Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul Analisis Implementasi
Pancasila dalam Kode Etik Profesi Penata Anestesi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
2.2 Profesi Penata Anestesi, Kode Etik dan Kode Etik Penata Anestesi ........ 5
2.4 Implementasi Pancasila dalam Kode Etik Profesi Penata Anestesi ....... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar yang memengaruhi seluruh aspek
kehidupan, kemudian kesehatan juga merupakan hak asasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-
cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
1
lain dan berdasarkan penugasan pemerintah sesuai kebutuhan. Oleh karena
itu, setiap Penata Anestesi harus menjaga citra dan martabat kehormatan
profesi, serta setia dan menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi
dengan menjalankan Hak dan Kewajiban yang sudah ditentukan.
Seorang anestesi dalam menangani memliki kode etik tersendiri. Kata
etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan yang baik. Dalam perkembangannya, etika dikaitkan dengan studi
tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan
waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan pada umumnya. Etik adalah suatu cabang ilmu filsafat. Maka
didalam literature, dinamakan juga “filsafat moral”, yaitu suatu sistem
prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk sikap Tindakan
manusia.
Sedangkan kode etik profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidup bermasyarakat. Norma-
norma yang ada yang berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-laranagan
yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat
atau dilaksanakan oleh anggota profesi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dan kesehatan khususnya ilmu terkait Asuhan Kepenataan
Anestesi dan tuntutan pelayanan yang berkualitas, diperlukan pedoman atau
kode etik untuk melakukan tindakan penata anestesi yang sesuai dengan
kebutuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
2
5. Bagaimana implementasi Pancasila dalam Kode Etik Profesi Anestesi?
3
2 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Falsafah Etika dan Profesi
Etik (Ethics) berasal dari kata Latin yang berkaitan dengan kata mores
dan ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak perasaan, sikap yang
baik, dan yang layak. Umumnya kedua kata ini dalam rangkaian mores of
community (kesopanan masyarakat) dan ethos of the people (akhlak
manusia). Jadi etika sangat berkaitan dengan moral dan akhlak, yang
merupakan nilai luhur dalam tingkah laku dan juga berhubungan sangat erat
dengan hati nurani (Campbell et al., 2005; Rogers & Braunack-Meyer,
2009).
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral.
2. Kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.
4
berkembang menjadi etika medis kontemporer. Dalam arti lebih sempit,
pengertian etika adalah pedoman atau aturan moral untul menjalankan
profesi (Darwin, dkk. 2015).
2.2 Profesi Penata Anestesi, Kode Etik dan Kode Etik Penata Anestesi
Menurut Permenkes Nomor 18 Tahun 2016, Penata Anestesi adalah
setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang keperawatan anestesi atau
Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Penata
Anestesi merupakan setiap orang yang telah lulus pendidikan Perawat
Anestesi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (PMK Nomor 31
Tahun 2013).
5
Asuhan Anestesi adalah suatu rangkaian kegiatan secara komprehensif
kepada pasien yang tidak mampu menolong dirinya sendirinya dalam
tindakan pelayanan anestesi pada pra, intra, pasca anestesi dengan
pendekatan metode kepenataan anestesi meliputi pengkajian, analisa dan
penetapan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.
1. Ketentuan Umum
2. Kepribadian Penata Anestesi
3. Hubungan dengan Pasien
6
4. Hubungan dengan Praktik
5. Hubungan dengan Teman Sejawat dan Tenaga Kesehatan lainnya
6. Hubungan dengan Profesinya
7. Hubungan dengan Diri Sendiri
8. Hubungan dengan Pemerintah, Nusa Bangsa dan Tanah Air
7
• Honorarium adalah pembayaran kepada Penata Anesetesi sebagai
imbalan jasa Penata Anestesi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8
Kepenataan Anestesi dan meningkatkan ketrampilannya serta tetap
setia kepada cita-cita yang luhur.
9
disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan sesuai kebutuhan pasien.
10
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) senantiasi
berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
11
profesi Penata Anestesi. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum profesi Penata Anestesi. Oleh karena itu,
sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan dalam profesi
Penata Anestesi bersumber pada Pancasila.
12
terhadap keanekaragaman yang dimiliki warga Indonesia baik dalam tingkat
pendidikan maupun kedudukan.
13
b. Dalam memberikan pelayanan kepenataan anestesi hendaknya
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan tidak bersikap semena-
mena.
c. Penata Anestesi memberikan pelayanan dengan penuh cinta dan
sikap tenggang rasa.
d. Membela pasien pada saat terjadi pelanggaran hak-hak pasien,
sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
e. Penata Anestesi memberikan informasi yang jujur dan
memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang
dialami pasien.
f. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
pasien dengan memberikan waktu untuk mendengarkan semua
keluhan dan perasaan pasien.
g. Penata Anestesi memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap
perubahan pasien.
h. Penata Anestesi bersedia mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien.
i. Penata Anestesi harus memiliki minat terhadap orang lain dan
memiliki wawasan yang luas.
j. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
3. Persatuan Indonesia
a. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
b. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dari pada
kepentingan pribadi.
c. Penata Anestesi harus menjalan hubungan baik terhadap sesama
Penata Anestesi lain, staf kesehatan lainnta, pasien dan keluarga
pasien agar tidak terjadi konflik yang menimbulkan perpecahan.
d. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan
keselamatan antar bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi.
14
e. Sangup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
jka diperlukan.
f. Mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
g. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
h. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
i. Menegmbangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
j. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Pewakilan.
a. Sebelum melakukan tindakan kepenataan anestesi kepada pasien,
Penata Anestesi hendaknya mengutamakan musyawarah dengan
pasien dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.
b. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur serta dapat dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia.
c. Penata Anestesi hendaknya menahan pembicaraan tentang hal-hal
berkaitan pasien dengan lrang yang tidak berkepentingan dan orang
yang tidak mengerti hal itu walaupun itu keluarga pasien itu
sendiri.
d. Tidak memaksakan kehendak kepada pasien.
e. Menghormati hasil dari musyawarah dan mufakat.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara
hak dan kewajiban terhadap semua pasien.
b. Asuhan kepenataan anestesi dilakukan dengan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong antara pasien, keluarga pasien,
dokter, perawat, dan tim medis lainnya.
15
c. Antara hak dan kewajiban perlu diseimbangkan. Lebih
mementingkan keselamatan pasiean tapi tidak mengabaikan
keselamatan Penata Anestesi itu sendiri.
d. Penata Anestesi mampu mencurahkan waktu dan perhatiannya,
sportif dalam tugas, serta tepat dalam tindakan.
e. Menjaga hak dan kewajiban pasien.
f. Mengembangkan perbuatan luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan serta gotong royong.
g. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
16
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan
negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan
pengamalan pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kermasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu
pengamalannya harus dimuai setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelengara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengamalan pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, kiranya kita dapat menyadari bahwa
Pancasila merupakan dasar negara Indonesian, maka kita harus menjunjung
tinggi dan mengamalkan sila-sila Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab.
17