1. Adjeng Yuliesa R
(051311133083)
2. Rahmah
(051311133087)
(051311133091)
(051311133095)
(051311133099)
(051311133103)
7. Oscaria Pandhu P.
(051311133107)
(051311133115)
9. Fitrotin Auliyah
(051311133119)
(051311133127)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
BAB I
1
PENDAHULUAN
A.
TENTANG KASUS
Tn. C, 60 tahun, didiagnosis dokter hipertensi ( T 150/90 ) dan Cirrohosis Hepatis.
Untuk mengatasi hipertensinya dokter memberi terapi Hidroclorothiazid ( HCT ) 1 25
mg. Bagaimana menurut Anda?
B.
TINJAUAN KASUS
1. HIPERTENSI
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. (Kementrian
Kesehatan RI, 2014)
2. CIRROHOSIS HEPATIS
Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif
yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hati adalah
suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh
sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami
regenerasi. (Maryani, 2003)
3. TERAPI HIDROCLOROTHIAZID
Hidroklorotiazid (HCT) merupakan prototype golongan tiazid dan dianjurkan
untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang dan dalam kombinasi
dengan berbagai antihipertensi lain. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A.
HIPERTENSI
1. PENGERTIAN
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara
dini dan mendapat pengobatan yang memadai. (Kementrian Kesehatan RI, 2014)
Berikut ini adalah Faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi:
1. Genetik
Adanya factor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
penurunan Nitrit Oksida (NO) yang dipicu oleh adanya polimorfisme dari gena
NOS3.
2. Umur
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktif simpatik. Pengaturan
tekanan darah, yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya
berkurang, sedangkan peran ginjal juga berkurang dimana aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun.
3. Obesitas
Perubahan fisiologi dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan
dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
aktivitas saraf simpatis dan system renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada
ginjal. Pkonsumsi energy juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan
darah secara terus menerus.
4. Merokok
Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan resiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
2. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Kategori
<120/80
Normal
120-135/80-89
Prahipertensi
>140/90
Hipertensi
140-159/90-99
Stadium 1
>160/100
Stadium 2
Terapi, 2007)
4. FARMAKOLOGI DASAR OBAT ANTIHIPERTENSI
A. Diuretik
4
triamteren
dan
spironolakton
merupakan
diuretic
lemah.
menurunkan
resistensi
perifer. Di
samping
itu,
venodilatasi
seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami
regenerasi. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak
antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 449 tahun.
(Maryani, 2003)
2. KLASIFIKASI CIRRHOSIS HEPATIS
-
1. Mikronodular
2. Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
-
jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intraabdominal. Biasanya pasien tanpa
gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.
3. Sindrom hepatorenal
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang mengakibatkan
penurunan filtrasi glomerulus. Pada sindrom hepatorenal terjadi gangguan fungsi
ginjal akut berupa oliguria, peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan
organik ginjal.
4. Ensefalopati hepatikum Intoksikasi otak oleh produk pemecahan metabolisme protein
oleh kerja bakteri dalam usus. Hasil metabolisme ini dapat memintas hati karena
terdapat penyakit pada sel hati. NH3 diubah menjadi urea oleh hati, yang merupakan
salah satu zat yang bersifat toksik dan dapat mengganggu metabolisme otak.
5. Karsinoma hepatoselular
Tumor hati primer yang berasal dari jaringan hati itu sendiri. Sirosis hati merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya karsinoma hepatoselular. Gejala yang ditemui
adalah rasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan menurun drastis, demam, perut
terasa penuh, ada massa dan nyeri di kuadran kanan atas abdomen, asites, edema
ekstremitas, jaundice, urin berwarna seperti teh dan melena. (Agustin, 2013)
6. GEJALA
Terdapat 2 gejala utama sirosis yaitu Hepatic Insufficiency dan Portal Hipertensi.
Vasodilatasi perifer dan vasodilatasi splanchnic yang menyebabkan sirkulasi
hiperdinamik merupakan salah satu bentuk gejala pada fase Hepatic Insufficiency dan
Portal Hipertensi. Sirkulasi hiperdinamik dapat ditunjukkan dengan tekanan darah
rendah, cardiac output yang tinggi, dan penurunan resistensi pembuluh darah perifer.
(Joseph Lim et all, 2009)
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang
tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
8
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b.
c.
Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg
untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untukjangka waktu
24-48 minggu.
Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN dengan dosis 3
juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum dan
jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti:
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
(Maryani, 2003)
C.
HIDROCLOROTHIAZID
1. FARMAKODINAMIK
Diuretik tiazid bekerja menghambat simporter Na+, Cl- di hulu tubulus distal.
Sistem transpor ini dalam keadaan ormal berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari
lumen ke dalam sel epitel tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan ke luar tubulus
10
dan ditukar dengan K+, sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal klorida. Efek
utama farmakodinamik tiazid yang utama adalah meningkatkan ekskresi natrium,
klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh
penghambatan reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal (early distal tubule).
Pada pasien hipertensi , tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek
diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehinggaa terjadi
vasodilatasi. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
2. FARMAKOKINETIK
Absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak
setelah satu jam. Klorotiazid didistribusi ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat
melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja.
Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam
cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar sekali, biasanya 3-6 jam sudah
diekskresi dari badan. Klorotiazid dalam badan tidak mengalami perubahan
metabolik. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
3. INDIKASI
Tiazid merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. Selain
sebagai diuretik, tiazid member efek anti hipertensi berdasarkan penurunan
resistensi pembuluh darah. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
4. EFEK SAMPING
Hidroklorotiazid dan diuretic tiazid lain dapat menyebabkan gangguan
metabolism terutama pada dosis tinggi dapat menimbulkan hiperglikemi dan
glikosuria pada pasien diabetes, hiperurisemia, dan ketidakseimbangan elektrolit
yaitu hiponatremia dan hipokalemia. Hipokalemia meningkatkan efek digitalis
pada otot jantung. (Martindale ed 36,2009)
Gangguan elektrolit menyebabkan gangguan pada pembentukn H + sehingga
amoniak tidak dapat diubah menjadi ion ammonium dan memasuki darah, ini
merupakan salah astu factor penyebab terjadinya depresi mental dan koma pada
pasien sirosis hepatis. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
5. INTERAKSI
11
Indometasin dan AINS lain dapat mengurangi efek diuretik tiazid karena
kedua obat ini menghambat sintesis prostaglandin vasodilator di ginjal, sehingga
menurunkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Probenesid
menghambat sekresi tiazid ke dalam lumen tubulis. Akibatnya efektivitas tiazid
berkurang. Hipokalemia yang terjadi akibat pemberian tiazid dapat meningkatkan
risiko aritmia oleh digitalis dan obat-obat aritmia, sehingga pemantauan kadar
kalium sangat penting pada pasien yang juga mendapat digitalis atau antiaritmia.
Kehilangan kalium lebih lanjut misalnya pada keadaan diare, muntah-muntah atau
anoreksia harus segera diatasi karena dapat memperbesar bahaya intoksikasi
digitalis.
Kombinasi tetap tiazid dengan KCl tidak digunakan lagi karena menimbulkan
iritasi local di usus halus. Tiazid menghambat ekskresi litium sehingga kadar
litium dalam darah dapat meningkat. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
6. DOSIS
Untuk terapi hipertensi, dosis awal 12,5 mg bisa diberikan, ditingkatkan 25-50
mg/hari jika diperlukan, dengan penggunaan tunggal atau kombinasi dengan
antihipertensi lain. (Martindale ed 36,2009)
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, Tn. C, 60 tahun, didiagnosis dokter hipertensi (T 150/90) dan
Cirrohosis Hepatis. Untuk mengatasi hipertensinya dokter memberi terapi
Hidroclorothiazid (HCT) 1 X 25 mg. Hidroclorothiazid adalah salah satu contoh
obat hipertensi yang termasuk dalam golongan obat diuretik golongan tiazid..
12
untuk
terapi hipertensi yang diderita namun harus disertai kombinasi dengan obat
diuretic
hemat
kalium
agar
efek
hipokalemi
yang
disebabkan
oleh
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan kasus, Tn. C, 60 tahun, didiagnosis dokter hipertensi dan
Cirrohosis
Hepatis.
Untuk
mengatasi
hipertensinya
diberikan
terapi
14
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Destiana. 2013. Skripsi: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Dengan Sirosis Hepatis di Ruang PU
6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat.
Fakultas Ilmu Keperawatan. Program Studi Ners. Universitas Indonesia.
Depok.
Gunawan, S.G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
15
Joseph Lim, et all. 2009. Management and Treatment of Patients With Cirrhosis
and Portal Hypertension: Recommendations From the Department of
Veterans Affairs Hepatitis C Resource Center Program and the National
Hepatitis C Program. Department of Veterans Affairs Medical Center,
West Haven , Connecticut , USAand 2 Y ale University New Haven ,
Connecticut , USA.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Pusat Data dan Informasi.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta Selatan
Maryani, Sri. 2003. Sirosis Hepatitis. Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit
Dalam. Universitas Sumatera Utara.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Thirty sixth
Edition. Pharmaceticul Press. London.
16