ditulis oleh :
Bahasa : Indonesia
Buku Islam dan Kesehatan Mental ini termasuk dalam rangkaian buku
“Kesehatan Mental”, yang semula akan segera sampai kepada pembaca setelah buku
pertama (Kesehatan Mental) dan buku kedua (Peranan Agama dalam Kesehatan Mental)
terbit. Akan tetapi karena kesibukan penulis dengan tugas sehari-hari menyebabkan
terlambatnya penyusunan dan pengolahan bahan. Mulanya penulis bermaksud
mengumpulkan segala segi tentang Kesehatan Mental yang terdapat dalam ajaran Islam.
Akan tetapi, setelah ajaran Islam diolah satu persatu, maka terasa baiknya jika masing-
masing seginya dipisahkab dalam buku tersendiri. Maka dalam buku ini pembaca hanya
akan mendapati pembahasan mengenai “Pokok-pokok Keimanan” (Rukun Iman).
Sedangkan mengenai “Pokok-pokok ajaran Islam” (Rukun Islam), penulis akan
rangkumkan dalam buku tersendiri. Kepada para pembaca, penulis mempersembahakan
penganalisaan tentang Pokok-pokok Keimanan dalam Islam, semoga dapat menolong
dalam mencipatakan kebahagiaan dan ketentraman batin, serta menambah pengertian
terhadap ajaran Islam
Ringkasan
Berbagai batasan telah dibuat oleh para ahli tentang kesehatan mental. Ada yang
berpendapat bahwa sehat mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Ada yang berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kemampuan menyesuaikan diri
dalam menghadapi masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa. Pendapat ketiga
mengatakan bahwa kesehatan mental harus mengandung keserasian fungsi-fungsi jiwa.
Di samping itu ada pula yang berpendapat bahwa sehta mental adalah kemampuan
merasakan kebahagiaan, kekuatan dan kegunaan harga dirinya. Batasan yang tepat
mencakup semua batasan yang pernah ada, yaitu : terhindar dari gangguan dan penyakit
kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah, adanya
keserasian fungsi-fungsi jiwa, merasa bahwa dirinya bahagia, berguna dan berharga, serta
dapat menggunakan potensi yang ada seoptimal mungkin. Gangguan kesehatan mental
diantaranya dapat mempengaruhi perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan tubuh.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar komentar terhadap orang yang
gelisah, goncang emosi dan tidak stabil dalam hidupnya dengan ungkapan “tidak
beriman”. Ungkapan itu sering terdengar terutama di kalangan orang awam. Sedangakn
di kalangan orang-orang terpelajar yang tidak mengindahkan agama, atau orang-orang
sekuler, masalah iman tidak menjadi perhatian mereka, karena mereka lebih mempercayai
ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran manusia yang dengan bangga hati mereka
menamakan diri sebagai orang-orang yang rasional. Akan tetapi keadaan orang-orang
yang mendasarkan hidup kepada hasil pikiran (ilmu pengetahuan) saja, dan menyangka
bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan akal pikiran, tanpa memerlukan sesuatu
kekuatan diluar itu tidak jarang mengalami kesulitan, terutama kesulitan kejiwaan.
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa iman itu sangat diperlukan dalam hidup manusia,
jika ia ingin tenang dan bahagia. Unsur terpenting yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan kejiwaan manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran
agama. Maka dalam Islam prinsip pokok yang menjadi sumbu kehidupan manusia adalah
iman, karena iman yang menjadi pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan.
Tanpa kendali tersebut akan mudahlah orang terdorong melakuakn hal-hal yang
merugikan dirinya atau orang lain dan menimbulkan penyesalan dan kecemasan, yang
akan menyebabkan terganggunya kesehatan jiwa.
Ilmu pengetahuan yang berusaha meneliti manusia dengan segala aspek dan
dinamikanya karena faktor manusia dengan dinamika yang tersembunyi di dalamnya
menjadi unsur penentu dalam persoalan hidup. Disinilah bertumbuhnya Ilmu Jiwa yang
hari demi hari semakin meluas dan bercabang-cabang. Di antara cabang yang masih muda
ialah ilmu Kesehatan Mental dan Psiko-terapinya. Dalam Psiko-terapi (perawatan jiwa)
ternyata yang menjadi pengendali utama dalam sikap, tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal (pikiran) semata, akan tetapi yang lebih menentukan adalah perasaan.
Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan seringkali
terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Apabila seseorang dikuasai oleh
perasaan semata, sudah pasti akan banyak masalah yang terjadi, karena tindakan dan
perbuatannya sukar untuk dipertanggungjawabkan dan sulit mengukur dan menilainya.
Ukuran perasaan itu sangat mudah berubah dan banyak macam, menurut keadaan dan
tempat. Akan tetapi, jika yang dipentingkan hanya pikiran (rasio) saja, perasaan tidak
diindahkan, maka akan sukarlah orang bergaul. Perasaan itu tidak bisa disingkirkan sama
sekali, karena ia bekerja dan mempunyai pengaruh yang tidak disadari oleh pikiran.
Sifat yang pertama ialah wujud (maha ada). Tuhan itu betul-betul ada, walaupun
pembuktian tentang ada-Nya itu tidak mungkin, apabila yang dimaksudkan adalah zat-
Nya. Adanya allah S.W.T secara tetap abadi, terus menerus ada dan tidak akan hilang
seperti tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 255 (ayat kursi) :
ت فِي َما لَهُ ۚ ن َْوم َو َل ِسنَة ت َأ ْ ُخذُهُ َل ۚ ْالقَيو ُم ا ْل َحي ه َُو إِ َل إِ َٰلَهَ َل ِ س َم َاواَ ض فِي َو َما ال ِ إِ َل ِع ْندَهُ يَ ْشفَ ُع الَذِي ذَا َم ْن ۗ ْاْل َ ْر
طونَ َو َل ۖ خ َْل َف ُه ْم َو َما أ َ ْيدِي ِه ْم بَيْنَ َما يَ ْعلَ ُم ۚ بِإِذْنِ ِه َ ِت ُك ْر ِسيهُ َو ِس َع ۚ شَا َء ِب َما إِ َل ِع ْل ِم ِه ِم ْن ب
ُ ش ْيء ي ُِحي ِ س َم َاوا َ َو َل ۖ َو ْاْل َ ْر
َ ض ال
ُ ْال َع ِظي ُم ْال َع ِلي َوه َُو ۚ ِح ْف
ُظ ُه َما يَئُودُه
Arti: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di
sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Keimanan akan adanya allah seperti digambarkan oleh ayat itu mempunyai arti
yang sangat besar bagi kesehatan jiwa manusia. Ia dapat mengeluh, mengadu, meminta
tolong, meminta perlindungan dan meminta keadilan atau sebagainya di saat
memerlukannya. Orang yang beriman tidak akan merasa kesepian, karena ia merasa
bahwa Allah S.W.T selalu ada, menjaga dan mengetahui apa saja. Oleh karena itu ia akan
terhindar dari salah satu penyebab keresahan dan kecemasan, yaitu merasa kesepian dan
tiada tempat mengungkapkan perasaan.
Apa manfaat percaya akan adanya Allah S.W.T bagi kesehatan mental? Orang
yang percaya akan adanya Allah S.W.T tidak akan merasa kesepian di mana pun ia
berada. Kendati ia seorang diri, namun ia tidak merasa sendirian. Dimana Tuhan itu?
Hatinya tahu, tidak jauh, dekat sekali bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri. Di
antara penyebab kegelisahan dan kecemasan seseorang ialah merasa kesepian, sendiri di
alam fana ini.
Jadi dengan ringkas kita bisa simpulkan bahwa percaya akan adanya Allah S.W.T
menentramkan batin, karena ada tempat mengeluh dan mengungkapkan segala isi hati.
Kepercayaan kepada Allah S.W.T merupakan unsur terpenting dalam hidup manusia.
Seorang filosof berkata : "Sesungguhnya hati tanpa iman kepada Allah S.W.T tak
ubahnya seperti Pengadilan tanpa Hakim". Lalu yang kedua adalah Maha Esa. Allah
S.W.T itu Esa, bukan dua, tiga atau lebih. Keesaan-Nya mutlak, Esa zat, Esa sifat, Esa
kodrat, tiada tara bandinganNya seperti yang tertulis dalam firman-Nya pada surat Al
Ikhlas ayat 1-4. :
َ أ َ َحد
ّللاُ ه َُو قُ ْل
َ ُص َمد
ُّللا َ ال
Kita harus percaya bahwa Allah S.W.T itu Esa dalam segala hal, Esa zat, Esa sifat,
Esa kodrat dan Esa segala-galanya agar dapat menentramkan batin dan menjamin
Kesehatan Mental.
Dalam ajaran Islam, terdapat iman kepada malaikat, yang termasuk dalam alam
gaib, yang tidak dapat dibuktikan dengan cara-cara ilmiah empiris. Menurut salah satu
hadist Nabi, dikatakan bahwa Malaikat itu terbuat dari cahaya. Dalam Al Quran, tidak
dijelaskan terbuat dari apa para Malaikat. Sedangkan tentang Manusia dijelaskan dengan
tegas dalam Al-Quran terbuat dari tanah. Mengenai tugas dan sifat Malaikat itu
dijelaskan-Nya. Itulah yang akan kita soroti manfaatnya terhadap Kesehatan Mental.
Berbeda dengan manusia, malaikat mempunyai sifat taat dan patuh kepada Allah
S.W.T. mereka tidak pernah melanggar larangan-Nya dan sellau menjalankan perintah-
Nya. Malaikat adalah contoh tertinggi dari kesucian dan kebaikan yang dapat dijadikan
teladan bagi manusia. Dalam hal ini Allah S.W.T berfirman dalam surat An-Nahl 49-50:
Arti: Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan
semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat)
tidak menyombongkan diri.
Arti: Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan
apa yang diperintahkan (kepada mereka).
Dengan kepercayaan akan sifat-sifat patuh dan taatnya Malaikat kepada Allah
S.W.T itu akan tergeraklah hati manusia untuk mencontoh sifat-sifat yang baik dan
mempunyai kecendrungan untuk mwningkatan diri menjadi lebih baik. Kehidupan rohani
manusia itu selamanya cenderung kepada yang baik dan patuh terhadap aturan dan hukum
Allah S.W.T. Akan tetapi dalam kehidupannya manusia terkadang mengalami
kekecewaan, tekanan dan sebagainya sehingga menyebabkan ingkar dan ingin melanggar
peraturan-peraturan dan hukum-hukum Allah S.W.T . Bahkan terkadang terjadilah
perbuatan yang mengganggu dan menyusahkan orang lain. Dalam pembinaan mental dan
perkembangan kepribadian sangat diperlukan adanya suatu tokoh yang diteladani dan
dicontoh. Dari segi ini, kita merasa bahwa kepercayaan kepada Malaikat yang
mempunyai sifat-sifat taat dan patuh perlu dikenalkan kepada manusia, terutama yang
sedang mengalami pertumbuhan jiwa. Tugas-tugas malaikat yang disebutkan dalam Al
Quran yang memiliki pengaruh terhadap ketentraman batin manusia antara lain :
Kita mengetahui bahwa setiap agama mempunyai Kitab Suci, yang merupakan
pedoman pokok dari ajaran agama tersebut. dalam agama Islam kitab sucinya adalah Al
Quran. Setiap orang Islam wajib mempercayai bahwa Al Quran adalah Kalamullah, yaitu
langsung datang dari Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W dengan perantara
Malaikat Jibril. Jadi setiap ayat dalam Al Quran adalah Wahyu Allah , tidak aada satu
pun yang bukan wahyu Allah. Jika kita bertanya “Apa yang dimaksud dengan percaya
pada Kitabullah?” maka jawabannya antara lain :
1. Orang Islam wajib mempercayai bahwa Al Quran itu seluruhnya datang dari
Allah.
2. Orang Islam wajib memepercayai bahwa semua isi Al Quran itu benar.
3. Bahwa Al Quran itu wahyu Allah, yang diturunkan-Nya kepada nabi Muhammad
S.A.W untuk menjadi pedoman vagi umat Islam seluruhnya.
4. Orang Islam wajib mempercayai Kitabullah yang diturunkan Allah S.W.T
sebelum AL-Quran.
Sebagai kesimpulan pada bahasan ini, kepercayaan akan Kitab Suci yang
diturunkan Allah S.W.T kepada Rasul-rasul-Nya mengandung pedoman dan
tuntunan bagi umat manusia, datangnya dari Allah dan segala isinya benar.
۞ ِيم إِلَ َٰى َوأَ ْو َح ْينَا ۚ بَ ْع ِد ِه ِم ْن َوالنَ ِبيِينَ نُوح إِ َل َٰى أَ ْو َح ْينَا َك َما إِلَيْكَ أ َ ْو َح ْينَا إِنَا ِ ََو ْاْل َ ْسب
َ ُاط َويَ ْعق
َ وب َوإِ ْس َحاقَ َوإِ ْس َما ِعي َل إِب َْراه
س َٰى َ س َوأَي
َ وب َو ِعي َ َُارونَ َويُون ُ سلَ ْي َمانَ َوه ُ ُورا دَ ُاوودَ َوآتَ ْينَا ۚ َو ً زَ ب
س ًَل
ُ صنَا ُه ْم قَدْ َو ُر
ْ ص َ س ًَل قَ ْب ُل ِم ْن
َ َعلَيْكَ ق ُ ص ُه ْم لَ ْم َو ُر ُ ّللاُ َو َكلَ َم ۚ َعلَيْكَ نَ ْق
ْ ص َ ت َ ْك ِلي ًما ُمو
َ س َٰى
Arti: Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung.
Arti: (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Kita tahu bahwa agama samawi, percaya akan adanya hidup sesudah mati,
di mana akan ada perhitungan terhadap manusia atas segala tindakannya dan
perbuatannya di dunia. Kapankah dimulai hidup di alam akhirat itu? Tentunya
setelah alam dunia ini berakhir. Kapan berakhirnya dunia ini? Pertanyaan itu tidak
dapat dijawab oleh siapa pun. Tidak ada cara ilmiah yang dapat membuktikannya.
Dalam hal ini Allah S.W.T menegaskan dalam Al Quran, surat Al-Araf ayat 187
sebagai berikut :
َساهَا أَيَانَ السَا َع ِة َع ِن يَ ْسأَلُونَك َ ت ۚ ه َُو ِإ َل ِل َو ْق ِت َها يُ َج ِلي َها َل ۖ َربِي ِع ْندَ ِع ْل ُم َها ِإنَ َما قُ ْل ۖ ُم ْر ْ ت فِي ثَقُ َلِ س َم َاوا
َ ال
ض َ اس أ َ ْكث َ َر َو َٰلَ ِك َن
ِ ّللاِ ِع ْندَ ِع ْل ُم َها ِإنَ َما قُ ْل ۖ َع ْن َها َح ِفي كَأَنَكَ يَسْأَلُونَكَ ۗ َب ْغت َةً ِإ َل ت َأ ْ ِتي ُك ْم َل ۚ َو ْاْل َ ْر ِ ََي ْعلَ ُمونَ َل الن
Di antara pokok ajaran Islam yang sering menjadi sasaran kritikan orang-
orang di luar agama Islam dan dari orang Islam yang kurang mengerti ajaran
agamanya ialah iman kepada takdir Allah. Mereka menyangka bahwa iman
kepada takdir itu membuat orang menjadi lalai dan segan berusaha, malas mencari
rezeki dan apatis, karena merasa bahwa segala sesuatu telah ditentukan lebih
dahulu oleh Allah S.W.T. Kepercayaan akan takdir berbeda dengan pokok
kepercayaan yang lainnya karena secara tegas dan pasti tidak ada disebutkan
dalam Al Quran. Memang kata-kata Qadar berulang kali terdapat dalam Al Quran,
tapi dengan pengertian yang berbeda-beda dan tidak semuanya diwajibkan
mempercayainya. Keprcayaan akan takdir Allah S.W.T tidak menghalangi kita
untuk berusaha. Karena ketentuan Allah S.W.T ada yang mempunyai syarat dan
ada pula yang mutlak. Apabila kita ingin mendapat kebaikan maka berusahalah
berbuat baik dan mematuhi perintah Allah S.W.T. ketentuan Allah S.W.T dalam
hal ini sesuai dengan keinginan dan kehendak hati nurani setiap orang. Kiranya
tidak ada orang yang menolak ketentuan Allah S.W.T yang adil itu. Dalam
perawatan jiwa terbukti bahwa di antara penyebab dari gangguan-gangguan
kejiawaan adalah rasa kecewa karena kegagalan yang terjadi berulang-ulang.
Kepercayaan kepada takdir Allah dapat mengurangi rasa tertekan jiwa karena
kegagalan dalam usaha atau dalam hidup pada umumnya. Dengan kepercayaan
yang keenam ini dapat dihindari rasa kecewa atau frustasi yang mendalam. Hal
itu akan menolong dalam menjamin kesehatan mental orang yang beriman.
Penilaian
Kelebihan
Kekurangan
1. Buku ini kurang memberikan alasan yang lebih meyakinkan adanya hubungan
kesehatan mental dengan rukun iman.
2. Karena buku ini merupakan terbitan tahun 1982 jadi kurang update dengan
relevansi masalahnya di zaman sekarang.
Penutup
Dalam review buku kali ini juga penulis mengajak para pembaca untuk
lebih peduli dengan Kesehatan Mental melalui perpekstif agama Islam. Semoga para
pembaca yang menyempatkan waktunya membaca ini mendapatkan ilmu dan
pengetahuan baru.