BAB I PENDAHULUAN
Hewan berorganisasi,
artinya
setiap
bagian
dari
tubuhnya
merupakan subordinatedari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel
maupun seluruh sel. Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler
dapat berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas
satu sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan dapat terdiri dari hewan uniseluler atau hewan
multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun
demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya
bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ
agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Setiap
rangsangan-rangsangan yang diterima melalui indra, akan diolah di otak. Kemudian otak
akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang
terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil
koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi
pada hewan meliputi sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf
yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks
sistem sarafnya.
Sistem saraf dan sistem endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam mengatur
fungsi-fungsi internal tubuh dan perilaku. Adapun alat indra merupakan reseptor rangsang
dari luar. Namun meskipun terdapat hubungan antara struktur dan fungsi, sistem saraf dan
sistem endokrin sedikit berbeda mengenai pengaturan waktunya dalam menjalankan fungsi
koordinasi. Sebagai contoh, dengan kerumitan strukturnya, saraf dikhususkan untuk transmisi
impuls dengan cepat (sekitar 150m/detik) dan akibatnya, informasi dapat merambat dari otak
manusia ke alat pengindraan atau sebaliknya hanya dalam tempo beberapa milidetik.
Sebaliknya, sistem endokrin memerlukan waktu beberapa menit, jam, atau bahkan hari untuk
bekerja. Hal ini dikarenakan dibutuhkannnya waktu untuk sintesis dan pengangkutan hormon
dalam darah ke organ targetnya.
Agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon dengan
cepat dan tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, secara garis besar
di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem saraf memerantarai interaksi
hewan dengan lingkungannya seraya bekerja sama dengan sistem endokrin dan melihat
bagaimana kerja alat indra yang merupakan reseptor rangsang eksternal.
I.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang
dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian sistem saraf?
2. Bagaimanakah sistem saraf pada hewan invertebrata dan hewan vertebrata?
5. Apa pengertian dari sistem indra dan bagaimanakah klasifikasi sistem indra pada hewan?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
mengatur
dan mengendalikan
semua kegiatan aktivitas tubuh. Sistem saraf juga adalah bagian dari tubuh yang berfungsi
melakukan pengaturan kegiatan tubuh dengan cara mengirimkan pesan-pesan rangsang atau
impuls saraf dan tanggapan atau reaksi dalam bentuk pulsa elektrik. Sistem saraf disebut juga
sistem pengatur tubuh.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah
satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi
dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul
membentuk suatu berkas (faskulum). Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron).
Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
saraf, yaitu:
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh
kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indra.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls.
2. Sistem Saraf pada Hewan
Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang
saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunteer
dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.
Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel
saraf (neuron)yang saling terhubung.
pada bintang laut, terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap
penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf
ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial
berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.
3. Sistem Saraf pada Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi
menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang
disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion
kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya
membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara
transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf
dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di
semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai
pusat sensoris yang menerima impuls dari titik mata dan reseptor
lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran
untuk mengkoordinasi aktifitas otot.
serebral
atau
ganglion
suboeofagus
Vertebrata mempunyai sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Susunan sistem saraf
pusat berupa otak dan susunan tulang belakang. Adapun susunan saraf tepi merupakan
benang-benang saraf penghubung antara susunan saraf pusat dan bagian-bagian tubuhnya.
Otaknya terdiri dari empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum
pengubung atau sumsum lanjutan. Ukuran bagian otak vertebrata bervariasi karena
pertumbuhan setiap bagian otak antara jenis yang satu berbeda dengan jenis lainnya. Berikut
ini klafikasi sistem saraf pada hewan vertebrata.
1. Sistem Saraf pada Pisces
Ikan (pisces) mempunyai susunan pusat saraf berupa otak dan sumsum tulang belakang
otak terdiri atas 3 bagian, yaitu otak besar, otak kecil dan otak tengah. Saraf yang
berkembang baik adalah saraf yang berasal dari indra penglihatan. Pada beberapa jenis ikan
misalnya ikan hiu, saraf pembau juga berkembang dengan baik. Dengan demikian, hiu dapat
mencium dar'ah mangsa yang terluka, walaupun jaraknya agak jauh. Otak kecil ikan
berukuran lebih besar daripada ukuran otak besarnya. Pusat koordinasi otot ikan dan pusat
keseimbangan terletak pada otak kecil.
2. Sistem Saraf pada Amphibia
Contoh hewan Amphibia dalah katak. Pada katak yang paling berkembang adalah
penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara keseluruhan hanya berbentuk memanjang
sebab bagian otak kecilnya tidak begitu berkembang. Sistem saraf pada katak terdiri atas dua
bagian yaitu sistem saraf yang berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian
otakamphibia tersusun secara memanjang. Sistem saraf amphibi disesuaikan dengan tempat
hidupnya, dilingkungan darat dan lingkungan air. Otak tengah Amphibia yang tumbuh
menggelembung menjadi pusat penglihatan, sedangkan otak kecilnya tidak berkembang
dengan baik.
3. Sistem Saraf pada Reptilia
Sistem saraf pada reptilia terdiri atas sistem saraf pusat yang berupa otak dan
sumsum tulang belakang. Bagian otak terbagi menjadi empat bagian, yaitu otak besar, otak
kecil, otak tengah, sumsum penghubung atau lanjutan. Bangsa reptiliaumumnya memiliki
daya penciuman yang sangat tajam oleh sebab itu bagian otak yang merupakan pusat
penciumannya lebih berkembang dan bentuknya lebih besar dan memanjang kearah depan.
4. Sistem Saraf pada Aves
Burung (aves) merupakan hewan aktif yang banyak melakukan pergerakan serta
memiliki keseimbangan yang bagus terutama saat terbang. Beberapa burung juga memiliki
ketajaman penglihatan yang bagus.Karena itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan
burung berkembang baik hal ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada otak kecil
burung yang menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar.Seluruh kegiatan dan
aktivitas tubuh diatur oleh saraf pusat berupa otak dan sumsum tulang belakang. Otak burung
terdiri atas empat bagian yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum penghubung
atau sumsum lanjutan. Otak besar dan otak kecil berkembang dengan baik. Sementara itu,
otak tengah berkembang membentuk dua gelembung yang behubungan dengan pusat
penglihatan.
5. Sistem Saraf pada Mamalia
Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat tertinggi dan hal ini terbukti dari
perkembangan otaknyapun dapat jelas terlihat dimana otak kecil dan otak besarnya
berkambang dengan baik dan ini jelas sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan
mamalia.
3. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Kelenjar-kelenjar endokrin
dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat
mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar endokrin berasal dari jaringan epitel,
hanya pada proses pembentukannya pada kelenjar endokrin sel-sel yang berdiferensiasi
menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga tidak mempunyai saluran
pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu.
Getah yang dihasilkan kelenjar endokrin disebut hormon, yang didistribusikan melalui
sistem peredaran. Hormon berasal dari katahormaein yang artinya membangkitkan.
Hormon berperan dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas
pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi
tubuh. Dalam beberapa hal sistem endokrin bekerjasama dengan sistem saraf untuk
pengaturan terhadap fungsi organ-organ tubuh. Bedanya sistem saraf bekerja lebih cepat
dibandingkan
dengan
cara
kerja
sistem
hormonal
yang
lebih
lambat,
namun
berkesinambungan.
4. Sistem Endokrin pada Hewan
4.1 Sistem Endokrin pada Hewan Invertebrata
Sejumlah hewan invertebrata tidak mempunyai organ khusus untuk sekresi hormon
sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon
pada invertebrata. Pada Coelenterata dan annelida tidak terdapat kelenjar endokrin tapi
mekanisme neurosekresi mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing
pipih dan nematoda hanya mempunyai mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang
mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih
kompleks lainya.
1. Coelenterata
Contoh hewan coelenterata ialah Hydra s.p. yang mempunyai sejumlah sel yang dapat
menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan
regenerasi. Apabila kepala Hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul
peptida
yang
disebut
aktivator
kepala.
Zat
tersebut
akan
menyebabkan
sisa
tubuh Hydra dapat embentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenerasi.
Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan dalam
proses reproduksi.
3. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga empat kali dalam siklus hidupnya, serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon yang berkaitan erat
dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan
beberapa pada daerah korda saraf.
4. Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus, ganglion
suboesufagus dan ganglion ventral.Cacing polychaeta dewasa dapat mengalami epitoki yakni
perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini dikendalikan oleh
sistem neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga epitoki
akan berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangat rendah. Adapun neuro hormon pada
cacing tanah (Oligochaeta) banyak diselidiki peran neurohormon pada annelida ialah dalam
fungsi:
Penyembuhan luka
5. Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada ganglion otak mollusca. Padamollusca terdapat pula kelenjar
endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus.
Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis
dipercepat. Jika ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion
otak merangsang produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun
tentakel berisi sel-sel neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon
dari tentakel merangsang produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan telur.
Pada octopus proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi
pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar optikgonade pada
octopus sama seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.
6. Arthropoda
Pada kelas Crustaceae memiliki sejumlah sel kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan
kelenjar mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah toraks
tepatnya pada ruas maksila atau antena. Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar
mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi endokrin juga. Crustaceae juga memiliki
kelenjar androgenic yang berperan dalam perkembangan testis dan produksi sperma. Adapun
pada InsectaTerdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, yaitu.
a. Sel neurosekretori medialis: memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
yakni sepasang orggan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon,
b. Sel neurosekretori lateralis: memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
c. Sel neurosekretori subesofageal: terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang
membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan
pengelupasan rangka luar (kulit luar).
4.2.Sistem Endokrin pada Hewan Vertebrata
Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar
endokrin tepi. Pada vertebrata, sistem saraf memberikan pengaruh yang sangat jelas terhadap
sistem endokrin. Berbagai organ endokrin tepi pada vertebrata bekerja di bawah kendali
kelenjar pituitari bagian depan (anterior) yang merupakan salah satu organ endokrin pusat.
Pituitari anterior bekerja dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh
saraf.
1. Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimiliki hewan
vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus
dan berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan
sel syaraf yang terletak di bagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi untuk
mengendalikan kelenjar pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar
endokrin lainnya. Oleh karena itu hipotalamus disebut sebagai kelenjar induk. Hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus
yaitu hormon yang dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari
belakang. Hormon yang dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma yang
membentang dari hipotalamus hingga ke bagian tersebut .
Kelenjar pituitari belakang disebut daerah neurondokrinal karena pada daerah ini
banyak ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori, yang badan selnya terletak di
hipotalamus. Oleh karena itu pituitari belakang disebut juga neurohipofisis. Dari
neurohipofisis hormon dari hipotalamus akan langsung dilepas ke sirkulasi melalui ujung
akson. Hormon hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH dan
oksitosin. ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal
sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim dan
kelenjar susu. ADH dan oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida.
Pada semua vertebrata dapat ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa
dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan asam aminonya berbeda. Hormon penting lain
yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu hormon pelepas ( releasing hormon, RH ) dan
hormon penghambat (Release inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon tersebut dilepas
dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler darah di dekatnya. Dari
hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari depan yang juga disebut adenohipofisis.
RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan hormon dari pituitari depan.
Hormon dari pituitari depan selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran hormon
dari kelenjar lain yang merupakan kelenjat tepi, sebaliknya RIH menghambat pelepasan
hormon dari pituitari depan. Hormon-hormon yang dihasilkan dari hipotalamus dan pituitari
beserta fungsinya masing-masing dapat dipelajari dari Hormon pertumbuhan merangsang
pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan berpengaruh pada metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein. Hormon ini juga merangsang hati untuk melepaskan somatomedin, yang dapat
merangsang mitosis dalam jaringan tulang. TRH merangsang kelenjar tiroid untuk
menyekresikan hormon tiroksin dan tirodotiromin yang dapat mengendalikan laju
metabolisme pada mamalia dan metamorfosis pada Amphibia.
Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak di dasar
otak pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena jugularis
dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis. Glandulae pancreatucus menghasilkan
hormon insulin. Glandulae sub renalis atau glandula andrenalis terletak pada permukaan
ventral dan Ren, Glandulae sexualis menghasilkan hormon yang mempengaruhi tanda
kelamin sekunder terutama terletak pada warna bulu.
5. Sistem Indra pada Hewan
Sistem indra merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi
indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut
serta dalam tanggapan indra. Umumnya, sistem indra yang dikenal adalah penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
A. Sistem Indra Hewan Invertebrata
Sistem indra invetebrata masih sangat sederhana. Berikut ini dijelaskan sistem indra
protozoa. Coelenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
1. Sistem Indra pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indra, tetapi peka terhadap rangsangan cahaya. Bila ada
cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena hanya memiliki alat
menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada
cahaya tersebut.
2. Sistem Indra pada Coelenterata
Hewan berongga seperti ubur- ubur memiliki sel- sel pigmen dan sel sensori yang peka
tehadap cahaya serta sejumlah tentakel sebagai alat peraba.
3. Sistem Indra pada Mollusca
Bekicot mempunyai dua pasang antena. Pada sepasang antena yang panjang, diujungnya
terdapat mata sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi
sebagai indra peraba.
4. Sistem Indra pada Platyhelminthes
Planaria memiliki sepasang bintik mata pada bagian interior tubuhnya. Bintik mata tersebut
sangat peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria cenderung bergerak menjahui cahaya.
Adapun pada cacing tanah memiliki indra penerima rangsangan yang cukup baik. Indra
tersebut berada di permukaan tubuhnya dan hanya mampu membedakan gelap terang. Sel- sel
yang sesitif terhadap rangsangan cahaya tersebut di lapisan kulit bagian dorsal,(atas),
terutama pada bagian anterior (depan). Cacing tanah cenderung bergerak menjauhi cahaya.
Cacing tanah juga peka terhadap rangsangan- rangsangan sentuhan, zat- zat kimia, dan suhu.
5. Sistem Indra pada Arthropoda
Pada kelas insecta, misalnya serangga memiliki indra penglihatan berupa mata tunggal
(oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki keduanya. Mata tunggal
umumnya berbentuk segitiga, mata majemuk terdiri dari ribuan alat penerima rangsangan
cahaya yang disebutOmatidium. Setiap omatidiun terdiri dari lensa, sel konus, pigmen, sel
fotoreseptor, dan jatuh tegak lurus pada lensa.
B. Sistem Indra Hewan Vertebrata
Veterbrata memiliki sistem indra yang lebih berkembang dari hewan invetebrata.
Berikut ini penjelasan indra pada ikan, katak, burung dan mamalia.
1.
2.
3.
Indra reptil yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Pada kadal dan ular, indra
penciumnya terletak di langit- langit rongga mulutnya, berupa lubang- lubang kecil yang
tepinya mengandung sel- sel saraf pencium.
4. Sistem Indra pada Aves
Indra pada burung (aves) yang berkembang dengan baik adalah indra penglihatan yaitu mata.
Mata burung dapat berakomodasi dengan baik. Burung yang hiduo dan mencari makanan
pada malam hari pada retinanya banyak mengandung sel batang. Sedangkan burung yang
hidup dan mencari makanan pada retinanya banyak mengandung sel kerucut. Umumnya
burung memiliki daya akomodasi yang sangat baik sehingga dapat melihat mangsanya dari
jauh.
4.
indera merupakan
bagian
dari sistem
saraf yang
berfungsi
untuk
proses
informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf, dan bagian
dariotak ikut serta dalam tanggapan indra. Pada hewan invertebrata seperti, coelenterata
menggunakan tentakel sebagai alat peraba dan pada cacing tanah memiliki indra yang berada
dipermukaan tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Akan tetapi, tidak semua makhluk
hidup memiliki alat indra. Contohnya pada hewan invetebrata seperti protozoa, tidak
memiliki indra, akan tetapi peka terhadap rangsangan. Adapun veterbrata memiliki sistem
indra yang lebih berkembang dari hewan invetebrata.Hewan- hewan ini menggunakan mata
untuk melihat, hidung yang berfungsi sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra
peraba dan telinga yang berfungsi sebagai indra pendengar.