Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PATOFISIOLOGI SISTEM PANCA INDRA (KATARAK, SELULITIS, ISPA,


LEUKOPLAKIA, DAN HERPES)

DOSEN PENGAMPU : ARY KURNIAWATI, SST, M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 10

1. Siti Masitah P1337430120046


2. Irsyad Dwi Hari Azmi P1337430120064
3. Inge Waya Jita Damaiyanti P1337430120074
4. Arbadiva Rosabella Wahyu P1337430120081

PRODI D3 TRR SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadiran-Nya, karna berkat rahmat, hidayah dan karuni-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Patofisiologi Sistem Panca Indra
(Katarak, Selulitis, Ispa, Leukoplakia, dan Herpes)”. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas Patofisiologi.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini mendapatkan bantuan,


dorongan, dan bimbingan Dosen Pengampu mata kuliah Patofisiologi, Ibu ARY
KURNIAWATI, SST, M.Si dan seluruh anggota kelompok 10.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 27 January 2021

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAAN........................................................................................................3
3.1 Mata.............................................................................................................................3
3.2.1 Penjelasan umum mengenai mata........................................................................3
3.2.2 Anatomi mata.......................................................................................................3
3.2.3 Patofisiologi mata (katarak).................................................................................4
3.2 Telinga.........................................................................................................................5
3.2.1 Penjelasan umum mengenai telinga.....................................................................5
3.2.1 Anatomi telinga....................................................................................................5
3.2.1 Patofisiologi telinga (selulitis).............................................................................6
3.3 Hidung.........................................................................................................................6
3.3.1 Penjelasan umum mengenai hidung.....................................................................6
3.3.2 Anatomi hidung....................................................................................................7
3.2.1 Patofisiologi hidung (ISPA).................................................................................7
3.4 Lidah............................................................................................................................7
3.4.1 Penjelasan umum mengenai lidah........................................................................7
3.4.2 Anatomi lidah.......................................................................................................8
3.2.1 Patofisiologi lidah (leukoplakia)..........................................................................8
3.5 Kulit.............................................................................................................................9
3.5.1 Penjelasan umum mengenai kulit.........................................................................9
3.5.2 Anatomi kulit.......................................................................................................9
3.5.3 Patofisiologi kulit (herpes).................................................................................10
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan................................................................................................................12
4.2 Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena alam
sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk hidup,
khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga
keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang terjadi,
Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup. Indera ini berfungsi untuk
mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar
tubuh.

 Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan


lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya.
 Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti suara.
 Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan
seperti panas, dingin dan lain sebagainya.
 Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan
lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya.
 Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal
dengan sebutan panca indera.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah sistem indera penglihat (mata) pada manusia?
2. Bagaimanakah sistem indera pendengar (telinga) pada manusia?
3. Bagaimanakah sistem indera peraba (kulit) pada manusia?
4. Bagaimanakah sistem indera pengecap (lidah) pada manusia?
5. Bagaimanakah sistem indera pembau (hidung) pada manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem indera penglihat (mata) pada manusia.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem indera pendengar (telinga) pada manusia.
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem indera peraba (kulit) pada manusia.
4. Untuk mengetahui bagaimana sistem indera pengecap (lidah) pada manusia.
5. Untuk mengetahui bagaimana sistem indera pembau (hidung) pada manusia.
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Mata
2.1.1 Penjelasan umum mengenai mata
Merupakan salah satu panca indera yang memiliki fungsi yaitu, melihat. Mata
mendeteksi cahaya dan mengubahnya menjadi impuls elektrokimia pada sel saraf.
Cahaya masuk ke mata melalui urutan berikut. Kornea - Aqueous humor - pupil -
lensa - vitreous humor - retina.

2.1.2 Anatomi mata


Bola mata berbentuk bulat yang memiliki 3 lapisan jaringan yaitu sclera,
jaringan uvea dan retina. Sklera merupakan bagian terluar mata yang berwarna putih.
Terdapat juga kornea yang bersifat transparan sehingga memudahkan cahaya masuk
ke dalam mata. Jaringan uvea kaya akan vaskularisasi yang terdiri atas iris, badan
siliar, dan koroid. Bagian terdalam mata adalah retina, yang memiliki 10 lapisan dan
bertugas mengubah sinar yang masuk menjadi rangsangan ke otak. Bola mata penuh
cairan yang kaya akan nutrisi yaitu terdiri dari Vitreous humor yang mengisi bagian
posterior bertekstur mirip jelly. Dan yang satu lagi adalah Aqueous humor yang
mengisi bilik mata depan dan belakang. Dan dibawah ini adalah bagian-bagian lain
dalam mata:

Gambar 2.1.1

No Jaringan Fungsi
.
1. Koroidea Koroid adalah lapisan pembuluh darah pada mata, yang
terletak di antara retina dan sklera. Koroid berfungsi
mengalirkan oksigen dan nutrisi ke retina.

2. Iris Iris bertugas mengatur cahaya yang masuk ke mata Anda


dengan mengubah ukuran pupil mata. Di bagian
tengah iris, ada sebuah lubang kecil berwarna hitam yang
disebut pupil. Bagian inilah yang menentukan seberapa
banyak cahaya yang masuk ke mata.

3. Pupil Pupil merupakan bagian di tengah mata yang berbentuk


bulat dan berwarna hitam. Fungsi pupil adalah untuk
mengatur berapa banyak cahaya yang masuk ke
dalam mata. Guna menjalankan fungsinya, pupil akan
melebar saat Anda berada di tempat gelap, untuk
menangkap lebih banyak cahaya.
4. Lensa Lensa mata terletak di belakang pupil mata yang berfungsi
untuk memfokuskan cahaya ke retina.

5. Fovea Tempat bayangan jatuh pada daerah retina.

6. Bintik Buta Bagian yang tidak peka terhadap cahaya.

7. Saraf Mata Meneruskan rangsang cahaya ke saraf optic.


Tabel 2.1.2

2.1.3 Patofisiologi mata (katarak)

Gambar 2.1.3

a. Katarak merupakan keadaan dimana lensa keruh akibat penambahan cairan


pada lensa, sehingga menyebabkan terganggunya fungsi penglihatan, dan warna pupil
pun jadi abu abu.
b. Penyebab terjadinya katarak antara lain, merupakan keturunan, mengalami
kelainan pada saat masih di dalam kandungan, penyakit sebelumnya seperti diabetes,
dan sering terkena sinar UV.
c. Tanda dan gejala yang terjadi, penderita akan merasakan gatal-gatal pada
mata, matanya berair, dan tidak bisa menahan silau cahaya / lampu. Dan apabila sudah
parah aka nada selaput yang lama kelamaan akan menyempit dan menutupi seluruh
bagian mata. Di keadaan inilah penderita tidak dapat melihat.
d. Pada awalnya lensa bersifat transparan dan berfungsi memfokuskan cahaya ke
retina. Pada katarak, terdapat agregasi protein yang memecah belah cahaya yang
masuk, serta terjadi perubahan struktur protein yang menghasilkan diskolorasi kuning
atau kecoklatan. Yang dimana factor pendukungnya ada bermacam-macam salah
satunya kerusakan karena sinar UV. Sehingga terjadi perubahan kejernihan pada lensa
dan jumlah cahaya yang masuk berkurang dan sulit untuk difokuskan ke retina.

2.2 Telinga
2.2.1 Penjelasan umum mengenai telinga

Telinga merupakan indera pendengar, dan juga sebagai alat keseimbangan


dengan mekanisme kerja indera pendengar sebagai berikut; getaran suara - daun
telinga - saluran telinga - membran timpani - maleus - inkus - stapes - koklea - organ
korti - sel saraf auditori - otak.

2.2.2 Anatomi Telinga

Terdapat 3 bagian pada telinga, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga
luar terdiri dari aurikula dan liang telinga sampai membrane timpani. Aurikula terdiri
dari kartilago dan kulit. Pada sepertiga lateral kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen. Pada duapertiga medial hanya sedikit kelenjar serumen. Serumen
adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, dan epitel kulit, dan
partikel debu. Pada telinga tengah dan dalam merupakan penghubung rangsangan dan
menangkap rangsangan getaran suara yang nantinya akan di hubungkan ke otak.
Gambar 2.2.2
2.2.3 Patofisiologi Telinga (selulitis)

a. Selulitis/Radang pada Aurikula merupakan salah satu penyakit yang


menyerang telinga bagian luar yang diakibatkan adanya infeksi bakteri pada kulit dan
lapisan yang di bawahnya.

b. Penyebab tersering adalah tindikan/anting, pukulan, luka bakar, dan iatrogenik


(kesalahan diagnosis), dan pembedahan. Dan patoogen penyebab tersering adalah P.
aeruginosa, S. aureus, Enterobacter, P. mirabilis.

c. Gejala dan tandanya yaitu terdapat indurasi, terasa hangat, kulit berwarna
merah, eritema, nyeri tekan dan demam. Gejala dan tanda ini juga dapat akut apabila
tidak ada penanganan setelah beberapa minggu seja terjadinya trauma.

d. Hal ini terjadi ketika ada kulit yang terbuka, seperti goresan atau lecet, dan
bakteri masuk. Alhasil bakteri menyebar dan terjadilah infeksi yang menyebabkan
pembekakkan, kemerahan, maupun nyeri.

2.3 Hidung
2.3.1 Penjelasan umum mengenai hidung

Merupakan salah satu indra penciuman manusia. Yang di dalamnya terdapat


saraf olfaktori yang menerima rangsang berupa bau. Udara masuk melalui nares
anterior, lalu mmengalir setinggi konka media lalu ke nasofaring. Mukosa di rongga
hidung berfungsi untuk melembabkan dan menghangatkan udara. Udara yang masuk
juga akan disaring dengan bagian-bagian yang ada di hidung yaitu vibrisa atau bulu-
bulu halus, silia, dan lendir.
Gambar 2.3.1
2.3.2 Anatomi Hidung

Pada bagian depan rongga hidung ada vestibulum yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng berkeratin. Yang di dalam vestibulum terdapat kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan bulu-bulu hidung yang memiliki peran untuk menyaring udara
yang masuk. Di antara konka dan dinding lateral, terdapat meatus yang merupakan
rongga. Konka nasalis superior berdekatan dengan daerah olfaktorius. Ganglion
sfenopalatina merupakan ganglion yang menerima serabut saraf sensoris.

2.3.3 Patofisiologi Hidung (ISPA)

a. ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut.


Menimbulkan inflamasi yang di sebabkan oleh bakteri atau virus.

b. Bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung menginvasi
jaringan mukosa pada saluran pernapasan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
reaksi inflamasi seperti merah-merah, panas, demam, bahkan bengkak atau nyeri.
Inflamasi ini bisa menimbulkan sekresi mucus maupun pembengkakkan pada saluran
pernapasan.

c. Banyak penyebab munculnya ISPA yang diantaranya berkaitan dengan


kondisi lingkungan penderita, ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan, serta
adanya pathogen tertentu.

d. Gejala dan tanda pada penderita meliputi, batuk, serak, demam lebih dari 37
derajat C, pilek. Dan apabila telah memasuki akut atau kronis akan menimbulkan
gejala yaitu munculnya bercak-bercak campak, telinga sakit, saat bernafas bunyi, bibir
atau kulit bahkan berwarna biru.
2.4 Lidah
2.4.1 Penjelasan umum mengenai lidah
Merupakan indera pengecap yang terdiri dari sejumlah bagian dan memiliki
berbagai macam fungsi dengan fungsi utamanya yaitu sebagai pengecap ,lidah juga
memiliki beberapa fungsi utama, antara lain membantu kita berkomunikasi,
mengunyah, dan menelan makanan.

