1. Riwayat keluarga
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Obesitas
1. Hipertensi
2. Diabetes melitus
3. Dislipidemia
4. Kurang aktivitas fisik
5. Diet tidak sehat
6. stres
Menurut WHO (2016) ada beberapa jenis penyakit jantung, antara lain adalah:
a. Penyakit Jantung Koroner
b.Penyakit Serebrovaskular
Jantung rematik adalah kerusakan pada otot jantung dan katup jantung dari
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Bagian jantung
yang terkena dapat meliputi katup jantung maupun otot jantung. Gejala penyakit
ini umumnya terjadi antara 1 hingga 6 bulan setelah bakteri streptokokus
menyerang.
Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang
tepat.
Obat kardiovaskuler adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah atau mengobati
penyakit kardiovaskuler (jantung). Penyakit ini menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian dibanyak negara. Di Amerika Serikat, 51% kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Untuk pengobatan penyakit buluh jantung dapat digunakan kardiotonik, obat
antiaritmia, obat anthihipertensi atau diuretika.
Untuk pengobatan beberapa penyakit buluh darah dapat dilakukan dengan cara
pembedahan dan diberikan vasodilator, obat antihipertensi, obat untuk anterosklerosis atau
antilipemik, obat antiangina dan antikoagulan. Berdasarkan efek farmakologisnya obat
kardiovaskular dibagi menjadi enam kelompok yaitu kardiotonik, obat antiaritmia, obat
antihipertensi, obat antiangina, vasodilator dan antilipemik.
1. KARDIOTONIK
Kardiotonik adalah obat yang dapat meningkatan kekuatan kontraksi jantung dan
menunjukkan efek penting pada eksitabilitas, automatisitas dan kecepatan konduksi jantung.
Kardiotonik terutama digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif, fibrilasi dan
denyut atrial serta pengobatan takikardia atrial paroksismal. Pada pengobatan takiaritmia atau
kegagalan ventrikular akut, sebagai obat pilihan adalah ouabain dan deslanatosid C karena
mempunyai awal kerja cepat dan dapat diberikan secara intravena.
Untuk keadaan yang kurang akut atau kronik diberikan daun digitalis atau
digitoksin secara oral karena mempunyai masa kerja yang panjang. Digoksin mempunyai
awal kerja dan masa kerja yang moderat. Indeks terapetik obat kardiotonik relatif sama,
mempunyai batas keamanan yang sempit, dosis pengobatan ± 50 - 60 % dosis toksik.
Penggunaan jangka panjang glikosida jantung menimbulkan intoksikasi digitalis dengan
gejala awal penurunan nafsu makan, salivasi, mual, muntah dan diare. Efek samping umum
adalah timbulnya hipokalemi. Setelah mengetahui definisi kardiotonik, selanjutnya
pembahasan akan kita lanjutkan tentang mekanisme kerja senyawa obat glikosida jantung.
Ada 3 hipotesis tentang mekanisme kerja glikosida jantung yaitu :
Struktur glikosida jantung terdiri dari komponen karbohidrat (gula) yang mengandung
tiga atau empat monosakarida dan steroid (genin atau aglikon) yang mengandung cincin
lakton dan terikat pada C-17. Gula yang terdapat pada glikosa jantung antara lain adalah β-
D-digitoksosa, β-D-glukosa, β-L-ramnosa dan β-D-simarosa.
Untuk aktivitas kardiotonik, bagian struktur glikosida jantung yang berperan adalah :
Gugus gula meskipun kurang penting tetapi berperan dalam mengatur aktivitas
glikosida jantung. Setelah mengetahui tentang mekanisme kerja dan struktur molekul
glikosida jantung, selanjutnya pembahasan kita lanjutkan tentang pengelompokan obat
kardiotonik.
Berdasarkan tipe kerjanya obat antiaritmia dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1) Obat yang berstruktur khas, yaitu obat yang bekerja dengan membentuk
kompleks dengan reseptor, contoh : β-bloker.
2) Obat yang berstruktur tidak khas, yaitu obat yang bekerja dengan cara
berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial, menyebabkan
peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat fungsi
biologis komponen membran normal, contoh : kuinidin dan prokainamid.
Berdasarkan pengaruh pada potensial kerja jantung, obat aritmia dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu:
Ada dua tipe hipertensi yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi esensial diderita oleh ± 10% populasi dunia dan ini ± 80% dari total
hipertensi. Dari penderita hipertensi tersebut, ± 60% dapat berkembang menjadi penyakit
jantung koroner, payah jantung kongestif, strok dan payah ginjal. Kemungkinan penyebab
hipertensi esensial antara lain adalah adanya gangguan pada etiologi saraf, hormon, elektrolit,
dinding buluh darah dan faktor genetik. Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada wanita di
banding pria.
Hipertensi sekunder dibagi menjadi empat kelompok yaitu hipertensi renal, neurogenik,
endokrin dan kardiovaskular.
Hipertensi renal adalah penyebab umum dari hipertensi sekunder. Renin, suatu enzim
proteolitik ginjal, sesudah dikeluarkan dari tempat penyimpanan bekerja pada
globulin darah yaitu angiotensinogen, menghasilkan angiotensin I, suatu dekapeptida
yang tidak mempunyai efek presor, dan oleh angiotensin converting enzyme ( ACE )
diubah menjadi angiotensin II, suatu oktapeptida dengan efek vasopresor yang kuat.
Peredaran angiotensin II menyebabkan secara langsung kontriksi arteriola,
menghasilkan secara cepat kenaikan tekanan darah. Angiotensin II melepaskan asam
aspartat menghasilkan heptapeptida angoitensin III, yang dapat merangsang
pengeluaran aldosteron, suatu hormon yang menyebabkan retensi Na, sehingga
volume cairan luar sel meningkat dan terjadi kenaikan tekanan darah.
Hipertensi neurogenik disebabkan oleh kerusakan pusat vasomotor sehingga terjadi
peningkatan tekanan cairan serebrospinal.
Hipertensi endokrin disebabkan oleh kerusakan kelenjar endokrin.
Hipertensi kardiovaskular disebabkan oleh penyempitan aorta dan pengobatan
biasanya dengan pembedahan. Beberapa obat telah tersedia untuk pengobatan
hipertensi, terutama tipe esensial, dengan maksud untuk menurunkan tekanan darah
sampai menjadi normal kembali atau kalau tidak memungkinkan sampai pada tingkat
yang dapat ditoleransi oleh penderita. Efek samping obat antihipertensi antara lain
kelesuan, kelemahan dan hipotensi.
Secara garis besar obat antihipertensi dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut :
1. Senyawa penekan simpatetik
a) Senyawa dengan efek sentral, contoh : klonidin HCl, guanfasin HCl
b) Senyawa dengan efek sentral dan perifer, contoh : serbuk Rauwolfia
serpentina, reserpin
c) Senyawa pemblok transmisi saraf efektor, contoh : bretilium toksilat,
guanetidin monosulfat
d) Senyawa pemblok β-adrenergik, contoh : asebutolol, atenolo, metropolol
tartrat
e) Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh : doksazosin mesilat, prazosin HCl
f) Senyawa penghambat monoamin oksidase, contoh : pargilin HCl
2. Vasodilator dengan efek langsung
a) Vasodilator arteri, contoh : hidralazin, dihidralazin sulfat dan minoksidil
b) Vasodilator vena dan aeteriola, contoh : natrium nitroprusida
3. Antagonis angiotensin (penghambat angiotensin-converting enzyme = penghambat
ACE)
Contoh : kaptopril, enalapril maleat, lisinopril dihidrat
4. Antagonis kalsium selektif Contoh : diltiazem HCl, felodipin, nikardipin, nifedipin
5. Diuretika Contoh : hidroklortiazid, klortalidon
b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer Terutama bekerja dengan cara
mengosongkan katekolamin, norefinefrindan serotonin dari tempat
penyimpanan pada saraf perifer dan pusat simpatetik. Contoh : reserpin
Gambar 9. Struktur Reserpin
Prazosin 1-3mg
Doksazosin 1-2mg
c. Vasodilator arteri
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos
arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang menyebabkan
penurunan tekanan darah. Contoh : hidralazin HCl, dihidralazin sulfat
d. Vasodilator vena dan arteriola
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi otot polos
vena dan arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh vena dan arteri perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : natrium nitroprusida
e. Antagonis kalsium selektif
Bekerja secara selektif pada otot polos vaskular, yaitu menurunkan tonus otot
polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah. Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin,
nifedipin, verapamil.
a) Ion Zn++ yang dapat membentuk kompleks dengan ligan dengan gugus
sulhidril (SH) dari kaptopril, gugus karboksi dari enalapril, lisinopril,
perindopril, ramipril, delapril, imidapril serta gugus fosforus dari
fosinopril.
b) Gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil
c) Gugus yang bermuatan positif yang terikat melalui ikatan ion dengan
gugus karboksilat yang bermuatan negatif
Gugus karboksi yang membentuk kompleks dengan Zn++ dapat berupa
karboksilat bebas (lisinopril), tetapi pada umumnya dalam bentuk ester etil
(enalapril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril) untuk memperpanjang
masa kerja obat. Bentuk ester adalah pra-obat, dalam tubuh akan terhidrolisis
menjadi bentuk asam yang aktif. Gugus-gugus lain pada umumnya untuk
meningkatkan lipofilitas senyawa, sehingga distribusi obat dalam tubuh
menjadi lebih baik.
b. Senyawa antagonis reseptor AT1 angiotensin II Kelompok obat ini merupakan
obat antihipertensi baru yang bekerja secara selektif sebagai antagonis reseptor
AT1 angiotensin II, dengan memblok sumber atau jalur sintesis angiotensin II,
menurunkan kadar rennin, angiotensin II dan aldosteron dalam plasma,
sehingga terjadi penurunan tekana darah. Obat tidak bekerja sebagai
penghambat ACE, dan tidak mempengaruhi kecepatan konstraksi jantung.
Contoh : losartan, irbestan, kandesartan, valdastran Struktur obat
antihipertensi yang bekerja sebagai antagonis reseptor angiotensin II
4. OBAT ANTIANGINA
Obat antiangina adalah senyawa yang digunakan utnuk pencegahan dan pengobatan
gejala angina pektoris, suatu keadaan dengan rasa nyeri hebat di dada, yang disebabkan
ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial.
1. Angina kalsik, biasanya terjadi pada waktu olahraga dan emosi, sangat serupa
dengan keadaan yang ditimbulkan oleh iskemia miokardial sementara.
2. Angina varian, biasanya terjadi pada waktu istirahat, disebabkan oleh
pengurangaan episodik pemasokan oksigen miokardial karena spasma arteri
koroner.
Selain pengobatan dengan obat antiangina, untuk mengurangi faktor resiko penyakit
jantung koroner pada penderita dianjurkan untuk :
1) Tidak merokok, dengan demikian menghindari efek samping dari nikotin dan karbon
monoksida, selain menghilangkan salah satu faktor yang dapat mempercepat
timbulnya ateroskleorosis;
2) Mengurangi berat badan, pada kasus penderita yang kegemukan;
3) Melakukan olahraga fisik secara teratur;
4) Menghindari aktivitas fisik atau kejadian tgang yang dapat mempercepat serangan
angina, misal : olahraga verat sesudah makan, mengangkat terlalu berat dan ledakan
emosi.
Untuk mencegah atau meringankan serangan akut angina digunakan turunan nitrat
(sublingual), sedang untuk pencegahan jangka panjang digunakan turunan nitrat (oaral dan
setempat), β-bloker dan antagonis kalsium. Obat di atas dapat mengurangi kebutuhan oksigen
jantung dan meningkatan pemasokan oksigen miokardial.
Obat antiangina dibagi menjadi tiga kelompok yaitu turunan nitrat dan nitrit, β-bloker
dan antagonis kalsium membran.
1. Cincin dihidropiridin
2. Atom N sekunder dalam cincin yang tidak bermuatan pada pH fidiologis
3. Substituen yang meruah, misalnya gugus fenil, pada posisi 4 cincin heterosiklik.
Gugus nitro dan ester kurang penting untuk aktivitas Struktur turunan fenil dihidropiridin
dapat dilihat pada
1. Turunan piperazin
Contoh : sinarizin dan flunarizin
2. Turunan Verapamil
Contoh : verapamil HCl, tiapamil
Hubungan struktur-aktivitas
1) Bagian struktur yang penting untuk aktivitas dari turunan verapamil adalah
kedua cincin benzen, meskipun dapat diganti dengan cincin heteroaromatik,
seperti pada faliamil, dan gugus amino tersier yang bermuatan pada pH
fisiologis.
2) Gugus isopropil dan substituen pada cincin aromatik kurang penting untuk
aktivitas, meskipun posisi pada cincin dapat mempengaruhi potensi. Posisi
subsituen pada cincin kiri mempengaruhi potensi secara bermakna, sedangkan
pada cincin kanan tidak berpengaruh. Pada cincin kiri, substituen pada posisi
meta memberikan aktivitas terbaik, sedang substituen pada posisi para akan
menurunkan aktivitas karena memberikan pengaruh halangan ruang pada
proses interaksi obat-reseptor.
3) Bentuk isomer optik levo lebih aktif dibandingkan isomer dekstro.
5. VASODILATOR
1. Vasodilator perifer
Digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik yang sulit
disembuhkan, dengan cara mengembangkan funsi miokardial tanpa meningkatkan
kebutuhan energi. Beberapa diantaranya digunakan sebagai obat antiangina.
Berdasarkan lama pengobatan vasodilator koroner dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Untuk pengobatan jangka pendek, contoh : salbutamol, gliseril trinitral,
natrium nitroprusida
b. Untuk pengobatan jangka panjang, contoh : kaptopril, diltiazem, enalapril,
isosorbid dinitrat, verapamil HCl
2. Vasodilator sistemik
Vasodilator sistemik atau vasodilator umum adalah senyawa yang dapat
menimbulkan efek vasodilatasi pada semua bagian sistem pembuluh darah. Contoh :
amil nitril, flunarizin, pindolol
3. Vasodilator perifer dan serebral
Obat golongan ini dapat menimbulkan dilatasi buluh darah kulit dan otak.
Walaupun melalui mekanisme kerja yang berbeda, senyawa dapat mengurangi tonus
otot polos vaskular sehingga meningkatkan aliran darah perifer dan serebral.
Vasodilator perifer digunakan untuk pengobatan penyakit vaskular perifer, seperti
kelainan vasospatik dan penyakit vaskuler perifer kronik, seperti atesklerosis
obliterans. Vasodilator serebral digunakan untuk pengobatan gangguan serebral
kardiovaskular. Pada dosis besar, obat golongan ini menimbulkan hipotensi postural.
Mekanisme kerja Obat golongan ini menimbulkan dilatasi perifer dan serebral
melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :
a. Pemblokan α-adrenoseptor yang terdapat pada buluh darah anggota badan dan
otak, contoh : ergot alkaloida mesilat, hidroergotoksin metansulfonat,
nisergolin dan raubasin
b. Merangsang β-adrenoseptor yang terdapat pada otot rangka, contoh :
isoksuprin
c. Efek langsung pada otot polos vaskular, contoh : papaverin dan turunannya,
niasin, prazosin
d. Mekanisme lain-lain Contoh vasodilator perifer dan serebral yang lain adalah
bensiklan hidrogen fumarat, buflomedil HCl, kaptopril, sinarizin, flunarizin,
reserpin.
1. Turunnya tekanan darah (hipotensi), pusing dan nyeri kepala berdenyut denyut. Efek
hipotensi dari obat obat hipertensi dapat diperkuat.
2. Tachycardia reflektoris (frekuensi jantung naik akibat aksi balasan) dengan gejala
debar jantung (palpitasi), perasaan panas dimuka (flushing) dan gatal gatal
3. Gangguan lambung usus seperti mual dan muntah muntah. Guna mengurangi efek
yang tak diinginkan ini vasodilator sebaiknya diminum pada waktu sesudah makan.
6. OBAT ANTILIPEMIK
1. Chylomicrons
2. Very low density lipoproteins ( VLDL = pra- β-lipoprotein )
3. Intermediate density lipoproteins ( IDL = broad β-lipoprotein )
4. Low density lipoproteins ( LDL = β-lipoprotein )
5. High density lipoproteins ( HDL = α-lipoprotein ).
Kelebihan chylomicrons, VLDL, IDL dan LDI dapat menimbulkan beberapa tipe
hiperlipoproteinemia, sebagai dasar timbulnya ateroklerosis.
Pengobatan hiperlipoproteinemia lebih baik ditekankan pada diet yang rendah lemak
dan kolesterol, karena pada banyak kasus diet tersebut akan menurunkan berat badan dan
dapat mengontrol semua tipe hiperlipoproteinemia. Disini obat antilipemik diberikan hanya
sebagai penunjang pengobatan, dan yang perlu diperhatikan bahwa efek diet dan obat adalah
saling menambah adiktif.
3. Kopolimer
Kopolimer tidak diabsorpsi dalam saluran cerna, dapat mengikat asam empedu
dalama usus kecil dan mencegah absorpsi kembali asam tersebut dari peredaran
enterohepatik, akibatnya kecepatan biosintesis hepatik asam empedu dari kolesterol
meningkat sehingga kadar lemak sterol (kolesterol) menjadi turun. Contoh : resin
kolestiramin, kolestipol
4.Serat