Yosevin Panggola
Hizkia Kristiadi
Selva Travanti J
ABSTRAK
Kacang hijau adalah tanaman yang banyak dibududayakan di Indonesia. Hasil panen
yang besar membuat pemanfaatannya juga harus memadai. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi kandungan senyawa kimia dari ekstrak biji kacang hijau mengunakan empat
macam pelarut (Hexan, Etil Asetat, Kloroform dan Metanol) dengan metode skrining fitokimia
dan KLT serta menguji aktivitas antibakteri. Dari hasil skrining fitokimia biji kacang hijau
positif mengandung protein, karbohidrat (gula reduksi), saponin, iodin, fenol, tanin, glikosida,
terpenoid, flavonoid, alkalin, triterpenoid dan keller-kilani dengan kandungan paling banyak
adalah triterpenoid. Hasil uji KLT dengan sinar tampak, UV 254 nm dan 365 nm didapatkan
biji kacang hijau mengandung terpenoid, alkaloid, flavonoid dan tanin. Uji antibakteri terhadap
E coli sebagai gram negatif dan Bacillus subtilis sebagai gram positif dengan menggunakan
ekstrak dari empat macam pelarut dan konsentrasi berbeda (1500, 5000, 10000 ppm)
didapatkan diameter DDH kontrol positif menggunakan Tetrasiklin sebesar 2,15 cm dan 2,26
cm. Sedangkan untuk empat macam pelarut tidak efektif terhadap aktifitas antibakteri.
Kata Kunci : biji kacang hijau, skrining fitokimia, antibakteri, E coli, Bacillus subtilis
PENDAHULUAN
Kacang hijau adalah tanaman palawija yang memiliki nama ilmiah Vigna radiata.
Tanaman kacang hijau biasanya memiliki tinggi kurang lebih sekitar 3 meter dengan batang yang
bercabang tegak serta memiliki bunga berbentuk seperti kupu-kupu yang berwarna kuning
kehijau-hijauan. Dari bunga tersebut terlihat polongan yang berisi 10 hingga 15 biji kacang
hijau. Tanaman kacang hijau memiliki bunga yang majemuk dan terdiri tiga helai daun dengan
bentuk segitiga serta memiliki tulang daun yang menyirip. Kacang hijau sendiri memiliki kulit
biji berwarna hijau dengan biji yang berwarna putih. Umumnya biji kacang hijau sering
dijadikan tauge.
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh pada kawasan tropis serta berada pada dataran
rendah dengan ketinggian antara 5 hingga 700 m diatas permukaan laut. Jika kacang
hijau ditanam pada ketinggian 750 m diatas permukaan laut, maka akan mempengaruhi jumlah
produksi yang dihasilkan, umumnya kacang hijau tidak dapat memberikan produksi yang banyak
pada ketinggian diatas 750 m diatas permukaan laut. Tanaman kacang hijau membutuhkan
kelembaban udara sekitar 50% hingga 89 %. Tidak hanya itu, tanaman kacang hijau
membutuhkan kurang lebih 10 jam perharinya untuk dapat terpapar sinar matahari.
Vigna radiata atau yang kita kenal dengan nama kacang hijau , yang sering kita konsumsi
dalam kehidupan sehari-hari ternyata kaya karbohidrat dan protein, tapi rendah lemak.
Kandungan Vigna radiata ini diantaranya protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin
B1, dan vitamin B2. Protein Vigna radiata kaya akan asam amino leusin, arginin, isoleusin, valin
dan lisin. Kualitas protein Vigna radiata seperti halnya kacang-kacangan yang lain dibatasi oleh
kandungan
asam
amino
bersulfur
seperti
metionin
dan
sistein.
Kandungan lemak dalam Vigna radiata relatif sedikit (1-1,2 persen). Keadaan ini
menguntungkan, sebab dengan kandungan lemak yang rendah, Vigna radiata dapat disimpan
lebih lama dibandingkan kacang-kacangan lainnya.
Pada proses ekstraksi biji kacang hijau, nantinya akan diperoleh 5 fraksi pelarut (heksan,
kloroform, metanol, etil asetat, dan kloroform-metanol). Untuk dilakukan tahap percobaan
selanjutnya yakni skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam biji
kacang hijau dengan beberapa pengujian uji protein, karbohidrat, saponin, iodin dan lain-lain.
Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri,
khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia. Beberapa istilah yang digunakan untuk
menjelaskan proses pembasmian bakteri yaitu germisid, bakterisid, bakteriostatik, antiseptik,
desinfektan. Mekanisme kerja obat antimikroba tidak sepenuhnya dimengerti. Namun
mekanisme aksi ini dapat dikelompokkan dalam empat hal utama:
a. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel
b. Penghambatan terhadap fungsi membran sel
c. Penghambatan terhadap sintesis protein
d. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengidentifikasi kandungan senyawa kimia dari ekstrak biji kacang hijau menggunakan
empat macam pelarut (Hexan, Etil Asetat, Kloroform dan Metanol) dengan metode
skrining fitokimia dan KLT.
2. Menguji aktivitas antibakteri biji kacang hijau.
METODE PENELITIAN
Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan adalah biji kacang hijau (Vigna radiata). Sampel digrinder hingga halus
kasar. Kemudian sampel diblender hingga halus dan diayak.
Penetapan kadar air serbuk simplisia biji kacang hijau (Vigna radiata)
Serbuk simplisia biji kacang hijau (Vigna radiata) sebanyak 1 gram dimasukan dan ditimbang
dengan seksama dengan cawan petri yang sebelumnya telah dioven 30 menit dan didinginkan
dalam desikator selama 15 menit. Serbuk dikeringkan dengan oven pada suhu 105 0C selama 3
jam dan didesikator selama 15 menit dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan kembali dan pada
jarak tiap 1 jam ditimbang kembali sampai bobot tetap atau konstan (selisih penimbangan 0.002
g).
Uji Alkaloid
5 fraksi ekstrak ditotolkan pada plat KLT.
Dielusi dengan menggunakan metanol : NH3 = 200 : 3.
Plat dikeringkan, diamati dengan cahaya tampak,UV 254 nm dan 365nm.
Disemprot dengan reagen dragendoft, dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak.
Dihitung nilai Rf masing-masing fraksi ekstrak.
Uji Flavonoid
5 fraksi ekstrak ditotolkan pada plat KLT.
Dielusi dengan menggunakan Butanol : as asetat : air = 3 : 1 : 1.
Plat dikeringkan, diamati dengan cahaya tampak,UV 254 nm dan 365nm.
Disemprot dengan reagen uap I2, dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak.
Dihitung nilai Rf masing-masing fraksi ekstrak.
Uji Terpenoid
5 fraksi ekstrak ditotolkan pada plat KLT.
Dielusi dengan menggunakan Toluena : etil asetat = 9,3 : 0,7.
Plat dikeringkan, diamati dengan cahaya tampak,UV 254 nm dan 365nm.
Disemprot dengan reagen uap I2, dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak.
Dihitung nilai Rf masing-masing fraksi ekstrak.
Uji Tanin
5 fraksi ekstrak ditotolkan pada plat KLT.
Dielusi dengan menggunakan Metanol : Formiat = 95 : 5.
Plat dikeringkan, diamati dengan cahaya tampak,UV 254 nm dan 365nm.
Disemprot dengan reagen uap I2, dikeringkan dan diamati pada cahaya tampak.
Dihitung nilai Rf masing-masing fraksi ekstrak.
Skrining Fitokimia
Uji keller-kilani
Ekstrak + 2 ml Asam Asetat + 2ml H2SO4
Uji steroid
Ekstrak + 2 ml CHCl3 + 2 ml H2SO4
bawah (klorofom)
Uji alkaloid
Ekstrak + 2 ml HCl 1% + reagen Meyer and wagner
warna keruh.
Uji terpenoid
Ekstrak + 2 ml CHCl3
2 ml H2SO4
positif
ditandai
Anti Bakteri
dengan
Pembuatan larutan ekstrak dengan konsentrasi 1500 ppm,5000 ppm dan 10000 ppm
Untuk ekstrak fraksi heksan, ,diketahui konsentrasi ekstrak 106 g/ml,untuk membuat
10000 ppm maka dipipetkan sebanyak 10 l ekstrak heksan ke dalam botol yang berisi
pelarut heksan yang terlebih dahulu diambil 10 l. Untuk 5000 ppm maka dipipetkan 5 l
ekstrak heksan ke dalam botol yang berisi pelarut heksan yang terlebih dahulu diambil 5
l. Untuk 1500 ppm maka dipipetkan 1,5 l ekstrak heksan ke dalam botol yang berisi
pelarut heksan yang terlebih dahulu diambil 1,5 l. Diulang menggunakan ekstrak fraksi
dipipetkan 39,6 l ekstrak metanol ke dalam botol yang berisi pelarut metanol yang
terlebih dahulu diambil 39,6l. Untuk 1500 ppm maka dipipetkan 11,9 l ekstrak
metanol ke dalam botol yang berisi pelarut metanol yang terlebih dahulu diambil 11,9 l.
Untuk ekstrak fraksi kloroform, diketahui konsentrasi ekstrak 0,0,33118x10 6g/ml,untuk
membuat 10000 ppm maka dipipetkan sebanyak 30,2 l ekstrak kloroform ke dalam
botol yang berisi pelarut kloroform yang terlebih dahulu diambil 30,2 l. Untuk 5000
ppm maka dipipetkan 15,1 l ekstrak kloroform ke dalam botol yang berisi pelarut
kloroform yang terlebih dahulu diambil 15,1 l. Untuk 1500 ppm maka dipipetkan 4,52
l ekstrak koroform ke dalam botol yang berisi pelarut kloroform yang terlebih dahulu
diambil 4,52 l.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penetapan Kadar air pada simplisia biji kacang hijau (Vigna radiata)
No
18,39
16,92
17,27
Berdasarkan hasil penetapan kadar air simplisia biji kacang hijau, kadar air yang diperoleh
sebesar 17,53%. Bila dibandingkan dengan nilai standar kadar air untuk biji kacang hijau
yaitu 13/14 % maka kadar air yang diperoleh kurang memenuhi nilai standar kadar air
maksimum biji kacang hijau.
Ekstrasi simplisia biji kacang hijau (Vigna radiata)
Ekstrak
Massa ekstrak
Heksan
1,9263
0,96
Kloroform
1,6559
0,83
Metanol
0,3153
0,16
EtOAc
8,556
4,28
Kloroform-metanol
12,5740
6,29
Skrining Fitokimia
Uji
Protein
Kabohidrat
Saponin
Iodin
Fenol dan
Tanin
Glikosida
Steroid
Triterpenoid
Plobatanin
Flavonoid
Alkaloid
Alkalin
Terpenoid
Keller-Kilani
Heksan
-
Metanol
+
-
Kloroform
+
++
++
+
EtOAc
+
-
CHCl3-EtOH
++
+
+++
++
++++
+++
++
+++
+
+++++
++
+
+
++
+
+
+++
++
+
++
-
++
++++
+++
++
+++
+++
++
+
++++
-
Pada hasil skrining fitokimia terhadap kacang hijau dihasilkan banyak hasil positif dari
berbagai macam pelarut yang digunakan. Percobaan ini dilakukan dengan empat macam
pelarut yakni: Hexan, Metanol, Kloroform dan Etil Asetat. Beberapa uji yang dihasilkan
didapatkan bahwa dari beberapa ekstrak ternyata tidak mengandung Plobatanin dan Steroid.
Dan kandungan paling banyak dari kacang hijau ini adalah Triterpenoid, hal ini dikarenakan
dari kelima pelarut didapatkan hasil positif. Berikutnya hasil terbanyak adalah terpenoid,
saponin, fenol, tanin, flavonoid dan Keller Kilani. Dari hasil yang sudah didapat akan
dilanjutkan untuk proses anti bakteri. Hal ini dimungkinkan karena dalam skrining fitokimia
senyawa saponin dan alkaloid merupakan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
UJI
Pada cahaya
Tampak
Alkaloid
Flav
onoid
Terpenoid
Pada UV 254
Pada UV 365
Tanin
1. Kasat mata
RF
Pelarut
Pengembang
Heksan
Alkaloid
Metanol
1
/3,5 =0,29
CHCl3
0,6
/3,5=0,17
2,3
Metanol: NH3
/3,5=0,66
200 :3
Flavonoid
0,4
/3,5=0,11
/3,5=0,29
2,8
/3,5=0,8
EtOAc
0,7
/3,5=0,2
CHCl3MeOH
/3,5=0,63
2,2
2,6
/3,5=0,74
2,5
/3,5=0,7
/3,5=0,29
Butanol : as asetat
: air
3
:
1
Terpenoid
:1
/3,5=0,14
2,1
Toluena : etil
/3,5=0,6
3,5
asetat
9,3 : 0,7
Tanin
0,5
/3,5=1
/3,5=0,29
/3,5=0,29
0,7
/3,5=0,2
2,8
/3,5=0,8
2,4
/3,5=0,69
2,2
Metanol : Formiat
/3,5=0,63
95 : 5
2. UV 254 nm
Pelarut
Heksan
Metanol
RF
CHCl3
EtOAc
CHCl3-
Pengembang
Alkaloid
0,76
Metanol: NH3
0,68
MeOH
0,7
0,24
200 :3
Flavonoid
0,11
0,78
Butanol : as
0,73
0,78
0,17
0,2
0,68
0,74
0,24
0,3
EtOAc
CHCl3-
asetat : air
3
:
1
Terpenoid
:1
0,178
Toluena : etil
0,24
0,145
asetat
9,3 : 0,7
Tanin
0,74
Metanol :
Formiat
95 : 5
3. UV 365 nm
Pelarut
Heksan
Pengembang
Alkaloid
Metanol
RF
CHCl3
0,76
0,68
MeOH
0,7
0,11
0,78
0,726
0,78
0,2
0,83
Metanol: NH3
200 :3
Flavonoid
Butanol : as
asetat : air
3 : 1
Terpenoid
:1
Toluena : etil
0,58
asetat
0,13
9,3 : 0,7
Tanin
0,74
Metanol :
Formiat
95 : 5
Uji dengan KLT ini dilakukan untuk lebih menegaskan hasil yang didapat dari skrining
fitokimia. Karena berfungsi sebagai penegasan, maka uji KLT hanya dilakukan untuk
golongan-golongan senyawa yang menunjukkan hasil positif pada skrining fitokimia
(alkaloid, flavonoid, terpenoid dan tanin). Uji KLT untuk alkaloid dengan pelarut
pengembang adalah Metanol: NH3 (200 :3). Secara fisika untuk menentukan bercak pada
plat KLT yang tidak berwarna dengan pencacahan radioaktif dengan fluoresensi dibawah
sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 365 nm. Kemudian plat disemprot dengan
pereaksi dragendroff.. Penyemprotan dengan reagen dragendroff dan pengeringannya
setelah proses elusi dimaksudkan untuk memberi warna pada zat organik yang kita dapat
pada sampel. Hal ini perlu karena meskipun beberapa senyawa organik telah nampak
berwarna, sebagian besar senyawa organik malah tidak memiliki warna dan memerlukan
pewarnaan buatan untuk memudahkan pengamatan. Senyawa alkaloid mempunyai
kemampuan untuk bereaksi dalam Reagen Dragendorff, hal itu dikarenakan dalam
senyawa alkaloid terdapat gugus nitrogen yang masih memiliki satu pasang elektron bebas
yang menyebabkan senyawa-senyawa alkaloid bersifat nukleofilik dan cenderung bersifat
basa. Akibat dari hal itu, senyawa-senyawa alkaloid mampu untuk mengikat ion-ion logam
berat yang bermuatan positif dan membentuk senyawa-senyawa kompleks tertentu yang
berwarna. Reagen Dragendorff dibuat dari senyawa yang mengandung ion-ion logam berat.
Reaksi antara reagen Dragendorff dengan suatu senyawa alkaloid merupakan reaksi asambasa. Logam-logam berat dalam reaksi ini berfungsi sebagai asam lewis, sedangkan
senyawa alkaloid bertindak sebagai basa lewis. Logam-logam berat dikatakan asam lewis
karena mempunyai sifat untuk menerima elektron dari suatu basa lewis. Alkaloid bertindak
sebagai basa karena mempunyai 2 buah elektron yang belum berikatan sehingga
mempunyai kemampuan untuk mendonorkan pasangan elektronnya.
Uji KLT untuk flavonoid, terpenoid dan tanin setelah dielusi dengan pelarut pengembang
masing-masing kemudian direaksikan dengan menggunakan reagen uap I2. Reagen I2
digunakan untuk membuat bercak /noda yang dihasilkan lebih jelas. Dari hasil pengamatan,
nilai Rf alkaloid, flavonoid, terpenoid,dan tanin untuk 5 fraksi ekstrak nilai Rfnya berbedabeda. Hal ini terjadi karena 5 fraksi memiliki beda tingkat polaritas.
Uji Antibakteri
DDH E coli
Kontrol
Pelarut
Heksan
Metanol
CHCl3
EtOAc
CHCl3-
1500 ppm
5000 ppm
10000 ppm
(diameter
)
2,15 cm
5000 ppm
10000 ppm
Kontrol
(diameter)
2,26 cm
MeOH
Pekat
-
Pada Penelitian ini digunakan sampel biji kacang hijau karena tanaman ini mempunyai
berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Kandungan kimia dari biji kacang hijau
yang diduga yang sebagai antibakteri adalah flavonoid. Namun, peggunaan biji kacang
hijau di masyarakat hanya berdasarkan pengalaman turun-temurun dan dari generasi ke
generasi. Maka unutk membuktikan khasiat biji kacang hijau sebagai antibakteri, perlu
dilakukan uji secara kimia.
Pada tabel hasil pengamatan uju antibakteri terlihat bahwa tidak adanya diameter zona
pertumbuhan bakteri. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kandungan senyawa bioaktif
pada sampel biji kacang hijau yang diencerkan melalui hasil 5 fraksi pelarut. Semakin
tinggi jumlah pelarut yang digunakan maka semakin sedikit jumlah biomassa zat aktif
dalam biji kacang hijau, sehingga semakin kecil kemampuan biji kacang hijau tersebut
dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa
tidak ada zona pertumbuhan dari bakteri E coli dan Bacillus subtilis.
KESIMPULAN
1. Dari hasil skrining Fitokimia maka diperoleh kandungan senyawa kimia dari biji kacang
hijau antara lain protein, karbohidrat, saponin, iodin, fenol dan tanin, glikosida,
triterpenoid, flavonoid, alkaloid, alkalin, terpenoid, dan keller-kilani. Sedangkan
beberapa senyawa kimia yang di KLT adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan tanin.
2. Uji antibakteri terhadap E coli sebagai gram negatif dan Bacillus subtilis sebagai gram
positif dengan menggunakan ekstrak dari empat macam pelarut dan konsentrasi berbeda
(1500, 5000, 10000 ppm) didapatkan diameter DDH kontrol positif menggnakan
Tetrasiklin sebesar 2,15 cm dan 2,26 cm. Sedangkan untuk empat macam pelarut tidak
efektif terhadap aktifitas antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011.
Anti
bakteri
dan
mekanisme.
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/10/anti-bakteri-dan-mekanismenya372060.html. Diakses 31 Maret 2014
Ahuor, T. 2011. Tugas Akhir Mikrobiologi Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga Rosella
(Hibiscus
sabdariffa
L)
Terhadap
Bakteri
Escherichia
coli.
http://farmakog.blogspot.com/2011/10/tugas-akhir-mikrobiologi-uji-aktivitas.html.
Diakses 31 Maret 2014
Air,
S.
T.
2009.vigna
radiata
(kacang
hijau)
http://biologientomologi.blogspot.com/2009/07/vigna-radiata-kacang-hijau.html.
Diakses 31 Maret 2014
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 8.
Purwono,. Hartono, R. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta
Saputra, G. A. 2014. Mengenal Kacang Hijau. http://www.satwa.net/921/mengenal-kacanghijau.html. Diakses 31 Maret 2014