Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KODE ETIK


PROFESI PENATA ANESTESI

Dosen Pengampu: DRS. Taufik M.H.Kes

Disusun oleh:

Afifa Anisa Putri : 220106005


Agneza Daverina Gabriel : 220106008
Alvin Vermansyah : 220106017
Andika Juwita Plorentina : 220106020
Anjas Sanjaya : 220106029
Anung Giri Anindita : 220106032
Bunga Evaliana : 220106041
Cici Listy Utami : 220106044
Danendra Nezar Aristiananda : 220106053
Delia Dwi Novita : 220106056
Dina Falsafa Nabila : 220106065

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul Analisis Implementasi
Pancasila dalam Kode Etik Profesi Penata Anestesi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Purwokerto, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

2.1 Falsafah Etika dan Profesi ........................................................................ 4

2.2 Profesi Penata Anestesi, Kode Etik dan Kode Etik Penata Anestesi ........ 5

2.3 Fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anestesi .....................................11

2.4 Implementasi Pancasila dalam Kode Etik Profesi Penata Anestesi ....... 13

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17

3.2 Saran ....................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar yang memengaruhi seluruh aspek
kehidupan, kemudian kesehatan juga merupakan hak asasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-
cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah lima asas yang


menjadi pedoman berbangsa dan bernegara di Indonesia. Kelima sila
tersebut perlu dihayati dan diamalkan oleh seluruh warga negara Indonesia
tak terkecuali oleh profesi penata anestesi.

Penata anestesi yang beretika adalah penata anestesi yang menjunjung


tinggi nilai nilai kesetiaan, peduli, tanggung jawab dan adil. Dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang anestesi berpedoman
pada kode etik anestesi yang dibuat oleh Ikatan Penata Anestesi Indonesia
dan Undang-Undang Dasar. Sudah seharusnya bahwa seorang penata
anestesi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dengan
mengimplementasikan kelima sila Pancasila.

Pelayanan Anestesi merupakan tindakan medis yang harus dilakukan


oleh tenaga kesehatan yang memenuhi keahlian dan kewenangan di bidang
Pelayanan Anestesi yaitu dokter spesialis anestesiologi, yang dalam
pelaksanaannya dapat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya, dalam hal ini
tenaga kesehatan yang dimaksud tersebut adalah Penata Anestesi.
Tanggung jawab utama Penata Anestesi adalah memberikan dan
berpartisipasi dalam penyediaan jasa pelayanan anestesi. Penata Anestesi
dalam menjalankan praktik keprofesiannya berwenang untuk melakukan
pelayanan asuhan kepenataan anestesi pada; Praanestesi, Intraanestesi, dan
Pascaanestesi. Selain wewenang tersebut Penata Anestesi juga dapat
melaksanakan pelayanan berupa; di bawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang secara mandate dari dokter spesialis anestesiologi atau dokter

1
lain dan berdasarkan penugasan pemerintah sesuai kebutuhan. Oleh karena
itu, setiap Penata Anestesi harus menjaga citra dan martabat kehormatan
profesi, serta setia dan menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi
dengan menjalankan Hak dan Kewajiban yang sudah ditentukan.
Seorang anestesi dalam menangani memliki kode etik tersendiri. Kata
etika berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan yang baik. Dalam perkembangannya, etika dikaitkan dengan studi
tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan
waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan pada umumnya. Etik adalah suatu cabang ilmu filsafat. Maka
didalam literature, dinamakan juga “filsafat moral”, yaitu suatu sistem
prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk sikap Tindakan
manusia.
Sedangkan kode etik profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidup bermasyarakat. Norma-
norma yang ada yang berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-laranagan
yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat
atau dilaksanakan oleh anggota profesi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran dan kesehatan khususnya ilmu terkait Asuhan Kepenataan
Anestesi dan tuntutan pelayanan yang berkualitas, diperlukan pedoman atau
kode etik untuk melakukan tindakan penata anestesi yang sesuai dengan
kebutuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Falsafah Etika dan Profesi?


2. Apa yang dimaksud Profesi Penata Anestesi?
3. Apa saja Kode Etik Profesi Penata Anestesi?
4. Bagaimana fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anestesi?

2
5. Bagaimana implementasi Pancasila dalam Kode Etik Profesi Anestesi?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Falsafah Etika dan Profesi.
2. Untuk mengetahui apa itu Profesi Penata Anestesi.
3. Untuk mengetahui apa saja Kode Etik Profesi Penata Anestesi.
4. Untuk mengetahui fungsi Pancasila dalam Profesi Anestesi.
5. Untuk mengetahui cara implementasi Pancasila dalam kode Etik Profesi
Penata Anestesi.
6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat menambah wawasan baik penyusun maupun pembaca terkait materi
implementasi Pancasila dalam Kode Etik Penata Anestesi.
2. Dapat bahan literasi bagi semua orang.

3
2 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Falsafah Etika dan Profesi
Etik (Ethics) berasal dari kata Latin yang berkaitan dengan kata mores
dan ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak perasaan, sikap yang
baik, dan yang layak. Umumnya kedua kata ini dalam rangkaian mores of
community (kesopanan masyarakat) dan ethos of the people (akhlak
manusia). Jadi etika sangat berkaitan dengan moral dan akhlak, yang
merupakan nilai luhur dalam tingkah laku dan juga berhubungan sangat erat
dengan hati nurani (Campbell et al., 2005; Rogers & Braunack-Meyer,
2009).

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu


pengetahuan tentang azas akhlak, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dari Departement Pendidikan dan Kebudayaan, etika adalah:

1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral.
2. Kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.

Terdapat beberapa pengertian etika, yaitu pengertian generik, untuk


berbagai cara atau alat menganalisis atau memahami aspek nilai moral dari
suatu perbuatan, sikap, atau karakter manusia. Etika umum (etika filosofis,
etika teoritis) merupakan filsafat moral, adalah cabang ilmu filsafat yang
mengkaji tentang moral dan moralitas. Etika khusus (etika praktis, etika
terapan) adalah penerapan teori-teori dan metodologi etika untuk
menganalisis dan memahami masalah-masalah, praktik-praktik, atau
kebijakan-kebijakan pada bidang khusus tertentu kegiatan manusia.

Seiring berdirinya pusat pengkajian tentang etik, maka etika terapan


berkembang sesuai bidang peminatan seperti etika tentang kebijakan publik,
dan etika terkait dengan ekonomi dan bisnis, etika biomedis yang saat ini

4
berkembang menjadi etika medis kontemporer. Dalam arti lebih sempit,
pengertian etika adalah pedoman atau aturan moral untul menjalankan
profesi (Darwin, dkk. 2015).

Profesi berasal dari bahasa latin professio, yang berarti pengakuan


atau pernyataan publik. Menurut Posner (1995), profesi merupakan suatu
pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan pengetahuan, pengalaman, dan
kecerdasan umum, tapi juga penguasaan khusus yang merupakan abstraksi
dari ilmu pengetahuan atau beberapa bidang lain yang diyakini memiliki
struktur intelektual seperti teologi atau hukum atau militer.

Pekerjaan profesi umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pendidikan sesuai standar


2. Mengutamakan panggilan kemanusiaan
3. Berlandaskan etik profesi yang mengikat seumur hidup
4. Legal melalui perizinan
5. Belajar sepanjang hayat
6. Anggotanya bergabung salam organisasi profesi

2.2 Profesi Penata Anestesi, Kode Etik dan Kode Etik Penata Anestesi
Menurut Permenkes Nomor 18 Tahun 2016, Penata Anestesi adalah
setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang keperawatan anestesi atau
Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Penata
Anestesi merupakan setiap orang yang telah lulus pendidikan Perawat
Anestesi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (PMK Nomor 31
Tahun 2013).

Dasar hukum Penyelenggaraan Profesi Penata Anestesi ada dalam


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, Permenkes
Nomor 18 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Penata Anestesi, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif Di Rumah
Sakit

5
Asuhan Anestesi adalah suatu rangkaian kegiatan secara komprehensif
kepada pasien yang tidak mampu menolong dirinya sendirinya dalam
tindakan pelayanan anestesi pada pra, intra, pasca anestesi dengan
pendekatan metode kepenataan anestesi meliputi pengkajian, analisa dan
penetapan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.

Penata Anestesi sebagai profesi yang telah diakui keberadaannya di


Indonesia yang dalam menjalankan profesinya berada dibawah perlindungan
hukum, undang-undang dan Kode Etik, memiliki kebebasan yang
didasarkan lepada kehormatan dan kepribadian Penata Anestesi yang
berpegang teguh kepada Kemandirian (Otonomy), Berbuat Baik
(Benefincience), Keadilan (Justice), Prinsip Tidak Merugikan (non-
maleficence), Kejujuran (Veraciry), Menepati Janji (Fidelity), Kerahasiaan
(Confidentiality), dan Akuntabilitas (Accountability).

Tujuan kode etik adalah untuk mengetahui kesepakatan profesi


tentang tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
dan memahami kebutuhan bangsa indonesia.

Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) adalah sebagai


hukum tertinggi dalam menjalankan profesi, yang menjamin dan
melindungi, tetapi membebankan kewajiban kepada setiap anggota Ikatan
Penata Anestesi Indonesia (IPAI) untuk jujur dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya baik kepada Klien, Tempat Kerja, Negara atau
Masyarakat dan terutama kepada dirinya sendiri.

Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia terdiri dari:

1. Ketentuan Umum
2. Kepribadian Penata Anestesi
3. Hubungan dengan Pasien

6
4. Hubungan dengan Praktik
5. Hubungan dengan Teman Sejawat dan Tenaga Kesehatan lainnya
6. Hubungan dengan Profesinya
7. Hubungan dengan Diri Sendiri
8. Hubungan dengan Pemerintah, Nusa Bangsa dan Tanah Air

Ketentuan Umum, Pasal 1:

• Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan


bidang keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyartakat.
• Klien adalah orang, badan hokum atau lembaga lain yang menerima
jasa dan/atau pelayanan kepenataan anestesi dari Penata Anestesi.
• Teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktik
Pelayanan Asuhan Kepenataan Anesetesi sebagai Penata Anestesi
sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
• Teman sejawat asing adalah Penata Anestesi yang bukan
berkewarganegaraan Indonesia yang menjalankan praktik Pelayanan
Asuhan Kepenataan Anestesi di Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
• Majelis Kode Etik adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh
organisasi profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) yang
berfungsi dan ber-kewenangan mengawasi pelaksanaan Kode Etik
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) sebagaimana semestinya
oleh Penata Anestesi dan behak menerima dan memeriksa
pengaduan terhadap seseorang Anggota Ikatan Penata Anestesi
Indonesia (IPAI) yang dianggap melanggar Kode Etik Ikatan Penata
Anestesi Indonesia (IPAI).

7
• Honorarium adalah pembayaran kepada Penata Anesetesi sebagai
imbalan jasa Penata Anestesi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Kepribadian Penata Anestesi, Pasal 2:

• Setiap Penata Anestesi harus menjunjung tinggi, menghayati dan


mengamalkan Sumpah Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI).
• Seorang Penata Anestesi harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tinggi.
• Dalam melakukan Asuhan Kepenataan Anestesi, Penata Anestesi
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
• Seorang Penata Anestesi harus menghindarkan diri dari perbuatan
yang memuji diri sendiri.
• Seorang Penata Anestesi harus bersikap jujur dalam berhubungan
dengan klien dan sejawat, dan berupaya mengingatkan sejawatnya
yang diketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi.
• Seorang Penata Anestesi harus menghormati hak-hak klien, hak-hak
sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga
kepercayaan klien.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam
bekerja sama dengan cara profesional dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat hendaknya memelihara saling
menghormati.
• Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan
makhluk insani, psikis maupun fisik hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan klien.
• Seorang Penata Anestesi hendaknya hanya memberikan keterangan
atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) hendaknya
senantiasa mengikuti perkembangan Iptek Pelayanan Asuhan

8
Kepenataan Anestesi dan meningkatkan ketrampilannya serta tetap
setia kepada cita-cita yang luhur.

Hubungan dengan Pasien, Pasal 3:


• Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan pasien.
• Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan pasien dengan identitas yang sama
dengan kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam
memberi pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada pasien wajib
memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh
pasien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu
setelah berakhirnya hubungan antara Anggota Ikatan Penata Anestesi
Indonesia (IPAI) dengan pasien.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) harus
menolak memberikan pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada
pasien yang menurut keyakinannya tidak didasarkan pada standar
pelayanan, kode etik dan peraturan perundangundangan.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) tidak
dibenarkan membebani pasien dengan biaya-biaya yang tidak perlu
diluar yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
menghormati hak asasi pasien.

Hubungan dengan Praktik, Pasal 4:


• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
memberikan pelayanan paripurna kepada pasien sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan pasien.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
memelihara mutu pelayanan asuhan kepenataan anestesi yang tinggi

9
disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan sesuai kebutuhan pasien.

Hubungan dengan Teman Sejawat dan Tenaga Kesehatan lainnya, Pasal


5:
• Hubungan antara teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
dengan Penata Anestesi harus dilandasi sikap saling menghormati,
saling menghargai dan saling mempercayai.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) jika
membicarakan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik
secara lisan maupun tertulis.
• Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang
dianggap bertentangan dengan Kode Etik Ikatan Penata Anestesi
Indonesia (IPAI) harus diajukan kepada Majelis Kode Etik untuk
diperiksa dan tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui media social
atau cara lain.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
memperlakukan teman sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya
sebagaimana ia sendiri ingin diberlakukan.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya dan tenaga
kesehatan lainnya untuk mencapai suasana kerja yang serasi.

Hubungan dengan Profesinya, Pasal 6:


• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
menjaga nama baik dan menjunjung tinggi cita-cita profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu dan paripurna kepada pasien.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
mengembangkan diri dan meningkatkan kemamouan profesinya
sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

10
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) senantiasi
berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

Hubungan dengan Diri Sendiri, Pasal 7:


• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib
memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) seyogyanya
berusah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya
sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Hubungan dengan Pemerintah, Nusa Bangsa dan Tanah Air, Pasal 8:


• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam
menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam Pelayanan
Asuhan Kepenataan Anestesi.
• Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) melalui
profesinya berfartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu Pelayanan Asuhan
Kepenataan Anestesi.

2.3 Fungsi Pancasila dalam Profesi Penata Anestesi


Profesi Penata Anestesi di Indonesia dibangun berdasarkan pada suatu
landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila dalam fungsinya sebagai
dasar negara merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara
Republik Indonesia, termasuk didalamnya adalah profesi Penata Anestesi.
Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan profesi Penata Anestesi dan seluruh kehidupan Penata
Anestesi sebagai warga negara Indonesia.

Pancasila sebagai dasar profesi Penata Anestesi mempunyai arti


menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan

11
profesi Penata Anestesi. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum profesi Penata Anestesi. Oleh karena itu,
sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan dalam profesi
Penata Anestesi bersumber pada Pancasila.

Selanjutnya dalam melaksanakan peran dan tugasnya, Penata Anestesi


sebagai profesi senantiasa berusaha mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam
setiap asuhan kepenataan anestesi yang dilakukannya.

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan


dan keyakinan profesi Penata Anestesi terhadap adanya Tuhan sebagai
pencipta alam semesta. Nilai ini menyatakan profesi Penata Anestesi
merupakan profesi yang religius bukan merupakan profesi yang atheis. Nilai
Ketuhanan juga memiliki arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan
serta tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama. Dalam melakukan
asuhan kepenataan anestesi, Penata Anestesi mengakui keyakinan dan
kepercayaan klien, dan Penata Anestesi berkewajiban membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya tanpa melakukan diskriminatif
terhadap klien yang berbeda agama.

Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung arti


kesadaran, sikap dan perilaku Penata Anestesi harus sesuai dengan nilai-
nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan suatu hal sebagaimana mestinya. Dalam menjalankan
perannya, Penata Anestesi akan berhadapan dengan klien yang berbeda
budaya, sosial ekonomi, dan pendidikan. Dalam hal ini Penata Anestesi
harus berusaha memperlakukan siapapun klien yang dihadapi dengan
professional tanpa mengurangi kualitas sedikitpun.

Nilai Persatuan Indonesia mengendung makna usaha ke arah bersatu


dalam profesionalisasi Penata Anestesi dalam profesi Penata Anestesi
Indonesia. Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dan Himpunan Perawat
Anestesi Indonesi (HIMPANI) mengakui dan menghargai sepenuhnya

12
terhadap keanekaragaman yang dimiliki warga Indonesia baik dalam tingkat
pendidikan maupun kedudukan.

Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna bahwa dalam melakukan
asuhan kepenataan anestesi, Penata Anestesi harus berkolaborasi dengan
sejawat, profesi lain, maupun dengan klien dan keluarganya.

Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung


makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya kesehatan untuk
seluruh masyarakat Indonesia meliputi kesehatan bio psiko sosial maupun
spiritual.

2.4 Implementasi Pancasila dalam Kode Etik Profesi Penata Anestesi


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdoa atau sholat
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
c. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah masing-masing jika berbeda keyakinan dengan
pasien.
d. Membantu pasien yang ingin melaksanakan ibadahnya saat pasien
dalam keadaan keterbatasan.
e. Penata Anestesi dalam memberikan pelayanan kepenataan anestesi
perlu bersikap sadar, murah hati dalam arti bersedia memberikan
bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan suka rela tanpa
mengharapkan imbalan.
f. Penata Anestesi yang jujur dan tekun dalam tugas.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
a. Memberikan pelayanan adil kepada pasien tanpa membedakan
suku, kepercayaan, agama, jenis kelamin, dan pasien.

13
b. Dalam memberikan pelayanan kepenataan anestesi hendaknya
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan tidak bersikap semena-
mena.
c. Penata Anestesi memberikan pelayanan dengan penuh cinta dan
sikap tenggang rasa.
d. Membela pasien pada saat terjadi pelanggaran hak-hak pasien,
sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
e. Penata Anestesi memberikan informasi yang jujur dan
memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang
dialami pasien.
f. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
pasien dengan memberikan waktu untuk mendengarkan semua
keluhan dan perasaan pasien.
g. Penata Anestesi memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap
perubahan pasien.
h. Penata Anestesi bersedia mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien.
i. Penata Anestesi harus memiliki minat terhadap orang lain dan
memiliki wawasan yang luas.
j. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
3. Persatuan Indonesia
a. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
b. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dari pada
kepentingan pribadi.
c. Penata Anestesi harus menjalan hubungan baik terhadap sesama
Penata Anestesi lain, staf kesehatan lainnta, pasien dan keluarga
pasien agar tidak terjadi konflik yang menimbulkan perpecahan.
d. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan dan
keselamatan antar bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi.

14
e. Sangup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
jka diperlukan.
f. Mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
g. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
h. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
i. Menegmbangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
j. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Pewakilan.
a. Sebelum melakukan tindakan kepenataan anestesi kepada pasien,
Penata Anestesi hendaknya mengutamakan musyawarah dengan
pasien dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.
b. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur serta dapat dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia.
c. Penata Anestesi hendaknya menahan pembicaraan tentang hal-hal
berkaitan pasien dengan lrang yang tidak berkepentingan dan orang
yang tidak mengerti hal itu walaupun itu keluarga pasien itu
sendiri.
d. Tidak memaksakan kehendak kepada pasien.
e. Menghormati hasil dari musyawarah dan mufakat.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara
hak dan kewajiban terhadap semua pasien.
b. Asuhan kepenataan anestesi dilakukan dengan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong antara pasien, keluarga pasien,
dokter, perawat, dan tim medis lainnya.

15
c. Antara hak dan kewajiban perlu diseimbangkan. Lebih
mementingkan keselamatan pasiean tapi tidak mengabaikan
keselamatan Penata Anestesi itu sendiri.
d. Penata Anestesi mampu mencurahkan waktu dan perhatiannya,
sportif dalam tugas, serta tepat dalam tindakan.
e. Menjaga hak dan kewajiban pasien.
f. Mengembangkan perbuatan luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan serta gotong royong.
g. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

16
3 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan
negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan
pengamalan pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kermasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu
pengamalannya harus dimuai setiap warga negara Indonesia, setiap
penyelengara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengamalan pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.

Dalam menjalankan profesi sebagai Penata Anestesi, memberikan


pelayanan yang terbaik untuk pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukan
semata-mata hanya karena uang. Ketulusan melayani tanpa membeda-
bedakan satu sama lain merupakan salah satu implementasi dari sila yang
terkandung dalam Pancasila.

Bangsa Indonesia tidak bisa menghindari akan adanya tantangan


global dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam menghadapi
globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri
Bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, kiranya kita dapat menyadari bahwa
Pancasila merupakan dasar negara Indonesian, maka kita harus menjunjung
tinggi dan mengamalkan sila-sila Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab.

17

Anda mungkin juga menyukai