ENCEPHALITIS
DI SUSUN OLEH :
ANGRA KUSUMA DEWI
ASNI
(Sebagai tugas dalam mata kuliah epidemilogi dan kesehatan lingkungan yang dibawakan oleh :
Dr. Pesta Corry Sihotang, Dpl., Mm., SKM, M.Kes)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit
Encephalitis dari segi konsep teoritis dan hasil jurnal ilmiah yang dipublikasikan melalui media
internet.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang encephalitis ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB IV ANALISIS
BAB V PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab
kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagaimana uraian
tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah yang
diakibatkan oleh terjadinya infeksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing,
protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis.
Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia (ArifMansur : 2000).
Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang dan kesadaran menurun. Penyakit ini
dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
1.2.RumusanMasalah
1.2.1 Apa definisi Encephalitis ?
1.2.2 Apa Etiologi Encephalitis?
1.2.3 Apa saja Klasifikasi Encephalitis ?
1.2.4 Bagaimana Tanda dan gejalaEncephalitis ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Encephalitis ?
1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang Encephalitis ?
1.2.7 Bagaimana Pengobatan Encephalitis?
1.2.8 Bagaimana Pencegahan Encephalitis?
1.3.Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
1.3.2 Tujuankhusus
a.Memahami tentang definisi Encephalitis
b. Mengetahui Etiologi Encephalitis
c. Mengetahui Klasifikasi Encephalitis
d. Mengetahui Tanda dan gejala Encephalitis
e. Mengetahui Patofisiologi Encephalitis
f.Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encephalitis
g. Mengetahui PengobatanEncephalitis
h. Mengetahui Pencegahan Encephalitis
BAB II
PEMBAHASAN
1. Biakan:
Dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
Dari likuor serebro spinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibody tubuh. IgM
dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : jika di tubuh terdapat virus west mile dalam analisis sampel
darah akan menunjukkan peningkatan antibodi terhadap virus atau terjadi
peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebo spinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi system saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti encephalitis herpes
simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.
(Victor, 2001)
1.8 Pencegahan
Menjaga kebersihan, misalnya dengan sering mencuci tangan dan membersihkan
rumah secara teratur.
Jangan menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain.
Menghindari gigitan nyamuk, kenakan pakaian tertutup saat tidur atau saat keluar
rumah pada malam hari, gunakan semprotan anti nyamuk, serta gunakan lotion
antinyamuk.
Vaksinasi, jenis vaksin rutin di Indonesia yang dapat membantu menurunkan resiko
terjangkit penyakit ini adalah vaksin MMR (measless, mumps dan rubella). Selain
itu, ada beberapa jenis vaksin yang disarankan apabila akan bepergian ke daerah
yang beresiko seperti vaksin Japanese encephalitis, vaksin tick-borne encephalitis,
serta vaksin rabies.
BAB III
HASIL JURNAL
Stadium akut1482670660437.jpg
Gejala tekanan intrakranial meninggi berupa nyeri kepala, mual, muntah, kejang,
penurunan kesadaran dariapatis sampai koma. Infeksi meninges berupa kuduk kaku, biasanya 1-
3 hari setelah sakit. Demam tetap tinggi, kontinu dan lamanya demam dari permulaan mulai
penyakit berlangsung 7-8 hari. Otot kaku dan ada juga kelemahan otot. Kelemahan otot yang
menyeluruh timbul pada minggu ke-2 dan minggu ke-3. Kelemahan otot yang luas dan hebat
memerlukan istirahat yang lama sampai kebanyakan gejala yang lain reda. Muka seperti topeng,
tanpa ekspresi muka, ataksia, tremor kasar, gerakan-gerakan tidak sadar, kelainan saraf sentral,
paresis, reflex deep tendon meningkat atau menurun, dan refleks patologis babinsky positif.
Berat badan menurun disertai dehidrasi. Pada kasus ringan permulaan penyakit perlahan-lahan,
demam tidak tinggi, nyeri kepala ringan. Demam akan hilang pada hari ke-6 atau hari ke-7 dan
kelainan neurologik sembuh pada akhir minggu ke dua setelah mulainya penyakit. Pada kasus
yang berat gejala penyakit sangat akut, kejang menyerupai epilepsi, hiperpireksia, kelainan
neurologik yang progresif, penyulit kardiorespirasi dan koma diakhiri kematian pada hari ke-7
dan ke-10, atau pasien hidup dan membaik dalam jangk waktu yang lama, kadang-kadang
terkena penyulit infeksi bakteri dan meninggalkan gejala sisa yang permanen.
Stadium Konvalessens
Stadium ini dimulai pada saat menghilangnya inflamasi yaitu pada suhu mulai kembali
normal. Gejala neurologik bisa menetap dan cenderung membaik. Apabila penyakit JE berat dan
berlangsung lama maka penyembuhan berlangsung lambat, tidak jarang sisa gangguan
neurologik berlangsung lama. Pasien menjadi kurus dan kurang gizi. Gejala sisa yang sering
dijumpai adalah gangguan mental berupa emosi yang tidak stabil, paralisis upper, dan lower
motor neuon afasia dan psikosis organik jarang dijumpai.
Gejala klinis yang mendukung diagnosis JE :
Keluhan dini berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, kesadaran menurun, dan
gerakan abnormal (tremor hingga kejang).
Gejala yang timbul 3-5 hari kemudian berupa kekakuan otot, koma, pernapasan yang
abnormal, dehidrasi, dan penurunan berat badan.
Gejala lain yang menyertai : refleks tendon meningkat, paresis, suara pelan dan parau.
Berdasarkan kriteria WHO (1979) yang dikutip dari Lubis, seleksi kasus JE meliputi :
Demam lebih dari 380C
Gejala rangsang korteks
Gejala kesadaran
Gangguan saraf otak
Gejala piramidal dan ekstra piramidal
Cairan otak jernih, protein positif, glukosa < 100 mg/dl
Manifestasi klinik JE dapat pula ditemukan pada penyakit lain, terutama yang berkaitan
dengan kelainan susunan saraf pusat, yaitu malaria serebral, meningitis bakteri, meningitis
aseptic, kejang, demam, encephalitis oleh Flavivirus lain, rabies, sindrom Reye, dan ensefalopati
toksik.
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan khas,
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias
Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. Adapun tanda dan gejala
Ensefalitis sebagai berikut :
Data Obyektif :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal
paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti ari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala:
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
Penyakit ini bahkan mampu menyebabkan kematian hingga 30% pada penderita yang
mengalami gejala. Sekitar 20% -30% penderita yang bertahan hidup mengalami masalah
intelektual, perilaku atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang atau bahkan
mulai kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Japanese Enchepalitis ditularkan pada
manusia melalui gigitan dari nyamuk yang terinfeksi culex sehingga dikenal dengan nama
nyamuk culex. Saat terinfeksi, seseorang tidak menjadi viremia (virus dalam aliran darah) yang
cukup untuk menginfeksi nyamuk yang menggigitnya. Virus tersebut mengalami siklus transmisi
antara nyamuk, babi dan/atau burung air (siklus enzootik). Penyakit ini terutama ditemukan di
daerah pedesaan dan pinggir kota, di mana manusia hidup sangat dekat hewan-hewan tersebut.
Virus Japanese Encephalitis seringkali ditularkan pada musim panas, saat itu wabah dapat
menyebar dengan cepat. Di daerah dengan iklim tropis dan subtropis, penularan dapat terjadi
sepanjang tahun. Tetapi, virus ini lebih sering terjadi pada periode musim hujan dan pra-panen di
daerah-daerah pertanian.
BAB IV
ANALISIS
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
(Hassan, 1997). Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau
sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,
malaria, atau primary amoebic meningo encephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis
pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang.
1.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik
yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami
hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi
sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap
kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA