Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM KESEHATAN

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 455 K/PID/2010 TAHUN 2011

KELALAIAN dr. TAUFIK WAHYUDI MAHADY, SP.OG

DOSEN PENGAMPU:

IFRANI, S.H., M.H.

OLEH:

KELOMPOK 11

AGUS SETIAWAN 1710211210006

AKHMAD 1710211210012

DANI WAHYUDI 1710211210028

INDRA PRIYONO 1710211210045

M. IQBAL RACHMATULLAH 1710211210063

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1


BAB I ............................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 2
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Kesalahan dan Kelalaian Dokter ................................................................ 3
2.2. Pertanggungjawaban atas Dokter yang Lalai ........................................... 4
2.3. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Dr. Taufik Wahyudi
Mahady, Sp.OG ....................................................................................................... 6
2.4. Putusan Mahkamah Agung dalam Memutus Perkara Dr. Taufik
Wahyudi Mahady, Sp.OG .................................................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan, dan pencegahan


gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan, dan persalinan. Tentu dalam memelihara
kesehatan kita memerlukan jasa pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan,
tetapi bagaimana apabila dalam proses nya terjadi suatu kelalaian oleh tenaga
kesehatan sehingga mengakibatkan rasa sakit berkepanjangan, luka bahkan
kematian.

Yang mana akan kami berikan satu contoh yaitu pada kasus kelalaian dr.
Taufik Wahyudi Mahady SP.OG dalam menangani operasi persalinan (caesar)
Rita Yanti. Saat penutupan operasi, sang dokter lupa mengambil kain kasa yang
digunakan untuk menutup luka, sehingga benda tersebut tertinggal di dalam
perut.

1.2. Rumusan masalah


1. Apakah yang menjadi kriteria sehingga dokter dikatakan telah melakukan
suatu kesalahan/kelalaian?
2. Apakah kita dapat meminta pertanggungjawaban atas perbuatan dokter yang
lalai?
3. Apa saja yang dijadikan hakim sebagai pertimbangan dalam memutus
perkara dalam kasus dr. Taufik?
4. Apa putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam memutus perkara
kasus dalam kasus dr. Taufik?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kesalahan dan Kelalaian Dokter

Tolok ukur untuk mengetahui apakah dokter telah melakukan suatu


kelalaian atau dokter itu bersalah atau tidak, maka dokter tersebut harus
melakukan sesuai dengan yang dilakukan oleh teman sejawatnya dalam keadaan
yang sama yaitu dokter haruslah mempunyai kemampuan dan kehati-hatian
dalam melakukan perawatan terhadap pasien.

Dalam praktik kedokteran sehari-hari, dokter harus selalu mengantisipasi


kemungkinan terjadinya resiko sebagai akibat tindakan yang dilakukannya, dan
sekaligus melakukan upaya pencegahan bila mungkin dan menyiapkan upaya
penanggulangannya apabila resiko tersebut tidak dapat dihindarinya.

Karena bila resiko tersebut benar-benar terjadi, walaupun dokter telah


memperhitungkan akibat dari tindakannya dan juga telah mempertimbangkan
sebaik-baiknya, tetapi jika ia lalai tidak menyiapkan upaya penanggulangannya
atau pencegahannya terhadap resiko yang bisa menimbulkan bahaya terhadap
pasiennya, hal semacam demikian dianggap dokter telah melakukan kelalaian.

Oleh Guwandi sebagaimana dikutip oleh Anny Isfandyarie dikatakan


bahwa, ada enam (6) macam bentuk kelalaian dari seorang dokter sebagai
berikut:1

1
Kevin G. Y. Ronoko,”Pertanggungjawaban Dokter Atas Tindakan Malpraktek”,
https://media.neliti.com/media/publications/3313-ID-pertanggungjawaban-dokter-atas-tindakan-
malpraktek-yang-dilakukan-menurut-hukum.pdf (diakses pada 21 oktober 2019, pukul 21:46)

3
1. Malfeasance, apabila seseorang melakukan suatu tindakan yang
bertentangan dengan hukum atau melakukan perbuatan yang tidak patut
(execution of an unlawful or improper act).
2. Misfeasance, ialah pelaksanaan suatu tindakan tidak secara benar (the
improper performance of an act).
3. Nonfeasance, apabila seseorang tidak melakukan suatu tindakan yang
sebenarnya ia wajib melakukannya (act the failure to when there is aduty to
act).
4. Malpractice, adalah suatu kelalaian atau tidak berhati-hati dari seseorang
yang melaksanakan pekerjaan profesinya, misalnya: perawat, bidan,
apoteker, dokter, akuntan dan sebagainya (negligencxe or carelessness of a
professional person, such as nerse, pharmacist, physician, accountant, etc).
5. Maltreatment, ialah suatu perbuatan dengan cara pelaksanaan/penanganan
yang sembarangan, misalnya: tindakan operasi yang dilakukan secara tidak
benar/tidak terampil (improper or unskillfull treatment). Hal ini bisa
disebabkan oleh ketidaktahuan, kelalaian atau tidak ada kehendak untuk
bekerja lebih baik (ignorance, neglect, or willfullness).
6. Criminal negligence, adalah kejahatan dalam bentuk sikap yang acuh tak
acuh atau tidak peduli terhadap keselamatan orang lain walaupun ia
mengetahui bahwa tindakannya itu bisa mengakibatkan cedera kepada orang
lain (reckless disregard for the safety of another. It is willfull indifference to
an injury which could follow an act).

2.2. Pertanggungjawaban atas Dokter yang Lalai

Dokter dalam melakukan suatu tindakan, harus bertanggung jawab sebagai


subyek hukum, karena subyek hukum adalah sebagai pengemban hak dan
kewajiban.

Tanggung jawab hukum yang terjadi yang berkaitan dengan pelaksanaan


profesinya sebagai seorang dokter, masih dapat dibedakan antara:

4
1. Tanggung jawab terhadap ketentuan profesionalnya yang termuat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Men.Kes/SK/X/1983 tentang
KODEKI; dan
2. Tanggung jawab terhadap ketentuanketentuan hukum yang tercantum dalam
Undang-Undang, yaitu Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP)
beserta hukum acaranya (KUHAP), KUHPerdata, UU Perlindungan
Konsumen, UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU no. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Berkaitan dengan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang


dokter dalam melaksanakan profesinya, maka tidak terlepas dari ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya. Di dalam
ketentuan-ketentuan hukum ini termuat tentang apa yang menjadi hak dan
kewajiban dari seorang dokter dalam melaksanakan tugastugasnya atau
profesinya. Dokter harus benarbenar mengetahui apa yang menjadi
kewajibannya dan apa yang menjadi haknya. Berkaitan dengan kewajiban
hukum maka hal tersebut menyangkut apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan, atau apa yang seharusnya dilakukan maupun tidak seharusnya
dilakukan oleh dokter dalam melaksanakan profesinya.

Munir Fuady, membagi kewajiban hukum yang utama dari seorang dokter
menjadi empat (4) hal yang terdiri dari:2

1. Kewajiban melakukan diagnosis penyakit;


2. Kewajiban mengobati penyakit;
3. Kewajiban memberikan informasi yang cukup kepada pasien dalam bahasa
yang dimengerti oleh pasien, baik diminta atau tidak;
4. Kewajiban untuk mendapatkan persetujuan pasien (tanpa paksaan atau
penekanan) terhadap tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter

2
Ibid, hlm.89

5
setelah dokter memberikan informasi yang cukup dan dimengerti oleh
pasien.

Seperti pada kasus dr. taufik yang saat penutupan operasi, sang dokter
lupa mengambil kain kasa yang digunakan untuk menutup luka, sehingga benda
tersebut tertinggal di dalam perut dan menyebabkan rasa sakit yang
berkepanjangan sehingga dapat dipidana karena kealpaannya menyebabkan
orang lain luka sedemikian rupa sehingga berhalangan melakukan pekerjaan
untuk sementara waktu, yang di lakukan dalam melakukan suatu jabatan atau
pekerjaan” sebagaimana diatur Pasal 360 ayat (2) KUHPidana Jo Pasal 361
KUHPidana.

2.3. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara Dr. Taufik Wahyudi


Mahady, Sp.OG

Pada awalnya putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh No.


109/Pid.B/2006/ PN.BNA. tanggal 10 Agustus 2009 menyatakan Terdakwa dr.
TAUFIK WAHYUDI MAHADY, Sp.OG tersebut telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga berhalangan melakukan
pekerjaan untuk sementara waktu yang dilakukan dalam melakukan suatu
jabatan atau pekerjaan" ; dan Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan, kemudian
Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani kecuali jika dikemudian
hari ada perintah lain dalam putusan Hakim karena Terdakwa terbukti bersalah
telah melakukan tindak pidana lain sebelum berakhirnya masa percobaan
selama 10 (sepuluh) bulan

Berlanjut pada putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh No. 181/PID/2009/


PT.BNA. tanggal 07 Desember 2009 menyatakan Menerima permintaan

6
banding dari Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa sehingga Membatalkan
putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh No. 109/Pid.B/2009/ PN.BNA, tanggal
10 Agustus 2009 Yang dimintakan banding.

MENGADILI SENDIRI

- Menyatakan bahwa Terdakwa dr. Taufik Wahyudi, Sp.OG bin DR. Rusli
Mahady yang tersebut atas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melanggar Pasal 360 ayat (1) jo Pasal 361 ayat (2) KUHPidana,
sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum pada kedua dakwaan
tersebut;
- Membebaskan ia Terdakwa oleh karena itu dari kedua dakwaan tersebut;
- Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan kedudukan harkat serta
martabatnya;

Kemudian pada putusan NOMOR 455 K/PID/2010 Menimbang, bahwa


terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan-
alasan kasasi Jaksa Penuntut Umum dapat dibenarkan. Jaksa Penuntut Umum
dapat membuktikan bahwa bebasnya Terdakwa bukan bebas murni. Judex
facti/Pengadilan Tinggi telah salah menerapkan hukumnya menyatakan hal
tersebut kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran berdasarkan
Pasal 29/2004 padahal pelanggaran disiplin tidak menghilangkan hak setiap
orang melepaskan tindak pidana tersebut sebagaimana disebut Pasal 66 (3)
Undang-Undang 29/2004. Terdakwa pada bulan Agustus 2008 melihat ada
benda asing terdapat dalam perut korban akibat operasi caesar, tetapi tidak
diungkap Terdakwa kepada korban tidak melakukan tindak operasi kembali.
Korban baru tahu setelah ke RSU Zainoel Abidin pada bulan Desember 2008.
Dr. Andalas SP.OG menyimpulkan ada infeksi bekas operasi dan dioperasi
kembali dengan membuka jaringan pada bekas operasi yang busuk bekas
operasi lama yaitu terdapat benda putih lalu ditusuk dengan pinset, ternyata kain
kasa 20 X 10 cm terjadi perlengketan hebat dalam uterus kiri kanan korban.

7
Positif ada kain kasa tertinggal ketika dioperasi Terdakwa pertama dan
Terdakwa tidak bertanggung jawab dikatakan korban alergi jahitan. Dengan
demikian Terdakwa telah melakukan kelalaian ketika operasi caesar dan
dipersalahkan kepada Terdakwa, dan Bahwa benar pada tanggal 21 Desember
2008, setelah dilakukan operasi ulang terhadap saksi RITA yang dilakukan oleh
dr. Andalas, SP.OG, di ketemukan kain kassa sepanjang lebih dari 20 X 10 cm
dalam keadaan masih utuh tertinggal dalam perut pasien RITA yang
menyebabkan luka infeksi sehingga luka bekas operasi caesar tidak sembuh.

Menimbang, bahwa dalam musyawarah Hakim Agung pada tanggal 7


April 2011, terdapat perbedaan pendapat (Dissenting Opinion) dari Ketua
Majelis yang memeriksa dan memutus perkara ini yaitu H. Mansur Kartayasa,
SH.MH. berpendapat bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat
dibenarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

- Bahwa judec facti tidak salah menerapkan hokum karena putusan judex facti
yang membenarkan Terdakwa dari segala dakwaan telah didasarkan
pertimbangan dan alasan-alasan hukum yang benar. Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum bahwa Terdakwa karena kelalaiannya telah mengakibatkan
pasien yaitu RITA YANTI binti JAMAL yang dilakukan operasi caesar
menderita luka dinyatakan tidak terbukti karena telah sesuai fakta-fakta
hukum sebagai berikut :
1. Luka yang dialami korban/saksi adalah akibat operasi caesar yang
dilakukan atas keinginan dan persetujuan saksi dan suami saksi sendiri
dan operasi caesar sendiri telah berhasil dan selamat demikian pula bayi
yang bersangkutan;
2. Tertinggalnya kain kasa dalam perut korban bukan kelalaian dalam
pengertian pidana tapi merupakan kelalaian medik karena tindakan
operasi tidak dilakukan oleh Terdakwa sendiri selaku dokter bedah tapi
dilakukan oleh sebuah Tim yang terdiri dari dokter anastesi, Penata
Anestesi, Asisten Anestesi dan instrumen/perawat ;

8
3. Kepada Terdakwa seharusnya didakwa melanggar Pasal 79 huruf c yo
Pasal 51 a Undang-Undang 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
yaitu Dokter yang tidak memberikan pelayanan medik sesuai standar
profesi dan prosedur operasional, namun karena tidak didakwakan Jaksa
Penuntut Umum maka kepada Terdakwa tidak dapat dinyatakan bersalah
atas tindak pidana tidak yang didakwakan.

Menimbang, bahwa oleh karena terjadi perbedaan pendapat (Dissenting


Opinion), maka sesuai Pasal 30 ayat 3 Undang-Undang No. 5 tahun 2004,
Majelis setelah bermusyawarah diambil keputusan dengan suara terbanyak,
yaitu mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kiasasi
Jaksa Penuntut Umum tersebut ; Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan
pidana Mahkamah Agung akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan
dan yang meringankan.

Hal-hal yang memberatkan:

1. Perbuatan Terdakwa menyebabkan korban RITA YANTI binti (alm)


JAMAL luka sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya sementara ;
2. Terdakwa telah lalai dalam melaksanakan tugasnya selaku dokter spesialis
kebidanan dan kandungan.

Hal-hal yang meringankan:

1. Terdakwa bersikap sopan di persidangan;


2. Antara pihak Terdakwa dengan pihak korban telah terjadi perdamaian;
3. Terdakwa belum pernah dihukum;

9
2.4. Putusan Mahkamah Agung dalam Memutus Perkara Dr. Taufik Wahyudi
Mahady, Sp.OG

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas


Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh
NO. 181/Pid/2009/PT.BNA. tanggal 7 Desember 2009 yang membatalkan
putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh No, 109/Pid.B/2009/PN.BNA, tanggal
10 Agustus 2009 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus
dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut.

Memperhatikan Undang-Undang No.48 Tahun 2009, Undang-Undang


No.8 Tahun 1981 dan Undang-Undang No.14 Tahun 1985, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No,5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang No.3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain
yang bersangkutan;

MENGADILI

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Jaksa/ Penuntut


Umum pada Kejaksaan Negeri Banda Aceh tersebut ;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Banda Aceh No. 181/Pid/2009/


PT.BNA. tanggal 7 Desember 2009 yang membatalkan putusan Pengadilan
Negeri Banda Aceh No. 109/Pid.B/2009/PN.BNA. tanggal 10 Agustus 2009.

MENGADILI SENDIRI

1. Menyatakan Terdakwa dr. Taufik Wahyudi Mahady, Sp.OG Bin DR. Rusli
Mahady terbukti bersalah melakukan tindak pidana “karena kealpaannya
menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga berhalangan
melakukan pekerjaan untuk sementara waktu, yang dilakukan dalam
melakukan suatu jabatan atau pekerjaan”
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dr. Taufik Wahyudi Mahady,
Sp.OG Bin DR. Rusli Mahady berupa pidana penjara selama 6 (enam) bulan
3. Bukti berupa : 1 (satu) potong kain kassa berukuran lebih kurang 10 x 20
cm yang sangat bau.

10
Dirampas dan dimusnahkan;

Menghukum Termohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk membayar biaya


perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini ditetapkan
sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dokter disebut melakukan kesalahan atau kelalaian medis apabila ketika


dalam tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter, mengakibatkan
kerugian, baik cacat ataupun matinya pasien, walaupun cacat atau matinya
pasien harus dibuktikan terlebih dahulu baik secara disiplin ilmu kedokteran,
etika kedokteran serta hukum pidana. Menurut Gowandi dikatakan bahwa ada 6
macam bentuk kesalahan/kelalaian dari seorang dokter yaitu malfeasance,
misfeasance, nonfeasance, malpractice, maltreatment, dan criminal negligence.

Tanggung jawab hukum yang terjadi yang berkaitan dengan pelaksanaan


profesinya sebagai seorang dokter, masih dapat dibedakan antara:

1. Tanggung jawab terhadap ketentuan profesionalnya yang termuat dalam


Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Men.Kes/SK/X/1983 tentang
KODEKI; dan
2. Tanggung jawab terhadap ketentuanketentuan hukum yang tercantum dalam
Undang-Undang, yaitu Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP)
beserta hukum acaranya (KUHAP), KUHPerdata, UU Perlindungan
Konsumen, UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU no. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Pertimbangan dan Putusan Hakim Dalam Putusan Nomor 455 K/Pid/2010

Menimbang, bahwa oleh karena terjadi perbedaan pendapat (Dissenting


Opinion), maka sesuai Pasal 30 ayat 3 Undang-Undang No. 5 tahun 2004,
Majelis setelah bermusyawarah diambil keputusan dengan suara terbanyak,
yaitu mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi

12
Jaksa Penuntut Umum tersebut ; Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan
pidana Mahkamah Agung akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan
dan yang meringankan, Kemudian Menyatakan Terdakwa dr. Taufik Wahyudi
Mahady, Sp.OG Bin DR. Rusli Mahady terbukti bersalah melakukan tindak
pidana “karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa
sehingga berhalangan melakukan pekerjaan untuk sementara waktu, yang
dilakukan dalam melakukan suatu jabatan atau pekerjaan”

13
DAFTAR PUSTAKA

Agung, M. (2011, 5 4). Direktori Putusan. Retrieved from


putusan.mahkamahagung.go.id:
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/3196117eece126e1abfc86bd88
1aefe7

Ronoko, K. G. (2015). Pertanggungjawaban Dokter Atas Tindakan Malpraktek yang


Dilakukan Menurut Hukum Positif Indonesia. Lex Crimen, 86-93.

Simanjuntak, L. (2013, 11 28). Ini Kasus Dokter Dipidana Karena Malapraktik.


Retrieved from merdeka.com: https://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-
dokter-dipidana-karena-malpraktik.html

14

Anda mungkin juga menyukai