Edisi Pertama. Malang: UMM Press.


Chumaidah, A. N. (2013). Neurologi. Yogyakarta: UNY Press.
Coad, J., & Dustal, M. (2006). Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Darminto, sjamsul bahri, dan muharam saepulloh. 1999. Balai Penelitian
VeterinerJalan R.E. Martadinata 30. WARTAZOA.Vol. 9 No. 1

Dyce K.M., Sack W.O., and Wensing C.J.G. 1996. Textbook of Veterinary
Anatomy. 2nd ed. W.B. Saunders Company. Phiadelphia
Feriyawati, L. (2006). Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi.
Medan: USU Press
Hafizuddin. 2012. Hormon dan Peranannya dalam Dinamika Folikuler pada
Hewan Domestika. Jurnal Jesbio. Vol : 1 (1) : 21-24.
Idel,Antoni. 2000. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari. Jakarta : Gitamedia
Press.
Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Jalaluddin, Ardeslan. 2017. Identifikasi dan Klasifikasi Phylum Echinodermata di
parairan laut desa sembilan kecamatan simeulue barat kabupaten simeulue.
Jurnal Biologi Education. Vol 6(1)

38
Kastawi, Yusuf,dkk.2005. Zoologi Invertebrata.Malang:UM Press.
Kimbal, John W. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Mashanov, V. S., Zueva, O. R., & Heinzeller, T. (2009). The central nervous system
of sea cucumbers (Echinodermata: Holothuroidea) shows positive
immunostaining for a chordate glial secretion. Journal of Fronties in
Zoology, Vol. 4(1) 351-372.
Moriwaki, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Nugroho. (2013). Anatomi Fisiologi Sistem Saraf. Lampung: UNILA Press.
Parker, S. (2009). Ensklopedia Tubuh Manusia. Jakarta: Erlangga.
Pearce, E. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: EGC.
Peter Popesko. 1975. Atlas of Topographical Anatomy of The Domestic Animals.
1975. Vol 1. Ed ke 2. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta:Erlangga
Purnamasari, R., & Santi, D. R. (2017). Fisiologi Hewan. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press.
Purwanto, Setiyo., Ranita Widyaswati dan Nuryati. 2009. Manfaat Senam Otak
(Brain Gym) Dalam Mengatasi Kecemasan Dan Stres Pada Anak Sekolah.
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621. VOL.2 (1) : 81-90
Rachmasari, O. dWI, Prihanta, W., & Susetyarini, E. (2016).
KEANEKARAGAMAN SERANGGA PERMUKAAN TANAH DI
ARBORETUM SUMBER BRANTAS BATU-MALANG SEBAGAI
DASAR PEMBUATAN SUMBER BELAJAR FLIPCHART, 2, 188–197.
Radiopoetro. (2000). zoologi. Yogyakarta: UGM Press.
Robert Getty. 1975. Sisson and Grossman’s The Anatomy of the Domestic
Animals. Vol. 1 dan 2. Ed. Ke 5. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Sloane, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Soewolo,dkk.1994. Fisiologi Hewan. Jakarta : UT .
Sulaksono. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Kefarmasian. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, H. (2004). Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widiya
Medika
Syulasmi, A. (2015). phylum mollusca. Laporan Penelitian, (1504426).Wojciech
Pisula (2009). Curiosity and Information Seeking in Animal and Human
Behavior. Brown Walker Press. ISBN 978-1-59942-498-9.Hal.37-41
Syamsuri, I. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta

39
Tenzer, A.DKK. 2003. Struktur Hewan II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Villee, Claude A., Warren F. Walker, Jr., Robert D. Barnes. 1988. Zoologi Umum.
Edisi Keenam Jilid 1. Alih Bahasa: Nawangsari Sugiri. Jakarta :
Erlangga.
Wulandari, Ika P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia
Berbasis Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino. Vol.1 (2): 208-
219.
Wilarso, Joko. 2001. Biologi Pendidikan Dasar. Jakarta : Erlangga

https://rismanbiologifungi.blogspot.com/2014/01/sistem-koordinasi.html
https://rismanbiologifungi.blogspot.com/2014/01/sistem-koordinasi.html

40

Anda mungkin juga menyukai