Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

ENURESIS

Dosen Pembimbing :
Lilis Maghfiroh, S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun Oleh :
Ainul Yaqin (1702012385)
Faradiba Rifqul Izzati (1702012408)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan keluarga.

Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari
beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada : Lilis
Maghfiroh,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing pembuatan makalah dan juga selaku
dosen penanggung jawab mata kuliah Keperawatan keluarga. Teman – teman anggota kelompok
yang saling bkerja sama dala penulisan makalah.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis membuka diri untuk
menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca khususnya.

Lamongan, 04 Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA........................................................................................i


KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Konsep Keluarga......................................................................................................................1
1.1.1 Definisi Keluarga..............................................................................................................1
1.1.2 Tahapan Perkembangan Keluarga.....................................................................................1
1.1.3 Teori FCN (Family Centered Nursing).............................................................................4
1.1.4 Peran Perawat Keluarga....................................................................................................4
1.2 Konsep Penyakit......................................................................................................................5
1.2.1 Definisi Enuresis...............................................................................................................5
1.2.2 Klasifikasi Enuresis...........................................................................................................6
1.2.3 Etiologi Enuresis...............................................................................................................6
1.2.4 Tanda Dan Gejala Enuresis...............................................................................................8
1.2.5 Patofisiologi Enuresis........................................................................................................8
1.2.6 Penatalaksanaan Medis...............................................................................................9
1.2.7 Penatalaksanaan Keperawatan..........................................................................................9
1.3 Analisis Jurnal........................................................................................................................11
BAB 2..............................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ENURESIS............................................12
3.1 Kasus......................................................................................................................................12
3.2 Pengkajian Keperawatan Keluarga...............................................................................12
3.2.1 Data Umum.....................................................................................................................12
3.2.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.................................................................14
3.2.3 Pengkajian Lingkungan...................................................................................................15
3.2.4 Struktur Keluarga............................................................................................................16
3.2.5 Stres dan Koping Keluarga..............................................................................................18
3.2.6 Data Tambahan................................................................................................................18
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................19
3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan............................................................................................19
3.5 Intervensi Keperawatan..........................................................................................................20
3.6 Implementasi..........................................................................................................................21
3.7 Evaluasi..................................................................................................................................21
BAB 3..............................................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................23
3.2 Saran.......................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................24

3
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Keluarga


1.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan , adopsi
dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya . yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik,mental,emosional dan sosial  dari individu-individu yang
ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan utuk mencapai tujuan
bersama.(Friedman,1998)
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang masih memiliki hubungan darah.
(Jhonson R-Leng R,2010)
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah perkawinan atau
adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3. Angggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota

1.1.2 Tahapan Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1998) :
1. Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologi) keluarga masing-
masing :

1
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga Child-Bearing (Kelahiran Anak Pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga Dengan Anak Pra-Sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat usia anak
berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman
b. Membantu anak untuk bersoasialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

2
5. Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komuunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu oran tua suami/istri yangsedang sakit dan memasuki masa tua
d. Mebantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

3
d. Mempertahankan hubngan dengan anak dan sosial masyarakat
1.1.3 Teori FCN (Family Centered Nursing)
Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkasn pada
perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan individu dari anggota keluarga
dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan
masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, rasial,etnik, dan sosio ekonomi. Aplikasi
dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik,dan budaya ketika
melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan
keluarga (Hitchcock, Schubert, Thomas, 199)
Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan Family Centered Nursing
salah satu menggunakan Friedman Model . Pengkajian dengan model ini melihat keluarga
sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2005). Proses keperawatan keluarga
meliputi : pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
1.1.4 Peran Perawat Keluarga
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dsapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
b. Bertanggung jawab terhadap maslah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai. Koordinator juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun di rumah
sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarha nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah
yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tenttang kesehatan
keluarga

4
5. Konsultan
Perwat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus
dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat keluarga juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim
kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu Kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah
9. Modifikasi Lingkungan
Perawat keluarga juga harus memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat
1.2 Konsep Penyakit
1.2.1 Definisi Enuresis
Enuresis adalah ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dimana seseorang
seharusnya pada usia yang diharapkan sudah dapat menahan urin (usia 5 tahun atau lebih).
Menurut IDAI, (2009: 72) Enuresis adalah anak yang mengompol minimal dua kali dalam
seminggu dalam periode paling sedikit 3 bulan pada anak usia 5 tahun atau lebih yang tidak
disebabkan oleh efek obat-obatan. Diperkuat oleh Austin, (2014: 1865) Enuresis Nokturnal
adalah istilah yang digunakan oleh anak Internasional Kelanjutan Masyarakat untuk
menggambarkan ngompol pada anak usia 5 tahun atau lebih setelah mengesampingkan
penyebab organik. Hal yang sama di ungkapkan oleh Neveus, (2006: 319) bahwa enuresis
Nokturnal didefinisikan sebagai berkemih yang tidak sadar saat tidur, frekuensi berkemih
setidaknya sebulan sekali saat pasien pernah bergejala selama minimal tiga bulan.
Enuresis adalah pengeluaran urin secara involunter dan berulang yang terjadi pada usia
yang diharapkan dapat mengontrol proses buang air kecil, tanpa kelainan fisik yang mendasari
(Soetjiningsih, 2017: 372). Diperkuat oleh (Newel & Meadow, 2003 dalam Permatasari 2018:
284) bahwa enuresis berlangsung melalui proses berkemih yang normal (normal voiding),
tetapi pada tempat dan waktu yang tidak tepat yaitu berkemih di tempat tidur atau

5
menyebabkan pakaian basah dan dapat terjadi saat tidur malam hari (enuresis nocturnal),
siang hari (enuresis diurnal) ataupun pada siang dan malam hari. Menurut Wong, (2008:121)
Enuresis diurnal lebih umum ditemui pada anak perempuan dan biasanya disebabkan
inkontinensia urgency (ketidaksetabilan kandung kemih). Istilah enuresis primer digunakan
pada anak yang belum pernah berhenti mengompol sejak masa bayi, sedangkan enuresis
sekunder adalah kejadian mengompol kembali setelah minimal 6 bulan tidak mengompol
(Robson, 2009: 1429).
1.2.2 Klasifikasi Enuresis
Menurut (Kyle, 2016: 806) klasifikasi enuresis dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Enuresis Primer
Enuresis pada anak yang belum mencapai pengendalian kandung kemih volunter.
2. Enuresis Sekunder
Inkontinensia urin pada anak yang sebelumnya sudah mencapai pengendalian kandung
kemih selama setidaknya 3 sampai 6 bulan berturut-turut.
3. Enuresis Diurnal
Kehilangan kendali berkemih (mengompol) pada siang hari.
4. Enuresis Nocturnal
Kehilangan kendali berkemih (mengompol) pada malam hari. Berdasarkan derajat
penyakit, enuresis nokturnal terbagi menjadi derajat ringan (enuresis pada 1-6 malam di
bulan terakhir dan tidak setiap malam), derajat sedang (enuresis pada 7 malam atau lebih
di bulan terakhir dan tidak setiap malam) dan derajat berat (enuresis setiap malam).
1.2.3 Etiologi Enuresis
Menurut Thiedke (2003: 1500), Penyebab enuresis sering digambarkan sebagai
multifaktoral diantaranya :
1. Faktor Genetik dan Keluarga
Predisposisi genetik adalah variabel etiologi yang paling sering didukung. Satu ulasan
menemukan bahwa ketika kedua orang tua memiliki riwayat enuretik ketika anak-anak,
keturunan mereka memiliki risiko 77 persen memiliki enuresis nokturnal. Risiko menurun
menjadi 43 persen ketika salah satu orang tua menjadi enuretik saat masih anak-anak, dan
menjadi 15 persen ketika kedua orang tua tidak memiliki perasaan enuretik. Investigasi
lain menemukan riwayat keluarga positif pada 65 hingga 85 persen anak-anak dengan
enuresis nokturnal. Jika ayah adalah anak yang enuretik, maka risiko relatif untuk bayi
adalah 7,1; jika ibu itu enuretik, risiko relatif adalah 5,2. Selain itu, kromosom tertentu

6
(5, 13, 12, dan 22) telah terlibat dalam enuresis nokturnal. Faktor-faktor sosial yang telah
ditemukan tidak memiliki hubungan dengan pencapaian kontinensi termasuk latar
belakang sosial, peristiwa kehidupan yang menekan, dan jumlah perubahan dalam
konstelasi atau tempat tinggal keluarga.
2. Faktor Psikologis
Nocturnal enuresis pernah dianggap sebagai kondisi psikologis. Sekarang tampak bahwa
masalah psikologis adalah hasil dari enuresis dan bukan penyebabnya. Anak-anak dengan
enuresis nokturnal belum ditemukan memiliki peningkatan insiden masalah emosional.
Bagi kebanyakan anak, mengompol bukanlah tindakan pemberontakan.
3. Faktor Vesika Urinaria
Studi yang mencoba untuk menetapkan masalah kandung kemih sebagai penyebab
enuresis nokturnal telah kontradiktif. Pengujian urodinamik ekstensif telah menunjukkan
bahwa fungsi kandung kemih jatuh dalam kisaran normal pada anak-anak dengan enuresis
nokturnal. Namun, satu penyelidikan menemukan bahwa sementara kapasitas kandung
kemih yang nyata identik pada anak-anak dengan dan tanpa enuresis nokturnal, kapasitas
kandung kemih fungsional mungkin kurang pada mereka dengan enuresis. Tidak ada
korelasi yang ditemukan antara stenosis uretra atau meatus dan mengompol. Selanjutnya,
kelainan kongenital, struktural, atau anatomi jarang hadir hanya sebagai enuresis.
4. Hormon Vasopresin
Telah dipostulasikan bahwa perkembangan normal mungkin termasuk pembentukan ritme
sirkadian dalam sekresi vasopresin arginin, hormon antidiuretik. Kenaikan nokturnal pada
hormon ini akan menurunkan jumlah urin yang diproduksi pada malam hari. Bisa jadi
anak-anak dengan enuresis nokturnal mengalami keterlambatan dalam mencapai
peningkatan sirkadian dalam hormon vasopresin dan dengan demikian, dapat
mengembangkan poliuria nokturnal. Poliuria nokturnal ini dapat mempengaruhi
kemampuan kandung kemih untuk menahan urin sampai pagi.
5. Faktor Tidur
Baik poliuria nokturnal maupun kapasitas kandung kemih fungsional yang berkurang
cukup menjelaskan mengapa anak-anak dengan enuresis nokturnal tidak bangun untuk
berkemih. Kontroversi telah ada selama bertahun-tahun tentang apakah enuresis
mencerminkan gangguan tidur. Dalam kebanyakan penelitian, electro encephalograms
tidur tidak menunjukkan perbedaan atau hanya perubahan spesifik pada anak-anak dengan
dan tanpa enuresis nokturnal. Ketika disurvei, orang tua secara konsisten mempertahankan

7
bahwa anak-anak mereka dengan enuresis nokturnal adalah "tidur nyenyak," dibandingkan
dengan anak- anak mereka yang tidak tidur.
Menurut Rosdahl dan Kowalski (2017: 1329) Pemeriksaan urologis lengkap sangat
penting dilakukan untuk mengungkap penyebab fisik, termasuk infeksi berat, trauma kandung
kemih, diabetes melitus, kapasitas kandung kemih kecil, stenosis meatus (penyempitan lubang
saluran kemih), atau spasme kandung kemih. Kemungkinan faktor fisik lain, yaitu anak tidak
mengosongkan kandung kemih secara sempurna saat berkemih, atau anak benar-benar “tukang
tidur yang sulit di bangunkan”. Jika tidak ditemukan penyebab fisik, tenaga kesehatan akan
mencari kemungkinan masalah emosi yang mendasari.
1.2.4 Tanda Dan Gejala Enuresis
Diagnosa dapat ditegakkan pada anak yang mengalami enuresis menurut DSM-IV
(American Psychiatric Assosiation, 1994) apabila :

1. Buang air kecil berulang pada siang dan malam hari di tempat tidur atau pada pakaian
2. Sebagian besar tidak sengaja, tetapi kadang-kadang disengaja. Sekurang-kurangnya terjadi
2 kali dalam 1 minggu selama lebih dari 3 bulan atau harus menyebabkan kesulitan yang
signifikan dibidang social, akademik dan fungsi lainnya.
3. Anak tersebut mencapai usia dimana berkemih secara normal seharusnya telah tercapai
yakni usia kronologis paling sedikit 5 tahun.
4. Tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi kesehatan secara
umum.

1.2.5 Patofisiologi Enuresis

Penyebab organik yang mungkin berhubungan dengan enuresis, harus


disingkirkan sebelum mempertimbangkan faktor-faktor psikogenik. Penyebab agen
tersebut termasuk gangguan struktural saluran kemih, infeksi saluran kemih, defisit
neurologis, gangguan yang meningkatkan haluaran normal urin (seperti diabetes
dan gangguan yang mengganggu kemampuan ginjal kronis atau penyakit sel
sabit).
Volume kandung kemih 300 sampai 500 ml adalah cukup untuk menahan urin
pada malam hari. Kapasitas kandung kemih normal (dalam ons) adalah usia anak
ditambah 2 (misal, kapasitas normal kandung kemih anak berusia enam tahun
adalah 8 ons).
Pada kasus lain enuresis dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional, walaupun

8
meragukan bahwa faktor-faktor tersebut adalah faktor penyebabnya. Orang tua
melaporkan bahwa anak-anak ini, tidur lebih pulas daripada anak-anak lainnya.
Namun, kedalaman tidur tidak teridentifikasi sebagai penyebab enuresis noktural.
1.2.6 Penatalaksanaan Medis
1. Desmopresin Acetat
Merupakan antidiuretik yang meningkatkan reabsorbsi air. Obat ini diberikan sebelum
tidur dengan cara disemprotkan ke hidung namun terdapat juga dalam sediaan oral tablet.
Meskipun begitu hanya 10% dari dosis semprotan hidung yang dapat diabsorbsi, dapat
diabsorbsi dengan cepat dan mencapai kadar maksimum didalam plasma 40 - 55 menit
setelah pemberian terapi. Durasi kerjanya 10 - 12 jam, dengan waktu paruh 4 - 6 jam.
Dosis yang diberikan dimulai dengan 20 mcg untuk sediaan semprot hidung (1 semprot
untuk setiap hidung) pada malam hari atau 0,2 mg untuk sediaan tablet. Desmopresin dapat
digunakan dalam mengurangi nocturnal enuresis sampai anak dapat menahan miksi, tidak
memiliki efek samping dan menunjukkan efek antienuretik yang signifikan. Tetapi
desmopresin kontra indikasi pada pasien dengan thrombotic thrombocytopenic purpura.
2. Imipramin
Merupakan obat antidepresan trisiklik yang diminum 25 mg sebelum makan malam.
Mekanisme kerjanya belum jelas, namun mempunyai efek signifikan pada saat tidur.
Respon klinis obat ini bergantung pada kadar plasma dalam darah, efek sampingnya
berupa toksik dan lethal overdosis bila digunakan dalam dosis besar. Efek samping yang
terjadi dapat berupa iritabilitas, penurunan nafsu makan, mual dan muntah.
3. Obat-Obat Parasimpatolitik
Seperti atropine atau Belladona berguna menurunkan tonus otot detrusor. Dapat juga
digunakan Methaline bromide 25-27 mg sebelum tidur.
4. Obat Simpatomimetik
Seperti dextroamphetamine sulfate 5-10 mg sebelum tidur. Obat-obatan ini tidak terlalu
berguna karena sebagian besar akan mengalami relaps saat penggunaan obat dihentikan.
1.2.7 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Edukasi
Edukasi yang harus diberikan kepada orang tua adalah bahwa enuresis bukanlah suatu
penyakit, dan akan menghilang dengan sendirinya, 16% anak usia 5 tahun pernah
mengalami enuresis. Orang tua perlu memahami bahwa enuresis bukan merupakan
kesalahan anak dan tidak seharusnya anak dengan enuresis diberikan hukuman.

9
2. Perubahan kebiasaan
Yaitu mengurangi asupan air 2 jam sebelum tidur, mencegah mengkonsumsi minuman
berkafein, orang tua membangunkan anaknya pada malam hari untuk miksi denga cara
mengidupkan lampu atau mengusapkan handuk dingin diwajahnya, latihan menahan miksi
untuk memperbesar kapasitas kandung kemih agar waktu antara miksi menjadi lebih lama,
minta anak membantu membersihkan serta mengganti alas tempat tidurnya dan mengganti
piyama sendiri, serta memberi hadiah bila anak tidak mengompol.
3. Miksi sebelum tidur
Dimana anak diharuskan pergi ke toilet untuk buang air kecil sebelum tidur pada setiap
malamnya.
4. Menggunakan alarm
Yang dilakukan selama 4 - 6 minggu disertai dengan pemberian hadiah agar dapat lebih
efektif. Alarm dipasang sebelum tidur dan berbunyi atau bergetar saat miksi. Alarm terapi
dilakukan dengan alat sensor yang diletakkan dibawah celana dalam anak yang sedang
tidur. Apabila celana basah akibat urin yang keluar, sirkuit listrik menutup, menyebabkan
bel berbunyi dan membangunkan anak yang masih tidur. Berdasarkan metaanalisis dari 56
randomized trial (3257 anak), 60% anak tidak mengalami enuresis dibandingkan 4% anak
yang tidak diterapi dengan alarm terapi. Alarm terapi lebih efektif dibandingkan dengan
antidepresan trisiklik.
5. Psikoterapi
Dengan cara adanya konseling pada anak dan harus dijelaskan pada orang tua bahwa hal
ini akan berhenti dengan sendirinya dan agar lebih efektif dilakukan beberapa terapi, jadi
diharapkan agar orang tua tidak menghukum anak karena nocturnal enuresis akan
memperberat keadaan anak tersebut.

10
1.3 Analisis Jurnal
Pencarian literatur menggunakan databased Google Scholar kata kunci yang yang digunakan
“Enuresis”. Pencarian literatur didapatkan jurnal sebagai berikut. Lihat tabel 1.1

Tabel 1.1

Sampel
Desain Instr- Analisa
No Judul dan Teknik Variabel Hasil
Penelitian umen Data
Sampling
1 Pengaruh Pendekatan Teknik Pengaruh Kuisioner Uji statistik, Sebelum dilakukan toilet
Pelatihan eksperimen pengambilan toilet dan T-Test (Uji T training (Pre Test) rata-
Toilet dengan sampel training lembar berpasangan) rata kejadian enuresis
Training rancangan dengan total dan observasi yaitu dengan nokturnal cukup tinggi
Terhadap one grup sampling, enuresis . uji alternatif yaitu 1,90 (±0,305) atau
Enuresis pre and keseluruhan nokturnal uji Wilcoxon sedangkan setelah
Nocturnal post test populasi diberikan toilet training
Pada Anak design menjdi (Post Test) rata-rata
Usia Pra sampel kejadian enuresis
Sekolah di penelitian nokturnal mengalami
TK Tumbuh yang penurunan yaitu 1,13
Kembang berjumlah 30 (±0,346) dengan
Borong Raya orang tua perubahan rata-rata 737
Kota anak (±0,430), demikian pula
Makassar dengan tingkat
keberhasilan toilet
training sebelum
dilakukannya pelatihan
juga sangat rendah, yaitu
1.90 (±0,305) namun
setelah diberikan toilet
training keberhasilan
mengalami peningkatan
1.10 (±0,800), dengan
perubahan enuresis
nokturnal STD = 0,430
dan perubahan
keberhasilan Toilet
training STD = 0,407.
Berdasarkan hasil T.Test,
p-value = 0,000, dengan
demikian ada pengaruh
pelatihan toilet training
terhadap kejadian
enuresis nokturnal pada
anak usia prasekolah di
TK Tumbuh Kembang
Borong Raya Makassar.

11
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ENURESIS

3.1 Kasus

Seorang anak laki-laki bernama Nino berusia 9 tahun, tetapi msih mengompol tiap
malam hari. Ibu M sudah berkonsultasi ke dokter dan Nino dinyatakan tidak
mempunyai masalah dengan ginjalnya, bisa dikatakan ginjal Nino sehat. Sang ibu
selau mengingatkan Nino untuk tidak banyak minum pada sore hari dan buang air
kecil sebelum tidur. Latar belakang Nino adalah anak laki-laki satu-satunya. Nino
sulung dari 3 bersaudara. Ayah S adalah seorang bersifat keras dan mendisiplin
anaknya dengan tinggi. Bila Nino nakal dan tidak menurut, Nino akan dipukul sambil
dibentak-bentak. Bila sedang belajar dan Nino tidak bisa mengerjakan soal, ayahnya
akan memukul Nino. Nino tidak berani menangis karena apabila menangis ayahnya
akan bertambah marah.
3.2 Pengkajian Keperawatan Keluarga
3.2.1 Data Umum
Nama kepala keluarga : Tn. S
Alamat dan nomor telepon : Jl Manggis RT 003/ RW 006, Sarirejo
Komposisi keluarga :
No Nama Umur Jenis Hubungan Pendidika Status Keterangan
Anggota Kelamin Dengan n Imunisasi
Keluarga Keluarga Terakhir
1. Tn. S 45 Laki-laki Kepala D3 - Hipertensi
keluarga
(Suami/
Ayah)
2. Ny. M 40 Perempuan Istri/ Ibu SMA - Riwayat ISK
3. An. N 9 Laki-laki Anak SD - Enuresis
4 An. F 7 Perempuan Anak SD - Sehat
5 An. R 5 Perempuan Anak TK - Sehat

Genogram

Tn.S Ny.M

12
An.N An.F An.R

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah
1. Tipe Bentuk Keluarga : Nuclear Family
2. Suku Bangsa : Jawa - Indonesia
3. Identifikasi Agama : Islam
4. Status Sosial Ekonomi Keluarga
a. Pekerjaan
Tn. S bekerja sebagai teknisi di suatu perusahaan, Ny. M sebagai ibu rumah tangga dan
membantu Tn. S berjualan dirumah.
b. Sarana ekonomi yang ada di wilayah keluarga
Tn. S dan Ny. M mengatakan hasil berdagang bisa mencukupi keluarga mereka, sementara
hasil penghasilan Tn.S digunakan untuk keperluan rumah lainnya.
c. Penghasilan rata – rata keluarga setiap bulan : Kurang lebih 3.500.000
d. Jaminan kesehatan di keluarga
Keluarga Tn S tidak memiliki JKN/BPJS/ asuransi kesehatan lainnya dikarenakan mereka
beranggapan bahwa pelayanan kesehatan tanpa asuransi kesehatan lebih cepat dibandingkan
dengan menggunakan asuransi kesehatan.

e. Siapa yang mengelola keuangan ?


Tn.S mengatakan yang mengelola keuangan keluarga adalah istrinya Ny.M.
5. Mobilitas Kelas Sosial

13
Keluarga Tn. S jarang berinteraksi dengan tetangga jika tidak ada hal penting, karena keluarga
berpendapat bahwa hanya akan bergunjing saja dan menambah dosa. Keluarga Tn S sering
berkumpul dengan keluarga mereka yang lainnya. Keluarga bisa berekreasi ketika ada waktu
luang bersama. Jika tidak mereka menghibur diri dengan menonton TV.

3.2.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. S masuk kedalam tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
2. Riwayat kesehatan keluarga inti
a. Riwayat kesehatan
Tn S = Hipertensi
Ny M = Riwayat ISK
An N= Enuresis
An F= tidak memiliki penyakit yang serius, batuk pilik musiman.
An R= tidak memiliki penyakit yang serius, batuk pilik musiman.
b. Apakah ada keluarga terdapat penyakit menurun ?
Tn. S mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit menurun.
c. Apakah didalam keluarga terdapat anggota yang mempunyai gangguan mental?
Tn. S mengatakan di dalam keluarganya mempunyai anggota keluarga yang mengalami
gangguan mental/psikologis dimasa pertumbuhannya.
d. Dimana biasanya keluarga membawa salah satu keluarga yang sakit untuk berobat ?
Tn. S mengatakan bahwa dirinya dan keluarganya biasa periksa di pelayanan kesehatan
terdekat seperti dokter daerah setempat, jika memerlukan penanganan serius akan dibawa ke
RS terdekat.
e. Apakah dalam keluarga terdapat riwayat perceraian atau kehilangan (kematian) ?
Tn. S mengatakan ada riwayat kematian di dalam keluarganya. Namun hal tersebut sudah
lama dan tidak keluarga yang tinggal serumah saat ini. Keluarga yang meninggal adalah bapak
dari Tn S
3. Riwayat keluarga asal kedua orang tua
a. Apakah didalam keluarga terdapat anggota yang mempunyai penyakit fisik maupun mental
dari pihak suami/istri?
Tn. S mengatakan tidak ada riwayat penyakit fisik ataupun mental dalam keluarga pihak istri
maupun keluarga dari Tn S
b. Apakah didalam keluarga terdapat riwayat penyakit menurun dari pihak istri/suami ?
Tn. S mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dalam keluaga dari pihak istri maupun
keluarga dari Tn S
c. Apakah didalam keluarga terdapat riwayat penyakit menurun dalam keluarga ?
14
Tn. M mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dalam keluaganya.

3.2.3 Pengkajian Lingkungan


1. Karakteristik rumah
a. Jenis rumah : petak
b. Jenis bangunan : permanen
c. Luas bangunan : Tn. S mengatakan luas bangunan 80 M2
d. Status rumah : Tn. S mengatakan status kepemilikan rumah milik pribadi.
e. Atap rumah : Berdasarkan observasi atap rumah Tn. S menggunakan genteng.
f. Apakah dirumah terdapat jendela ? Rumah Tn. S terdapat jendela dengan ventilasi yang cukup.
g. Apakah jendela dibuka setiap hari ? Tn. S mengatakan membuka jendela setiap harinya.
h. Pencahayaan rumah : Pencahayaan rumahnya Tn. S baik.
i. Penerangan : Tn.S mengatakan penerangan di rumahnya menggunakan listrik PLN.
j. Lantai :Lantai rumah Tn. S menggunakan kramik.
k. Kebersihan didalam rumah : Kebersihan rumah Tn. S terlihat cukup bersih.
l. Kebersihan halaman : Halaman Tn. S terlihat bersih.
m. Sumber air yang digunakan oleh keluarga : Tn. S mengatakan sumber Air menggunakan Air
sumber yang dialirkan dengan sanyo.
2. Karakteristik lingkungan dan komunitas yang lebih besar
a. Tempat tinggal saat ini : Tn. S bertempat tinggal di desa dengan padat penduduk
b. Tempat tinggal saat ini berada di lingkungan : desa padat penduduk dan lingkungan desa
kurang bersih
c. Apakah ada aturan tentang pembuangan sampah di wilayah ? Tn. S mengatakan belum ada
aturan tentang pembuangan sampah.
d. Apakah dilingkungan ini terdapat aktivitas sosial seperti PKK / pengajian ? Tn. S mengatakan
bahwa ada kegiatan PKK, Kumpulan RT, dan pengajian. Keluarga Tn S mengikuti kegiatan
tersebut.
e. Mayoritas mata pencaharian masyarakat dilingkungan ini : Pedagang
f. Berapa jarak rumah dengan pelayanan kesehatan ?Tn. S mengatakan jarak rumahnya dengan
puskesmas pembantu kurang lebih 1 km, dengan dokter sekitar 1 km, dan ke RSUD 2 km.
g. Berapa jarak rumah dengan pasar ?Tn. S mengatakan jarak rumahnya dengan pasar 4 km.
h. Berapa jarak rumah dengan apotik ?Tn. S mengatakan jarak rumahnya dengan Apotik 2 km.
i. Transportasi apa yang digunakan untuk mencapai fasilitas umum yang tersedia ? Sepeda motor
3. Mobilitas geografi keluarga
a. Apakah sebelumnya pernah pindah – pindah rumah ?

15
Tn S sebelum menikah tinggal di rumah orang tuanya yang masih berada disekitar lingkungan
rumah sekarang. Ny. M sebelum menikah tinggal di rumah orang tuanya yang masih berada
disekitar lingkungan rumah sekarang.
b. Transportasi apa yang digunakan untuk melakukan aktivitas sehari – hari ? Semua anggota
keluarga menggunakan Sepeda motor.
4. Interaksi keluarga dengan masyarakat
a. Apakah dalam keluarga besar ada perkumpulan keluarga dalam periode tertentu ? Setiap sore
sekitar pukul 5 keluarga menyempatkan waktu untuk bercengkrama. Tidak ada perkumpulan
keluarga tertentu.
b. Apakah keluarga ikut dalam kegiatan dimasyarakat ?
Keluarga Tn S semua terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. Selain itu, keluarga Tn.S Selalu
menghadiri undangan kegiatan ataupun acara masyarakat setempat

3.2.4 Struktur Keluarga


1. Pola komunikasi keluarga
a. Bahasa apa yang digunakan sehari – hari dalam keluarga ? Tn. S mengatakan di keluarganya
biasanya menggunakan bahasa jawa, walaupun terkadang bercampur dengan bahasa
Indonesia..
b. Bagaimana pola komunikasi antar anggota keluarga ? Tn. S mengatakan komunikasi antara
keluarga terjalin dengan baik, Tn S sangat menerapkan perilaku disiplin pada anak anaknya.
2. Struktur Kekuasaan Keluarga
a. Jika anggota keluarga ada yang mempunyai perilaku menyimpang, siapa yang mempengaruhi
untuk merubah perilaku tersebut ? Tn.S mengatakan yang merubah perilaku adalah bersama-
sama.
b. Siapa yang mempunyai kekuasaan untuk mengambil keputusan ?Tn.S mengatakan yang
mengambil keputusan dalam keluarganya adalah kepala keluarga.
3. Nilai keluarga
a. Kepercayaan yang dianut keluarga :Tn.S mengatakan semua anggota keluarganya menganut
agama islam.
b. Apakah keluarga mempunyai suatu kepercayaan tertentu mengenai agama yang mempengaruhi
kesehatan ?Tn S mengatakan tidak ada suatu kepercayaan di dalam keluarga yang
mempengaruhi kesehatan.
c. Seberapa aktif anggota keluarga dalam melakukan ibadah ?keluarga Tn S melakukan shalat 5
waktu dalan sehari, keluarga mengaji setiap sehabis sholat maghrib.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif

16
a. Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota keluarga masing – masing ? Tn. S
mengatakan anggota keluarganya bisa mengerti kebutuhan masing masing anggota keluarga.
b. Bagaimana perhatian antar anggota keluarga dan apakah mereka saling mendukung ? Tn.S
mengatakan istri dan anak-anaknya saling perhatian, ketika ada yang memiliki masalah,
banyak kerjaan, ataupun sedang sakit seluruh anggota keluarganya saling membantu, dan
memberikan perhatian serta kasih sayang lebih.
c. Apakah antar anggota anggota keluarga akrab?
Tn. S mengatakan bahwa istri dan anak anaknya juga menantunya saling akrab satu sama lain.
Fungsi sosialisasi
a. Apakah anggota keluarga aktif mengikuti sosialisasi dimasyarakat ? Tn. Mmengatakan bahwa
Ny M selalu mengikuti kegiatan social seperti PKK, pengajian bulanan. Tn S sendiri mengikuti
pengajian RT dan RW. Ny M sebelum menikah aktif di perkumpulan remaja, setelah menikah
ikut dalam pengajian bulan.
b. Apakah setiap anggota keluarga mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar ?
Ny M mengatakan keluarganya secara keseluruhan menjalin hubungan yang baik dengan
masyarakat sekitar, namun mereka beranggapan ada beberapa orang yang memang tidak
menyukai keluarganya namun mereka membiarkan hal itu, mereka tidak menghiraukan hal
tersebut.
Fungsi perawatan kesehatan (mengenali masalah kesehatan yang dialami)
a. Apakah Tn. S dan keluarga sudah mengetahui tentang masalah kesehatan yang dialami saat ini
? Tn. S mengatakan keluarga sudah saling mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada
semua anggota keluarga. Begitupun dengan pengobatannya.
b. Jika ada anggota keluarga yang sakit, apakah keluarga segera membawa ke pelayanan
kesehatan ? Tn. S mengatakan jika angota keluarganya sakit biasanya diusahakan untuk
diobati dengan cara mengunjungi ke dokter daerah setempat ataupun RS terdekat.
c. Bagaimana tanggapan anggota keluarga apabila ada anggota keluarga yang sakit ? Tn. S
mengatakan tanggapan anggota keluarga apabila ada keluarga yang sakit langsung
mengusahakan kesembuhan anggota keluarga tersebut.
d. Siapakah yang merawat apabila ada anggota keluarga yang sakit ?Tn. S mengatakan jika ada
anggota keluarga yang sakit yang merawat yaitu bergantian, namun yang lebih sering adalah
Ny. M, karena ketekunan yang dimiliki Ny M.

3.2.5 Stres dan Koping Keluarga


1. Stressor, kekuatan, dan persepsi keluarga : Tn. S dan keluarga mengaku cemas dengan kesehatan
anggota keluarganya namun keluarga tidak putus asa dan tidak terlihat menampilkan perilaku yang
maladaptive

17
2. Strategi koping keluarga :Tn. S mengatakan strategi koping keluarga baik. Selalu mengharapkan
adanya petunjuk dan mengharapkan ridhlo Allah dalam segala kejadian maupun masalah yang
terjadi.
3. Adaptasi keluarga :Tn. S mengatakan adaptasi keluarga baik
4. Melacak Stessor, Koping, Adaptasi Sepanjang waktu
5. Jika ada suatu masalah, Keluarga Tn S berharap atas penyelesaian dengan senantiasa memohon
petunjuk dari Allah SWT.

3.2.6 Data Tambahan


Stres akibat ayah Nino yang sering membentak dan memukul, jika Nino
nakal, memberikan pengaruh terhadap tugas perkembangan dan pola eliminasi
urin Nino. Gangguan tugas perkembangan ini, menyebabkan terjadinya
gangguan tumbuh kembang yang ditandai dengan masih mengompol pada usia
sembilan tahun. Perkembangan psikoseksual (fase laten) yang membutuhkan
peran sesama jenis akhirnya membuat Nino mendapatkan figur keras ayahnya
dan menganggap laki-laki memang harus keras seperti ayahnya. Sedangkan pada
perkembangan psikososial ( industry vs inferiority) Nino masih sangat
membutuhkan dukungan orangtuanya saat menghadapi masalah dalam sekolah
atau pelajaran, namun orangtua Nino kurang mendukung karena cenderung
bersikap keras tanpa memperhatikan stres yang akan dialami Nino.
Pada perkembangan moral, Nino sudah mampu memahami harapan
orangtua, Nino  juga sudah mampu berpikir logis dan memahami reward  dan
punishment  yang diberikan orangtuanya. Selain mengganggu perkembangan
Nino, stres juga dapat mengganggu pola eliminasi urin, sehingga mengakibatkan
Nino mengompol. Jika Nino mengompol pada malam hari, kemudian orangtua
Nino membawa kejadian mengompolnya pada obrolan dengan tetangga sampai
akhirnya terdengar oleh teman-teman dan orang-orang disekelilingnya akan
menimbulkan malu dan harga diri rendah pada Nino. Akibatnya, Nino akan malu
bertemu dengan teman-temannya dan merasa diejek oleh teman- temannya.
3.3 Diagnosa Keperawatan
No Analisa Data Etiologi Masalah keperawatan
.
1 DS: Penurunan tonus kadung Inkontinensia urine
Ny.M mengatakan bahwa kemih fungsional
An.N masih mengompol
dimalam hari saat usianya 9 Pengosongan kadung
18
tahun kemih meningkat
DO :
Buang air kecil sebelum Inkontinensia urine
mencapai toilet fungsional
2 DS : Kurangnya sikap toleran Harga diri rendah
Ny.M mengatakan bahwa orang tua situasional
An.N bila tidak bisa
mengerjakan tugas Rasa percaya diri
ayahnya akan memukulnya. berkurang
DO :
1. An. N berdiam diri Harga diri rendah
2. Merasa ketakutan sitiasional
3. Berbicara pelan dan lirih

3 DS : Enuresis Gangguan Tumbuh


An.N masih mengompol Kembang
dimalam hari saat usianya 9 Keterbatasan lingkungan
tahun
DO : Gangguan Tumbuh
Kondisi individu Kembang
mengalami gangguan
kemampuan bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan
kelompok usia
3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urin fungsional b.d penurunan perhatian pada tanda-tanda keinginan berkemih
(D.0044)
2. Harga diri rendah situasional b.d transisi perkembangan (D.0087)
3. Gangguan tumbuh kembang b.d keterbatasan lingkungan (D.0106)

3.5 Intervensi Keperawatan


No. SDKI SLKI SIKI
Dx
1 Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan Edukasi latihan berkemih (I.12388)
urin fungsional keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi kemampuan pasien
b.d penurunan maka inkontinensia urin dan keluarga menerima informasi
perhatian pada fungsional menurun dengan 2. Persiapkan materi dan alat peraga
tanda-tanda KH: (L.04034) latihan berkemih
keinginan 1. Desakan berkemih 3. Tentukan waktu yang tepat untuk
berkemih menurun memberikan pendidikan
(D.0044) 2. Distensi kandung kesehatan sesuai kesepakatan
kemih menurun 4. Jelaskan penyebab dan kendala-
3. Volume residu urine kendala dalam berkemih
19
menurun 5. Ajarkan metode komunikasi yang
4. Mengompol menurun digunakan untuk
mengekspresikan kebutuhan
toileting
6. Jelaskan hal-hal yang harus
dilakukan untuk mendorong
eliminasi
7. Demonstrasikan cara latihan
berkemih
2 Harga diri Setelah dilakukan tindakan Promosi kopong (I.09312)
rendah keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi kegiatan jangka
situasional b.d maka harga diri rendah pendek dan panjang sesuai tujuan
transisi situasional membaik dengan 2. Identifikasi kemampuan yang
perkembangan KH: (L.09069) dimiliki
(D.0087) 1. Perasaan malu menurun 3. Identifikasi dampak situasi
2. Perasaan tidak bisa terhadap peran dan hubungan
melakukan sesuatu 4. Identifikasi metode penyelesaian
menurun masalah
3. Perasaan bersalah 5. Identifikasi kebutuhan dan
menurun keinginan terhadap dukungan
4. Kontak mata meningkat sosial
5. Penilaian diri positif 6. Diskusikan perubahan peran yang
meningkat dialami
7. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
8. Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
9. Motivasi terlibat dalam kegiatan
sosial
10. Kurangi rangsangan lingkungan
yang mengancam
11. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Perkembangan (I.10339)


tumbuh keperawatan selama 1x24 jam
kembang b.d maka gangguan tumbuh 1. Identifikasi
keterbatasan kembang membaik (L.10102) pencapaian tugas perkembangan
lingkungan anak
(D.0106) 2. Minimalkan
kebisingan ruangan
3. Pertahankan
lingkungan yang mendukung
perkembangan optimal
4. Motivasi anak
berinteraksi dengan anak lain
3.6 Implementasi
No.Dx Implementasi
20
1 1. Mengidentifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
2. Mempersiapkan materi dan alat peraga latihan berkemih
3. Menentukan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Menjelaskan penyebab dan kendala- kendala dalam berkemih
5. Mengajarkan metode komunikasi yang digunakan untuk mengekspresikan
kebutuhan toileting
6. Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk mendorong eliminasi
7. Mendemonstrasikan cara latihan berkemih
2 1. Mengidentifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
2. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Mengidentifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
4. Mengidentifikasi metode penyelesaian masalah
5. Mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
6. Mendiskusikan perubahan peran yang dialami
7. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
8. Mendiskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
9. Memotivasi terlibat dalam kegiatan sosial
10. Mengurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
11. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
3 5. Mengidentifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
6. Meminimalkan kebisingan ruangan
7. Mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
optimal
8. Memotivasi anak berinteraksi dengan anak lain
3.7 Evaluasi
No. Dx Evaluasi
1 S: ibu px mengatakan bahwa pasien masih mengompol di malam hari
O: kencing sebelum ke toilet
A: masalah belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan

2 S: ibu px mengatakan bahwa px belajar bersosialisasi dengan temannya


O: px mulai bersosialisasi
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

3 S : ibu px mengatakan px masih mengompol di usia perkembangannya yaitu 9 tahun


O : px mengompol dimalam hari
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Enuresis adalah ketidakmampuan mengontrol buang air kecil dimana seseorang seharusnya
pada usia yang diharapkan sudah dapat menahan urin (usia 5 tahun atau lebih). Enuresis adalah
pengeluaran urin secara involunter dan berulang yang terjadi pada usia yang diharapkan dapat
mengontrol proses buang air kecil, tanpa kelainan fisik yang mendasari (Soetjiningsih, 2017:
372). Diperkuat oleh (Newel & Meadow, 2003 dalam Permatasari 2018: 284) bahwa enuresis
berlangsung melalui proses berkemih yang normal (normal voiding), tetapi pada tempat dan waktu

22
yang tidak tepat yaitu berkemih di tempat tidur atau menyebabkan pakaian basah dan dapat terjadi
saat tidur malam hari (enuresis nocturnal), siang hari (enuresis diurnal) ataupun pada siang dan
malam hari.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
keperawatan, hendaknya dapat menguasai konsep asuhan keperawatan keluarga pada pasien
enuresis dan memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan benar dan tepat sehingga dapat
sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Graham, K. M. and Levy, J. B. (2009) ‘Enuresis’, Pediatrics in Review. doi: 10.1542/pir.30-5-


165.

Greydanus, D. E., Feinberg, A. N. and Feucht, C. (2015) ‘Enuresis’, in Chronic Disease and
Disability: The Pediatric Kidney. doi: 10.3329/jpsb.v3i2.23917.

Susilo, A. (2010) ‘Asuhan Keperawatan Keluarga’, Fakultas Ilmu Kesehatan Ump.

Tambunan, T. (2016) ‘Inkontinensia Urin pada Anak’, Sari Pediatri. doi:


10.14238/sp2.3.2000.163-9.
23
Walker, R. A. (2019) ‘Nocturnal Enuresis’, Primary Care - Clinics in Office Practice. doi:
10.1016/j.pop.2019.02.005.

24

Anda mungkin juga menyukai