Anda di halaman 1dari 15

REVIEW BUKU

ISLAM DAN KESEHATAN MENTAL


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama
Islam yang diampu oleh bapak Dr. Cucu Surahman, S.th.I., M.Ag., MA.

ditulis oleh :

Salma Fauziyyah Alyaa Rosyad 1700413

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA KOREA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
Tentang Buku

Judul : ISLAM dan KESEHATAN MENTAL

Penulis : Dr. Zakiah Daradjat

Penerbit : PT Gunung Agung - Jakarta 1982

Deskripsi Fisik : 104 halaman

Bahasa : Indonesia

Buku Islam dan Kesehatan Mental ini termasuk dalam rangkaian buku
“Kesehatan Mental”, yang semula akan segera sampai kepada pembaca setelah buku
pertama (Kesehatan Mental) dan buku kedua (Peranan Agama dalam Kesehatan Mental)
terbit. Akan tetapi karena kesibukan penulis dengan tugas sehari-hari menyebabkan
terlambatnya penyusunan dan pengolahan bahan. Mulanya penulis bermaksud
mengumpulkan segala segi tentang Kesehatan Mental yang terdapat dalam ajaran Islam.
Akan tetapi, setelah ajaran Islam diolah satu persatu, maka terasa baiknya jika masing-
masing seginya dipisahkab dalam buku tersendiri. Maka dalam buku ini pembaca hanya
akan mendapati pembahasan mengenai “Pokok-pokok Keimanan” (Rukun Iman).
Sedangkan mengenai “Pokok-pokok ajaran Islam” (Rukun Islam), penulis akan
rangkumkan dalam buku tersendiri. Kepada para pembaca, penulis mempersembahakan
penganalisaan tentang Pokok-pokok Keimanan dalam Islam, semoga dapat menolong
dalam mencipatakan kebahagiaan dan ketentraman batin, serta menambah pengertian
terhadap ajaran Islam
Ringkasan

Berbagai batasan telah dibuat oleh para ahli tentang kesehatan mental. Ada yang
berpendapat bahwa sehat mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
Ada yang berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kemampuan menyesuaikan diri
dalam menghadapi masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa. Pendapat ketiga
mengatakan bahwa kesehatan mental harus mengandung keserasian fungsi-fungsi jiwa.
Di samping itu ada pula yang berpendapat bahwa sehta mental adalah kemampuan
merasakan kebahagiaan, kekuatan dan kegunaan harga dirinya. Batasan yang tepat
mencakup semua batasan yang pernah ada, yaitu : terhindar dari gangguan dan penyakit
kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah, adanya
keserasian fungsi-fungsi jiwa, merasa bahwa dirinya bahagia, berguna dan berharga, serta
dapat menggunakan potensi yang ada seoptimal mungkin. Gangguan kesehatan mental
diantaranya dapat mempengaruhi perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan tubuh.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar komentar terhadap orang yang
gelisah, goncang emosi dan tidak stabil dalam hidupnya dengan ungkapan “tidak
beriman”. Ungkapan itu sering terdengar terutama di kalangan orang awam. Sedangakn
di kalangan orang-orang terpelajar yang tidak mengindahkan agama, atau orang-orang
sekuler, masalah iman tidak menjadi perhatian mereka, karena mereka lebih mempercayai
ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran manusia yang dengan bangga hati mereka
menamakan diri sebagai orang-orang yang rasional. Akan tetapi keadaan orang-orang
yang mendasarkan hidup kepada hasil pikiran (ilmu pengetahuan) saja, dan menyangka
bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan akal pikiran, tanpa memerlukan sesuatu
kekuatan diluar itu tidak jarang mengalami kesulitan, terutama kesulitan kejiwaan.
Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa iman itu sangat diperlukan dalam hidup manusia,
jika ia ingin tenang dan bahagia. Unsur terpenting yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan kejiwaan manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran
agama. Maka dalam Islam prinsip pokok yang menjadi sumbu kehidupan manusia adalah
iman, karena iman yang menjadi pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan.
Tanpa kendali tersebut akan mudahlah orang terdorong melakuakn hal-hal yang
merugikan dirinya atau orang lain dan menimbulkan penyesalan dan kecemasan, yang
akan menyebabkan terganggunya kesehatan jiwa.
Ilmu pengetahuan yang berusaha meneliti manusia dengan segala aspek dan
dinamikanya karena faktor manusia dengan dinamika yang tersembunyi di dalamnya
menjadi unsur penentu dalam persoalan hidup. Disinilah bertumbuhnya Ilmu Jiwa yang
hari demi hari semakin meluas dan bercabang-cabang. Di antara cabang yang masih muda
ialah ilmu Kesehatan Mental dan Psiko-terapinya. Dalam Psiko-terapi (perawatan jiwa)
ternyata yang menjadi pengendali utama dalam sikap, tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal (pikiran) semata, akan tetapi yang lebih menentukan adalah perasaan.
Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan seringkali
terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Apabila seseorang dikuasai oleh
perasaan semata, sudah pasti akan banyak masalah yang terjadi, karena tindakan dan
perbuatannya sukar untuk dipertanggungjawabkan dan sulit mengukur dan menilainya.
Ukuran perasaan itu sangat mudah berubah dan banyak macam, menurut keadaan dan
tempat. Akan tetapi, jika yang dipentingkan hanya pikiran (rasio) saja, perasaan tidak
diindahkan, maka akan sukarlah orang bergaul. Perasaan itu tidak bisa disingkirkan sama
sekali, karena ia bekerja dan mempunyai pengaruh yang tidak disadari oleh pikiran.

Ilmu pengetahuan hanya dapat mengisi dan mengembangkan pikiran. Untuk


mengisi perasaan diperlukan pengalaman dan pendidikan yang diterima sejak kecil, yang
akan menjadikan perasaan sejalan dengan pikiran. Apabila pengalaman dan pendidikan
yang dilalui di masa kecil kurang membawa ketentraman, maka perasaan orang itu akan
goncang dan kemampuan berpikir pun akan terganggu, sehingga tindakannya dengan
sendirinya akan menjadi labil pula. Disinilah pentingnya fungsi keimanan dalam
menciptakan rasa aman tenteram, yang ditanamkan sejak kecil. Objek keimanan yang
tidak akan berubah manfaatnya dan tidak akan pernah hilang adalah keimanan yang
ditentukan oleh agama. Dalam agama Islam, terkenal enam macam pokok keimanan
(arkanul Iman). Semuanya mempunyai fungsi yang menentukan dalam Kesehatan Mental
seseorang. Kepercayaan tersebut ialah :

1. Iman kepada Allah S.W.T


2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Takdir
Keimanan adalah suatu proses kejiwaan yang tercakup didalamnya semua fungsi
jiwa, perasaaan dan pikiran sama-sama meyakinkannya. Apabila iman tidak sempurna,
maka manfaatnya bagi Kesehatan mental pun kurang sempurna pula. Untuk dapat
mencapai keimanan yang sungguh dan menjamin kebahagiaan hidup, maka bagi seorang
muslim, percaya kepada Tuhan Y.M.E. itu harus mencakup pula percaya akan segala
sifat-sifat Nya. Kepercayaan akan sifat-sifat-Nya itu, harus ada realisasi dalam segala
sikap dan tindakan. Keimanan seorang muslim kepada Allah S.W.T itu mencakup
sekaligus mengimani sifat-sifat Nya. Dalam sifat-sifat Nya itu terkandung jawaban-
jawabn terhadap keperluan jiwa manusia.

Sifat yang pertama ialah wujud (maha ada). Tuhan itu betul-betul ada, walaupun
pembuktian tentang ada-Nya itu tidak mungkin, apabila yang dimaksudkan adalah zat-
Nya. Adanya allah S.W.T secara tetap abadi, terus menerus ada dan tidak akan hilang
seperti tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 255 (ayat kursi) :

‫ت فِي َما لَهُ ۚ ن َْوم َو َل ِسنَة ت َأ ْ ُخذُهُ َل ۚ ْالقَيو ُم ا ْل َحي ه َُو إِ َل إِ َٰلَهَ َل‬ ِ ‫س َم َاوا‬َ ‫ض فِي َو َما ال‬ ِ ‫إِ َل ِع ْندَهُ يَ ْشفَ ُع الَذِي ذَا َم ْن ۗ ْاْل َ ْر‬
‫طونَ َو َل ۖ خ َْل َف ُه ْم َو َما أ َ ْيدِي ِه ْم بَيْنَ َما يَ ْعلَ ُم ۚ بِإِذْنِ ِه‬ َ ِ‫ت ُك ْر ِسيهُ َو ِس َع ۚ شَا َء ِب َما إِ َل ِع ْل ِم ِه ِم ْن ب‬
ُ ‫ش ْيء ي ُِحي‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َو َل ۖ َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض ال‬
ُ ‫ْال َع ِظي ُم ْال َع ِلي َوه َُو ۚ ِح ْف‬
ُ‫ظ ُه َما يَئُودُه‬

Arti: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di
sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Keimanan akan adanya allah seperti digambarkan oleh ayat itu mempunyai arti
yang sangat besar bagi kesehatan jiwa manusia. Ia dapat mengeluh, mengadu, meminta
tolong, meminta perlindungan dan meminta keadilan atau sebagainya di saat
memerlukannya. Orang yang beriman tidak akan merasa kesepian, karena ia merasa
bahwa Allah S.W.T selalu ada, menjaga dan mengetahui apa saja. Oleh karena itu ia akan
terhindar dari salah satu penyebab keresahan dan kecemasan, yaitu merasa kesepian dan
tiada tempat mengungkapkan perasaan.
Apa manfaat percaya akan adanya Allah S.W.T bagi kesehatan mental? Orang
yang percaya akan adanya Allah S.W.T tidak akan merasa kesepian di mana pun ia
berada. Kendati ia seorang diri, namun ia tidak merasa sendirian. Dimana Tuhan itu?
Hatinya tahu, tidak jauh, dekat sekali bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri. Di
antara penyebab kegelisahan dan kecemasan seseorang ialah merasa kesepian, sendiri di
alam fana ini.

Jadi dengan ringkas kita bisa simpulkan bahwa percaya akan adanya Allah S.W.T
menentramkan batin, karena ada tempat mengeluh dan mengungkapkan segala isi hati.
Kepercayaan kepada Allah S.W.T merupakan unsur terpenting dalam hidup manusia.
Seorang filosof berkata : "Sesungguhnya hati tanpa iman kepada Allah S.W.T tak
ubahnya seperti Pengadilan tanpa Hakim". Lalu yang kedua adalah Maha Esa. Allah
S.W.T itu Esa, bukan dua, tiga atau lebih. Keesaan-Nya mutlak, Esa zat, Esa sifat, Esa
kodrat, tiada tara bandinganNya seperti yang tertulis dalam firman-Nya pada surat Al
Ikhlas ayat 1-4. :

َ ‫أ َ َحد‬
‫ّللاُ ه َُو قُ ْل‬

1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.

َ ُ‫ص َمد‬
ُ‫ّللا‬ َ ‫ال‬

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

‫يُولَدْ َولَ ْم يَ ِلدْ لَ ْم‬

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

‫أَ َحد ُكفُ ًوا لَهُ يَ ُك ْن َولَ ْم‬

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

Kita harus percaya bahwa Allah S.W.T itu Esa dalam segala hal, Esa zat, Esa sifat,
Esa kodrat dan Esa segala-galanya agar dapat menentramkan batin dan menjamin
Kesehatan Mental.

Dalam ajaran Islam, terdapat iman kepada malaikat, yang termasuk dalam alam
gaib, yang tidak dapat dibuktikan dengan cara-cara ilmiah empiris. Menurut salah satu
hadist Nabi, dikatakan bahwa Malaikat itu terbuat dari cahaya. Dalam Al Quran, tidak
dijelaskan terbuat dari apa para Malaikat. Sedangkan tentang Manusia dijelaskan dengan
tegas dalam Al-Quran terbuat dari tanah. Mengenai tugas dan sifat Malaikat itu
dijelaskan-Nya. Itulah yang akan kita soroti manfaatnya terhadap Kesehatan Mental.

Berbeda dengan manusia, malaikat mempunyai sifat taat dan patuh kepada Allah
S.W.T. mereka tidak pernah melanggar larangan-Nya dan sellau menjalankan perintah-
Nya. Malaikat adalah contoh tertinggi dari kesucian dan kebaikan yang dapat dijadikan
teladan bagi manusia. Dalam hal ini Allah S.W.T berfirman dalam surat An-Nahl 49-50:

ِ‫ت فِي َما يَ ْس ُجدُ َو ِ َلِل‬


ِ ‫س َم َاوا‬ ِ ‫يَ ْستَ ْكبِ ُرونَ َل َو ُه ْم َو ْال َم ََلئِ َكةُ دَابَة ِم ْن ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض ِفي َو َما ال‬

Arti: Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan
semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat)
tidak menyombongkan diri.

َ‫۩ يُؤْ َم ُرونَ َما َو َي ْف َعلُونَ فَ ْو ِق ِه ْم ِم ْن َربَ ُه ْم َيخَافُون‬

Arti: Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan
apa yang diperintahkan (kepada mereka).

Dengan kepercayaan akan sifat-sifat patuh dan taatnya Malaikat kepada Allah
S.W.T itu akan tergeraklah hati manusia untuk mencontoh sifat-sifat yang baik dan
mempunyai kecendrungan untuk mwningkatan diri menjadi lebih baik. Kehidupan rohani
manusia itu selamanya cenderung kepada yang baik dan patuh terhadap aturan dan hukum
Allah S.W.T. Akan tetapi dalam kehidupannya manusia terkadang mengalami
kekecewaan, tekanan dan sebagainya sehingga menyebabkan ingkar dan ingin melanggar
peraturan-peraturan dan hukum-hukum Allah S.W.T . Bahkan terkadang terjadilah
perbuatan yang mengganggu dan menyusahkan orang lain. Dalam pembinaan mental dan
perkembangan kepribadian sangat diperlukan adanya suatu tokoh yang diteladani dan
dicontoh. Dari segi ini, kita merasa bahwa kepercayaan kepada Malaikat yang
mempunyai sifat-sifat taat dan patuh perlu dikenalkan kepada manusia, terutama yang
sedang mengalami pertumbuhan jiwa. Tugas-tugas malaikat yang disebutkan dalam Al
Quran yang memiliki pengaruh terhadap ketentraman batin manusia antara lain :

1. Mendoakan dan meminta ampun bagi orang-orang Mukmin.


2. Tugas Malaikat adalah menjaga, mengawasi dan mencatat segala perkataan dan
perbuatan manusia.
3. Malaikat mempunyai tugas untuk memberikan dorongan dan semnagat bagi orang
yang beriman.
4. Salah satu tugas Malaikat juga yang disebutkan Allah S.W.T adalah mencabut
nyawa manusia (mematikan orang pada waktu yang telah ditentukan Tuhan).
5. Tugas Malaikat yang terpenting yaitu disebutkan dalam Al Quran adalah
menyampaikan wahyu Tuhan kepada Nabi-nabi-Nya dan menjadi perantara
antara Tuhan dan Rasul-Nya.

Kita mengetahui bahwa setiap agama mempunyai Kitab Suci, yang merupakan
pedoman pokok dari ajaran agama tersebut. dalam agama Islam kitab sucinya adalah Al
Quran. Setiap orang Islam wajib mempercayai bahwa Al Quran adalah Kalamullah, yaitu
langsung datang dari Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W dengan perantara
Malaikat Jibril. Jadi setiap ayat dalam Al Quran adalah Wahyu Allah , tidak aada satu
pun yang bukan wahyu Allah. Jika kita bertanya “Apa yang dimaksud dengan percaya
pada Kitabullah?” maka jawabannya antara lain :

1. Orang Islam wajib mempercayai bahwa Al Quran itu seluruhnya datang dari
Allah.
2. Orang Islam wajib memepercayai bahwa semua isi Al Quran itu benar.
3. Bahwa Al Quran itu wahyu Allah, yang diturunkan-Nya kepada nabi Muhammad
S.A.W untuk menjadi pedoman vagi umat Islam seluruhnya.
4. Orang Islam wajib mempercayai Kitabullah yang diturunkan Allah S.W.T
sebelum AL-Quran.

Apa arti dan manfaat kepercayaan tersebut bagi kesehatan mental?

1. Wajib mempercayai bahwa Al Quran datang dari Allah S.W.T

Kepercayaan bahwa Al Quran adalh wahyu Allah S.W.T akan


menentramkan batin. Karena dengan keprcayaan itu akan terhindar dari prasangka
dan keraguan tang mungkin menggelisahkan dan selanjutnya dapat membawa
kepada kegoncangan jiwa.

2. Iman akan isi Al Quran

Dalam mempercayai kitab Allah Al Quran tercakup didalamnya


kepercayaan bahwa semua isi Al Quran itu adalsh benar. Apabila seorang muslim
ragu akan isi Al Quran atau hanya percaya pada sebagiannya saja, ia juga akan
mengalami kegelisahan. Untuk membuktikan bahwa semua kandungan Al Quran
itu benar, bukanlah suatu hal yang ringan. Tapi satu hal yang pasti adalh bahwa
semua ayat itu ada himahnya. Di antara isi Al Quran antara lain yang terpenting
adalah :

a. Masalah Kepercayaan (Keimanan)


b. Masalah Ibadah (hubungan manusia dengan Allah S.W.T)
c. Masalah Sosial (hubungan manusia dengan manusia)
d. Sejarah atau Kisah-kisah umat terdahulu
e. Dan lainnya

Apabila kita berbicara tentang kepercayaan, amak dengans endirinya tidak


didasarkan atas pembuktian ilmiah, karena semuanya adalah gaib, di luar
kemampuan manusia untuk meneliti dan mengadakan riset ilmiah terhadapnya.
Yang mungkin dicapainya adalah pengaruh kepercayaan itu terhadap jiwa dan
perasaannya.

3. Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W

Kepercayaan bahwa wahyu-wahyu yang terkumpul dalam Al Quran itu


diturnkan kepada Nabi Muhammad S.A.W juga termasuk hal yang harus
dipercayai. Di antara cara wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
S.A.W yang seperti gemerincing lonceng, cara inilah yang sangat berat rasanya
oleh Nabi. Bagaiamanapun cara diturunkannya wahyu tersebut namun setiap
muslim harus percaya bahwa Nabi Muhammad betul-betul menerima wahyu itu.

4. Iman akan Kitabullah yang lain


Dalam islam juga diwajibkan mempercayai kitab-kitab Allah S.W.T yang
diturunkannya kepada Rasul-rasul-Nya sebelum Nabi Muhammad S.A.W
dianataranya adalah Zabur kepada Nabi Daud A.S., Taurat kepada Nabi Musa
A.S., dan Injil kepada Nabi Isa A.S. menurut ajaran Islam, semua kitab-kitab
Allah itu menyuruh meng-Esakan Allah dan merupakan pedoman bagi umat
manusia pada zamannya. Maka Kitabullah yang datang kemudian
menyempurnakan yang terdahulu, dan yang terakhir belaku untuk semua zaman
dan tempat adalah Al Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Sebagai kesimpulan pada bahasan ini, kepercayaan akan Kitab Suci yang
diturunkan Allah S.W.T kepada Rasul-rasul-Nya mengandung pedoman dan
tuntunan bagi umat manusia, datangnya dari Allah dan segala isinya benar.

Bagaimana caranya mengetahui hukum-hukum, ketentuan-ketentuan dan


pedoman-pedoman yang diberikan Allah S.W.T? Allah S.W.T menunjukkan-Nya
kepada manusia melalui orang-orang pilihan yang dipercayai-Nya, yaitu Nabi dan
Rasul-Nya. Nabi-nabi dan Rasul-rasul itulah yang bertugas menyampaikan
kepada umat manusia segala perintah dan larangan-Nya. Berapakah jumlah Nabi
yang diutus Allah S.W.T ke dunia sampai sekarang? Dalam Al Quran tidak
dijelaskan, hanya ada 25 oramg rasul saja yang disebutkan dalam Al Quran,
dengan ketentuan bahwa masih banyak yang tidak disebutkan-Nya sepertI
dijelaskan-Nya dalam surat An-Nisa ayat 163 s.d. 165 :

۞ ‫ِيم إِلَ َٰى َوأَ ْو َح ْينَا ۚ بَ ْع ِد ِه ِم ْن َوالنَ ِبيِينَ نُوح إِ َل َٰى أَ ْو َح ْينَا َك َما إِلَيْكَ أ َ ْو َح ْينَا إِنَا‬ ِ َ‫َو ْاْل َ ْسب‬
َ ُ‫اط َويَ ْعق‬
َ ‫وب َوإِ ْس َحاقَ َوإِ ْس َما ِعي َل إِب َْراه‬
‫س َٰى‬ َ ‫س َوأَي‬
َ ‫وب َو ِعي‬ َ ُ‫َارونَ َويُون‬ ُ ‫سلَ ْي َمانَ َوه‬ ُ ‫ُورا دَ ُاوودَ َوآتَ ْينَا ۚ َو‬ ً ‫زَ ب‬

Arti: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu


sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan
Kami berikan Zabur kepada Daud.

‫س ًَل‬
ُ ‫صنَا ُه ْم قَدْ َو ُر‬
ْ ‫ص‬ َ ‫س ًَل قَ ْب ُل ِم ْن‬
َ َ‫علَيْكَ ق‬ ُ ‫ص ُه ْم لَ ْم َو ُر‬ ُ ‫ّللاُ َو َكلَ َم ۚ َعلَيْكَ نَ ْق‬
ْ ‫ص‬ َ ‫ت َ ْك ِلي ًما ُمو‬
َ ‫س َٰى‬

Arti: Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung.

ُ ‫اس َي ُكونَ ِلئ َََل َو ُم ْنذ ِِرينَ ُمبَش ِِرينَ ُر‬


‫س ًَل‬ ِ َ‫ّللاِ َعلَى ِللن‬ ُ ‫ّللاُ َو َكانَ ۚ الر‬
َ ‫س ِل بَ ْعدَ ُح َجة‬ ً ‫َح ِكي ًما َع ِز‬
َ ‫يزا‬

Arti: (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

Dalam ayat-ayat itu, Nabi Muhammad beserta umatnya wajib


mempercayai Rasul-rasul Allah itu, di mana dijelaskan pula bahwa pokok-pokok
keimanan yang dibawa oleh Nabi-nabi itu semuanya sama, yaitu mempercayai
Tuhan Yang Maha Esa dan mengabdi kepada-Nya saja.

Sebenarnya jika diteliti keistimewaan semua Nabi yang disebutkan dalam


Al Quran itu ditemukan bahwa di antara ajaran mereka yang terpenting dan
menonjol juga terdapat dalam ajaran islam. Dari segi kesehatan mental dapat
dengan tegas kita katakan bahwa kepercayaan kepada Nabi-nabi Allah S.W.T itu
menentramkan batin dan memungkinkan persatuan dengan semua penganut
agama yang mereka bawa. Karena pengakuan terhadap seseorang berarti
menghargai dan menempatkannya dalam tempat yang wajar.

Kita tahu bahwa agama samawi, percaya akan adanya hidup sesudah mati,
di mana akan ada perhitungan terhadap manusia atas segala tindakannya dan
perbuatannya di dunia. Kapankah dimulai hidup di alam akhirat itu? Tentunya
setelah alam dunia ini berakhir. Kapan berakhirnya dunia ini? Pertanyaan itu tidak
dapat dijawab oleh siapa pun. Tidak ada cara ilmiah yang dapat membuktikannya.
Dalam hal ini Allah S.W.T menegaskan dalam Al Quran, surat Al-Araf ayat 187
sebagai berikut :

َ‫ساهَا أَيَانَ السَا َع ِة َع ِن يَ ْسأَلُونَك‬ َ ‫ت ۚ ه َُو ِإ َل ِل َو ْق ِت َها يُ َج ِلي َها َل ۖ َربِي ِع ْندَ ِع ْل ُم َها ِإنَ َما قُ ْل ۖ ُم ْر‬ ْ ‫ت فِي ثَقُ َل‬ِ ‫س َم َاوا‬
َ ‫ال‬
‫ض‬ َ ‫اس أ َ ْكث َ َر َو َٰلَ ِك َن‬
ِ ‫ّللاِ ِع ْندَ ِع ْل ُم َها ِإنَ َما قُ ْل ۖ َع ْن َها َح ِفي كَأَنَكَ يَسْأَلُونَكَ ۗ َب ْغت َةً ِإ َل ت َأ ْ ِتي ُك ْم َل ۚ َو ْاْل َ ْر‬ ِ َ‫َي ْعلَ ُمونَ َل الن‬

Arti: Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah


terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah
pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk)
yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu
adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Pertanyaan yang tidak terjawab akan menggelisahkan batin. Karena itu,
percaya akan apa yang disebutkan Allah S.W.T dapat menentramkan hati yang
gelisah. Sebagai kesimpulan, ayat-ayat yang menceritakan tentang surga dan
neraka membuktikan adanya pembalasan yang setimpal dengan apa yang
dilakukannya di dunia. Orang yang dalam hidupnya selalu patuh menjalankan
ajaran dan petunjuk Allah akan mendapat ganjaran yang sangat baik. Sebaliknya
orang yang jahat akan merasakan pula pembalasan Allah S.W.T atas segala
kejahatan itu. Jadi kepercayaan akan adanya hari akhirat mencakup segala yang
berhubungan dengan hari akhirat itu, mulai dari hari kiamat, hari kebangkitan,
hari perhitungan dan hari pembalasanakan menentramkan batin, selanjutntya
menjamin kesehatan mental yang dibutuhkan oleh setiap jiwa.

Di antara pokok ajaran Islam yang sering menjadi sasaran kritikan orang-
orang di luar agama Islam dan dari orang Islam yang kurang mengerti ajaran
agamanya ialah iman kepada takdir Allah. Mereka menyangka bahwa iman
kepada takdir itu membuat orang menjadi lalai dan segan berusaha, malas mencari
rezeki dan apatis, karena merasa bahwa segala sesuatu telah ditentukan lebih
dahulu oleh Allah S.W.T. Kepercayaan akan takdir berbeda dengan pokok
kepercayaan yang lainnya karena secara tegas dan pasti tidak ada disebutkan
dalam Al Quran. Memang kata-kata Qadar berulang kali terdapat dalam Al Quran,
tapi dengan pengertian yang berbeda-beda dan tidak semuanya diwajibkan
mempercayainya. Keprcayaan akan takdir Allah S.W.T tidak menghalangi kita
untuk berusaha. Karena ketentuan Allah S.W.T ada yang mempunyai syarat dan
ada pula yang mutlak. Apabila kita ingin mendapat kebaikan maka berusahalah
berbuat baik dan mematuhi perintah Allah S.W.T. ketentuan Allah S.W.T dalam
hal ini sesuai dengan keinginan dan kehendak hati nurani setiap orang. Kiranya
tidak ada orang yang menolak ketentuan Allah S.W.T yang adil itu. Dalam
perawatan jiwa terbukti bahwa di antara penyebab dari gangguan-gangguan
kejiawaan adalah rasa kecewa karena kegagalan yang terjadi berulang-ulang.
Kepercayaan kepada takdir Allah dapat mengurangi rasa tertekan jiwa karena
kegagalan dalam usaha atau dalam hidup pada umumnya. Dengan kepercayaan
yang keenam ini dapat dihindari rasa kecewa atau frustasi yang mendalam. Hal
itu akan menolong dalam menjamin kesehatan mental orang yang beriman.
Penilaian

Kelebihan

1. Buku ini menyampaikan isu kesehatan mental dengan mengaitkannya terhadap


rukun iman.
2. Buku ini menyampaikan isi dari buku beserta ayat yang bersangkutan dengan
masing-masing bab pembahasan.

Kekurangan

1. Buku ini kurang memberikan alasan yang lebih meyakinkan adanya hubungan
kesehatan mental dengan rukun iman.
2. Karena buku ini merupakan terbitan tahun 1982 jadi kurang update dengan
relevansi masalahnya di zaman sekarang.
Penutup

Sebagai kesimpulan dari uraian-uraian terdahulu ialah pokok-pokok


keimanan yang diwajibkan bagi umat Islam, sangat penting artinya bagi Kesehatan
Mental. Karena keimanan memupuk dan mengembangkan fungsi-fungsi jiwa dan
memelihara keseimbangannya serta menjamin ketentraman batin.

Apabila keimanan tidak ada dalam hati seseorang, keseimbangan jiwanya


akan terganggu, karena salah satu unsurnya terutama perasaan tidak dipupuk. Apalagi
kalau ilmu pengethuannya luas, maka kepincangan antara rasio dan emosinya akan sangat
menonjol. Maka kegoncangan jiwa akan terjadi bahkan mungkin diiringi oleh gangguan
dan penyakit jiwa.

Maka pokok-pokok keimanan dalam suatu agama adalah faktor terpenting


dalam mencapai Kesehatan Mental.

Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat perlu agama dengan


intinya kepercayaan dan perbuatan (iman dan amal). Dalam buku ini, telah kita coba
soroti pokok-pokok keimanan dalam agama Islam, Insya Allah mengenai amal perbuatan
akan dikupas dalam buku yang akan datang.

Dalam review buku kali ini juga penulis mengajak para pembaca untuk
lebih peduli dengan Kesehatan Mental melalui perpekstif agama Islam. Semoga para
pembaca yang menyempatkan waktunya membaca ini mendapatkan ilmu dan
pengetahuan baru.

Wabillahitaufiq Wal Hidayah.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai