Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI
“MATA & THT”

Nama : Fitri Dwiyanti


Nim : 019.06.0029
Kelas :B
Modul : Mata & THT
Dosen : Rusmiatik, S.Si, M.Biomed

Laboratorium Terpadu 1
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar
2021

1 |HISTOLOGI MATA & THT


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan praktikum histologi yang berjudul
“Praktikum Histologi Mata & THT “ tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai praktikum
histologi dan syarat mengikuti ujian praktikum histologi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,
melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Rusmiatik, S.Si, M.Biomed selaku dosen pembimbing praktikum histologi penulis.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman lebih
lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 25 Oktober 2021

Penyusun

2 |HISTOLOGI MATA & THT


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................2

DAFTAR ISI ..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4


1.2 Tujuan praktikum ...........................................................................................4
1.3 Manfaat praktikum .........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................6

2.1 Mata ...............................................................................................................6


2.2 Telinga ...........................................................................................................7
2.3 Hidung............................................................................................................8
2.4 Tenggorokan ..................................................................................................9

BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................................11

3.1 Tempat Pelaksanaan.......................................................................................11


3.2 Alat dan Bahan ...............................................................................................11
3.3 Cara Kerja ......................................................................................................11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................13

4.1 Hasil Pengamatan Mikroskop ........................................................................13


4.2 Pembahasan....................................................................................................18

BAB V PENUTUP ....................................................................................................23

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................24

3 |HISTOLOGI MATA & THT


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsitertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan adanya
koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan
oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Indera berperan sebagai reseptor, yaitu
bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan.Manusia membutuhkan
informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya
dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapatditangkap dibutuhkan
alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera ituadalah mata, hidung,
telinga / kuping, kulit dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki lima / panca indera yang
berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapatmemberikan respon
sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang cacat indra masih bisa
hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya manusia normal.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari laporan ini adalah :

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai ilmu histologi dasar.


2. Untuk mengetahui struktur anatomi mikroskopik dari preparat Mata & THT.
3. Untuk mengetahui karakteristik yang khas dari masing-masing preparat.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari laporan ini adalah :

1. Mahasiswa mampu menambah ilmu pengetahuan mengenai ilmu histologi dasar.

4 |HISTOLOGI MATA & THT


2. Mahasiswa mampu mengetahui struktur anatomi mikroskopik dari preparat Mata
& tht.
3. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik yang khas dari masing-masing
preparat.

5 |HISTOLOGI MATA & THT


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mata
Mata terdiri dari otot mata, bola mata dan saraf mata serta alat tambahan mata yaitu
alis, kelopak mata dan bulu mata. Alat tambahan mata ini berfungsi melindungi mata dari
gangguan lingkungan. Alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari keringat, kelopak
mata melindungi mata dari benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya yang kuat,
debu dan kotoran. Fungsi bagian-bagian indra penglihatan adalah sebagai berikut:
a. Kornea mata berfungsi untuk menerima rangsang cahaya dan meneruskannya ke
bagian mata yang lebih dalam.
b. Lensa mata berfungsi meneruskan dan memfokuskan cahaya agar bayangan benda
jatuh ke lensa mata.
c. Iris berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata
d. Pupil berfungsi sebagai saluran masuknya cahaya.
e. Retina berfungsi untuk membentuk bayangan benda yang kemudian dikirim oleh
saraf mata ke otak.
f. Otot mata berfungsi mengatur gerakan bola mata.
g. Saraf mata berfungsi meneruskan rangsang cahaya dari retina ke otak.

Mata bekerja saat melihat objek. Mata tidak dapat menjalankan fungsinya tanpa
cahaya. Cahaya masuk melalui pupil. Lensa mata mengarahkan cahaya benda jatuh pada
retina. Kemudian, ujung-ujung saraf penerima yang ada di retina menyampaikan bayangan
itu ke otak. Setelah diproses di otak, kita dapat melihat benda itu. Cara kerja mata adalah
sebagai berikut :

Cahaya >aqueous humor>pupil>lensa>vetreous humor>retina>saraf optik>otak.

6 |HISTOLOGI MATA & THT


2.2 Telinga
Bagian-bagian indra pendengar terdiri dari :
a. Telinga bagian luar yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran.
b. Telinga bagian tengah terdiri gendang telinga, tiga tulang pendengar (martil,
landasan dan sanggurdi) dan saluran uestachius.
c. Telinga bagian dalam terdiri dari alat keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah
lingkaran, tingkap jorong, tingkap bundar dan rumah siput (koklea). Ketiga saluran
setengah lingkaran itu merupakan alat keseimbangan tubuh. Alat keseimbangan ini
akan memberikan tanggapan terhadap perubahan posisi tubuh. Misalnya tegak,
miring, dan pemutaran tubuh. Apabila telinga kita sakit, maka keseimbangan tubuh
kita juga akan terganggu.
Fungsi bagian-bagian indra pendengar :
a. Daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran berfungsi menangkap dan
mengumpulkan gelombang bunyi.
b. Gendang telinga berfungsi menerima rangsang bunyi dan meneruskannya ke
bagian yang lebih dalam.
c. Tiga tulang pendengaran (tulang martil, landasan, dan sanggurdi) berfungsi
memperkuat getaran dan meneruskannya ke koklea atau rumah siput.
d. Tingkap jorong, tingkap bundar, tiga saluran setengah lingkaran dan koklea (rumah
siput) berfungsi mengubah impuls dan diteruskan ke otak. Tiga saluran setengah
lingkaran juga berfungsi menjaga keseimbangan tubuh.
e. Saluran eustachius menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian luar.
7 |HISTOLOGI MATA & THT
Cara Kerja Telinga yaitu mula-mula getaran bunyi masuk ke dalam lubang telinga.
Bila getaran bunyi mencapai gendang telinga, maka gendang telinga ikut bergetar. Getaran
gendang telinga menggetarkan tulang-tulang pendengaran. Selanjutnya, rumah siput ikut
bergetar. Cairan limfa di dalam rumah siput menjadi bergetar. Getaran cairan limfa
merangsang ujung-ujung saraf. Ujung-ujung saraf menyampaikan rangsang bunyi tersebut
ke otak sehingga kita dapat mendengar bunyi. Indra pendengaran yang baik akan dapat
mengetahui dari mana bunyi berasal. Indra pendengar yang baik juga menyebabkan kita
dapat membedakan tinggi rendahnya bunyi.

2.3 Hidung
Hidung merupakan alat indra yang berfungsi sebagai pembau dan sebagai jalan
pernapasan. Bagian hidung yang sangat sensitif terhadap bau terdapat pada bagian atas (di
dalam) rongga hidung. Hidung juga merupakan pintu masuk udara pernapasan ke dalam
tubuh, di dalam pintu rongga hidung (bagian depan) terdapat rambut halus dan selaput
lendir yang berguna untuk menyaring udara yang dihirup. Bagian-bagian hidung adalah:
a. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara.
b. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas.
c. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra pembau.
d. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernapasan.
e. Saraf pembau berfungsi mengirimkan bau-bauan ke otak.
Cara kerja hidung yaitu bau dapat tercium jika bau tersebut sampai di rongga hidung.
Bagian bau menimbulkan rangsangan yang kemudian diterima oleh ujung-ujung saraf

8 |HISTOLOGI MATA & THT


pembau yang ada di hidung. Rangsangan bau tersebut diteruskan ke otak sehingga kita
dapat mencium bau. Cara kerja hidung adalah sebagai berikut:
Rangsang (bau) > lubang hidung >epitelium olfaktori > mukosa olfaktori> saraf
olfaktori>talamus > hipotalamus> otak.

2.4 Tenggorokan (Faring)


Faring terbagi menjadi tiga bagian anatomis :
a. Nasofaring: terbentang dari basis cranii hingga palatum molle dan berbatasan di
sebelah depan dengan koana.
b. Orofaring : terbentang dari palatum mole hingga tepi atas epiglotis dan berlanjut ke
arah depan ke dalam rongga mulut.
c. Hipofaring: berbatasan dengan tepi atas epiglotis di sebelah kranial, di sebelah
kaudal bersambung dengan esofagus setingkat lempeng belakang cincin kartilago.

Nasofaring berfungsi sebagai sirkulasi udara. Sewaktu menelan, nasofaring akan


tertutup oleh palatum mole. Nasofaring dilapisi dengan epitel respiratorik bersilia. Di
dinding lateral, setiap corong telinga bermuara melalui ostium tuba ke dalam nasofaring.
Atap nasofaring dibentuk dari dasar sinus kuneiformis. Di tempat tersebut dan di dinding
belakang, terdapat tonsila faringealis. Orofaring dilapisi dengan epitel tak bertanduk seperti
pada hipofaring, karena selain udara, makanan harus melewati daerah ini. Di antara arkus
palatini terdapat tonsila palatina. Dari pangkal lidah, terjulur lipatan mukosa yang menuju
epiglotis. Di antara lipatan tersebut terdapat valleculae epiglotticae. Epiglotis bergerak ke

9 |HISTOLOGI MATA & THT


bawah saat proses menelan dan dengan demikian menutup jalur ke laring dan saluran
napas.

Hipofaring membentuk daerah peralihan dari faring ke saluran cerna. Hipofaring


membuka sewaktu menelan. Bila tidak membuka, hipofaring terletak berdekatan dengan
dinding belakang laring. Melalui recessus piriformes, laring menonjol ke dalam hipofaring
dalarn keadaan istirahat. Otot internal faring dibentuk oleh meatus konstriktor faringes
(otot konstriktor faringis). Ketiga lapis otot tersebut berserta bagian kranialnya melekat
pada basis cranii melalui fascia faringobasilaris. Di bagian atas dan tengah, serabut otot
tersusun diagonal, sedangkan bagian bawah memperlihatkan susunan horisontal

10 |HISTOLOGI MATA & THT


BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Terpadu 1, Universitas Islam Al-Azhar,
Mataram. Pada hari Rabu, 13 Oktober 2021.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum
Adapun alat yang harus disediakan :
Mikroskop Binokuler Olympus CX22

2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang harus disediakan :
a. Preparat Eye
b. Preparat Conjunctiva
c. Preparat Palpebra
d. Preparat Lacrimal Gland
e. Preparat Eyelid
f. Preparat Eyeball
g. Preparat Dinding Cavum Nasi
h. Preparat Trachea
i. Preparat Nose Cavity
j. Preparat Epiglottis
k. Preparat Cochlea

3.3 Cara Kerja


1. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek lampu, perbesaran objektif
dan okulernya.
2. Siapkan preparat sistem endokrin.
3. Amati sediaan secara keseluruhan dengan menggunakan perbesaran 10x10 dan
10x40.

11 |HISTOLOGI MATA & THT


4. Kemudian diamati struktur dari jaringan.
5. Digambar hasil pengamatan di buku kerja.

12 |HISTOLOGI MATA & THT


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Mikroskop


NO GAMBAR KETERANGAN
1 Eye

2 Conjunctiva

13 |HISTOLOGI MATA & THT


3 Palpebra

4 Lacrimal Gland

14 |HISTOLOGI MATA & THT


5 Eyelid

6 Eyeball

7 Dinding Cavum Nasi

15 |HISTOLOGI MATA & THT


8 Trachea

9 Nose Cavity

16 |HISTOLOGI MATA & THT


10 Epiglottis

11 Cochlea

17 |HISTOLOGI MATA & THT


4.2 Pembahasan
1. Eye
Bola mata terdiri dari tiga lapisan. Lapisan pertama adalah sclera yang merupakan
jaringan penyangga. Bagian dalam dari sklera berdekatan dengan koroid dimana di
lapisan itu terdapat berbagai jenis jaringan ikat dan jaringan penyangga antar sel
termasuk adanya melanosit dan makrofag. Pada bagian anterior terdapat lapisan tipis
transparan yaitu konjungtiva yang berfungsi meneruskan cahaya masuk dalam mata.
Lapisan kedua adalah lapisan vascular. Lapisan vaskular terletak lebih dalam dibawah
sklera (uvea) yang memiliki tiga lapisan dengan urutan dari yang terluar adalah koroid,
badan siliar dan iris. Koroid mengandung banyak pembuluh darah. Bola mata
berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior bola mata
mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat bentuk dengan dua
kelengkungan berbeda.
Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian
terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata
terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor. Lensa adalah suatu struktur
bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar
4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di
posteriornya terdapat vitreous humor. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan
terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.
Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela konsentris yang panjang.
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai
zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril yang berasal dari permukaan badan siliar
dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar.
Setelah memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke
bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan. Vitreous humor

18 |HISTOLOGI MATA & THT


adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua pertiga
volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor normalnya berkontak dengan
struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan
epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang
kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata.
Vitreous humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen
dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena
kemampuannya mengikat banyak air.
2. Conjunctiva
Secara mikroskopis, konjungtiva terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan epitel,
adenoid dan fibrous. Lapisan epitel merupakan lapisan paling luar yang membentuk
konjungtiva dan terdiri dari sel-sel epitel yang tersusun rapi seperti mukus dalam tubuh.
Lapisan ini kira-kira setebal lima sel pada daerah limbus dan batas kelopak mata,
sekitar tiga sel tebalnya di daerah forniks dan sklera, serta setebal dua sel pada bagian
belakang kelopak mata. Lapisan adenoid terdiri dari trabekular meshwork yang
berfungsi sebagai fagosit mengandung limfosit dan sel-sel pertahanan tubuh. Lapisan
ini mulai berkembang setelah bayi berumur tiga atau empat bulan. Bagian dalamnya
terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf konjungtiva.
3. Palpebra
Fisura palpebra adalah zona di antara palpebra bagian superior dan inferior. Orang
dewasa memiliki ukuran panjang fisura palpebra 27-30 mm dengan lebar 8-11 mm.
Palpebra superior cenderung lebih aktif bergerak dari palpebra bagian inferor, dan
dapat diangkat sampai 15 mm yang digerakkan muskulus levator palpebra superior
yang diinervasi oleh CN III. Palpebra merupakan struktur dengan sembilan lapisan
kompleks baik anatomi dan fungsinya. Anatomi lapisan palpebra dan struktur dari
permukaan luar ke dalam yaitu kulit, margo palpebra, jaringan ikat subkutan, muskulus
orbikularis okuli, septum orbita, muskulus levator palpebra superior, otot muller,
tarsus, dan konjungtiva.
4. Lacrimal Gland
5. Dinding Cavum Nasi

19 |HISTOLOGI MATA & THT


Bagian paling depan rongga hidung adalah vestibulum yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng berkeratin. Di dalam vestibulum, terdapat kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan bulu-bulu hidung yang disebut vibrisa. Vibrisa ini berperan dalam
penyaringan pertikel-partikel yang berukuran besar pada udara inspirasi. Epitel pada
vestibulum berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia atau sering disebut epitel
respiratorik pada limen nasi. Epitel respiratorik ini melapisi hampir seluruh kavum nasi
selain konka nasalis superior. Konka nasalis superior dilapisi oleh epitel penghidu
khusus yang berperan dalam fungsi menghidu. Epitel respiratorik pada kavum nasi
terdiri atas lima jenis sel. Sel-sel tersebut adalah :
a. Sel silindris bersilia
Sel ini merupakan sel terbanyak yang terdapat pada epitel respiratorik. Pada
permukaan apikal sel terdapat kurang lebih 300 silia.
b. Sel goblet mukosa
Sel ini cukup banyak dijumpai di epitel respiratorik. Sel ini mengandung
granula glikoprotein musin pada bagian apikalnya.
c. Sel sikat (brush cells)
Sel ini berbentuk silindris yang jumlahnya tidak banyak, sekitar 3% dari total
sel yang terdapat pada epitel respiratorik. Sel sikat memiliki permukaan apikal
yang kecil. Di atasnya terdapar banyak mikrovili yang pendek dan tumpul.
Diperkirakan sel ini sebagai reseptor kemosensoris karena sel ini
memperlihatkan beberapa komponen transduksi sinyal.
d. Sel granul kecil
Jumlah sel ini kurang lebih sama dengan sel sikat. Sel granul kecil mengandung
banyak granul padat dengan diameter 100-300 nm.
e. Sel basal
Sel basal berbentuk bulat kecil dan terdapat di membran basal. Sel ini tergolong
sel punca yang nantinya dapat membentuk sel-sel yang baru.

Epitel olfaktorius yang melapisi daerah konka nasalis superior berbentuk


tingkat dan silindris. Luas epitel ini kurang lebih 10 cm2 dengan tebal 100 μm. Lamina
propria pada epitel ini memiliki kelenjar serosa besar yang akan menyekresikan cairan

20 |HISTOLOGI MATA & THT


di sekitar silia penghidu dan mempermudah akses zat pembau yang baru. Epitel ini
terdiri atas tiga jenis sel, yaitu :

a. Sel-sel basal
Sel basal merupakan sel punca yang dapat membentuk dua sel lainnya. Sel ini
kecil, berbentuk kerucut, dan terletak di lamina basal.
b. Sel penyokong
Sel ini berbentuk kolumner dengan puncaknya lebih silindris dan dasarnya lebih
sempit. Sel penyokong diperkirakan berperan untuk menjaga lingkungan di
epitel olfaktorius supaya tetap stabil.
c. Neuron olfaktorius.
Neuron olfaktorius terdapat pada seluruh lapisan epitel olfaktorius. Neuron ini
bertugas sebagai reseptor bau. Reseptor ini berespon terhadap zat pembau
dengan potensial aksi.
6. Trachea
Trakea merupakan salah satu saluran pernapasan ekstrapulmonal yang dilapisi oleh
epitel bertingkat semu bersilia yang mengandung banyak sel goblet. Dinding trakea
terdiri dari mukosa, submukosa, tulang rawan hialin, dan adventisia. Trakea dijaga
tetap tebuka oleh cincin tulang rawan hialin bentuk-C. Tulang rawan hialin dikelilingi
oleh jaringan ikat padat perikondrium, yang menyatu dengan submukosa disatu sisi dan
adventisia disisi yang lain. Banyak saraf, pembuluh darah, dan jaringan adipose terletak
di adventisia. Lumen trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu bersilia dengan sel
goblet. Secara histologi traktus trakeobronkial terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan epitel
Susunan utama dari lapisan epitel merupakan epitel kolumnar bersilia berlapis
semu dan diselingi oleh kelenjar submukosa. Lapisan epitel memiliki fungsi
untuk menjaga fungsi normal respirasi, pertahanan, sistem mukosiliar, serta
menghasilkan zat-zat salah satunya mukus. Sel epitel terdiri dari sel bersilia, sel
serous, sel goblet, sel clara, sel basal, cell brush, dan pulmonary neuroendocrine
cells.
b. Lamina propria

21 |HISTOLOGI MATA & THT


Lapisan epitel dipisahkan dengan lamina propria oleh membrane basalis.
Lamina propria merupakan jaringan ikat yang mendasari epitel.
c. Lapisan kartilago
Setelah lamina propria terdapat lapisan kartilago, diama pada lapisan ini
terdapat cincin tulang rawan hialin berbentuk C yang memperkuat dinding serta
mempertahankan lumen trakea tetap membuka
7. Epiglottis
Epiglotis yang terjulur keluar dari tepi atas laring berfungsi untuk mencegah
makanan atau cairan menelan memasuki jalur ini. Bagian atas atau lingual, permukaan
yang telah berlapis epitel skuamosa pada titik-titik variabel di permukaan laring yang
epitel ini mengalami transisi ke epitel (pernapasan) kolumnar bersilia pseudostratifid.
Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa di lamina propria. Di
bawah epiglotis dan laring vestibularis, mukosa menunjukkan ke lumen bilateral
dengan dua pasang lipatan dipisahkan oleh celah sempit atau vertikel. Pasangan atas,
yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu, yang sebagian dilapisi epitel respiratorik
yang di bawahnya terdapat banyak kelenjar seromukosa. Pasangan yang bawah
merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli. Di dalam pita suara, yang diliputi
oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas besar sejajar dari selaput elastin
yang merupakan ligamentum vocale.
8. Cochlea
Telinga dalam terdiri dari koklea dan vestibulum. Koklea yang berbentuk dua
setengah lingkaran dengan panjang sekitar 35 mm dan terbagi menjadi skala vestibuli,
skala media dan skala timpani. Puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan
skala timpani dengan skala vestibuli. Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan
perilimfe, sedangkan Skala media berada dibagian tengah berisi cairan endolimfe.
Vestibuler terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
superior, posterior, dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.

22 |HISTOLOGI MATA & THT


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem indera adalah salah
satu bagian dari sistem koordinasi yang merupakan penerima rangsang atau reseptor. Alat
indera adalah reseptor yang peka terhadap rangsangan dan perubahan di sekitarnya. Pada
praktikum ini membahas mengenai indera mata, hidung, dan telinga. Mata berfungsi
sebagai indera penglihatan (fotoreseptor). Hidung berfungsi sebagai indera pembau atau
penghiduan (kemoreseptor gas). Telinga berfungsi sebagai indera pendengaran
(fonoreseptor) dan pendeteksi keseimbangan (ekuilibrium). Pada praktikum kali ini, ada
beberapa sistem Mata dan THT yang diamati seperti eye, eyelid, eyeball, cochlea,
epiglottis, palpebral, lacrimal gland, conjunctiva, dindin cavum nasi, dan trachea. Semua
preparat yang diamati pada praktikum ini memiliki bagian masing-masing dan berbeda satu
sama lain dengan bentuk yang berbeda pula walaupun ada beberapa yang sama. Dengan
adanya praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu mengenali dengan baik bagaimana
gambaran preparat beserta bagiannya pada sistem indra khususnya Mata dan THT ini.

23 |HISTOLOGI MATA & THT


DAFTAR PUSTAKA

DiFiore. 2014. Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional. Edisi 11. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Iswari, Mega., Nurhastuti. 2018. Anatomi, Fisiologi dan Genetika. Universitas Negeri Padang.

Junqueira. 2002. Histologi Dasar. Edisi 12. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Koesoemah, H., Dwiastuti, S.A. 2017. Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia. Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Wangko, Sunny. 2013. Histofisiologi Retina. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.

24 |HISTOLOGI MATA & THT

Anda mungkin juga menyukai