Oleh :
TRI SUDARYANTO
1713353036
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan pada
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis
Program Sarjana Terapan
Oleh :
TRI SUDARYANTO
1713353036
i
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM
SARJANA TERAPAN
Skripsi, September 2021
Tri Sudaryanto
ABSTRAK
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD (2005-2011) : SDN I Sidoarjo
SMP (2011-2014) : SMPN 2 Baradatu
SMA (2014-2017) : SMAN 1 Baradatu
DIV (2017-2021) : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Program
Studi Teknologi Laboratorium Medis Program
Sarjana Terapan, Analis Kesehatan
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Penulis
Tri Sudaryanto/1713353036
Pembimbing Pendamping
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Menyatakan bahwa, saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan laporan tugas
akhir yang berjudul:
Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan kegiatan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah lembar pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Tri Sudaryanto
v
MOTTO
Ignorance Is Bliss
Anonimus
vi
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dah hidayat-Nya serta kekuatan yang
dianugerahkan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku bapak dan ibu serta saudara-saudaraku mereka yang
selalu menyebut namaku dalam doa mereka, yang tiada henti-hentinya
memberikan semangat, dukungan moril maupun materil, selalu memberi motivasi,
serta kasih sayang yang tak pernah tergantikan dengan siapapun.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya yang telah memberikan kemudahan dalam fikiran, niat, langkah, dan tindakan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil
Pemeriksaan Kadar Gula Darah Menggunakan Spektrofotometer dengan
Glukometer”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi Teknologi Laboratorium Medis
Program Sarjana Terapan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang
telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan terutama kepada:
1. Bapak Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Ibu Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
3. Ibu Sri Ujiani, S.Pd., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Teknologi
Laboratorium Medis Program Sarjana Terapan.
4. Ibu Wiria Saputri, S.ST., M.Si selaku penguji dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Agus Purnomo, S.Si., MKM. selaku Pembimbing Utama yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini dan Bapak Iwan Sariyanto, S.ST., M.Si selaku
Pembimbing Pendamping yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran
selama membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung turut
membantu dalam penyusunan proposal skripisi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan dari semua pihak.
Tri Sudaryanto
viii
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL I
ABSTRAK II
BIODATA III
LEMBAR PERSETUJUAN IV
LEMBAR PERNYATAAN V
MOTTO VI
PERSEMBAHAN VII
KATA PENGANTAR VIII
DAFTAR ISI IX
DAFTAR TABEL XI
DAFTAR GAMBAR XII
DAFTAR LAMPIRAN XIII
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Ruang Lingkup Penelitian 4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA 5
A. Tinjauan Teori 5
B. Kerangka Teori 20
C. Kerangka Konsep 20
BAB III METODE PENELETIAN 21
A. Jenis Rancangan Penelitian ini berupa Kualitatif dan 21
Kuantitatif
B. Prosedur Penelitian 21
C. Variabel dan Definisi Oprasional 22
D. Sumber Data 23
E. Teknik Pengumpulan Data 23
F. Instrumen Penelitian 23
G. Teknik Analisa Data 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
A. Hasil 25
B. Pembahasan 32
ix
2
x
3
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Tabel Variabel dan Definisi Oprasional 22
4.3 Hasil Selisih Rata-Trata Kadar Glukosa Darah Serum dan Plasma 26
EDTA
xi
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Alat Spektrometer UV-Vis (single beam) 11
2.2 Skema Spektrofotometer UV-Vis (Double-beam) 12
2.3 Alat Glukometer 13
2.4 Kerangka Teori 20
2.5 Kerangka Konsep 20
4.1 Perbedaan Pemeriksaan Kadar Gula Darah Menggunakan 28
> Spektrofotometro dengan Sampel Serum dan Plasma
EDTA
4.6 Grafik Hasil Penelitian Endiyasa dkk Perbandingan Kadar Gula 35
Darah Antara Metode Glukometer dengan Spektrofotometer
5
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf profesional yang
terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh
adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen
laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
laboratorium sehari-hari (Irjus dkk, 2020)
Hasil pemeriksaan laboratorium diestimasi memiliki pengaruh sekitar 70%
dalam pengambilan keputusan klinis. Kesalahan dari hasil pemeriksaan di
laboratorium dapat menyebabkan kesalahan diagnosa yang akan mempengaruhi
keputusan penanganan dan pengobatan pasien dimana kesalahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada pasien (Adventini N dkk, 2015).
Laboratorium klinik sebagai penunjang diagnosis, dituntut untuk dapat
memberikan hasil yang akurat atau memberikan hasil yang dapat mendeteksi
kondisi sebenarnya penderita, karena dengan hasil yang didapatkan dapat
ditegakkan diagnosis dan diberikan tindakan dan terapi terhadap pasien (Sukorini
U dkk, 2010).
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah
pemeriksaan glukosa darah, laboratorium klinik telah memusatkan pada metode
kontrol kualitas dan program penilaian kualitas yang berhubungan dengan aspek
analitik pemeriksaan. Namun, semakin banyak bukti yang terkumpul dalam
beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa kualitas di laboratorium klinik
tidak dapat dijamin hanya dengan berfokus pada aspek analitik semata. Mutu
pelayanan didasari penilaian hasil pelayanan laboratorium secara keseluruhan, dan
salah satu titik penting terletak di mutu pemeriksaan atau parameter yang
diperiksa. Pemeriksaan akan melalui proses yang kompleks dan panjang
1
2
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi yang tepat untuk menggambarkan hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan spektrofotometer
dan glukometer.
A. Tinjauan Teori
1. Menejemen Laboratorium
Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat
ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Beberapa alat-alat laboratorium yang canggih, dengan staf profesional yang
terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh
adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu manajemen
laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
laboratorium sehari-hari. Suatu manajemen laboratorium yang baik memiliki
sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas, pemanfaatan
fasilitas yang efektif, efisien, disiplin, dan administrasi laboratorium yang baik
(Irjus dkk, 2020).
Pelayanan laboratorium medik merupakan salah satu hal yang sangat penting
untuk pengelolaan pasien dan oleh karena itu harus tersedia fasilitas yang
memenuhi kebutuhan pasien dan petugas klinis yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan pasien. Pelayanan ini mencakup pengaturan untuk permintaan
pemeriksaan, persiapan pasien, identifikasi pasien, pengambilan spesimen,
transportasi, penyimpanan, pengelolaan dan pemeriksaan spesimen klinik, disertai
dengan interpretasinya, laporan hasil dan saran, disamping mempertimbangkan
keselamatan dan etika bekerja di laboratorium medik.
Laboratorium klinik telah memusatkan pada metode kontrol kualitas dan
program penilaian kualitas yang berhubungan dengan aspek analitik pemeriksaan.
Namun, semakin banyak bukti yang terkumpul dalam beberapa dekade terakhir
menunjukkan bahwa kualitas di laboratorium klinik tidak dapat dijamin hanya
dengan berfokus pada aspek analitik semata. Mutu pelayanan didasari penilaian
hasil pelayanan laboratorium secara keseluruhan, dan salah satu titik penting
terletak di mutu pemeriksaan atau parameter yang diperiksa. Pemeriksaan akan
melalui proses yang kompleks dan panjang sebelum dikeluarkan pemberitahuan
5
6
oleh laboratorium. Proses yang dilalui dapat dibagi menjadi praanalitik, analitik,
dan pasca analitik. Di samping itu dipengaruhi pula oleh bahan, alat, metode, dan
hal lain yang terkait. Oleh karena itu perlu strategi guna mencapai mutu
pemeriksaan yang diharapkan (Ramadhani dkk, 2019)
2. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium klinik telah memusatkan pada metode kontrol kualitas dan
program penilaian kualitas yang berhubungan dengan aspek analitik pemeriksaan.
Namun, semakin banyak bukti yang terkumpul dalam beberapa dekade terakhir
menunjukkan bahwa kualitas di laboratorium klinik tidak dapat dijamin hanya
dengan berfokus pada aspek analitik semata. Mutu pelayanan didasari penilaian
hasil pelayanan laboratorium secara keseluruhan, dan salah satu titik penting
terletak di mutu pemeriksaan atau parameter yang diperiksa. Pemeriksaan akan
melalui proses yang kompleks dan panjang sebelum dikeluarkan pemberitahuan
oleh laboratorium. Proses yang dilalui dapat dibagi menjadi praanalitik, analitik,
dan pasca analitik. Disamping itu dipengaruhi pula oleh bahan, alat, metode, dan
hal lain yang terkait. Oleh karena itu perlu strategi guna mencapai mutu
pemeriksaan yang diharapkan. Berdasarkan fakta dalam suatu laboratorium tahap
pemeriksaan yang sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik
dan pasca analitik, sedangkan tahap pra analitik kurang mendapat perhatian.
Padahal tahap pra analitik ini dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total
kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca
analitik 14% (Ramadhani dkk, 2019)
Tujuan menetapkan standar kualitas laboratorium adalah untuk memastikan
keakuratan hasil pemeriksaan, meningkatkan kepercayaan pasien terhadap hasil
laboratorium, dan masyarakat dalam menilai kualitas pengujian laboratorium.
Semua kegiatan laboratorium dapat mengalami kesalahan, dan penelitian telah
menunjukkan bahwa kesalahan di laboratorium dapat terjadi pada fase pra analitik
proses pemeriksaaan. Pemeriksaan glukosa darah yang biasanya dilakukan adalah
pemeriksaan glukosa darah puasa, kadar normal Gula Darah Puasa (GDP) gula
darah yang diukur pada saat seseorang tidak makan atau minum sesuatu yang
mengandung gula selama delapan jam terakhir. Nilai rujukan glukosa puasa ≥ 100
7
mg/dL, nilai rujukan glukosa sewaktu ≥ 100 mg/dL, nilai rujukan 2 jam pp ≥ 140
mg/dl), apabila kadar glukosa tinggi dinamakan hiperglikemia dan jika kurang
dari normal maka dinamakan hipoglikemia (Perkeni, 2011).
3. Kadar Glukosa Darah
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting digunakan sebagai sumber
tenaga. Glukosa berperan sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di
dalam tubuh, sebagai sumber energi utama bagi kerja otak dan sel darah merah.
Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari
monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Fungsi glukosa dalam tubuh
adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sember
utama bagi otak. Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari
glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam
lemak. Jika glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air,
dan energi yang akan disimpan didalam hati atau otot dalam bentuk glikogen. Hati
dapat mengubah glukosa yang tidak terpakai melalui jalur-jalur metabolic lain
menjadi asam lemak yang disimpan sebagai trigliserida atau menjadi asam amino
untuk membentuk protein (Subiyono dkk, 2016).
Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di
dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas 70-150
mg/dl sepanjang hari. Tingkatan ini akan naik setelah makan dan biasanya berada
pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson dkk, 2009).
Ada beberapa cara pemeriksaan glukosa darah yaitu dengan cara
menggunakan darah vena dan darah kapiler.
1) Pengukuran Glukosa Darah Vena
a) Definisi vena
Vena adalah suatu pembuluh yang dilewati darah dari berbagai organ atau
bagian untuk kembali ke jantung, semua vena kecuali vena pulmonalis, membawa
darah rendah oksigen. Seperti arteri, vena mempunyai tiga lapis dinding, bagian
dalam, tengah dan luar tetapi lapisan ini tidak begitu tebal, dan akan kolaps bila
pembuluh ini dipotong. Banyak vena yang mempunyai katup yang terbentuk dari
8
statement bahwa penanganan modern dari pasien rumah sakit dengan diabetes
sering ditingkatkan oleh penentuan glukosa darah kapiler. Pada sisi alat
ketersediaan yang cepat dan hasilnya bisa meningkatkan penanganan pasien dan
bisa memperpendek waktu tinggal di rumah sakit, meskipun kemudian tidak
pernah lagi didokumentasikan pada penelitian klinis yang terkontrol (Lee-
Lewandrowski, E., & Lewandrowski, K. (2009)
b) Pengambilan sampel
Pengambilan sampel glukosa melalui kapiler biasa digunakan dengan metode
stik test. Pengambilan ini biasa dilakukan pada ujung jari tangan. Dan
pengukurannya dilakukan dengan suatu alat digital. Jumlah sampel yang diambil
jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan pengambilan darah dari vena.
4. Beberapa Keadaan Pengambilan Sampel
Beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap glukosa darah antara
lain yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu,
glukosa darah 2 jam post prodial (Murry et al,2003).
a) Glukosa darah puasa
Glukosa adalah pemeriksaan ini memerlukan puasa 8 jam sebelum darah
diambil untuk diperiksa. Puasa adalah keadaan tanpa suplai makanan (kalori)
selama 8 jam, tetapi diperbolehkan minum air putih.Jadi bukan puasa makan
dan minum yang biasa dilakukan.
b) Glukosa darah sewaktu
Glukosa sewaktu adalah pengukuran kadar glukosa dalam darah yang diambil
kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir.
c) Glukosa darah 2 jam post prodial
Glukosa 2 jam setelah makan (2 jam pastprandial) adalah pemeriksaan
glukosa yang dilakukan setelah 2 jam pembebasan glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk evaluasi
insulin dalam tubuh
10
gangguan fungsi sistem saraf pusat diantaranya konfusi iritabilitas, kejang dan
koma (Elizabeth, 2009).
2) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa darah yaitu rentang nilai
glukosa puasa normal 126 mg/100 ml darah. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh
defisiensi insulin atau penurunan responsivitas sel terhadap insulin. Hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu hormon tiroid, prolaktin dan hormon
pertumbuhan (Elizabeth, 2009).
7. Alat Pemeriksaan
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada penderita diabetes melitus adalah
pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan dengan
spektrofotometer maupun glukometer.
a. Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang
terbentuk. Pada spektrofotometri ada beberapa istilah yang digunakan terkait
dengan molekul, yaitu kromofor, auksokrom, efek batokromik atau pergeseran
merah, efek hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik, dan hipokromik.
Kromofor adalah molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar dengan
kuat di daerah UV-Vis (Suharti T dkk, 2017).
Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-
beam dan double-beam.
2) Monokromator
Tujuan monokromator adalah menghasilkan cahaya dengan panjang
gelombang yang murni. Beberapa mekanisme untuk menghasilkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu melalui filter, prisma dan grating.
3) Kuvet
Berbagai bahan digunakan untuk pembuatan kuvet seperti kaca, plastik
hingga kwartz. Bentuk kuvet juga bermacam-macam. Kuvet berbentuk jajar
genjang lebih tepat untuk pengukuran karena cahaya akan jatuh dengan sudut
tegak lurus pada permukaaan kuvet. Untuk pemeriksaan yang memerlukan UV
sebaiknya digunakan kuvet dari kwartz. Diameter kuvet yang standar adalah 1 cm.
4) Detektor
Detektor yang digunakan pada alat fotometer umumnya adalah tabung
fotomultiplier (Photomultiplier tube), fotosel, atau fotodioda.
5) Alat baca
Fungsinya adalah membaca sinyal listrik dari detektor dimana data
digambarkan dalam bentuk yang bisa di interpretasikan atau disajikan pada
display yang dapat dibaca oleh pemeriksa.
6) Mikroprosesor
Dengan adanya mikroprosesor dan output software dari kalibrator dapat
disimpan dan konsentrasi sampel yang tidak diketahui secara otomatis dapat
dihitung.
7) Kelebihan dan kekurangan Spektofotometer
a) Kelebihan
Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil
Hasilnya cepat sehingga diagnosis dapat segera ditegakan
Hasil yang tepat sebagai rujukan baku emas.
b) Kekurangan
Absorsi dipengaruhi oleh Ph larutan, suhu dan adanya zat pengganggu dan
kebersihan dari kurvet.
15
Hanya dapat dipakai paa daerah ultra violet yang panjang gelombang >185
nm.
Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung electron
valensi dengan energy eksitasi rendah.
Sinar yang dipakai harus monokromatis.
Harga terbilang cukup mahal disbanding alat portable lainnya.
Ukuran cukup besar dan tidak bisa dibawa-bawa dengan mudah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :
a) Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul bersih tanpa
adanya zat pengotor.
b) Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril.
c) Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan.
d) Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan tidak keruh.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
a) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
b) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).
Spektrofotometer umum digunakan di laboratorium klinik karena dianggap
sebagai alat yang paling tepat untuk menggambarkan kadar glukosa darah
sehingga alat ini dijadikan sebagai baku emas atau standar pemeriksaan kadar
glukosa darah, adapula hal nya alat ini tidak sesuai karna alat spektrofotometer
tidak dicek secara berkala dan tidak dikalibrasi.
16
b. Glukometer
Alat analisis glukosa portabel atau glukometer direkomendasikan oleh
American Diabetes Association (ADA) untuk pemantauan sendiri di rumah, di
lapangan, atau di pengaturan klinis Food and Drug Administration mensyaratkan
perangkat ini memenuhi atau melampaui persyaratan akurasi yang ditetapkan oleh
Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO), yang mengharuskan
glukometer untuk menghasilkan pengukuran dalam 20% dari nilai referensi pada
konsentrasi glukosa di atas 75,68 mg / dl. 1-3 Namun, ADA merekomendasikan
bahwa perangkat ini harus menghasilkan pengukuran dalam 5% dari nilai
referensi. 1,3 Jika kesalahan pengukuran glukometer ini kurang dari 5%,
glukometer merupakan alternatif yang menarik untuk referensi penganalisis
glukosa, terutama untuk program penelitian kecil. (Salacinski, A.J et all, 2014)
Alat portable yang dapat melakukan pemeriksaan secara singkat menurut
kriteria dari CLIA (Clinical laboratory improvment amendement) glukometer
yang menggunakan prinsip Point of Care Testing (POCT) atau disebut juga
Bedside Test didefinisikan sebagai pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
pada pasien diluar laboratorium sentral, baik pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap.
antara 153-492 mg/dl dengan rata-rata 248,20 mg/dl yang berarti rata-rata kadar
glukosa darah kapiler subjek lebih besar daripada kadar glukosa darah vena.
Pengkalibrasian juga dapat menjadi hasil yang tidak sesuai seperti hasil
penelitian (Salacinski, A.J et all, 2014) Validitas dan Keandalan Glukometer
Terhadap Standar Referensi Industri menunjukan hasil pembacaan glukometer,
82% termasuk dalam kriteria ISO untuk akurasi klinis. Sementara kami
membandingkan 166 pembacaan glukometer terpisah dengan rentang nilai
referensi rata-rata dari 50 hingga 190 mg / dL, menunjukkan perbedaan rata-rata
8,427 mg / dL di dalam subjek yang lebih rendah dari biasanya yang dilaporkan
dalam glukometer, dikarnakan alat tersebut tidak dikalibrasi, kalibrasi sangat di
perlukan karna untuk memastikan hasil pengukuran sudah akurat.
20
B. Kerangka Teori
Gula Darah
Kimia Fisika
Kolesterol LED
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Analyzer
C. Kerangka Konsep
METODE PENELETIAN
21
22
6. Penyusunan Laporan
Pada bagian akhir kegiatan penelitian, peneliti mulai dengan proses
penyusunan laporan penelitian. Proses penyusunan laporan ini dilakukan
dengan cara menyusun berbagai data yang didapat sesuai dengan topik
penelitian yaitu evaluasi hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan
spektrofotometer dengan glukometer.
Penyusunan dalam penelitian literatur reveiw ini yaitu :
a. Menjelaskan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan hasil
yang didapat dari jurnal ilmiah yang telah didapat oleh peneliti sebanyak
17 jurnal.
b. Membandingkan dan mengetahui hasil spektrofotometer dengan
glukometer melalui pemeriksaan glukosa darah.
c. Kemudian mencari kesamaan dari kesimpulan hasil pemeriksaan pada
setiap jurnal yang didapat sehingga memperoleh kesimpulan dari
penelitian.
d. Memberikan pendapat sendiri terhadap 17 jurnal yang di teliti.
C. Variabel dan Definisi Oprasional
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Oprasional
N Variabel Definisi Hasil Ukur Skala Ukur
o
1 Hasil pemeriksaan Berbagai referensi Jumlah informasi
kadar gula darah yang tentang hasil
menginformasikan pemeriksaan kadar
Rasio
hasil pemeriksaan gula darah dan
kadar gula darah. berbagai refrensi
dengan sampel yang
sama
2 Pemeriksaan kadar Berbagai referensi Jumlah informasi dan
gula darah yang berbagai refrensi
menggunakan menginformasikan hasil alat Rasio
spektrofotometer hasil pengukuran gula spektrofotometer
darah menggunakan pada pemeriksaan
spektrofotometer . kadar gula darah.
3 Pemeriksaan kadar Berbagai referensi Jumlah informasi dan
gula darah yang berbagai refrensi
menggunakan menginformasikan hasil alat glukometer Rasio
glukometer hasil pengukuran gula pada pemeriksaan
darah menggunakan kadar gula darah.
glukometer
23
D. Sumber Data
Sumber data yang menjadi bahan penelitian ini yaitu sumber data sekunder,
berupa jurnal, dan situs internet yang terkait dengan topik yang berkaitan dengan
evaluasi hasil pemeriksaan glukosa darah menggunakan spektrofotometer dengan
glukometer.
Penelusuran artikel publikasi pada google scholar, science dan pubmed,
menggunakan kata kunci yang dipilih yakni : Evaluasi hasil pemeriksaan glukosa
darah menggunakan spektrofotometer dengan glukometer.
Kriteria jurnal yang direview adalah artikel jurnal penelitian berbahasa
Indonesia dan Inggris dengan subyek hasil pemeriksaan alat spektrofotometer
dengan glukometer pada pemeriksaan glukosa darah. Kriteria jurnal yang terpilih
untuk kepustakaan adalah jurnal yang didalamnya terdapat tema evaluasi hasil
spektrofotometer dengan glukometer yang telah diperoleh 17 jurnal. Jurnal yang
telah direview ditampilkan dalam tabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan adalah dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hasil pemeriksan alat spektrofotometer dengan
glukometer yang berupa jurnal dan artikel.
F. Instrumen Penelitian
Pencarian penelitian dalam penelitian diakses menggunakan komputer melalui
pencarian dari google, pubmed, dan science. Kepustakaan berupa artikel ilmiah
dari jurnal terakreditasi. Adapaun penelusuran jurnal yang telah didapat yaitu 10
jurnal nasional dan 7 jurnal internasional sebagai berikut.
G. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berupa metode analisis
isi (Content Analisis). Kemudian peneliti mengolah bahan-bahan atau data-data
berupa artikel jurnal yang sudah dikumpulkan hingga ditemukan hasil yang
relevan sesuai dengan topik penelitian. Dalam analisis data akan dilakukan proses
memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilih berbagai pengertian
hingga ditemukan yang relevan. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-
langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
24
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan analisa data menggunakan program komputer. Data-data
yang telah terkumpul kemudian diberi kode numerik.
3. Data entry
Data entry adalah kegiatan untuk memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau program komputer, kemudian
membuat interpretasi hasil atau data yang telah didapatkan berupa tabel.
4. Melakukan Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu untuk melihat perbedaan
kadar gula darah mrnggunakan uji t-test.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang Evaluasi hasil pemeriksaan
kadar gula darah menggunakan Spektrofotometer dengan Glukometer secara studi
pustaka yang ditelusuri melalui internet dari database Google scholar, dan
PubMed. Diperoleh 7 artikel internasional, 10 artikel nasional yang memiliki
keterkaitan dengan tujuan topik yang diambil diantaranya:
1. Mengevaluasi hasil pemeriksaan gula darah dengan spektrofotometer.
2. Mengevaluasi hasil pemeriksaan gula darah dengan glukometer.
3. Mencari pebedaan hasil pemeriksaan kadar gula darah antara spektrofotometer
dan glukometer.
Tabel 4.1 Hasil 15 jurnal terkait pemeriksaan kadar gula darah menggunakan spektrofotometer
dengan glukometer
Kajian Penulis
No Judul Penulis dan jurnal
Spektro Gluko
1 Analisis Kadar Glukosa M Siti Zaetun, Izwari Fauzi, Baiq Tami
Darah menggunakan Arianti (2014) Jurnal Riset Kesehatan
Chemistry Autoanalyzer,
Fotometer, dan
Point Of Care Testing
(POCT)
2 Perbandingan Hasil Mariady, F., Christine, S., & Lisawati,
Pemeriksaan Kadar S. (2014).
Glukosa Darah Sewaktu
Menggunakan Glukometer
Dan Spektrofotometer
Pada Penderita Diabetes
Melitus Di Klinik Nirlaba
Bandung
3 Accuracy of Sensocard Kassahun, M., Melak, T., & Abebe, M.
Glucose Meter: (2014). ISSN: 2168-9784 JMDM, an
Comparing with open access journal
Reference Glucose
Oxidase Method
4 Performance Evaluation Audu, S. I., Ubwa, S. T., Igbum, O. G.,
And Analytical Ikese, O. (November. 2017)
Comparison Between
Glucose Meters And
Spectrophotometric
Methods For Blood
Glucose Determination
25
5 Comparative Evaluations Wolde, M., Tarekegn, G., & Kebede,
of Randomly Selected T. 2018
Four Point-of-Care Journal of diabetes science and
Glucometer Devices in technology, 12(3), 673-679.
Addis Ababa, Ethiopia
26
27
6 Uji glukosa darah antara Baharuddin, B., Nurulita, A., & Arif,
metode heksokinase M. (2018 Melitus. Indonesian
dengan Journal of Clinical Pathology and
Glukosa oksidase dan Medical Laboratory, 21, 170-173.
glukosa dehidrogenase di Indonesian Journal of Clinical
diabetes Pathology and Medical
Melitus Laboratory, 21(2), 170-173.
7 Perbedaan kadar glukosa Endiyasa, E., Ariami, P., & Urip, U.
darah metode poin of care (2019).. Jurnalanalis medika Bio Sains
test (poct) dengan ISSN: 2656-2456 (Online)
photometer pada sampel
serum diwilayah kerja
puskesmas jereweh
8 Blood Glucose Testing: A Obeta, M., Ibanga, Fiyaktu, Y., Bot,
Comparative Analysis Of Y., & Goshure, J. (2019). Blood
Spectrophotometer And Journal Of Recent Scientific Research
Glucometer In Hospital Vol. 10, Issue, 06(H), Pp. 33225-
Based Medical Laboratory 33227, June, 2019
In Jos-Nigeria.
9 Accuracy Evaluation And Dele, A. F., Olatokunbo, J. O.,
Comparison Of Three Wasagu, I. H., & Eberechi, O. E.
Blood Glucose Meters (2020). Nigerian Journal of
In An Emergency Medicine, 29(1), 115-119.
Paediatric Unit Of A
Tertiary Hospital In
Nigeria.
10 Pemeriksaan Kimia Darah Binugraheni R, Primadevi S, Nugroho
(Glukosa Darah, R. B Kresnadipayana, Budianto G I
Kolesterol Dan Asam (2016Journal of Health (JoH)
Urat) Menggunakan
Metode Stick Test Dan
Metode Spektrofotometri
Dari Sampel Darah
Masyarakat Rw 22
Kelurahan Nusukan
Kecamatan Banjarsari
Kota Surakarta
11 Perbedaan Kadar Glukosa Apriani, A., & Umami, A.
Darah pada Plasma Edta (2018). Jurnal Vokasi Kesehatan, 4(1),
dan Serum dengan 19-22.
Penundaan Pemeriksaan.
12 Gambaran kadar glukosa Subiyono, S., Martsiningsih, M. A., &
darah metode god-pap Gabrela, D. (2016).. Jurnal Teknologi
(glucose oxsidase – Laboratorium, 5(1), 45-48.
peroxidase
aminoantypirin) sampel
serum dan plasma edta
(ethylen diamin terta
acetat)
13 Perbedaan kadar glukosa Ramadhani, Q. A. N., Garini, A.,
darah sewaktu Nurhayati, N., & Harianja, S. H.
menggunakan serum dan (2019). Jurnal Kesehatan Poltekkes
plasma edta Palembang, 14(2), 80-84.
14 Validity And Reliability Jou Salacinski, A. J., Alford, M.,
Of A Glucometer Drevets, K., Hart, S., & Hunt, B. E.
Against Industry Refrence (2014 Journal of Diabetes
28
Standards
15 Accuracy and precision of Choukem, S. P., Sih, C., Nebongo, D.,
four main glucometers Tientcheu, P., & Kengne, A. P. (2019).
used in a Sub-Saharan Pan African Medical Journal.
African Country: a cross- 2019;32:118.
sectional study doi:10.11604/pamj.2019.32.118.15553
16 Perbandingan Kadar Yap, A., Sugiarto, C., & Sadeli, L.
Glukosa Darah Kapiler (2013) Maranatha. Edu, 1010143.
dengan Kadar Glukosa
Darah Vena Menggunakan
Glukometer pada
Penderita Diabetes
Melitus
17 Perbedaan Kadar Glukosa Ubaedillah M I (2018) Jurnal An
Darah Sewaktu Dari Vena nasher e-ISSN: 2684-9577
Dengan Dari Kapiler p-ISSN: 2684-9143
Menggunakan
Alat Glukometer
Metode Strip Pada
Mahasiswa Akademi
Analis Kesehatan An
Nasher Cirebon
mengetahui selisih rata – rata kadar glukosa darah sampel serum dan plasma
EDTA dan grafik untuk mengetahui yang lebih tinggi yang tersaji pada tabel
4.3
Tabel 4.3 Selisih rata-rata dari artikel subiyono dkk kadar glukosa darah serum dan plasma
Selisih hasil tertinggi pemeriksaan kadar glukosa darah sampel serum dan
plasma EDTA adalah 39 % dan selisih hasil terendah adalah 2 %.
Hasil menunjukkan bahwa rata – rata sampel serum 103,7 mg/dl sedangkan
rata – rata sampel plasma EDTA 101,3 mg/dl. Selisih hasil tertinggi pada
pemeriksaan kadar glukosa darah dengan sampel serum dan plasma EDTA
yaitu 39 % dan selisih terendah yaitu 2 %. Sedangkan Prosentase selisih
tertinggi kadar glukosa darah pada serum dan plasma EDTA yaitu 39 % dan
terendah yaitu 1,7 %.
2. Mengevaluasi hasil pemeriksaan gula darah dengan glukometer.
Dengan kemajuan teknologi sekarang seorang dapat memantau kadar glukosa
darah demi mengetahui hasil kadar glukosa darah dengan menggunakan alat
glukometer metode strip. Alat pemantau glukosa darah seperti glukometer
30
bisa digunakan di rumah sakit, puskesmas klinik dan bisa juga di beli di toko
kesehatan, pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer memerlukan waktu
2 menit dengan darah kapiler lebih memudahkan pasien dikarenakan lebih
mudah diambil dan lebih sedikit darah dipergunakan, pemeriksaan penunjang
kadar glukosa darah masih diperdebatkan dikarenakan apakah perbedaan
tersebut disebabkan oleh glukometer dengan hasil yang didapatkan tinggi dari
spektrofotometer sehingga terdapat perbedaan nilai yang berfariasi dengan
kadar glukosa darah vena dengan darah kapiler. Hasil penelitian (Yap A dkk,
2013) tentang perbandingan kadar glukosa darah kapiler dengan kadar
glukosa darah vena menggunakan glukometer dapat dilihat dalam tabel 4.4
Tabel 4.4 uji-t test kadar glukosa dengan nilai rata-rata masing-masing dan deviasi standar
untuk glukometer
kadar glukosa darah vena terdapat kesamaan antara darah vena dengan
darah kapiler berjumlah 4 mahasiswa dengan nilai persentase 13,33% mg/dl.
3. Mengevaluasi hasil pemeriksaan kadar gula darah menggunakan
spektrofotometer dengan glukometer
Terdapat 9 artikel yang menyajikan perbedaan hasil pemeriksaan
menggunakan spektrofotometer dengan glukometer yang di tampilkan dalam
tabel 4.5
Tabel 4.5 Informasi artikel penelitian terkait dengan pemeriksan kadar glukosa darah
menggunakan spektrofotometer dengan glukometer
165mg/dL 161mg/Dl
Kassahun, M.
3 112
et.al (2014) Min: 42 mg /dL Min: 65 mg/dL
Max: 533 mg /dL Max: 491 mg / dl
104mg/dL 95mg/dL
Audu, S. et.al
4 208 Min : 60.66 mg/Dl Min : 55.80 mg/dL
(2017).
Max : 162 mg/dL Max : 158.40 mg/dL
Mariady, F
5 214 mg/dL 236 mg/Dl
dkk (2014)
117mg/dL 136mg/dL
Baharuddin,
6 50
B et.al (2018) Min: 62 mg/dL Min: 59 mg/dL
Max: 287 mg/dL Max: 300 mg/dL
121mg/dL 130mg/dL
Endiyasa dkk
7 52
(2018) Min: 70 mg/dL Min: 78 mg/dL
Max: 261 mg/dL Max: 269 mg/dL
100mg/dL 135mg/dL
Olaniru OB et
8 200
al., 2019 Min: 69.66 mg/dL Min: 109.62 mg/dL
Max: 171.18 mg/dL Max: 212.76 mg/dL
Dele, A. F
9 206 102mg/dL 127 mg/dL
et.al (2020)
Pembacaan dari 9 artikel dari tabel 4.5, 4 Artikel menyatakan kadar glukosa
lebih tinggi pada pemeriksaan spektrofotometer dengan rentang 104-294
32
analisa uji t-test dengan nilai signifikasi 0,084 dari hasil artikel Endiyasa dkk
2019 ditemukan hasil yang berbeda dengan uji t-test yang dilakukan oleh
penulis dimana penulis mendapatkan hasil p value 0,882 yang menunjukan
tidak ada perbedaan yang signifikan.
Pengujian digunakan dengan signifikan level 0,05
Jika nilai signifikan < 0.05 maka Ho diterima. Artinya ada perbedaan antara
kadar gula darah menggunakan spektrofotometer dengan glukometer.
Jika nilai signifikan > 0.05 maka Ho ditolak. Artinya tidak ada perbedaan
antara kadar gula darah menggunakan spektrofotometer dengan glukometer.
B. Pembahasan
1. Mengevaluasi hasil pemeriksaan gula darah dengan spektrofotometer.
Berdasarkan hasil artikel dari penelitian (Ramadhani dkk, 2019) diketahui
rata-rata kadar glukosa darah sewaktu menggunakan serum terendah 71,3
dan tertinggi 146,9 rata-rata 103,3 sedangkan yang menggunakan spesimen
plasma memiliki rata-rata sebesar 113,5 mg/dL nilai terendah 74,3 nilai
tertinggi 172,3 dengan uji t test p value 0,001. Perbedaan kadar glukosa
darah pada spesimen serum dan plasma EDTA dapat terjadi karena pada
serum tidak mengandung beberapa faktor koagulasi lainnya, sedangkan
plasma masih mengandung faktor koagulasi yang terdapat di dalam darah
serta mengandung partikel antikoagulan EDTA yang dapat mempengaruhi
pemeriksaan. Hasil yang menunjukan adanya perbedaan diantaranya
(Subiyono dkk, 2016) ini menggunakan 30 sampel serum dan 30 sampel
plasma EDTA. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara dalam
bentuk tabel untuk mengetahui selisih rata – rata kadar glukosa darah sampel
serum dan plasma EDTA dan grafik untuk mengetahui yang lebih tinggi.
Hasil menunjukkan bahwa rata – rata sampel serum 103,7 mg/dl sedangkan
rata – rata sampel plasma EDTA 101,3 mg/dl. Selisih hasil tertinggi pada
pemeriksaan kadar glukosa darah sampel serum dan plasma EDTA yaitu 39
% dan selisih terendah yaitu 2 %. Sedangkan Prosentase selisih tertimggi
kadar glukosa darah pada serum dan plasma EDTA yaitu 39 % dan terendah
yaitu 1,7 %. Dapat disimpulkan Terdapat perbedaan dari hasil (Ramadhani
dkk, 2019) dan (Subiyono dkk, 2016) pemeriksaan kadar gula darah
34
glukosa darah vena berkisar 153-492 mg/dl dengan rata-rata 248,20 mg/dl
yang berarti rata-rata kadar glukosa darah kapiler subjek lebih besar daripada
kadar glukosa darah vena dengan perbedaan sebesar 2,60 mg/dl, dengan p
value 0,503 yang menandakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil
pemeriksaan darah kapiler lebih tinggi dibandingkan dengan darah vena hal
ini dapat terjadi, adanya faktor-faktor penggangu kesalahan operasional, pada
saat pengambilan sampel darah kapiler mungkin terjadi pemerasan pada
ujung jari sehingga terjadi hemodilusi oleh cairan jaringan serta adanya
hemolisis dari sampel darah, rendahnya aliran darah pada ujung jari,
perbedaan kadar glukosa darah ini juga mungkin dapat dipengaruhi oleh suhu,
pada suhu rendah pembuluh darah perifer akan mengalami vasokonstriksi
serta terjadi penurunan aliran darah. Penelitian dari (Mariady, F dkk, 2013)
penyebab darah kapiler lebih tinggi dibanding dengan darah vena disebabkan
darah kapiler hampir sama dengan darah arteri karena kadar glukosa dan
oksigennya yang lebih mirip dengan darah arteri dibandingkan dengan darah
vena. Glukosa akan berdifusi melalui kapiler agar dapat digunakan oleh sel
tubuh sehingga kadar glukosa darah arteri yang merupakan sumber kapiler
seharusnya lebih tinggi daripada vena pada saat puasa, kadar glukosa darah
kapiler 2-5 mg/dl lebih tinggi dibandingkan darah vena, sedangkan pada saat
postprandial, kadar glukosa darah kapiler 20-70 mg/dl (2%-50%) lebih tinggi
dibandingkan darah vena.
3. Mengevaluasi hasil pemeriksaan kadar gula darah menggunakan
spektrofotometer dengan glukometer
Berdasarkan hasil dari 9 artikel pada tabel 4.5 penulis mendapatkan gambaran
hasil pemeriksaan kadar gula darah menggunakan spektrofotometer dengan
glukometer mempunyai hasil yang bervariasi. Penulis telah mengevaluasi
artikel yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah
menggunakan spektrofotometer dengan glokometer 4 Artikel menyatakan
kadar glukosa lebih tinggi pada pemeriksaan spektrofotometer dengan
rentang 104-294 mg/dL, sedangkan yang menyatakan lebih tinggi kadar
glukosa dgn glukometer sebanyak 5 Artikel, dengan rentang 130-236
mg/dL.
36
Spektofotometer
150
100
50
0
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49
Jumlah pasien
gambar 4.2 grafik penelitian Endiyasa dkk perbandingan kadar gula darah antara metode glukometer
dengan spektrofotometer
darah kapiler. Darah kapiler bisa bercampur dengan cairan jaringan sehingga
darah mengalami pengenceran, apabila jumlah glukosa tetap maka kadar
glukosa darah, darah menjadi lebih kecil dibandingdengan kadar glukosa
darah yang tidak mengalami pengenceran. Menurut (Binugraheni, R 2016)
spektofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna
pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detektor, spektofotometri dapat dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi.
Faktor lain yang mempengaruhi faktor glukosa darah sewaktu seperti pra-
analitik, analitik, post-analitik dalam artikel (Zaetun, S dkk, 2014).
menyebutkan faktor pra-analitik yang mempengaruhi kadar glikosa darah
sewaktu seperti penundaan permeriksaan serum yang dapat menyebabkan
penurunan kadar glukosa.konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa, trauma atau strees yagn dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa, merokok dapat meningkatkan
kadar glukosa dan aktifitas yang berat sebelum melakukan uji laboratorium
dilakukan dapat menurnkan kadar glukosa. Faktor analitik yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah sewaktu seperti cara pemipetan,hemolisis,
tabung yang kotor, suhu reagen, suhu lingkungan tempat darah disimpan
sebelum pemisahan, waktu inkubasi, dan instrument error, sedangkan faktor
post-analitik yang mempengaruhi kadar glukosa darah sewaktu seperti
pembacaan hasil yang tidak sesuaidengan waktu inkubasi.
Metode spektrofotometri memiliki kelebihan, presisi tinggi, akurasi tinggi,
spesifik relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid,
volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki
ketergantungan pada reagen, butuh sampel darah yang banyak, pemeliharaan
alat dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya
yang cukup mahal.
Metode glukometer juga memiliki kelebihan yaitu hasil pemeriksaan dapat
segera diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen
38
khusus, praktis dan mudah dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja
tanpa butuh keahlian khusus. Kekurangan glukometer presisi dan akurasi
kurang baik bila dibandingkan dengan metode rujukan kemampuan
pengukuran terbatas, dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, hematocrit.
Prinsip kerja dari spektrofotometer menganut hukum Lambert Beer. Dalam
hukum ini jika cahaya monokromatik yang melewati satu media, maka
sebagian cahaya lainnya akan diserap dan sebaian dipantulkan. Sementara
sebagian lagi akan dipancarkan.
Prinsip glukometer Amperometri yaitu Enzim glukosa dehidrogenase dalam
koenzim pada strip uji mengkonversi glukosa didalam sampel darah ke lakton
glukono. Reaksi ini menciptakan arus listrik yang tidak berbahaya untuk
glukosa yang diperiksa
Penemuan dalam penelitian ini pemeriksaan kadar glukos darah
menggunakan spektrofotometer dengan metode glukometer, yaitu perbedaan
17 artikel yang diteliti dipengaruhi oleh pengambilan sampel yang berbeda,
penundaan waktu pemeriksaan dan pada saat pra analitik, analitik serta pasca
analitik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian terhadap tuju belas artikel yang terkait dengan
Evaluasi pemeriksaan kadar Gula Darah Menggunakan Spetrofotometer
degan Glukometer, maka dapat disimpulkan:
1. Dari 3 artikel yang telah diamati diperoleh rentang pemeriksaan kadar gula
darah menggunakan spektrofotometer dengan rentang 173,3-146,9 pada
sampel serum dan 73,3-172,3 pada sampel plasma, semakin lama sampel yang
diperiksa dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah karena sampel
yang digunakan dapat menjadi hemolisis. Sampel darah yang disimpan pada suhu
kamar dapat menurunkan kadar glukosa darah kurang lebih 1 – 2% per jam .
2. Dari 2 artikel yang sudah diamati menunjukan kadar gula darah yang diukur
menggunakan glukometer mg/dl dengan sampel kapiler berkisar antara 142-
476 dengan rata-rata 250,80 mg/dl dan sampel vena berkisar 153-492 mg/dl
dengan rata-rata 248,20 mg/dl. Pemeriksaan darah kapiler lebih tinggi
dibandingkan dengan pemeriksaan darah vena hal ini dapat terjadi,
dikarenakan adanya faktor-faktor penggangu seperti kesalahan operasional
pada saat pengambilan sampel darah kapiler dimana terjadi pemerasan pada
ujung jari sehingga terjadi hemodilusi oleh cairan jaringan serta adanya
hemolisis dari sampel darah.
3. Dari 9 artikel yang telah diamati terdapat 4 Artikel yang menyatakan bahwa
pemeriksaan kadar glukosa darah pada spektrofotometer lebih tinggi dengan
rentang 104-294 mg/dL, sedangkan pada pemeriksaan glukometer terdapat 5
Artikel yang menyatakan bahwa kadar glukosa lebih tinggi, dengan rentang
130-236 mg/dL. Dari hasil uji t-test artikel (Endiyasa dkk 2018) dengan nilai
p value 0,084 ditemukan hasil yang berbeda dengan uji t-test yang dilakukan
oleh penulis dimana penulis mendapatkan hasil p value 0,882 yang
menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan.
39
40
B. Saran
1 Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah yang dilakukan di laboratoratorium,
baik itu laboratorium rumah sakit maupun klinik dianjurkan menggunakan
alat spektrofotometer dimana dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
Penggunaan alat glukometer dalam pemeriksaan kadar glukosa darah
diperbolehkan hanya untuk pemantauan penyakit.
Abell, Sally K., et al. "Type 1 and Type 2 diabetes preconception and in pregnancy:
health impacts, influence of obesity and lifestyle, and principles of
management." Seminars in reproductive medicine. Vol. 34. No. 02.
Thieme Medical Publishers, 2016.
Adventini, N., Kusmartini, I., Syahfitri, W.Y.N., & Kurniawati, S. (2015) "Evaluasi
Kalibrasi Internal Mikropipet Volumetrik Sebagai Implementasi Jaminan
Mutu Laboratorium Pengujian." (2015): 394-401.
American Diabetes Association. 2011. Standard of Medical Care in Diabetes
Mellitus Diabetes Care; 34: S WHO, 1999
Apriani, A., & Umami, A. (2018). Perbedaan Kadar Glukosa Darah pada Plasma
Edta dan Serum dengan Penundaan Pemeriksaan. Jurnal Vokasi
Kesehatan, 4(1), 19-22.
Audu, S. I., Ubwa, S. T., Igbum, O. G., Ikese, O. C., & Alex, N. I. Performance
Evaluation And Analytical Comparison Between Glucose Meters And
Spectrophotometric Methods For Blood Glucose Determination.
Ayuni, N. K. (2020). ANALISIS GULA DARAH UNTUK MENDIAGNOSIS
PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM). International Journal of
Applied Chemistry Research, 2(1), 14-17.
Binugraheni, R., Primadevi, S., Nugroho, R. B., Kresnadipayana, D., & Budianto,
G. I. (2016). Pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa Darah, Kolesterol dan
Asam Urat) Menggunakan Metode Stick Test dan Metode
Spektrofotometri dari Sampel Darah Masyarakat RW 22 Kelurahan
Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Journal of Health
(JoH), 3(2), 114-117.
Choukem, S. P., Sih, C., Nebongo, D., Tientcheu, P., & Kengne, A. P. (2019).
Accuracy and precision of four main glucometers used in a Sub-Saharan
African Country: a cross-sectional study. The Pan African Medical
Journal, 32.
Cholacha, Acef. 11 Juli 2010. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah
Sewaktu Menggunakan Glukometer dengan ABX Pentra 400. Online.
perbandingan-hasil-pemeriksaan-glukosa.html.
Departemen Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus
Dewa, ME,2016, Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Menggunakan Metode Glukose Oksidase Peroxidase Aminoantyphirin
(GOD-PAP) Dengan Metode Strip Di RS. DR.R. Ismoyo Kota Kendari
Sulawesi Tenggara,
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2018. Profil Kesehatan Masyarakat Lampung,
Provinsi Lampung.
Dele, A. F., Olatokunbo, J. O., Wasagu, I. H., & Eberechi, O. E. (2020). Accuracy
Evaluation And Comparison Of Three Blood Glucose Meters In An
Emergency Paediatric Unit Of A Tertiary Hospital In Nigeria. Nigerian
Journal Of Medicine, 29(1), 115-119.
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Ed 3. Jakarta: Egc
Endiyasa, E., Ariami, P., & Urip, U. (2019). Perbedaan Kadar Glukosa Darah
Metode Poin Of Care Test (Poct) Dengan Photometer Pada Sampel Serum
Di Wilayah Kerja Puskesmas Jereweh. Jurnal Analis Medika Biosains
(JAMBS), 5(1), 40-44.
Eroschenko, V. P., & Di Fiore, M. S. (2013). DiFiore's atlas of histology with
functional correlations. Lippincott Williams & Wilkins.
Henrikson J. E., & Bech-Nielsen H., 2009. Blood Glucose Levels.
http://www.netdoctor.couk/healthadvice/facts/diabetesbloodsugar.
Irjus, Indrawan and Safita, Reny and Novalyan, Devie and Mahdayeni, Mahdayeni
and Elsha, Renny Yulia and Rochbani, Ita Tryas Nur and Adiati, Adiati
and Jaya, Edi Putra and Syafitri, Rita and Susanti, Try and Maryani,
Maryani and Enadarlita, Enadarlita (2020) MANAJEMEN
LABORATORIUM PENDIDIKAN. CV. PENERBIT QIARA MEDIA,
Jawa Timur. ISBN 978-623-6807-29-3
Iswanto, Rolly. (2018). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Menggunakan Metode Spketrofotometri Dan Metode Poct (Point Of Care
Testing) Pada Pasien Puskesmas Poasia Kendari Sulawesi Tenggara
(Sultra). Jurnal Medilab Mandala Waluya, 2.02 (2018): 9-13.
Kahar, Hartono. "Keuntungan dan kerugian penjaminan mutu berdasarkan uji
memastikan kecermatan (POCT)." Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory 13.1 (2018): 38-41.
Kassahun, M., T. Melak, and M. Abebe. "Accuracy of SensoCard glucose meter:
comparing with reference glucose oxidase method." J Med Diagn
Meth 3.162 (2014): 2.
Kementrian Kesehatan RI,2018. Hasil Utama Riskesdas 2018, Jakarta
Khasanah, N. (2012). Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Cetakan Pertama.
Lee-Lewandrowski, E., & Lewandrowski, K. (2009). Perspectives on cost and
outcomes for point-of-care testing. Clinics in laboratory medicine, 29(3),
479-489.
Louie, Richard F., et al. "Point-of-care glucose testing: effects of critical care
variables, influence of reference instruments, and a modular glucose meter
design." Archives of pathology & laboratory medicine 124.2 (2000): 257-
266.Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. 2009.
Glukoneogenesis Dan Kontrol Gula Darah dalam Biokimia Harper.
Jakarta: EGC
Mariady, F., Christine, S., & Lisawati, S. (2014). Perbandingan Hasil Pemeriksaan
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan Glukometer dan
Spektrofotometer Pada Penderita Diabetes Melitus di Klinik Nirlaba
Bandung.Maini, r. (2020). Membandingkan hasil pemeriksaan glukosa
darah sewaktu dengan metoda autoanalyzer dan point of care testing di
rsud m. Natsir (doctoral dissertation, universitas perintis indonesia).
Megerssa, y. C., & jima, n. T. (2019). Analytical Comparison between
Spectrophotometer and Portable Glucometer for Measurement of Blood
Glucose in Horse. Biochem Anal Biochem, 8(387), 2161-1009.
.Murry, R. K. et al.. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta. Kedokteran. EGC. 2003
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti. F.M Titin. 2009. Dasar Dasar Biokimia.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia( UI-Press).
Obeta, M., Ibanga, Fiyaktu, Y., Bot, Y., & Goshure, J. (2019). Blood Glucose
Testing: A Comparative Analysis Of Spectrophotometer And Glucometer
In Hospital Based Medical Laboratory In Jos-Nigeria.
Pais, E., Meiselman, H. J., & Alexy, T. (2010). Characteristics of Blood
Vessels. Exercise Physiology: From a Cellular to an Integrative
Approach, 75, 183.
PERKENI, K. P. (2011). Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia,
Jakarta: PB.
PERKENI, K. P. (2019). Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di Indonesia,
Jakarta: PB.
Prabowo, Adhitya Dwi, and Adang M. Gugun. "Uji Korelasi Pemeriksaan Glukosa
Darah antara Rapid Tes dengan Spektrofotometer."
Ramadhani, Q. A. N., Garini, A., Nurhayati, N., & Harianja, S. H. (2019).
Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan Serum Dan
Plasma Edta. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang), 14(2), 80-84.
Salacinski, A. J., Alford, M., Drevets, K., Hart, S., & Hunt, B. E. (2014). Validity
and reliability of a glucometer against industry reference
standards. Journal of Diabetes Science and Technology, 8(1), 95-99.
Sinaga, H., Jagad, D. S., & Suwae, C. (2019). Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Dan Kreatinin Pada Lansia Di Puskesmas Kotaraja Jayapura. Jurnal Sains
dan Teknologi Laboratorium Medik, 4(1), 9-14.
Sacher, A Ronald (2012)Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.
Saryono, SKP., Mkes. (2009).
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J., & Crouch, S. R. (2013). Fundamentals of
analytical chemistry. Nelson Education.
Stahl, M., Brandslund, I., Jørgensen, L. G. M., Petersen, P. H., Borch-Johnsen, K.,
& Olivarius, N. D. F. (2002). Can capillary whole blood glucose and
venous plasma glucose measurements be used interchangeably in
diagnosis of diabetes mellitus?. Scandinavian journal of clinical and
laboratory investigation, 62(2), 159-166.
Subiyono, S., Martsiningsih, M. A., & Gabrela, D. (2016). Gambaran Kadar
Glukosa Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase–Peroxidase
Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta
Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium, 5(1), 45-48.
Suhartati, T. (2017). Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri massa
untuk penentuan struktur senyawa organik.
Sukorini, U., Nugroho, D. K., Rizki, M., & Hendrawan, P. J. B. (2010).
Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik. Yogyakarta: Alfa Media
& Kana Medika.
Surya Atmadja, M. 2003. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinikk 2003.
Jakarta: Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Ubaedillah, M. I. (2018). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dari Vena
Dengan Dari Kapiler Menggunakan Alat Glukometer Metode Strip Pada
Mahasiswa Akademi Analis Kesehatan An Nasher Cirebon.
Wolde, M., Tarekegn, G., & Kebede, T. (2018). Comparative Evaluations Of
Randomly Selected Four Point-Of-Care Glucometer Devices In Addis
Ababa, Ethiopia. Journal Of Diabetes Science And Technology, 12(3),
673-679.
Wowor, Mayer Ferdinand, et al. "Sensitivitas dan Spesifisitas Rapid Diagnostic
Test Malaria sebagai Diagostik Laboratorium Malaria di RSUD
Noongan." JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) 3.2 (2019): 27-33.
Yamakoshi, K. I., & Yamakoshi, Y. (2006). Pulse glucometry: a new approach for
noninvasive blood glucose measurement using instantaneous differential
near-infrared spectrophotometry. Journal of Biomedical Optics, 11(5),
054028.
Yap, A., Sugiarto, C., & Sadeli, L. (2013). Perbandingan Kadar Glukosa Darah
Kapiler Dengan kadar Glukosa Darah Vena Menggunakan Glukometer
Pada Penderita Diabetes Melitus. Maranatha. Edu, 1010143.
Zaetun, S., Ariyanti, B. T., & Srigede, L. (2014). Analysis of Blood Glucose using
autoanalyzer Chemistry, Photometer, and Point of Care Testing (POCT). Jurnal
Riset Kesehatan, 3(3), 633-638.
LAMPIRAN
Statistics
Perbandingan
hasil
pemeriksaan
kadar gula darah
menggunakan
spektrofotometer VAR00001
N Valid 52 52
Missing 1 1
Mean 121,17 1,00
Std. Error of Mean 7,579 ,000
Median 100,00a .a
Mode 73b 1
Std. Deviation 54,652 ,000
Variance 2986,813 ,000
Skewness 1,143
Std. Error of Skewness ,330 ,330
Kurtosis ,133
Std. Error of Kurtosis ,650 ,650
Range 191 0
Minimum 70 1
Maximum 261 1
Sum 6301 52
a. Calculated from grouped data.
b. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Statistics
Perbandingan
hasil
pemeriksaan
kadar gula darah
menggunakan
glukometer VAR00001
N Valid 52 52
Missing 1 1
Mean 130,38 1,00
Std. Error of Mean 7,457 ,000
Median 107,00a .a
Mode 87 1
Std. Deviation 53,770 ,000
Variance 2891,222 ,000
Skewness 1,159
Std. Error of Skewness ,330 ,330
Kurtosis ,220
Std. Error of Kurtosis ,650 ,650
Range 191 0
Minimum 78 1
Maximum 269 1
Sum 6780 52
a. Calculated from grouped data.
Perbandingan hasil pemeriksaan kadar gula darah menggunakan
glukometer
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 78 1 1,9 1,9 1,9
79 1 1,9 1,9 3,8
81 2 3,8 3,8 7,7
84 2 3,8 3,8 11,5
86 2 3,8 3,8 15,4
87 4 7,5 7,7 23,1
89 2 3,8 3,8 26,9
90 1 1,9 1,9 28,8
91 2 3,8 3,8 32,7
94 1 1,9 1,9 34,6
96 1 1,9 1,9 36,5
97 1 1,9 1,9 38,5
98 1 1,9 1,9 40,4
99 1 1,9 1,9 42,3
101 1 1,9 1,9 44,2
102 1 1,9 1,9 46,2
103 1 1,9 1,9 48,1
106 1 1,9 1,9 50,0
108 1 1,9 1,9 51,9
110 1 1,9 1,9 53,8
114 2 3,8 3,8 57,7
115 1 1,9 1,9 59,6
120 1 1,9 1,9 61,5
127 1 1,9 1,9 63,5
131 1 1,9 1,9 65,4
132 1 1,9 1,9 67,3
139 1 1,9 1,9 69,2
144 1 1,9 1,9 71,2
151 1 1,9 1,9 73,1
152 1 1,9 1,9 75,0
169 1 1,9 1,9 76,9
176 1 1,9 1,9 78,8
179 1 1,9 1,9 80,8
190 1 1,9 1,9 82,7
192 1 1,9 1,9 84,6
211 1 1,9 1,9 86,5
212 1 1,9 1,9 88,5
215 1 1,9 1,9 90,4
219 1 1,9 1,9 92,3
223 1 1,9 1,9 94,2
252 1 1,9 1,9 96,2
263 1 1,9 1,9 98,1
269 1 1,9 1,9 100,0
Total 52 98,1 100,0
Missing System 1 1,9
Total 53 100,0
VAR00001
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 52 98,1 100,0 100,0
Missing System 1 1,9
Total 53 100,0
Group Statistics
spektro_gluk Std. Std. Error
o N Mean Deviation Mean
Perbandingan hasil 1 52 121,17 54,652 7,579
pemeriksaan kadar 2 52 130,38 53,770 7,457
gula darah
menggunakan
spektrofotometer
dengan glukometer