Tim Penulis:
Miftahul Jannah, Nila Kartika Sari, Miftahul Mushlih, Muhammad Rifqi Hariri,
Priyambodo, Rina Hidayati Pratiwi, Dwi Sendi Priyono, Yana Rubiyana,
Pratiwi Prananingrum, Dwi Anggorowati Rahayu, Sapto Andriyono, Mo Awwanah.
Desain Cover:
Dwi Sendi Priyono
Tata Letak:
Aji Abdullatif R
Proofreader:
N. Rismawati
ISBN:
978-623-6457-01-6
Cetakan Pertama:
Agustus, 2021
PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
(Grup CV. Widina Media Utama)
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
iii
dengan aplikasi DNA lingkungan (eDNA). eDNA merupakan metode baru
dalam penelitian keanekaragaman hayati. Sampel DNA dapat diambil dari
lingkungan (air, tanah, dan udara) tanpa memerlukan tanda yang jelas dari
sumber biologis. Kajian metabarcoding untuk menduga DNA yang tersebar
di lingkungan (air, tanah dan udara) memberikan harapan kajian
biodiversitas yang semakin efisien dan biaya yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan survei tradisional. Aplikasi DNA lingkungan (eDNA)
menggabungkan para ilmuwan ekologis, dan bioinformatik untuk
bersama-sama terus mengembangkan metode yang lebih efektif dalam
pengelolaan sumberdaya alam.
Penemuan PCR dan sekuensing berperan besar dalam perkembangan
riset genetika dan biologi molekuler. Saat ini teknik PCR dan sekuensing
telah berkembang pesat. Metode multipleks PCR memungkinkan
amplifikasi beberapa sekuens menggunakan beberapa pasang primer
dalam satu reaksi. Teknik multipleks PCR dapat menghemat waktu dan
reagen. Aplikasi multipleks PCR dapat kita lihat secara nyata dalam
diagnosis pasien Covid-19. Selain itu, revolusi metode deteksi urutan
sekuen nukleotida melalui sekuensing memungkinkan deteksi mutasi virus
Covid-19 yang sangat cepat. Awalnya sekuensing berkembang dari metode
sanger dan maxam-gilbert, teknik ini telah berkembang menjadi next
generation sequencing. Prinsip dan aplikasi teknologi sekuensing ini dapat
dibaca dengan lebih jelas di buku ini.
Penemuan enzim reverse transkriptase oleh Termine dan Baltimore
pada tahun 1970 merupakan cikal bakal berkembangnya reverse
transcription secara in vitro. Teknik Reverse Transcription memanfaatkan
enzim transkriptase untuk transkripsi balik RNA menjadi DNA. Aplikasi
teknik reverse transcription dan real time-PCR dikenal luas di tengah
mewabahnya virus SARS-CoV-2 saat ini. Namun demikian, aplikasi reverse
transcription dan real time-PCR tidak terbatas pada analisis diagnosis
Covid-19 saja, prinsip dan aplikasi reverse transcription dan real time-PCR
dalam berbagai bidang dapat dibaca dalam buku ini.
Bab terakhir dari buku ini akan membahas secara detail tentang
prinsip dan aplikasi CRISPR-Cas9, mulai dari sejarah penemuan dan
klasifikasi sistem CRISPR, prinsip kerja CRISPR-Cas9 baik sebagai
mekanisme imunitas adaptif pada organisme prokariotik maupun sebagai
iv
alat dalam metode genome editing, serta aplikasi CRISPR-Cas9 khususnya
pada pengeditan genom tumbuhan. Untuk memahami lebih detail tentang
CRISPR-Cas9, pembaca dapat mempelajarinya pada bab terakhir dari buku
ini.
Buku ini tidak akan hadir tanpa kontribusi dan komitmen berbagai
pihak. Kami berterima kasih pada para reviewers karena telah
memberikan kritik dan saran yang sangat berharga. Kami berterimakasih
pada tim penerbit yang tidak lelah untuk mengkoordinasi dan menampung
aspirasi kami. Terimakasih secara khusus pada guru-guru kami, mahasiswa
kami, kolega kami, keluarga, dan orangtua kami yang selalu memberikan
dukungan agar kami senantiasa berkontribusi positif bagi perkembangan
pendidikan dan sains di Indonesia.
Kami berharap bahwa kita semua dapat menikmati membaca buku ini!
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
C. Urgensi studi SNP pada bidang biologi ······································· 81
D. Metode analisis SNP ··································································· 82
E. Studi kasus SNP pada manusia ··················································· 84
F. Studi kasus SNP pada hewan ······················································ 85
G. Studi kasus SNP pada tumbuhan ················································ 86
H. Rangkuman materi ····································································· 87
BAB 6 PRINSIP DAN APLIKASI METODE MULTIPLEKS PCR ··················· 93
A. Pengertian metode multipleks PCR ············································ 93
B. Prinsip metode multipleks PCR ·················································· 95
C. Aplikasi metode multipleks PCR ················································· 99
D. Keunggulan dari metode multipleks PCR ································· 105
E. Rangkuman materi ··································································· 107
BAB 7 PRINSIP DAN APLIKASI METODE DNA SEQUENCING ··············· 111
A. Pendahuluan ············································································· 111
B. Prinsip dan metode-metode sekuensing DNA ························· 113
C. Penerapan sekuensing DNA ····················································· 130
D. Rangkuman materi ··································································· 132
BAB 8 PRINSIP DAN APLIKASI REVERSE TRANSCRIPTION ·················· 137
A. Pengenalan metode reverse transcription ······························ 137
B. Prinsip dasar reverse transcription ··········································· 138
C. Aplikasi reverse transcription ··················································· 147
D. Rangkuman materi ··································································· 152
BAB 9 PRINSIP DAN APLIKASI METODE REAL TIME POLYMERASE
CHAIN REACTION (RT-PCR) ························································ 157
A. Pengenalan metode·································································· 157
B. Prinsip kerja metode ································································ 160
C. Aplikasi metode ········································································ 171
D. Rangkuman materi ··································································· 173
BAB 10 PRINSIP DAN APLIKASI DNA BARCODE ································· 179
A. Pendahuluan ············································································ 179
B. Pengertian teknologi DNA barcoding dalam sistematika
Molekuler ················································································· 180
C. Prinsip kerja DNA barcoding ····················································· 184
D. Metode analisis DNA barcoding ··············································· 186
E. Studi kasus terkini DNA barcoding pada hewan ······················ 188
vii
F. Rangkuman materi ··································································· 194
BAB 11 PRINSIP DAN APLIKASI eDNA ··············································· 201
A. Pengenalan metode·································································· 201
B. Sejarah singkat aplikasi eDNA dalam kegiatan konservasi ······· 202
C. Memahami ekologi DNA lingkungan ······································· 203
D. Kondisi eDNA ··········································································· 205
E. Dinamika perubahan eDNA secara fisik dalam lingkungan ······ 206
F. Faktor yang berperan terhadap keberadaan eDNA ················· 207
G. Tahap pengujian : metode dan prinsip kerja identifikasi
berbasis molekuler melalui DNA lingkungan···························· 208
H. Aplikasi DNA lingkungan dalam pendugaan biodiversitas ikan 211
I. Rangkuman materi ··································································· 214
BAB 12 PRINSIP DAN APLIKASI CRISPR-Cas9····································· 221
A. Pengenalan CRISPR-Cas9 ·························································· 221
B. Prinsip kerja CRISPR-Cas9 ························································· 227
C. Aplikasi CRISPR-Cas9 pada pengeditan genom tumbuhan ······ 236
D. Rangkuman materi ··································································· 261
GLOSARIUM ··················································································· 275
PROFIL PENULIS ·············································································· 285
viii
PENGENALAN DAN PERKEMBANGAN
BIOLOGI MOLEKULER
A. PENDAHULUAN
Perkembangan awal Biologi molekuler dimulai dengan penemuan
model struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953.
DNA merupakan materi genetik yang tersusun dari gula pentose
(deoksiribosa), gugus fosfat, dan basa nitrogen. Basa Nitrogen penyusun
DNA terdiri atas dua macam, yaitu basa purin dan pirimidin. Basa Purin
terdiri atas adenin (A) dan Guanin (G) yang memiliki struktur cincin ganda,
sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan Timin (T) yang
memiliki struktur cincin tunggal. Satu komponen pembangun (Building
block) DNA terdiri atas satu gula pentose, satu gugus fosfat dan satu
pasang basa yang disebut nukleotida (Fatchiyah, dkk. 2011).
Sifat organisme ditentukan oleh gen-gen yang dimilikinya. Gen dikode
dalam materi genetik organisme, yang kita kenal sebagai molekul DNA,
atau RNA pada beberapa virus. Terdapat dua jenis gen, yaitu gen
struktural dan gen regulator. Gen-gen struktural mengkode urutan asam
amino dalam protein, seperti enzim, yang menentukan kemampuan
biokimia dari organisme pada reaksi katabolisme dan anabolisme, atau
berperan sebagai komponen tetap pada struktur sel. Gen-gen regulator
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGANTAR
Perkembangan metode biologi molekuler untuk mendapatkan sebuah
variasi genetik berdasarkan karakteristik tertentu berkembang begitu
cepat. Meskipun banyak metode yang baru, pada beberapa kasus Random
Amplified Polymorphic DNA (RAPD) dan Restriction Fragment Length
Polymorphism (RFLP) merupakan metode yang sampai saat ini digunakan
dalam beberapa analisis molekuler dan masih banyak diminati. Metode
RAPD dikembangkan pada tahun 1990 oleh Welsh dan McClelland pada
tahun 1990 dengan menganalisis genom menggunakan primer acak. RAPD
merupakan metode dimana amplifikasi dilakukan secara acak
menggunakan primer tunggal, hasil potongan DNA dari proses amplifikasi
juga berjalan acak sesuai dengan kecocokan basa nukleotida dengan DNA
template/cetakan. Primer yang digunakan biasanya berkisar 9-12 bp saja.
DNA template yang ada akan digandakan menghasilkan berjuta juta copy,
band hasil analisis diamati mulai dari 100 bp - 3000 bp. Band yang muncul
juga menunjukkan ketebalan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Marka molekuler merupakan sebuah pendekatan yang cukup efektif
dan memiliki peran sentral penting dalam analisis keragaman genetik dan
asesmen kekerabatan, baik di dalam (intra) maupun antar (inter) spesies
tumbuhan (Kumar et al., 2009). Hal tersebut menunjukkan potensi yang
dimiliki oleh marka molekuler dalam mendeteksi keragaman genetik dan
membantu dalam pengelolaan sumber daya genetik tumbuhan
(Harikumar & Sheela, 2019). Mikrosatelit merupakan salah satu jenis
marka molekuler dengan sebutan yang bervariasi, seperti Simple Sequence
Repeats (SSR), Short Tandem Repeats (STRs), atau Simple Sequence Length
Polymorphism (SSLP) (Litt & Luty, 1989; Tautz, 1989; Edwards et al., 1991;
Jacob et al., 1991).
Marka ini diperkenalkan pertama kali oleh Condit & Hubbell (1991)
yang mendeteksi adanya pengulangan nukleotida (AC)n dan (AG)n pada
tumbuhan. Target marka ini adalah nukleotida yang berulang secara
Brassicaceae memberikan kerangka kerja yang sangat penting dalam
penelitian genomik komparatif. Pemetaan gen komparatif dan
keterkaitannya terhadap kromosom pada kerabat-kerabat dekat
Arabidopsis menyimpulkan adanya ilustrasi kariotipe leluhur spesies
tumbuhan pada famili ini. Selain itu, pemetaan komparatif terhadap genus
Brassica menunjukkan adanya blok genom yang telah dipertahankan sejak
terjadinya divergensi garis keturunan Arabidopsis dan Brassica (Schranz et
al., 2007).
E. RANGKUMAN MATERI
Marka mikrosatelit tidak hanya digunakan dalam studi keragaman
genetik, genetika populasi, dan studi evolusi, tetapi juga digunakan dalam
penelitian fundamental seperti analisis genom, pemetaan gen, maupun
marker assisted selection. Pemetaan asosiasi berbasis marka SSR sangat
menjanjikan untuk mengejawantahkan keragaman genetik,
mengkarakterisasi variasi fenotipik, dan mengaitkan penanda terhadap
sifat-sifat yang ada pada plasma nutfah tumbuhan. Marka mikrosatelit
yang terkait dengan fenotipe yang jelas dapat digunakan dalam program
pemuliaan tumbuhan untuk mempercepat proses pemuliaan. Penanda
mikrosatelit dapat memfasilitasi pemetaan komparatif dan membantu
mengidentifikasi 'blok keterkaitan', sinkronisasi gen utama, penataan
ulang kromosom, dan sinkronisasi mikro antar spesies.
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Dunia merupakan hal yang begitu dinamis, termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk bidang biologi molekuler. Seiring
bergantinya bilangan tahun, perkembangan dalam bidang biologi
molekuler dan aplikasinya turut terus berubah dan berkembang. Salah
satu perkembangan studi biologi molekuler adalah kajian terkait Single
Nucleotide Polymorphism (SNP). Fenomena SNP menjadi bahan kajian
yang penting dalam kaitan biologi molekuler dengan studi genetika
populasi, ekologi, dan evolusi. Peran SNP dalam membentuk keragaman
individu dalam populasi menjadi pijakan penting dalam lahirnya variasi
populasi yang merupakan modal dasar pembahasan seleksi alam dan
konsep evolusi.
Pada bab ini akan dibahas terkait definisi SNP dan urgensi SNP dalam
perkembangan dunia biologi molekuler, serta metode analisis SNP. Lebih
lanjut, dipaparkan contoh-contoh dalam studi kasus SNP yang terjadi pada
manusia, hewan dan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
E. RANGKUMAN MATERI
PCR multipleks merupakan teknik Biologi Molekuler, adaptasi dari
teknik PCR yang memungkinkan amplifikasi secara simultan dari berbagai
sekuen gen. Dalam pengujian multipleks, lebih dari satu urutan target
dapat diperkuat dengan menggunakan beberapa pasangan primer dalam
campuran reaksi. Dengan metode PCR multipleks dapat mengamplifikasi
dua atau lebih sekuen target (multi target) secara simultan dengan satu
kali reaksi PCR sehingga dapat menghemat alat, biaya, waktu pengerjaan,
dan reagent yang digunakan. PCR multipleks banyak digunakan untuk
berbagai kepentingan yang paling umum diantaranya dapat digunakan
untuk identifikasi patogen, deteksi GMOs (Genetically Modified
Organisms), analisis polimorfisme, analisis mutasi, analisis delesi gen,
deteksi RNA, penelitian mengenai forensik dan lain sebagainya. Pada
dasarnya, prosedur dan komponen dalam reaksi multiplex PCR sama
dengan PCR reguler.
DAFTAR PUSTAKA
Borah P. 2011. Primer Designing for PCR. Science Vision 11(3): 134-136.
Chamberlain, J. S., Gibbs, R. A., Ranier, J. E., Nguyen, P. N., dan Caskey, C.
T. 1988. Deletion Screening of the Duchenne Muscular Dystrophy
A. PENDAHULUAN
Bayangkan Anda memiliki sebuah perpustakaan dengan koleksi 20.000
buku dan buku-buku ini memiliki sumber pengetahuan yang luar biasa,
seperti penyakit yang langka, segala bentuk instruksi yang mengatur
bentuk tubuh dan tingkah laku, dan bahkan kemampuan berpikir manusia.
Menariknya, semua buku itu ditulis dengan bahasa yang terdiri dari 4
huruf dengan pola-pola misterius. Buku-buku itu adalah gambaran dari
gen-gen yang membawa informasi penting, dan perpustakaan yang
menyimpan buku-buku itu adalah genom manusia. Sekuensing DNA atau
DNA sequencing adalah suatu proses penentuan urutan basa nukleotida
pada bagian atau seluruh molekul DNA (deoxyribonucleic acid). Ibarat
Anda sedang membaca buku-buku itu yang tersusun dari 4 huruf basa (C,
G, A, dan T). Runutan basa tersebut sangat penting untuk memahami
bahasa DNA. Dengan memahami bahasa DNA dalam suatu molekul DNA,
akan menyediakan banyak informasi tentang bagaimana struktur dan
suatu gen itu berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Aranda, R., Dineen, S. M., Craig, R. L., Guerrieri, R. A., & Robertson, J. M.
(2009) Comparison and evaluation of RNA quantification methods
using viral, prokaryotic, and eukaryotic RNA over a 10 4
concentration range. Anal Biochem 387:122-127.
Ausubel, F. M., Brent, R., Kingston, R. E., Moore, D. D., Seidman, J. G.,
Smith, J. A., & Struhl, K. (2003). Current protocols in molecular
biology. Volume 1. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Baltimore, D. (1970). Viral RNA-dependent DNA polymerase: RNA-
dependent DNA polymerase in virions of RNA tumour viruses.
Nature, 226(5252), 1209-1211.
Becker, C., Hammerle-Fickinger, A., Riedmaier, I., & Pfaffl, M. W. (2010).
mRNA and microRNA quality control for RT-qPCR analysis. Methods
50, 237-243.
Boonham, N., Tomlinson, J. & Mumford, R. (2016). Molecular Methods in
Plant Disease Diagnostic: Principles and Protocols. Boston: CABI.
Bustin, S. A. (2004). A-Z of Quantitative PCR. IUL Biotechnology Series,
International University Line, La Jolla: California.
Farrell, R. E. (2017). RNA Methodologies. Laboratory Guide for Isolation
and Characterization. Fifth Edition. USA: Academic Press.
Gassmann, M., Grenacher, B., Rohde, B., & Vogel, J. (2009). Quantifying
western blots: pitfalls of densitometry. Electrophoresis 30, 1845-
1855.
Habib, S. H., Saud, H. M., & Kausar, H. (2014). Efficient oil palm total RNA
extraction with a total RNA extraction kit. Genet Mol Res 13, 2359-
2367.
Herawati, N., Kusumawati, A., & Santoso, A. (2018). Pichia pastoris: Sel
Ragi Untuk Produksi Protein Rekombinan. Berita Biologi 17 (2): 91-
102.
Hizi, A., & Herschhorn, A. (2008). Retroviral reverse transcriptases (other
than those of HIV-1 and murine leukemia virus): a comparison of
their molecular and biochemical properties. Virus research, 134(1-
2), 203-220.
A. PENGENALAN METODE
Istilah "Polymerase chain reaction" (PCR) pertama kali digunakan lebih
dari 30 tahun yang lalu dalam sebuah makalah yang menjelaskan
amplifikasi enzimatis DNA baru (Saiki et al., 1985). Reaksi PCR
menghasilkan salinan template DNA secara eksponensial. Hal ini
menyebabkan hubungan kuantitatif antara konsentrasi awal template
DNA yang digunakan dan jumlah produk PCR (amplikon) yang
terakumulasi pada siklus tertentu. Acuan penghitungan duplikasi template
DNA adalah jumlah amplikon yang terukur pada fase eksponensial. Pada
fase eksponensial reaksi PCR berlangsung secara optimal, reaksi ini terus
berlangsung hingga terjadi hambatan reaksi PCR oleh beberapa faktor
seperti berkurangnya kadar template, reagen, serta akumulasi molekul
pirofosfat. Hambatan ini mengakibatkan reaksi PCR memasuki fase plateu.
Dengan demikian, penghitungan produk PCR pada fase plateu tidak dapat
digunakan sebagai acuan secara akurat. Perkembangan penting dalam
pemanfaatan PCR adalah pengenalan konsep pemantauan amplifikasi DNA
secara real time melalui pemantauan fluoresensi (Holland et al., 1991;
DAFTAR PUSTAKA
Abravaya, K., Huff, J., Marshall, R., Merchant, B., Mullen, C., Schneider, G.,
& Robinson, J. (2003). Molecular beacons as diagnostic tools:
technology and applications.
Arya, M., Shergill, I. S., Williamson, M., Gommersall, L., Arya, N., & Patel,
H. R. (2005). Basic principles of real-time quantitative PCR. Expert
review of molecular diagnostics, 5(2), 209-219.
Baldwin, B. G. (1992). Phylogenetic utility of the internal transcribed
spacers of nuclear ribosomal DNA in plants: an example from the
Compositae. Molecular phylogenetics and evolution, 1(1), 3-16.
Berger, A. and Preiser, W. (2002) Viral genome quantification as a tool for
improving patient management: the example of HIV, HBV, HCV and
CMV. J. Antimicrob. Chemother. 49, 713–721.
Bhullar, S. S., Chandak, N. H., Purohit, H. J., Taori, G. M., Daginawala, H. F.,
& Kashyap, R. S. (2014). Determination of viral load by quantitative
real-time PCR in herpes simplex encephalitis
patients. Intervirology, 57(1), 1-7.
Brodmann, P. D., Ilg, E. C., Berthoud, H., & Herrmann, A. (2002). Real-time
quantitative polymerase chain reaction methods for four genetically
modified maize varieties and maize DNA content in food. Journal of
AOAC International, 85(3), 646-653.
Bustin, Stephen A. "Absolute quantification of mRNA using real-time
reverse transcription polymerase chain reaction assays." Journal of
molecular endocrinology 25, no. 2 (2000): 169-193.
Carpenter, C. C., Cooper, D. A., Fischl, M. A., et al. (2000) Antiretroviral
therapy in adults:
updated recommendations of the International AIDS Society–USA
Panel. JAMA 283, 381–390.
Chen W., Dai J., Zhang H., Jiao H., Cheng J. Wu Y. (2014): Concentration
and detection of tobacco etch virus from irrigation water using real-
time PCR. Turkish Journal of Agriculture and Forestry, 38: 471–477.
Prinsip dan Aplikasi Metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) | 175
Kelley, V. A., & Caliendo, A. M. (2001). Successful testing protocols in
virology. Clinical chemistry, 47(8), 1559-1562.
Kline, M. C., Duewer, D. L., Redman, J. W., & Butler, J. M. (2003). NIST
Mixed Stain Study 3: DNA quantitation accuracy and its influence on
short tandem repeat multiplex signal intensity. Analytical
chemistry, 75(10), 2463-2469.
Nauck, M., März, W., & Wieland, H. (2000). Evaluation of the Roche
diagnostics LightCycler-Factor V Leiden Mutation Detection Kit and
the LightCycler-Prothrombin Mutation Detection Kit. Clinical
biochemistry, 33(3), 213-216.
Overbergh, L., Giulietti, A., Valckx, D., Decallonne, B., Bouillon, R., &
Mathieu, C. (2003). The use of real-time reverse transcriptase PCR
for the quantification of cytokine gene expression. Journal of
biomolecular techniques: JBT, 14(1), 33.
Papayiannis, L. C. (2014). Diagnostic real-time RT-PCR for the
simultaneous detection of Citrus exocortis viroid and Hop stunt
viroid. Journal of virological Methods, 196, 93-99.
Permingeat, H. R., Reggiardo, M. I., & Vallejos, R. H. (2002). Detection and
quantification of transgenes in grains by multiplex and real-time
PCR. Journal of agricultural and food chemistry, 50(16), 4431-4436.
Ramos‐Payán, R., Aguilar‐Medina, M., Estrada‐Parra, S., González‐y‐
Merchand, J. A., Favila‐Castillo, L., Monroy‐Ostria, A., & Estrada‐
Garcia, I. C. E. (2003). Quantification of cytokine gene expression
using an economical real‐time polymerase chain reaction method
based on SYBR® green I. Scandinavian journal of immunology, 57(5),
439-445.
Rodríguez-Lázaro, D., & Hernández, M. (2013). Real-time PCR in food
science: introduction. Curr. Issues Mol. Biol, 15, 25-38.
Saiki, R. K., Scharf, S., Faloona, F., Mullis, K. B., Horn, G. T., Erlich, H. A., &
Arnheim, N. (1985). Enzymatic amplification of beta-globin genomic
sequences and restriction site analysis for diagnosis of sickle cell
anemia. Science, 230(4732), 1350-1354.
Prinsip dan Aplikasi Metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) | 177
Whitcombe, D., Theaker, J., Guy, S. P., Brown, T., & Little, S. (1999).
Detection of PCR products using self-probing amplicons and
fluorescence. Nature biotechnology, 17(8), 804-807.
Zhao Z., Yu Y., Zhang Z., Liang P., Ma Y., Li S., Wang H. (2013): A duplex,
SYBR Green I-based RT-qPCR assay for the simultaneous detection
of Apple chlorotic leaf spot virus and Cherry green ring mottle virus
in peach. Virology Journal, 10: 255.
A. PENDAHULUAN
Saat ini dunia telah dihadapkan pada masalah ancaman krisis
keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan sebagian besar ancaman itu
berada di Negara tropis Indonesia. Minimnya informasi biodiversitas di
Indonesia, memunculkan kekhawatiran beberapa spesies hayati punah
sebelum dikenali. Lamanya proses identifikasi membuat spesies Flora dan
Fauna tertentu mati sebelum terekam data base-nya. Pendekatan
molekuler (marka molekuler spesifik-spesies) melalui teknologi DNA
Barcoding akan memberikan alternatif cepat dan tepat mengidentifikasi
spesies Tumbuhan dan Hewan lokal dan Endemik Indonesia yang sudah
maupun belum terdeskripsikan. Penentuan nama spesies secara tepat
akan membuka peluang jangka panjang penerapan konservasi in-situ
maupun ex-situ berkelanjutan dan sesuai dengan target Sustainable
Development Goals (SDGs). Bahasan pada BAB 10 ini akan memberikan
pola pikir, inspirasi, dan acuan bagi mahasiswa dan peneliti Indonesia
untuk menggunakan teknologi terkini identifikasi spesies secara tepat,
cepat dan akurat untuk menyelamatkan plasma nutfah Indonesia yang
belum terdeskripsikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, R., Rahayu, D. A., Rachmadiarti, F., & Khaleyla, F. (2021). DNA
barcoding of lamp shells (Brachiopoda: Lingula anatina) from
Probolinggo, East Java, Indonesia. Biodiversitas, 22(4), 1764–1774.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d220421
Anzani, L., Madduppa, H. H., Nurjaya, I. W., & Dias, P. J. (2019). Short
communication: Molecular identification of white sea squirt
Didemnum sp. (tunicata, ascidiacea) colonies growing over corals in
raja ampat Islands, Indonesia. Biodiversitas, 20(3), 636–642.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d200304
Barcaccia, G., Lucchin, M., & Cassandro, M. (2016). DNA barcoding as a
molecular tool to track down mislabeling and food piracy. Diversity,
8(1). https://doi.org/10.3390/d8010002
Buhay, J. E. (2009). “Coi-like” sequences are becoming problematic in
molecular systematic and dna barcodeng studies. Journal of
Crustacean Biology, 29(1), 96–110. https://doi.org/10.1651/08-
3020.1
Dudu, A., Georgescu, S. E., Popa, O., Dinischiotu, A., & Costache, M.
(2011). Mitochondrial 16S and 12S rRNA sequence analysis in four
salmonid species from romania. Acta Zoologica Academiae
Scientiarum Hungaricae, 57(3), 233–246.
Endo, K., Noguchi, Y., Ueshima, R., & Jacobs, H. T. (2005). Novel repetitive
structures, deviant protein-encoding sequences and unidentified
ORFs in the mitochondrial genome of the brachiopod Lingula
anatina. Journal of Molecular Evolution, 61(1), 36–53.
https://doi.org/10.1007/s00239-004-0214-5
Esa, Y. B., Siraj, S. S., Daud, S. K., Rahim, K. A. A., Japning, J. R. R., & Tan, S.
G. (2008). Mitochondrial DNA diversity of Tor tambroides
Valenciennes (Cyprinidae) from five natural populations in
Malaysia. Zoological Studies, 47(3), 360–367.
A. PENGENALAN METODE
DNA lingkungan (eDNA) dapat didefinisikan sebagai bagian kajian
molekuler yang menggunakan objek materi genetik yang koleksi dan
diekstraksi dari sampel lingkungan seperti tanah, air, dan bahkan udara.
Studi eDNA yang berkembang sangat pesat dan telah membuktikan dapat
diaplikasikan dalam beberapa bidang yang sebelumnya belum pernah
dilakukan sebagai contoh aplikasinya untuk mendeteksi spesies dan
melakukan analisis genetik yang sangat berguna dalam upaya konservasi,
pengelolaan, dan penelitian. Hal ini dilakukan karena metode pendekatan
molekuler ini (eDNA) dalam mengumpulkan sampel dan material genetic
objek penelitian sangat praktis. Sejumlah hasil-hasil penelitian tentang
aplikasi eDNA telah menunjukkan keberhasilan dan jumlah kegiatan
penelitiannya meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada
tulisan ini, kami akan mendiskusikan prinsip kerja, aplikasi dan manfaat
eDNA pada studi ekologi khususnya lingkungan perairan (akuatik).
DAFTAR PUSTAKA
Alam MJ, Kim N-K, Andriyono S, Choi H-k, Lee J-H, Kim H-W. 2020.
Assessment of fish biodiversity in four Korean rivers using
environmental DNA metabarcoding. PeerJ 8: e9508.
Andriyono S, ALAM MJ, KIM H-W. 2019. Environmental DNA (eDNA)
metabarcoding: Diversity study around the Pondok Dadap fish
landing station, Malang, Indonesia. Biodiversitas Journal of
Biological Diversity 20.
Andriyono, S., Alam, M.J., Kim, H.-W. 2021. Marine Fish Detection by
Environmental DNA (eDNA) Metabarcoding Approach in the
Pelabuhan Ratu Bay, Indonesia. International Journal on Advanced
Science, Engineering and Information Technology, 2021, 11(2), :729-
737
Barnes MA, Turner CR. 2016. The ecology of environmental DNA and
implications for conservation genetics. Conservation Genetics 17: 1-
17.
Deiner K, Altermatt F. 2014. Transport distance of invertebrate
environmental DNA in a natural river. PloS one 9: e88786.
Demestre M, Muntadas A, de Juan S, Mitilineou C, Sartor P, Mas J, Kavadas
S, Martín J. 2015. The need for fine-scale assessment of trawl fishing
effort to inform on an ecosystem approach to fisheries: Exploring
three data sources in Mediterranean trawling grounds. Marine
Policy 62: 134-143.
Egan SP, Barnes MA, Hwang CT, Mahon AR, Feder JL, Ruggiero ST, Tanner
CE, Lodge DM. 2013. Rapid invasive species detection by combining
environmental DNA with light transmission spectroscopy.
Conservation Letters 6: 402-409.
Ficetola GF, Miaud C, Pompanon F, Taberlet P. 2008. Species detection
using environmental DNA from water samples. Biology letters 4:
423-425.
A. PENGENALAN CRISPR-Cas9
1. Metode Pengeditan Genom
Genome editing (GE) merupakan suatu teknik pengeditan sekuens
DNA pada genom yang dilakukan secara spesifik dan terarah (Manghwar
et. al., 2019). Pengeditan informasi genetik secara spesifik dan terarah
akan menghasilkan modifikasi yang akurat dan sangat bermanfaat untuk
memahami fungsi dari gen yang menjadi target (Wang et. al., 2016).
Mekanisme GE mengacu pada pengenalan sekuens DNA spesifik dari lokus
gen yang menjadi target (Doudna dan Charpentier, 2014) untuk
memperkenalkan mutasi baik dalam bentuk insersi dan/atau delesi
(indels), substitusi basa nukleotida (Manghwar et. al., 2019), penggantian
alel (Bortesi dan Fischer, 2015), maupun penambahan atau modifikasi
salinan/ copy gen (Braatz et. al., 2017). Pada prinsipnya, GE memerlukan
aktivitas suatu perangkat molekuler yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu: 1) domain pengikat DNA (DNA-binding domain) yang
memediasi pengenalan dan pengikatan sekuens DNA spesifik, dan 2)
domain efektor (effector domain) yang memungkinkan terjadinya
pemotongan DNA serta pengaturan transkripsi di sekitar situs pengikatan
konstruksi vektor/ plasmid, transformasi untuk mengirimkan kompleks
sgRNA-Cas9 ke dalam sel organisme yang akan direkayasa, validasi atau
screening terhadap hasil pengeditan dan selanjutnya analisis output
dengan mengamati perubahan karakter yang dihasilkan dari pengeditan
gen tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z., Abul-faraj, A., Li, L., Ghosh, N., Piatek, M., Mahjoub, A., Aouida, M.,
Piatek, A., Baltes, N.J., Voytas, D.F., et al. (2015). Efficient
virusmediated genome editing in plants using the CRISPR/Cas9
system. Mol. Plant, DOI: 10.1016/j.molp.2015.02.011.
Anders, C., Niewoehner, O., Duerst, A., dan Jinek, M. (2014). Structural
basis of PAM-dependent target DNA recognition by the Cas9
endonuclease. Nature, 513(7519), 569–573.
https://doi.org/10.1038/nature13579.
Awwanah, M. (2020). Characterization of Populus x canescens LysM-
Receptor like kinases LYK4/LYK5 and LysM-receptor like protein
LYM2 and their roles in chitin signaling (Doctoral thesis). Retrieved
from https://ediss.uni-goettingen.de.
Bae, S., Park, J., Kim, J.S. (2014). Cas-OFFinder: a fast and versa- tile
algorithm that searches for potential off-target sites of Cas9 RNA-
guided endonucleases. Bioinformatics, 30(10): 1473. DOI:
10.1093/bioinformatics/btu048.
Barrangou, R., Fremaux, C., Deveau, H., Richards, M., Boyaval, P.,
Moineau, S., Romero, D.A., Horvath, P. (2007). CRISPR provides
acquired resistance against viruses in prokaryotes. Science 315,
1709–1712 (2007). DOI: 10.1126/science.1138140; pmid: 17379808.
Binns, A.N., Thomashaw, M.F. (1988). Cell biology of Agrobacterium
infection and transformation of plants. Ann. Rev. Microbiol. 42: 575-
606.
Bolotin, A., Quinquis, B., Sorokin, A., Ehrlich, S.D. (2005). Clustered
regularly interspaced short palindrome repeats (CRISPRs) have
spacers of extrachromosomal origin. Microbiology, 151: 2551-2561.
DOI: 10.1099/mic.0.28048-0; pmid: 16079334.