2.4.2 Anatomi lidah


Lidah tertutup oleh jaringan berwarna merah muda dan lembab bernama
mukosa. Permukaan lidah sama sekali tidak mulus. Permukaan lidah terasa kasar
karena ada ribuan benjolan kecil bernama papila. Papila-papila ini diselimuti oleh sel-
sel pengecap. Sel ini merupakan saraf-saraf kecil yang terhubung pada otak. Lidah
terhubung dengan frenulum. Jaringan ini seperti tali yang menempel pada bagian
bawah lidah dan rongga mulut. Di bagian belakang lidah menempel pada tulang
hyoid.

Gambar 2.4.2

2.4.3 Patofisiologi lidah (leukoplakia)


a. Leukoplakia adalah kondisi ketika bercak putih atau abu-abu muncul di gusi,
lidah, bagian dalam pipi, dan di dasar mulut. Bercak ini timbul akibat reaksi mulut
terhadap iritasi, misalnya akibat kebiasaan merokok.

b. Penderita leukoplakia dapat terjadi pada semua rentang usia, tetapi kondisi ini
lebih sering terjadi kepada orang dewasa yang biasanya sering merokok.

c. Leukoplakia ditandai dengan timbulnya bercak di dalam mulut. Bercak ini


dapat berkembang secara perlahan, dalam beberapa minggu atau bulan. Ciri bercak
pada leukoplakia, antara lain adalah berwarna putih keabuan, tebal, menonjol, serta
terasa keras dan kasar bila diraba. Meski tidak menimbulkan nyeri, bercak ini sensitif
pada panas, makanan pedas, atau sentuhan. dan rongga mulut.

Gambar 2.4.3

2.5 Kulit
2.5.1 Penjelasan umum mengenai kulit
Merupakan organ tubuh terbesar yang menutupi seluruh permukaannya. Kulit
berfungsi sebagai pelindung tubuh dari cedera dan patogen. Kulit juga mengatur suhu
tubuh, mengendalikan kehilangan cairan yang tak terasa (insensible fluid loss), serta
menyimpan vitamin D, lemak, dan air. Kulit merupakan barier penting untuk
mencegah mikroorganisme dan agen perusak lain masuk ke dalam jaringan yang lebih
dalam.

2.5.2 Anatomi kulit


Gambar 2.5.2

a. Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis
bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel. Lapisan ini terdiri dari
sel skuamosa atau keratinosit, yang menghasilkan keratin. Fungsi utama keratinosit
adalah melindungi tubuh dari kerusakan kulit akibat panas, kehilangan cairan, virus,
jamur, bakteri, dan parasit. Setiap bagian tubuh memiliki ketebalan epidermis yang
berbeda-beda, paling tebal di telapak kaki dan tangan, sedangkan paling tipis di
kelopak mata (sekitar 0.05 mm).

b. Dermis merupakan lapisan yang terletak di antara epidermis dan hipodermis.


Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis terutama
terdiri dari serabut kolagen dan elastin.Dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu dermis
papilla dan retikular, yang membantu melindungi tubuh dari tegangan dan tekanan.
Dermis juga mengandung kelenjar apokrin, jaringan penghubung, pembuluh darah,
folikel rambut, kelenjar keringat, dan pembuluh limfatik. Pada lapisan ini
termoreseptor dapat ditemukan, yang mendeteksi panas dan mekanoreseptor, yang
peka terhadap sentuhan.
c. Hipodermis atau jaringan subkutan merupakan lapisan kulit yang paling tebal
yang terdiri dari lapisan lemak.Lapisan ini dilekatkan oleh serat elastin dan kolagen
pada dermis. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Hipodermis sebagian besar terdiri dari adiposa atau sel yang mengumpulkan dan
menyimpan lemak. Hipodermis juga mengandung pembuluh darah dan saraf yang
lebih besar daripada yang ditemukan di dermis.

2.5.3 Patofisiologi kulit (herpes)


Gambar 2.5.3

a. Herpes adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan


gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyebab herpes kulit adalah
karena virus herpes yaitu virus HSV. Penyakit yang satu ini juga kadang disebut
penyakit cacar oleh sebagian orang.

b. Sedangkan untuk Herpes simplex adalah tipe penyakit herpes yang


menyebabkan ruam dan luka melepuh di leher, lengan, dan di anggota tubuh lainnya.

c. Herpes simplek dapat terjadi karena adanya virus yang menginfeksi sebuah
jaringan kulit yang berada di leher,mulut, dan ruam melepuh. Ini dikarenakan daya
tahan tubuh seseorang tidaklah kuat. Jika daya tahan tubuh tidak kuat maka herpes
akan menyebabkan luka yang kemudian memerah,gatal, dan berair.

d. Gejala pada penderita meliputi adanya ruam dikulit yang akan lama kelamaan
menjadi gatal. Kemudian dalam beberapa kasus akan terjadi demam karena adanya
infeksi di bagian tubuh yang terkena herpes tersebut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan
warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk
otot-otot penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara kerja mata
manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus
lensa. Ada berbagai macam kelainan pada mata, seperti: presbiopi, hipermetropi,
miopi, astigmatisma, katarak, imeralopi, xeroftalxni, keratomealasi, dan lain
sebagainya.

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telingaluar, telinga tengah, dan telinga dalam. Ada berbagai kelainan pada telinga,
seperti: tuli, congek, otitis eksterna, perikondritis, eksim, cidera, tumor, kanker, dan
lain sebagainya.

Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk


sentuhan,panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis. Kelainan-kelainan yang ada
pada kulit yaitu: jerawat, panu, kadas, skabies, eksim, biang keringat, dan lain
sebagainya.

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.


Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar
lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi sebagai
pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara. Kelainan yang ada
pada lidah yaitu: oral candidosis, atropic glossitis, geografic tongue, fissured tongue,
glossopyrosis,dan lain sebagainya.

Indera pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam


hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Kelainan-kelainan yang ada pada
hidung yaitu: angiofibroma juvenil, papiloma juvenil, rhinitis allergica, sinusitis,
salesma dan influensa, anosmia, dan lain sebagainya.
4.2 Saran
Pada sistem indra ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.

.
DAFTAR PUSTAKA

Teknik Pemeriksaan Sternum Dan Costae. Scribd. Published 2021. Accessed January 23,
2021. https://id.scribd.com/document/370876659/Teknik-Pemeriksaan-Sternum-Dan-Costae

Saputra, DIS. 2013. SIMULASI RONTGEN THORAX BERBASIS ANDROID SEBAGAI


MEDIA EDUKASI. Telematika. 6(2):1-11

Ribs. Kenhub. Published 2015. Accessed January 23, 2021.


https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/the-ribs

Bequet,Angga Y, Lutfi Rusyadi, dan Fatimah F. 2020. Nilai Contrast to Noise Ratio (CNR)
Radiograf Thorax PA antara menggunakan Grid dengan tanpa Menggunakan Grid. Jurnal
Imejing Diagnostik (JImeD). https://doi.org/10.31983/jimed.v6i2.5653

Labora Jessica R, Erwin G. Kristanto, dan James F. Siwu. 2015. Pola Cedera Toraks pada
kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian di bagian forensik dan Medikolegal
RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU Periode Januari 2013- Januari 2014. Jurnal Biomedik
(JBM).;

Amonkar D, Mervyn Correia , Amey pednekar , 2014‌. Osborne vaz. Bilateral first rib
fractures: A case report. Medical Journal of Dr DY Patil University.

Bruce, W. long, Jeannean, H. R., & Barbara, J. S. (2012). Merrills Atlas of Radiographic
Positioning & Procedures. Volume one

Bruce, W. long, Jeannean, H. R., & Barbara, J. S. Merrills Pocket Guide To Radiography

DRG. MIA AYUSTINA PRASETYA, SP. KGA. 2018. "LEUKOPLAKIA ORAL."

Emmy S. Sjamsoe Daili, Sri Linuwih Menaldi, I Made Wisnu. 2005. PENYAKIT KULIT
YANG UMUM DI INONESIA. Jakarta Pusat: PT MEDICAL MULTIMEDIA INDONESIA.


Anda mungkin juga menyukai