Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT-OBATAN KARDIOVASKULAR

Menurut definisi kardiovaskuler dari WHO, penyakit kardiovaskuler adalah penyakit


yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Ada banyak macam
penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit
jantung koroner dan stroke.

Penyakit kardiovaskuler masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Pada


tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler itu sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya sebagai berikut.

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:

1. Riwayat keluarga
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Obesitas

Faktor yang dapaat dimodifikasi:

1. Hipertensi
2. Diabetes melitus
3. Dislipidemia
4. Kurang aktivitas fisik
5. Diet tidak sehat
6. stres

Jenis-jenis Penyakit kardiovaskuler

Menurut WHO (2016) ada beberapa jenis penyakit jantung, antara lain adalah:
a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah kelainan pada pembuluh darah yang


menyuplai otot jantung. Kondisi yang menjadikan jantung tidak dapat
memompa darah dengan baik merupakan hal yang sangat menakutkan untuk
dialami manusia pada umumnya. Menjalani pemeriksaan rutin merupakan
tindakan utama untuk dapat terhindar dari terkena serangan penyakit jantung
koroner ini.

b.Penyakit Serebrovaskular

Serebrovaskular (CVD) adalah kelainan pada pembuluh darah yang


menyuplai otak yang berupa penyumbatan, terutama arteri otak. Penyakit ini
disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah otak, berupa
penyumbatan ataupun pecah pembuluh darah otak, dan bukan disebabkan oleh
penyakit lain seperti tumor otak, infeksi otak ataupun gangguan saraf perifer.

c. Penyakit Arteri Perifer

Penyakit arteri perifer adalah sebuah kondisi penyempitan pembuluh darah


arteri yang menyebabkan aliran darah ke kaki menjadi tersumbat. Penyempitan
ini disebabkan oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari
kolesterol atau zat buangan lain (artheroma). Dalam kondisi ini, kaki tidak
menerima aliran darah yang memadai sehingga kaki terasa sakit, terutama saat
berjalan (klaudikasio). Kendati demikian, penyakit arteri perifer yang paling
ringan sekali pun mengindikasikan adanya masalah pada arteri di bagian lain
pada tubuh, khususnya jantung.

d. Penyakit Jantung Rematik

Jantung rematik adalah kerusakan pada otot jantung dan katup jantung dari
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Bagian jantung
yang terkena dapat meliputi katup jantung maupun otot jantung. Gejala penyakit
ini umumnya terjadi antara 1 hingga 6 bulan setelah bakteri streptokokus
menyerang.

e. Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur jantung yang dialami


sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam
kandungan. Peyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah
kelainan pada septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular
septal defect (VSD) dan kelainan pada septum serambi jantung atau lebih
dikenal dengan nama Atrial Septal Defect (ASD).
f. Gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang
tepat.

Penggolongan obat penyakit kardiovaskuler

Obat kardiovaskuler adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah atau mengobati
penyakit kardiovaskuler (jantung). Penyakit ini menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian dibanyak negara. Di Amerika Serikat, 51% kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Untuk pengobatan penyakit buluh jantung dapat digunakan kardiotonik, obat
antiaritmia, obat anthihipertensi atau diuretika.

Untuk pengobatan beberapa penyakit buluh darah dapat dilakukan dengan cara
pembedahan dan diberikan vasodilator, obat antihipertensi, obat untuk anterosklerosis atau
antilipemik, obat antiangina dan antikoagulan. Berdasarkan efek farmakologisnya obat
kardiovaskular dibagi menjadi enam kelompok yaitu kardiotonik, obat antiaritmia, obat
antihipertensi, obat antiangina, vasodilator dan antilipemik.

1. KARDIOTONIK

Kardiotonik adalah obat yang dapat meningkatan kekuatan kontraksi jantung dan
menunjukkan efek penting pada eksitabilitas, automatisitas dan kecepatan konduksi jantung.
Kardiotonik terutama digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif, fibrilasi dan
denyut atrial serta pengobatan takikardia atrial paroksismal. Pada pengobatan takiaritmia atau
kegagalan ventrikular akut, sebagai obat pilihan adalah ouabain dan deslanatosid C karena
mempunyai awal kerja cepat dan dapat diberikan secara intravena.

Untuk keadaan yang kurang akut atau kronik diberikan daun digitalis atau
digitoksin secara oral karena mempunyai masa kerja yang panjang. Digoksin mempunyai
awal kerja dan masa kerja yang moderat. Indeks terapetik obat kardiotonik relatif sama,
mempunyai batas keamanan yang sempit, dosis pengobatan ± 50 - 60 % dosis toksik.
Penggunaan jangka panjang glikosida jantung menimbulkan intoksikasi digitalis dengan
gejala awal penurunan nafsu makan, salivasi, mual, muntah dan diare. Efek samping umum
adalah timbulnya hipokalemi. Setelah mengetahui definisi kardiotonik, selanjutnya
pembahasan akan kita lanjutkan tentang mekanisme kerja senyawa obat glikosida jantung.
Ada 3 hipotesis tentang mekanisme kerja glikosida jantung yaitu :

1. Senyawa obat mempengaruhi pergerakan ion Na dan K dalam melewati membran


miokardial sehingga sel kehilangan ion K;
2. Senyawa obat bekerja secara langsung pada protein kontraktil, yaitu pada aktin
dan miosin dari miokardial;
3. Senyawa obat meningkatkan kadar ion Ca dalam sel dengan melepaskan kation
tersebut dari tempat ikatannya dan meningkatkan pemasukan ion melalui
membran sel.

Glikosida kardiotonik dapat menghambat Na+, K+-ATP-ase, suatu enzim yang


bertanggungjawab untuk memelihara ketidakseimbangan distribusi ion Na dan K dalam
melewati membran sel. Kadar ion Na lebih besar di luar sel sedang kadar ion K lebih besar di
dalam sel. Perubahan depolarisasi permeabilitas membran sel miokardial diikuti pergerakan
secara cepat ion Na ke dalam sel melalui difusi sel dan pergerakan ion K ke luar sel.
Pergerakan ini bersifat terpulihkan dan disebutproses “pompa sodium” yang dikatalisisoleh
enzim Na+, K+-ATP-ase dan membutuhkan energi yang diperoleh dari hidrolisis ATP
menjadi ADP. Penghambatan enzim Na+, K+-ATP-Ase menyebabkan efek inotropik positif
sehingga kadar aktivator ion Ca meningkat.

Struktur glikosida jantung terdiri dari komponen karbohidrat (gula) yang mengandung
tiga atau empat monosakarida dan steroid (genin atau aglikon) yang mengandung cincin
lakton dan terikat pada C-17. Gula yang terdapat pada glikosa jantung antara lain adalah β-
D-digitoksosa, β-D-glukosa, β-L-ramnosa dan β-D-simarosa.

Sebagai aglikon antara lain adalah kardenolida, seperti digitoksigenin, digoksigenin,


gitoksigenin, ouabagenin atau strofantidin, dan bufadienolida, seperti bufalin. Struktur
molekul digitoksin, digoksigenin, gitoksigenin, oubagenin, strofantidin, dan bufadenolida
pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur molekul aglikon

Untuk aktivitas kardiotonik, bagian struktur glikosida jantung yang berperan adalah :

1. α,β-lakton tidak jenuh pada posisi 17β;


2. gugus 14β-hidroksi;
3. konfigurasi cis diantara cincin A dan B serta C dan D.

Gugus gula meskipun kurang penting tetapi berperan dalam mengatur aktivitas
glikosida jantung. Setelah mengetahui tentang mekanisme kerja dan struktur molekul
glikosida jantung, selanjutnya pembahasan kita lanjutkan tentang pengelompokan obat
kardiotonik.

Obat kardiotonik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Turunan Kardenolida (Butenolida)


Contoh senyawa obat glikosida jantung yang termasuk dalam kelompok
turunan kardenolida adalah serbuk daun digitalis, digitoksin, digoksin, b-
metildigoksin (Lanitop), lanatosid C, deslanatosid C, dan ouabain.
a. Digitoksin, didapat dari Digitalis lananta dan Digitalis purpurea. Digitoksin
digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif dan takiaritmia
supraventrikuler. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik, 90% terikat
oleh protein plasma. Didalam tubuh, digitoksin mengalami siklus
enterohepatik sehingga masa kerjanya sangat panjang dengan waktu paro 4 – 6
hari.
b. Digoksin, didapat dari Digitalis lanata dan digunakan untuk pengobatan payah
jantung kongestif, sering dikombinasi dengan diuretik dan pengobatan
takiaritmia supraventrikular. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik,
20 – 30% terikat oleh protein plasma, dan 50 – 75% diekskresikan dalam
bentuk tak berubah melalui urine. Mula kerja obat cepat dengan masa kerja
yang relatif singkat. Batas keamanannya sempit dan toksisitasnya tinggi
sehingga penggunaannya harus dikontrol secara ketat.

Gambar 2. Struktur molekul Digitoksin dan Digoksin


2. Perangsang β-adrenoseptor
Contoh senyawa obat glikosida jantung yang termasuk dalam kelompok
perangsang β- adrenoseptor adalah salbutamol, dobutamin HCl, dopamin HCl,
oksifedrin, dan terbutalin sulfat. Oksifedrin, merupakan agonis parsial β-adrenergik,
dapat menimbulkan efek vasodilatasi koroner dan inotropik positif. Senyawa ini
mempunyai modal kerja yang khas sebagai dasar pengobatan penyakit jantung
iskemik, yaitu memperbaiki mikrosirkulasi miokardial, fungsi ventrikular kiri dan
mengurangi konsumsi oksigen. Oksifedrin digunakan sebagai antiagina dan
pengobatan gangguan koroner. Struktur molekul Oksifedrin pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur molekul Oksifedrin
3. Penghambat enzim fosfodiesterase Contoh senyawa obat glikosida jantung yang
termasuk dalam kelompok penghambat enzim fosfodiesterase adalah amrinon laktat,
sulmazol, dan teofilin.
a. Amrinon laktat, merupakan vasodilator inotropik yang kuat. Amrinon
digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik berat dan
payah jantung akut yang disebabkan oleh kegagalan jantung. Pada
pemberian secara oral, amrinon mempunyai masa kerja ± 6 jam.
Pemakaian jangka panjang mempunyai efek sampaing cukup berat,
seperti gangguan saluran cerna, trombositopenia, hipotensi dan
menurunnya fungsi hati. Struktur molekul Amrinon pada Gambar 4.

Gambar 4. Struktur molekul Amrinon

b. Salmazol mempunyai efek inotropik positif dan vasodilator. Salmazol


sangat baik untuk pengobatan payah jantung kongestif karena reaksi
sampingnya lebih ringan. Struktur molekul Salmazol pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur molekul Salmazol


2. OBAT ANTIARITMIA

Obat antiaritmia adalah senyawa yang digunakan untuk memperbaiki atau


memodifikasi irama jantung sehingga menjadi normal. Aritmia jantung di sebabkan oleh
kelainan pembentukan rangsangan elektrik dan gangguan konduksi rangsangan melalui
miokardium. Kerja obat antiaritmia adalah dengan memodifikasi secara langsung ataupun
tidak langsung makromolekul yang mengontrol aliran ion transmembran miokardial.

Pengelompokan obat kardiovaskular dari kelompok obat antiaritmia dapat didasarkan


pada (1) kegunaan, (2) tipe kerja obatnya, dan (3) pengaruh pada potensial kerja jantung.

Berdasarkan kegunaannya obat antiaritmia dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1) Senyawa yang digunakan untuk pengobatan takiaritmia, contoh : glikosida


digitalis, disopiramid, prokainamid, kuinidin, lidokain, verapamil, β-bloker,
bretilium, penghambat kolinesterase dan vasokonstriktor.
2) Senyawa yang digunakan untuk pengobatan bradiaritmia, contoh : atropin dan
isoproterenol.

Berdasarkan tipe kerjanya obat antiaritmia dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1) Obat yang berstruktur khas, yaitu obat yang bekerja dengan membentuk
kompleks dengan reseptor, contoh : β-bloker.
2) Obat yang berstruktur tidak khas, yaitu obat yang bekerja dengan cara
berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial, menyebabkan
peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat fungsi
biologis komponen membran normal, contoh : kuinidin dan prokainamid.

Berdasarkan pengaruh pada potensial kerja jantung, obat aritmia dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu:

1) Obat yang menstabilkan membran Obat yang menstabilkan membran adalah


senyawa yang berstruktur tidak khas, bekerja dengan cara berkumpul pada
daerah tertentu membran sel miokardial, menyebabkan peningkatan tekanan
permukaan dalam membran dan menghambat fungsi biologis komponen
membran normal. Contoh : glikosida digitalis, disopiramid fosfat, prokainamid
HCl, kuinidin sulfat.
Gambar 6. Struktur molekul Prokainamid, Lidokain, Disopiramid, Kuinidin,
dan Prajmalium.
2) Senyawa pemblok β-adrenergik β-bloker menimbulkan efek antiaritmia
dengan jalan memblok β-adrenoseptor jantung sehingga menghambat respon
katekolamin pada miokardial. Pada dosis besar β-bloker menimbulkan efek
stabilisasi membran. Efek pertama yang dihasilkan adalah menekan
automatisitas, mengurangi kecepatan jantung dan kontraksi miokardial, dan
memperpanjang waktu konduksi atrioventrikular. Pada umumnya β-bloker
lebih banyak digunakan sebagai antiangina dan anti hipertensi. Contoh :
asebutolol, alprenolol, atenolol, karteolol, propanolo.
3) Obat yang memperpanjang potensial kerja
Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara :
a. Menekan sinus atrial dan fungsi atrioventrikular nodal dengan
meningkatkan waktu konduksi sinoatrial dan waktu rekoveri sinus
nodal;
b. Menimbulkan periode refraktori atrial;
c. Memperlambat konduksi atrioventrikular nodal.
Contoh : amiodaron dan bretilium tosilat
Gambar 7. Struktur molekul Amiodaron dan Bretilium

4) Antagonis kalsium selektif


Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara memblok
pengangkutan atau aliran ion kalsium melalui membran sel miokardial
sehingga kadar kalsium dalam sel otot polos vaskular koroner dan perifer
berkurang. Pada umumnya antagonis kalsium selektif digunakan sebagai
antiangina. Contoh : diltiazem HCl, Felodipin, nikardipin, nifedipin,
amlodipin, verapamil. Setelah mempelajari obat kardiovaskular dari kelompok
kardiotomik dan antiartimia. Selanjutnya kita akan membahas obat
kardiovaskular dari kelompok antihipertensi.
3. OBAT ANTIHIPERTENSI

Obat antihipertensi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan hipertensi,


suatu kondisi dimana tekanan sistol lebih besar dari 160 mm Hg atau tekanan diastol lebih
besar dari 95 mm Hg.

Ada dua tipe hipertensi yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder.

Hipertensi esensial diderita oleh ± 10% populasi dunia dan ini ± 80% dari total
hipertensi. Dari penderita hipertensi tersebut, ± 60% dapat berkembang menjadi penyakit
jantung koroner, payah jantung kongestif, strok dan payah ginjal. Kemungkinan penyebab
hipertensi esensial antara lain adalah adanya gangguan pada etiologi saraf, hormon, elektrolit,
dinding buluh darah dan faktor genetik. Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada wanita di
banding pria.

Karakteristik hipertensi esensial adalah pada tekanan diastol. Pengomtrolan hipertensi


esensial dapat dilakukan dengan pencapaian berat badan yang ideal, diet dengan mengurangi
konsumsi garam, alkohol dan lemak, menghindari merokok, olahraga dan modifikasi
behavior.

Hipertensi sekunder dibagi menjadi empat kelompok yaitu hipertensi renal, neurogenik,
endokrin dan kardiovaskular.

 Hipertensi renal adalah penyebab umum dari hipertensi sekunder. Renin, suatu enzim
proteolitik ginjal, sesudah dikeluarkan dari tempat penyimpanan bekerja pada
globulin darah yaitu angiotensinogen, menghasilkan angiotensin I, suatu dekapeptida
yang tidak mempunyai efek presor, dan oleh angiotensin converting enzyme ( ACE )
diubah menjadi angiotensin II, suatu oktapeptida dengan efek vasopresor yang kuat.
Peredaran angiotensin II menyebabkan secara langsung kontriksi arteriola,
menghasilkan secara cepat kenaikan tekanan darah. Angiotensin II melepaskan asam
aspartat menghasilkan heptapeptida angoitensin III, yang dapat merangsang
pengeluaran aldosteron, suatu hormon yang menyebabkan retensi Na, sehingga
volume cairan luar sel meningkat dan terjadi kenaikan tekanan darah.
 Hipertensi neurogenik disebabkan oleh kerusakan pusat vasomotor sehingga terjadi
peningkatan tekanan cairan serebrospinal.
 Hipertensi endokrin disebabkan oleh kerusakan kelenjar endokrin.
 Hipertensi kardiovaskular disebabkan oleh penyempitan aorta dan pengobatan
biasanya dengan pembedahan. Beberapa obat telah tersedia untuk pengobatan
hipertensi, terutama tipe esensial, dengan maksud untuk menurunkan tekanan darah
sampai menjadi normal kembali atau kalau tidak memungkinkan sampai pada tingkat
yang dapat ditoleransi oleh penderita. Efek samping obat antihipertensi antara lain
kelesuan, kelemahan dan hipotensi.
Secara garis besar obat antihipertensi dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut :
1. Senyawa penekan simpatetik
a) Senyawa dengan efek sentral, contoh : klonidin HCl, guanfasin HCl
b) Senyawa dengan efek sentral dan perifer, contoh : serbuk Rauwolfia
serpentina, reserpin
c) Senyawa pemblok transmisi saraf efektor, contoh : bretilium toksilat,
guanetidin monosulfat
d) Senyawa pemblok β-adrenergik, contoh : asebutolol, atenolo, metropolol
tartrat
e) Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh : doksazosin mesilat, prazosin HCl
f) Senyawa penghambat monoamin oksidase, contoh : pargilin HCl
2. Vasodilator dengan efek langsung
a) Vasodilator arteri, contoh : hidralazin, dihidralazin sulfat dan minoksidil
b) Vasodilator vena dan aeteriola, contoh : natrium nitroprusida
3. Antagonis angiotensin (penghambat angiotensin-converting enzyme = penghambat
ACE)
Contoh : kaptopril, enalapril maleat, lisinopril dihidrat
4. Antagonis kalsium selektif Contoh : diltiazem HCl, felodipin, nikardipin, nifedipin
5. Diuretika Contoh : hidroklortiazid, klortalidon

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antihipertensi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada saraf


Dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Senyawa dengan efek sentral Bekerja sebagai antihipertensi dengan
merangsang pusat adrenoreseptor pada pusat vasomotor medula dan
menyebabkan hambatan tonus simpatetik sehingga terjadi penurunan
tekanan darah Contoh : Klonidin HCl, guanfasin HCl.

Gambar 8. Struktur molekul Klonidin dan Guanfasin

b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer Terutama bekerja dengan cara
mengosongkan katekolamin, norefinefrindan serotonin dari tempat
penyimpanan pada saraf perifer dan pusat simpatetik. Contoh : reserpin
Gambar 9. Struktur Reserpin

c. Senyawa yang memblok transmisi saraf efektor Bekerja dengan


mengosongkan norepinefrin dari tempat penyimpanan perifer, terjadi
pemblok aktivitas adrenergik pada adrenoreseptor buluh darah, yang
menghasilkan penurunan tekanan darah. Contoh : bretilium tosilat,
debrisokuin sulfat, guanetidin monosulfat.

Gambar 10. Struktur molekul Guanetidin dan Debrisokuin

d. Senyawa penghambat monoamin oksidase Efektif untuk menurunkan


tekanan darah sistolik dan diastolik tanpa menimbulkan efek depresi.
Penghambat enzim monoamin oksidase akan menurunkan metabolisme
katekolamin dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan oktopamin, suatu
transmiter dengan efek presor yang lebih rendah dibandingkan
norepinefrin. Contoh : pargilin HCl.
Gambar 11` Struktur molekul Pargilin dan Oktopamin
2) Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada vaskular Dibagi dalam lima kelompok,
yaitu:
a. Senyawa pemblok β-adrenergik
Mekanisme kerja antihipertensinya disebabkan oleh antagonis kompetitif dengan
katekolamin pada β-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek rangsangan β-
reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskular perifer dan menyebabkan
penurunan tekanan darah. Contoh : asebutolol, atenolol, metoprolol, pindolol
b. Senyawa pemblok α-adrenergik
Mekanisme kerja antihipertensi α-bloker disebabkan oleh antagonis kompetitif
dengan katekolamin pada α-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek rangsangan
α-reseptor dan penurunan daya tahan (menimbulkan vasodilatasi) vaskular perifer,
sehingga tekanan darah menurun. Struktur kimia golongan ini sangat bervariasi,
salah satu yang banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah turunan
kuinazolin Contoh : doksazosin mesilat, prozasin HCl, Struktur umum molekul
senyawa pemblok α-adrenergik

Gambar 12. Struktur molekul senyawa pemblok α-adrenergik


Struktur beberapa senyawa turunan kuinazolin yakni Bunazosin,
Terazosin, Prazosin, dan Doksazosin

R Nama Obat Dosis/hari


CH2CH2CH3 Bunazosin 1,5-5mg
Terazosin 1-2mg

Prazosin 1-3mg

Doksazosin 1-2mg

c. Vasodilator arteri
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos
arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan
penurunan tekanan darah. Contoh : hidralazin HCl, dihidralazin sulfat
d. Vasodilator vena dan arteriola
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos
vena dan arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh vena dan arteri perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : natrium nitroprusida
e. Antagonis kalsium selektif
Bekerja secara selektif pada otot polos vaskular, yaitu menurunkan tonus otot
polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin,
nifedipin, verapamil.

3) Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada humoral


Mekanisme antihipertensi pada humoral berhubungan dengan kerja obat
sebagai antagonis angiotensin. Resin bekerja pada globulin darah yaitu pada
angiotensinogen, menghasilkan angiotensin I, yang oleh angiotensin converting
enzyme (ACE) diubah menjadi angiotensin II.
Peredaran angiotensin II menyebabkan secara langsung konstriksi arteriola,
menghasilkan secara cepat kenaikan tekanan darah. Angiotensin II dapat merangsang
pengeluaran aldosteron, suatu hormon yang menimbulkan retensi Na, sehingga terjadi
peningkatan volume cairan ekstra sel dan menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Senyawa antihipertensi yang bekerja pada humoral berdasarkan mekanisme
kerjanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu senyawa penghambat ACE dan
antagonis reseptor angiotensin II.
a. Senyawa penghambat ACE
Senyawa penghambat ACE seperti kaptopril, enalapril, lisinopril
merupakan antihipertensi yang kuat dengan efek samping relatif ringan,
seperti kelesuan, sakit kepala, diare, batuk dan mual
Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk
kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara
kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron
menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na, sehingga
tekanan darah menurun. Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE
adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif,
sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi
dan penurunan tekanan darah.
Hubungan struktur-aktivitas senyawa penghambat ACE

Model tempat aktif pada ACE ditunjukkan oleh adanya :

a) Ion Zn++ yang dapat membentuk kompleks dengan ligan dengan gugus
sulhidril (SH) dari kaptopril, gugus karboksi dari enalapril, lisinopril,
perindopril, ramipril, delapril, imidapril serta gugus fosforus dari
fosinopril.
b) Gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil
c) Gugus yang bermuatan positif yang terikat melalui ikatan ion dengan
gugus karboksilat yang bermuatan negatif
Gugus karboksi yang membentuk kompleks dengan Zn++ dapat berupa
karboksilat bebas (lisinopril), tetapi pada umumnya dalam bentuk ester etil
(enalapril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril) untuk memperpanjang
masa kerja obat. Bentuk ester adalah pra-obat, dalam tubuh akan terhidrolisis
menjadi bentuk asam yang aktif. Gugus-gugus lain pada umumnya untuk
meningkatkan lipofilitas senyawa, sehingga distribusi obat dalam tubuh
menjadi lebih baik.
b. Senyawa antagonis reseptor AT1 angiotensin II Kelompok obat ini merupakan
obat antihipertensi baru yang bekerja secara selektif sebagai antagonis reseptor
AT1 angiotensin II, dengan memblok sumber atau jalur sintesis angiotensin II,
menurunkan kadar rennin, angiotensin II dan aldosteron dalam plasma,
sehingga terjadi penurunan tekana darah. Obat tidak bekerja sebagai
penghambat ACE, dan tidak mempengaruhi kecepatan konstraksi jantung.
Contoh : losartan, irbestan, kandesartan, valdastran Struktur obat
antihipertensi yang bekerja sebagai antagonis reseptor angiotensin II
4. OBAT ANTIANGINA

Obat antiangina adalah senyawa yang digunakan utnuk pencegahan dan pengobatan
gejala angina pektoris, suatu keadaan dengan rasa nyeri hebat di dada, yang disebabkan
ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial.

Ada dua tipe obat angina yaitu :

1. Angina kalsik, biasanya terjadi pada waktu olahraga dan emosi, sangat serupa
dengan keadaan yang ditimbulkan oleh iskemia miokardial sementara.
2. Angina varian, biasanya terjadi pada waktu istirahat, disebabkan oleh
pengurangaan episodik pemasokan oksigen miokardial karena spasma arteri
koroner.

Selain pengobatan dengan obat antiangina, untuk mengurangi faktor resiko penyakit
jantung koroner pada penderita dianjurkan untuk :

1) Tidak merokok, dengan demikian menghindari efek samping dari nikotin dan karbon
monoksida, selain menghilangkan salah satu faktor yang dapat mempercepat
timbulnya ateroskleorosis;
2) Mengurangi berat badan, pada kasus penderita yang kegemukan;
3) Melakukan olahraga fisik secara teratur;
4) Menghindari aktivitas fisik atau kejadian tgang yang dapat mempercepat serangan
angina, misal : olahraga verat sesudah makan, mengangkat terlalu berat dan ledakan
emosi.
Untuk mencegah atau meringankan serangan akut angina digunakan turunan nitrat
(sublingual), sedang untuk pencegahan jangka panjang digunakan turunan nitrat (oaral dan
setempat), β-bloker dan antagonis kalsium. Obat di atas dapat mengurangi kebutuhan oksigen
jantung dan meningkatan pemasokan oksigen miokardial.

Obat antiangina dibagi menjadi tiga kelompok yaitu turunan nitrat dan nitrit, β-bloker
dan antagonis kalsium membran.

Obat antiangina dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Turunan Nitrat dan Nitrit


Digunakan terutama untuk mencegah dan meringankan serangan
angina, baik tipe klasik maupun varian. Sebagai vasodilator umum turunan ini
dapat menurunkan kebutuhan oksigen mikardial dan menunjukkan efek pada
peredaran sistemik. Turunan ini juga digunakan pada payah jantung kongestif
dan untuk pengobatan syok. Efek samping antara alin lesu, sakit kepala dan
hipotensi.
2) Senyawa Pemblok β-Adrenergik
Obat pemblok β-adrenergik (β-bloker) dapat mengikat secara
terpulihkan β-reseptor yang terdapat pada jantung, arteri dan arteriola otot
rangka, bronki, hati, ginjal dan lain-lain jaringan. Yang berhubungan dengan
aktivitas terhadap jantung adalah reseptor β1. Pemblokan reseptor β1 dapat
menurunkan kecepatan jantung, kontraksi miokardial, keluaran dan
tekanan darah, sehingga kebutuhan oksigen miokardial berkurang dan nyeri
iskemik dapat dihilangkan. Β-bloker efektif untuk meringankan angina klasik,
sedang terhadap angina varian efeknya tidak teratur. Pada pengobatan jangka
panjang, β-bloker dapat menurunkan kematian akibat serangan jantung akut
Efek samping yang ditimbulkan oleh β-bloker antara lain mual, diare,
kelesuan dan kelelahan. Efek samping pada kardiovaskular antara lain adalah
payah jantung kongestif, bradikardia, hipotensi, pemblokan jantung dan
parestesia.
Berdasarkan keselektifan terhadap jantung β-bloker dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu
a) Selektif memblok reseptor β1, contoh : asebutolol, atenolol, dan
metoprolol tartrat
b) Bekerja memblok reseptor β1 dan β2, contoh : alprenolol, karteolol,
propanolol, nadolol.
3) Antagonis Kalsium Membran
Menghambat secara selektif pemasukan ion kalsium luar sel ke dalam
membran sel miokardial, melalui saluran membran. Golongan ini efektif untuk
pengobatan angina pektoris karena stress dan angina varian.
Beberapa diantaranya juga digunakan untuk pengobatan aritmia
jantung tertentu dan hipertensi. Pada angina klasik golongan ini dapat
mengurangi kebutuhan oksigen miokardial, meskipun demikian turunan nitrat
dan β-bloker tetap merupakan obat pilihan utama. Pada angina varian, obat
golongan ini dapat meringankan gejala dengan memperbesar pasokan oksigen
miokardial dan efeknya lebih baik dibandingkan β-bloker. Efek samping yang
ditimbulkan antara lain takikardia atau bradikardia, sakit kepala, lesu, lelah,
mual, pusing, hipotensi, kram kaki, gangguan lambung dan reaksi
dermatologis.
Mekanisme kerja antagonis kalsium Antagonis kalsium membran
dapat menimbulkan efek oleh interaksinya dengan reseptor khas. Kerja
utamanya adalah menghambat pemasukan ion kalsium luar sel, melalui
saluran membran kalsium ke dalam sel. Karena ion kalsium mempunyai peran
penting dalam memelihara fungsi jantung dan jaringan otot polos vaskular.
Pengurangan kadar kalsium dalam sel jantung dan sel otot polos vaskular
koroner akan menyebabkan vasodilatasi jaringan tersebut. Akibatnya terjadi
penurunan kecepatan jantung, penurunan kontraksi miokardial dan
melambatnya konduksi atrioventrikuler.
Mekanisme kerja yang lain adalah menghalangi secara selektif
penyebab vasokonstriksi, dengan merangsang postsinaptik reseptor β2 dalam
buluh vaskular atau secara langsung menunjukkan efeknya pada jaringan
miokardial.
Berdasarkan struktur kimianya, antagonis kalsium membran dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu :
a) Turunan alkilarilamin
Contoh : diltiazem HCl dan bensiklan hidrogen fumarat
b) Turunan Fenildihidropiridin
Contoh : felodipin, nikardipin, nifedipin
Hubungan struktur dan aktivitas

Bagian struktur yang penting untuk aktivitas adalah :

1. Cincin dihidropiridin
2. Atom N sekunder dalam cincin yang tidak bermuatan pada pH fidiologis
3. Substituen yang meruah, misalnya gugus fenil, pada posisi 4 cincin heterosiklik.

Gugus nitro dan ester kurang penting untuk aktivitas Struktur turunan fenil dihidropiridin
dapat dilihat pada

1. Turunan piperazin
Contoh : sinarizin dan flunarizin
2. Turunan Verapamil
Contoh : verapamil HCl, tiapamil

Hubungan struktur-aktivitas

1) Bagian struktur yang penting untuk aktivitas dari turunan verapamil adalah
kedua cincin benzen, meskipun dapat diganti dengan cincin heteroaromatik,
seperti pada faliamil, dan gugus amino tersier yang bermuatan pada pH
fisiologis.
2) Gugus isopropil dan substituen pada cincin aromatik kurang penting untuk
aktivitas, meskipun posisi pada cincin dapat mempengaruhi potensi. Posisi
subsituen pada cincin kiri mempengaruhi potensi secara bermakna, sedangkan
pada cincin kanan tidak berpengaruh. Pada cincin kiri, substituen pada posisi
meta memberikan aktivitas terbaik, sedang substituen pada posisi para akan
menurunkan aktivitas karena memberikan pengaruh halangan ruang pada
proses interaksi obat-reseptor.
3) Bentuk isomer optik levo lebih aktif dibandingkan isomer dekstro.

5. VASODILATOR

Vasodilator adalah senyawa yang dapat menyebabkan vasodilatasi buluh darah.


Efeknya ditunjukkan terutama pada buluh darah jantung atau pada bagian tertentu sistem
vaskular. Mekanisme kerja vasodilator Vasodilator bekerja dengan menurunkan tonus otot
polos vaskular sehingga terjadi dilatasi arteri dan vena.
Obat vasodilator dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu

1. Vasodilator perifer
Digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik yang sulit
disembuhkan, dengan cara mengembangkan funsi miokardial tanpa meningkatkan
kebutuhan energi. Beberapa diantaranya digunakan sebagai obat antiangina.
Berdasarkan lama pengobatan vasodilator koroner dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Untuk pengobatan jangka pendek, contoh : salbutamol, gliseril trinitral,
natrium nitroprusida
b. Untuk pengobatan jangka panjang, contoh : kaptopril, diltiazem, enalapril,
isosorbid dinitrat, verapamil HCl
2. Vasodilator sistemik
Vasodilator sistemik atau vasodilator umum adalah senyawa yang dapat
menimbulkan efek vasodilatasi pada semua bagian sistem pembuluh darah. Contoh :
amil nitril, flunarizin, pindolol
3. Vasodilator perifer dan serebral
Obat golongan ini dapat menimbulkan dilatasi buluh darah kulit dan otak.
Walaupun melalui mekanisme kerja yang berbeda, senyawa dapat mengurangi tonus
otot polos vaskular sehingga meningkatkan aliran darah perifer dan serebral.
Vasodilator perifer digunakan untuk pengobatan penyakit vaskular perifer, seperti
kelainan vasospatik dan penyakit vaskuler perifer kronik, seperti atesklerosis
obliterans. Vasodilator serebral digunakan untuk pengobatan gangguan serebral
kardiovaskular. Pada dosis besar, obat golongan ini menimbulkan hipotensi postural.
Mekanisme kerja Obat golongan ini menimbulkan dilatasi perifer dan serebral
melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :
a. Pemblokan α-adrenoseptor yang terdapat pada buluh darah anggota badan dan
otak, contoh : ergot alkaloida mesilat, hidroergotoksin metansulfonat,
nisergolin dan raubasin
b. Merangsang β-adrenoseptor yang terdapat pada otot rangka, contoh :
isoksuprin
c. Efek langsung pada otot polos vaskular, contoh : papaverin dan turunannya,
niasin, prazosin
d. Mekanisme lain-lain Contoh vasodilator perifer dan serebral yang lain adalah
bensiklan hidrogen fumarat, buflomedil HCl, kaptopril, sinarizin, flunarizin,
reserpin.

Berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan 3 kelompok vasodilator yaitu :

a. Obat obat hipertensi : ((di)hidralasin dan minoksidil)


b. Vasodilator koroner ( obat angina pectoris) : nitrat dan nitrit
c. Vasodilator perifer (obat gangguan sirkulasi) : buflomedil pentoxifilin, extrac
ginko bilabo, siklandelat, isoksuprin, dan turunan nikotinat.

Semua vasodilator menimulkan efek samping yang bertalian dengan


vasodilatasi yakni:

1. Turunnya tekanan darah (hipotensi), pusing dan nyeri kepala berdenyut denyut. Efek
hipotensi dari obat obat hipertensi dapat diperkuat.
2. Tachycardia reflektoris (frekuensi jantung naik akibat aksi balasan) dengan gejala
debar jantung (palpitasi), perasaan panas dimuka (flushing) dan gatal gatal
3. Gangguan lambung usus seperti mual dan muntah muntah. Guna mengurangi efek
yang tak diinginkan ini vasodilator sebaiknya diminum pada waktu sesudah makan.

6. OBAT ANTILIPEMIK

Obat antilipemik digunakan untuk pengobatan aterosklerosis, suatu penyakit yang


disebabkan oleh endapan plasma lipid, terutama ester kolesterol, yang terlokalisasi pada
dinding arteri membentuk plaque aretomateus atau ateroma, suatu karakteristik luka pada
aterosklerosis. Ateroskleorisis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner faktor-faktor
yang dapat meningkatkan aterosklerosis antara lain adalah hipertensi, merokok, kurang gerak
badan, diabetes melitus, kegemukan, alkohol, keturunan dan hiperlipidemia.

Diaognosis hiperlipidemia berdasarkan pada adanya ketidaknormalan lipoprotein


yang khas. Karena lipoprotein berbeda pada komposisi, ukuran, muatan elektrik dan
kerapatan maka dapat dipisahkan dengan elektoforesis, sentrifunge-ultra atau pengendapan
kimia. Lipoprotein dibagi menjadi lima kelompok besar yaitu :

1. Chylomicrons
2. Very low density lipoproteins ( VLDL = pra- β-lipoprotein )
3. Intermediate density lipoproteins ( IDL = broad β-lipoprotein )
4. Low density lipoproteins ( LDL = β-lipoprotein )
5. High density lipoproteins ( HDL = α-lipoprotein ).

Kelebihan chylomicrons, VLDL, IDL dan LDI dapat menimbulkan beberapa tipe
hiperlipoproteinemia, sebagai dasar timbulnya ateroklerosis.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada lima klasifikasi (tipe) hiperlipoproteinemia,


yaitu:

Tipe I : Hyperchylomicronemia, ditandai dengan adanya chylomicron


dengan kadar VLDL normal atau sedikit meningkat.

Tipe IIa : Hiper β-lipoproteinemia, ditandai dengan meningkatnya kadar LDL.


Tipe IIb : ditandai dengan meningkatnya kadar VLDL.
Tipe III : Pola Floating/Broad β, ditandai dengan adanya VLDL dan
peningkatan kadar kolesterol floating β atau β- VLDL secara tidak
normal.
Tipe IV : Hiper pra-β-lipoproteinemia, ditandai dengan meningkatnya kadar
VLDL dan tidak adanya chylomicron.
Tipe V : Hiper pra-β-lipoproteinemia dan hyperchylomicronemia, ditandai
dengan meningkatkan kadar VLDL dan adanya clylomicron.

Pengobatan hiperlipoproteinemia lebih baik ditekankan pada diet yang rendah lemak
dan kolesterol, karena pada banyak kasus diet tersebut akan menurunkan berat badan dan
dapat mengontrol semua tipe hiperlipoproteinemia. Disini obat antilipemik diberikan hanya
sebagai penunjang pengobatan, dan yang perlu diperhatikan bahwa efek diet dan obat adalah
saling menambah adiktif.

Mekanisme kerja obat antilipemik Secara teoritis obat antilipemik kemungkinan


mempunyai satu atau lebih dari mekanisme kerja berikut ini :

1. Menghambat biosintetis kolesterol atau prekusornya


2. Menurunkan kadar trigliserida dan menghambat mobilisasi lemak, dengan cara :
a. Menghambat aktifitas enzim trigliserida lipase sehingga menurunkan
kecepatan hidrolisis trigliserida.
b. Memblok kerja hormon pelepas asam lemak bebas
c. Menghambat pengikatan asam lemak bebas pada albumin
3. Menurunkan tingkat β-lipoprotein dan pra- β-lipoprotein
4. Menghilangkan plaque
5. Mempercepat ekskresi lipid dan menghambat absorbsi kolesterol.

Berdasarkan perbedaaan struktur kimia obat antilipemik dibagi menjadi lima


kelompok, yaitu:

1. Turunan Asam Klofibrat

Turunan asam klofibrat terutama menimbulkan efek hipotrigliseridemia. Mekanisme


kerjanya belum begitu jelas, kemungkinannya adalah menghambat sintesis trigliserida
hepatik sehingga menurunkan produksi trigliserida atau meningkatkan aktivitas enzim
lipoprotein lipase sehingga meningkatkan kecepatan pengeluaran lipoprotein serum yang
kaya trigliserida. Contoh : klofibrat, bezafibrat, simfibrat, fenofibrat, gemfibrozil

2. Asam Nikotinat dan turunannya

Turunan asam nikotinat dapat menghambat lipolisis jaringan adiposa sehingga


menurunkan aliran asam lemak bebas ke hati, kecepatan biosintesis trigliserida dan
menurunkan sintesis serta sekresi VLDL. Mekanisme yang lain adalah secara langsung
menghambat biosintesis VLDL hati, menghambat biosintesis kolesterol hati, meningkatkan
katabolisme kolesterol atau VLDL sehingga meningkatkan pembebasan chylomicron dan
VLDL. Contoh : niasin, asipimoks dan DL-α-tokoferilnikotinat

3. Kopolimer

Kopolimer tidak diabsorpsi dalam saluran cerna, dapat mengikat asam empedu
dalama usus kecil dan mencegah absorpsi kembali asam tersebut dari peredaran
enterohepatik, akibatnya kecepatan biosintesis hepatik asam empedu dari kolesterol
meningkat sehingga kadar lemak sterol (kolesterol) menjadi turun. Contoh : resin
kolestiramin, kolestipol

4.Serat

Serat adalah senyawa dengan berat molekul tinggi, digunakan sebagai


antihiperlipidemia karena mempunyai sifat melarutkan asam empedu dan sterol netral pada
saluran usus. Contoh : selulosa, dekstran, pektin dan lesitin kedelai

5. Penghambat HMG-CoA Reduktase


Lovastatin dan senyawa analognya seperti simvastatin dan mevastatin adalah pra-
obat, dalam tubuh segera terhidrolisis menghasilkan senyawa aktif yang dapat menghambat
secara bersaing HMG-CoA (hidroksimetilglutaril-CoA) reduktase, enzim yang mengkatalisis
perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat, salah satu tahap penting dalam jalur sintesis
kolesterol. Hambatan enzim menyebabkan peningkatan densitas reseptor LDL dalam sel hati
sehingga terjadi penurunan kadar kolesterol, jumlah LDL-kolesterol, dan trigliserida.

Anda mungkin juga menyukai