TINJAUAN TEORI
2.1 Kardiovaskular
dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Jantung
terletak di rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri
yang bekerja sebagai sistem transportasi dalam tubuh, yaitu dengan memompa
darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa darah, otot-otot jantung
(miokardium) yang bergerak. Sistem ini membawa oksigen serta nutrient yang
membawa hormon dari bagian tubuh yang satu kebagian tubuh lain (Kowlak,
2014:138).
irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah yang melalui bilik jantung, aliran
dalam fungsi jantung (Poter dan Perry, 2010:332). Orang dewasa mengalami
7
8
perubahan pada fungsi jantung akibat kalsifikasi jalur konduksi, penebalan dan
gangguan katup jantung karena akumulasi lipid dan fibrosis, serta penurunan
1. Atherosklerosis
dan pengerasan arteri besar dan menengah, seperti koronaria basilar, aorta,
dan arteri iliaka, lesi-lesi pada arteri menyumbat aliran darah kejaringan dan
2. Angina Pectoris
pectoris merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan tertekan, yang
terjadi sebagai akibat dari suatu gangguan mendadak yang timbul karena
suplai darah yang kurang akibat oklusi atau sumbatan pada arteri koroner
(Kowalak, 2014:186).
4. Kardiomiopati
umum dipakai pada semua penyakit yang mengenai serabut otot jantung dan
gangguan ini terjadi dalam tiga bentuk: dilatasi, hipertrofik, dan restriktif
diketahui.
singkat, jika otot jantung melemah maka tidak mampu memompa dengan
reumatik akut terjadi setelah seorang anak mengalami infeksi oleh kuman
2. Endokarditis
jantung, atau prosthesis jantung yang terjadi karena infeksi oleh bakteri atau
3. Miokarditis
infeksi virus pada miokardium, tetapi tetapi dapat juga disebabkan oleh
membuka secara penuh (stenosis katup) atau tidak mampu menutup secara
sering melibatkan bagian kiri jantung, terutama katup mitral. Adapun urutan
aorta (SA), insufisiensi aorta (IA), dan stenosis pulmoner (SP) (Udjianti,
2010:37).
1. Hipertensi
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekana darah diastolik ≥ 90
mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah. Menurut
WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90
disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain yang dapat diidentifikasi
(Kowalak, 2014:179).
12
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh The
Joint National Committee on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (1988)
elektrokardiogram (EKG), serta foto rontgen toraks atau siluet jantung pada
exercise stress test. Pada beberapa penderita asimtomatik, kejadian klinis pertama
infark miokard akut, atau stroke (Syamsudin, 2011:43). Klasifikasi dari New York
2.1.4 Hipertensi
sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Hipertensi merupakan
penyebab utama jantung, stroke, gagal ginjal (Brunner & Suddart, 2002).
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi
dinding arteri. Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90
mmHg.
14
A. Klasifikasi Hipertensi
Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII (AHA
Indonesia (2016) :
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah hasil rata-rata tekanan darah arteri
darah elastis dan tidak pecah, serta otak tidak mengalami kekurangan
oksigen/ normal, MAP yang dibutuhkan yaitu 70-100 mmHg. Apabila < 70
atau > 100 maka tekanan darah rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu
𝑆𝑖𝑠𝑡𝑜𝑙+2(𝑑𝑖𝑎𝑠𝑡𝑜𝑙)
MAP =
3
Table 2.4 Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada JNC VIII
(2014)
Nilai MAP
Kategori
(mmHg)
Normal <93
Pre hipertensi 93-105
Hipertensi stage 1 106-119
Hipertensi stage 2 120 atau >120
Hipertensi Krisis 133 atau >133
(Wahyuningsih, 2016; Hamilton, 2017).
B. Etiologi
oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis, dan 3% disebabkan oleh kelainan
keluarga, asupan lemak jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya
hidup yang menuntut sering duduk dan tidak bergerak, stress, merokok
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -
primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi
17
yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk
2) Hipertensi Sekunder
1) Genetik
3) Diet
b. Hipertensi Sekunder
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien yang menderita hipertensi yaitu umumnya
tidak dirasakan oleh seseorang, seringkali pasien menganggap bila tidak ada
keluhan, berarti TD tidak tinggi. Hal tersebut harus diwaspadai karena gejala
hipertensi mulai dari tanpa keluhan/gejala sama sekali baik yang dirasakan
oleh pasien maupun yang tampak oleh orang lain (dokter) sampai gejala yang
pasien dan masyarakat bahwa hipertensi jangan dilihat dan dirasakan dari
ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan,
tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak
2017).
terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
jantung.
permanen]).
20
Tanda dan Gejala hipertensi yang timbul menurut Kowalak (2011) adalah:
a. Nyeri kepala oksipital yang bisa semakin parah saat bangun di pagi hari
hipertensi.
D. Patofisiologi
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan
perifer.
hormonal.
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini
sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi
dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan
koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran
organorgan vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera retina
(Kowalak, 2011).
otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah dialami cukup
struktural pada pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna
dan terjadi hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan
hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
23
sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan adanya
E. Pathway
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
edema
24
F. Komplikasi
1. Stroke
sebanya dua kali. CVD yang dimaksud adalah penyakit jantung iskemi
riwayat hipertensi.
25
3. Penyakit Ginjal
vaskuler, ensefalopati.
G. Pemeriksaan Penunjang
c) Glukosa
d) Kalium serum
26
f) Pemeriksaan tiroid
h) Urinalisa
i) Steroid urin
j) EKG
perbaikan ginjal
klinis pasien.
H. Penatalaksanaan
darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk
penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun
dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil,
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia
sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
(Smeltzer, 2013).
a. Non Medikamentosa
hipertensi.
28
antara lain :
dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan
lainnya.
b. Medikamentosa meliputi :
3) Methyldopa
4) MgSO4
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak
mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker.
2.2.1 Pengkajian
terdiri dari :
a. Aktivitas atau istirahat kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi
diaphoresis.
c. Integritas ego
bicara
30
d. Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi
e. Makanan / cairan
edema
f. Neurosensori
orientasi pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori
h. Pernapasan
selebral.
2.2.3 Intervensi
masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012). Intervensi asuhan
Perencanaan :
teramati / terpalpasi.
fungsi
lingkungan
vascular selebral
Perencanaan :
(teknik relaksasi)
yang memperlambat.
sakit kepala.
Perencanaan
fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada indikator dari kelebihan
2.2.4 Implementasi
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien menurut Potter & Perry (2009) dalam jurnal
lingkungan.
vascular selebral
(teknik relaksasi).
2.2.5 Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau