Ekstrak alergen adalah sediaan ekstrak yang mengandung asam amino dari bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada seseorang. Pembuatannnya berdasarkan permintaan yang biasanya datang dari ruangan, poli, dokter, dan dari luar lingkungan. Untuk setiap hasil ekstrak alergen yang diproduksi, terlebih dahulu diuji di laboratorium farmasi untuk menjamin sterilitas ekstrak, biasanya sebanyak 20 cc. Alergen digunakan untuk tujuan tes alergi pada bagian punggung dan lebih banyak pada bagaian lengan, dan untuk tujuan terapi. Tes alergi digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami alergi terhadap suatu alergen tertentu yang dicurigai atau tidak. Sedangkan untuk tujuan terapi adalah untuk melakukan desensitisasi (usaha menguragi atau mengihilangkan) dengan pemberian ekstrak alergen tertentu secara intramuskular, mulai dari konsentrasi yang rendah yang ditingkatkan sedikit demi sedikit ke konsentrasi yang lebih tinggi supaya tubuh mampu mentoleransi (kebal) terhadap alergen tersebut. Ekstrak alergen di Unit Produksi dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. Alergen Kontrol (coca filtra, histamin fosfat, dan solutio 48/80) 2. Alergen Inhalan (debu rumah bulu anjing, bulu kucing, bulu ayam, kecoa, mite/ tungau, jamur, kapuk, wool, tepung sari bunga,dll) 3. Alergen Makanan (putih telur, kuning telur, daging ayam, coklat, daging sapi, daging kambing, tongkol, pindang, bandeng, kepiting, udang, pepaya, nanas, vitsin, bayam, dll). Proses pembuatan ekstrak Alergen meliputi proses antara lain: 1. Comminution Tujuan: mempermudah ekstrak dengan jalan memperbesar luas permukaan total. Cara: material dibuat sehalus mungkin dengan blender, grinding machine/juice, extractor atau cutting instrumen. 2. Defatting Tujuan: mempermudah ekstraksi dengan jalan menghilangkan lemak dalam larutan material (proses untuk bahan yang mengandung lemak). Cara: material direflux dalam deffating agen aether, toluen, atau chloroform. 3. Extractie Tujuan: Menarik zat allergenik yang aktif kedalam pelarut. Cara: Mengocok material dalam larutan buffer saline, glycerid saline, dextros, phosphat buffer glycerid saline, hypertonis glycerid saline (stirers), bikarbonat saline/ cocos, dextrosa bicarbonat. 4. Clarification Tujuan: Memisahkan inactive material dan partikel tersuspensi yang dapat menyumbat bakteri filter. Cara: Disaring dengan penyaring kasar atau kain bila perlu dapat dipakai buchner dengan pompa isap atau dapat pula disentrifuge. 5. Dialysis Tujuan: Membebaskan dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan iritasi seperti zat warna yang dapat mewarnai kulit penderita dan elektrolit yang tidak dikehendaki Cara: Ekstrak dalam cellophone bag yang didialisir dalam air mengalir, larutan buffer saline, atau cairan ekstrak tertentu. 6. Concentration Tujuan: Mendapatkan kadar yang lebih tinggi dengan jalan pemekatan larutan. Cara: Penguapan pelarut dengan menggunakan panas tidak langsung. Volume kecil menggunakan evaporating dish dengan aliran udara, volume besar menggunakan vacum evaporator dengan penangas air. 7. Sterilization Tujuan: Meniadakan semua bentuk mikroorganisme. Cara: Karena sifat alergen yang termolabil maka dilakukan sterilisasi tanpa pemanasan dengan menggunakan bakteri filter. Seluruh proses dilakukan dengan alat-alat steril dalam kondisi aseptis. 8. Standardization Tujuan: Pembakuan ekstrak alergen. Cara: Pollen unit of noon, total nitrogen content, protein unit-N dan standardisasi menurut berat volume atau prosentase. 9. Quality Control Tujuan: Menjaga mutu ekstrak alergen. Cara: Dilakukan pemeriksaan terhadap sterilitas, pirogenitas dan potensi. Rute Pemberian Intraperitonial Pecobaan dilakukan pada hewan mencit 1. Dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah (Midsagittal), jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hatidan kadung kemih. 2. Hewan dipegang pada punggung sehingga kulit abdomen menjadi tegang. 3. Pada saat penyuntikan dengan posisi abdomen lebih tinggi dari kepala. 4. Suntikkan jarum yang berisi larutan obat menembus kulit dan otot ke rongga peritoneal.