MEMPELAJARI CARA
STERILISASI, TEKNIK DAN
TEKNOLOGI FARMASI
PROSEDUR PEMBUATAN
SEDIAAN STERIL SEDIAAN FARMASI STERIL
SESUAI DENGAN KETENTUAN
CARA PEMBUATAN OBAT YANG
BAIK
PETA KONSEP
Pengertian
Sterilisasi Menurut FI. Edisi III
Sterilisasi Menurut FI. Edisi IV
Alasan Melakukan Sterilisasi Pada Sediaan
Metode Steril
Pohon Keputusan Untuk Pemilihan Sterilisasi Sediaan
Cair Berbasis Air
Pohon Keputusan Menentukan Metode Sterilisasi
yang Tepat
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
PENGERTIAN
• Steril : Bebas dari mikroorganisme baik bentuk vegetatif, non
vegetatif (spora), patogen ataupun non patogen.
• Sterilisasi adalah : Proses membunuh semua mikroorganisme
berbahaya, dari virus, bakteri, spora, dan lain-lain.
• Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang
mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme
•Perbekalan steril adalah semua sediaan steril farmasi dan
peralatan kesehatan termasuk ruangan-ruangan yang digunakan
untuk memperlakukan semua perbekalan steril.
Cara-Cara Sterilisasi Menurut Farmakope
Indonesia Edisi III
• Cara A (Pemanasan secara basah; autoklaf pada suhu
115°C – 116°C selama 30 menit dengan uap air
panas).
• Cara B (dengan penambahan bakterisida).
• Cara C (dengan penyaring bakteri steril)
• Cara D (pemanasan secara kering; oven pada suhu
150°C selama 1 jam dengan udara panas).
• Cara aseptik (mencegah dan menghindarkan
lingkungan dari cemaran bakteri seminimal
mungkin).
Cara-Cara Sterilisasi Menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV
1. Sterilisasi uap
Adalah proses sterilisasi termal yang menggunakan uap jenuh
dibawah tekanan selama 15menit pada suhu 121°. Kecuali
dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang disebutautoklaf,
dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak
dilakukan.
2. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang
dilengkapi udara yangdipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas
yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasikosong adalah lebih
kurang 15°, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang
dari250°.
Lanjutan...
3.Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan
gas inert, tetapikeburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar,
bersifat mutagenik,kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan
yang disterilkan, terutamamengandung ion klorida. Pemilihan untuk
menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternativedari sterilisasi termal.
4.Sterilisasi dengan radiasi ion
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari
radioisotop (radiasigamma) dan radiasi berkas electron. Pada kedua jenis ini,
dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilisasi yang
diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentangsatuan
dosis minimum dan maksimum, sifat bahan disterilkan dapat diterima.
Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad radiasi yang dise
rap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dapat diterima penggunaaan dosis y
ang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.
Lanjutan...
5. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan
penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga
mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara fisik. Perangkat
penyaringan umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup
kedap atau dikaitkan dengan wadah yang tidak permeable. Efektivitas
penyaringan media atau penyaringan substrat tergantung pada ukuran pori
matriks, daya adsorpsi bakteridari matriks dan mekanisme pengayakannya.
6. Sterilisasi dengan aseptic
Proses ini mencegah masuknya mikroba hidup kedalam komponen steril
atau komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk
setengah jadi atau produk ruahan atau komponennya bebas mikroba hidup.
Alasan Melakukan Sterilisasi
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi
1. Injeksi
Suatu larutan obat dalam pembawa yang
cocok dengan atau tanpa bahan tambahan
yang dimaksudkan untuk penggunaan
parenteral
2. Cairan Infus
Merupakan injeksi khusus karena cara
pemberiannya dan volumenya besar Berguna
untuk :
Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa
Perbaikan keseimbangan elektrolit, contoh : infus
ringer mengandung ion Na+, K+, Ca2+ dan Cl
Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus dekstrosa
dan NaCl
Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan
fungsi ginjal : injeksi mannitol
3. Radiopharmaceutical
Suatu injeksi yang mengandung bahan radioaktif. Berfungsi untuk
diagnosis dan pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan
penggunaannya berbeda dengan bahan obat biasa (non radioaktif)
13.Sediaan vaksin
Merupakan produk biologi (pembantu diagnostik)
untuk tujuan mencegah penyakit dan pengobatan
TERIMA KASIH
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
DAN SAINS MUHAMMADIYAH
SIDENRENG RAPPANG
Yang dimaksud dengan ekivalen dari NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl
yang memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat
terlarut tertentu.
Jika E Efedrin HCl= 0,28 ; berarti tiap 1 gram Efedrin HCl ~ 0,28 gram NaCl.
LANJUTAN...
Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut :
Ex = a ; artinya tiap 1 gram zat X ~ a gram NaCl
Ex = E ; artinya tiap 1 gram zat X ~ E gram NaCl
Jika bobot zat X = W gram ® maka ekivalennya adalah
W x E gram NaCl
Larutan isotonis NaCl 0,9 % b/v ; artinya tiap 100 ml NaCl ~ 0,9 gram NaCl
Jika bobot NaCl = W x E gram ; maka Volume yang isotonis adalah
( W x E)100/0,9 ; sehingga dapat kita rumuskan sebagai berikut :
Rumus-2
V' = ( W x E ) 100/0,9 = ( W x E ) 111,1
Keterangan :
V' = Volume larutan yang sudah isotonis dalam satuan ml.
W = bobot zat aktip dalam satuan gram
E = Nilai ekivalensi zat aktip
LANJUTAN...
Jika Volume larutan = V ml dan Volume yang sudah isotonis = V' ml ; maka Volume yang belum
isotonis adalah
(V - V') ml , sedangkan volume untuk tiap 100 ml NaCl agar isotonis ~ 0,9 gram NaCl, maka bobot
NaCl ( B ) yang masih diperlukan agar larutan menjadi isotonis adalah ( V - V ' ) x 0,9 / 100 ,
maka B = ( V - V ' ) x 0,9 / 100
atau B = ( 0,9/100 x V ) - ( 0,9/100 x V' ).
Jika V' kita ganti dengan ( W x E ) 100 / 0,9 ,
maka B = { 0,9/100 x V } – { 0,9/100 x ( W x E ) 100/0,9 } dan akhirnya kita dapatkan rumus
sebagai berikut :
Rumus-3 : B = 0,9/100 x V - ( W x E )
Keterangan :
B = bobot zat tambahan dalam satuan gram.
V = Volume larutan dalam satuan ml
W = bobot zatkhasiat dalam satuan gram
E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl
LANJUTAN...
Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan
obat :
1. Keadaan Isotonis apabila nilai B = 0 ;
maka 0,9/100 x V = ( W x E )
2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positip;
maka 0,9/100 x V > ( W x E )
3. Keadaan hipertonis apabila nilai B negatip;
maka 0,9/100 x V < ( W x E )
TERIMA KASIH
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
DAN SAINS MUHAMMADIYAH
SIDENRENG RAPPANG
1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak
atau mengurai.
Caranya :
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan,
dan yang lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian
bahan obat, zat pembawa, zat pembantu dicampur secara aseptik dalam
ruang aseptik hingga terbentuk larutan injeksi dan dikemas secara aseptik.
SKEMA PEMBUATAN
2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).
Dilakukan sterilisasi akhir Caranya :
bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke
dalam zat pembawa dan dibuat larutan injeksi.
Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat
yang terbawa ke dalam filtrat larutan. Masukkan
ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan
sedapat mungkin aseptik, setelah dikemas,
hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.
SKEMA PEMBUATAN
Cara Pembuatan Obat Suntik.
• Persiapan pembuatan obat suntik :
1. Perencanaan
Direncanakan dulu, apakah obat suntik itu akan dibuat secara aseptik atau
dilakukan sterilisasi akhir ( nasteril ).
Pada pembuatan kecil-kecilan alat yang digunakan antara lain pinset,
spatel, pengaduk kaca, kaca arloji yang disterilkan dengan cara dibakar
pada api spiritus.
Ampul, Vial atau flakon beserta tutup karet, gelas piala, erlemeyer, corong
yang dapat disterilkan dalam oven 150 0 selama 30 menit ( kecuali tutup
karet, didihkan selama 30 menit dalam air suling atau menurut FI.ed.III )
Kertas saring, kertas G3, gelas ukur disterilkan dalam otoklaf. Untuk
pembuatan besar-besaran di pabrik, faktor tenaga manusia juga harus
direncanakan.
Lanjutan...
2 Perhitungan dan penimbangan
Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan
penyaringan, kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam Aqua p.i yang
sudah dijelaskan cara pembuatannya, kemudian dicampurkan.
3 Penyaringan
Lakukan penyaringan hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke
dalam filtrat. Pada pembuatan kecil-kecilan dapat disaring dengan kertas saring
biasa sebanyak 2 kali , lalu disaring lagi dengan kertas saring G3.
4 Pengisian ke dalam wadah
Cairan :
Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan.
Bubuk kering :
jumlah bubuk diukur dengan jalan penimbangan atau berdasarkan volume, diisi
melalui corong.
Lanjutan...
Pengisian dengan wadah takaran tunggal dijaga supaya bagian yang akan ditutup
dengan pemijaran, harus bersih, terutama dari zat organik, karena pada
penutupan zat organik tersebut akan menjadi arang dan menghitamkan wadah
sekitar ujungnya .
Membersihkan bagian leher wadah dapat dilakukan dengan :
a. memberi pelindung pada jarum yang dipakai untuk mengisi wadah.
b. menyemprot dengan uap air pada mulut wadah obat suntik yang dibuat
dengan pembawa berair.
5. Penutupan Wadah
Wadah dosis tunggal :
ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap.
Wadah dosis ganda :
ditutup dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga karet tertarik
ke dalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup alumunium.
Lanjutan...
6 Penyeterilan ( Sterilisasi )
Sterilisasi menurut Fi.ed.III dan IV.dapat dilakukan sesuai dengan
persyaratan masing-masing monografinya dan sifat dari larutan obat
suntiknya.
3. Wadah plastik
Plastik dalam kemasan telah membuktikan kegunaannya disebabkan oleh beberapa alasan,
termasuk kemudahannya untuk dibentuk, mutunya yang tinggi, dan menunjang kebebasan
desainnya.
PENGEMASAN SEDIAAN STERIL
1. Larutan Steril
Sediaan berupa larutan dalam air / minyak / pelarut organik
yang lain yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan
nama, Injeksi_______. Dalam FI.ed.III disebut berupa
Larutan. Misalnya : Inj. Vit.C, Pelarutnya A.P.I, Inj. Camphor
oil, pelarutnya olea neutralisata ad injection.
2. Emulsi Steril
Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain, ditandai dengan
nama, _______ Untuk Injeksi. Dalam FI.ed.III disebut bahan
obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya merupakan
emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril.
Misalnya : Inj. Penicilline Oil untuk injeksi.
3. Padatan Steril
Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak
mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan
yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi
persyaratan injeksi, ditandai dengan nama , ________ Steril. Dalam
FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah
zat pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutan yang
memenuhi syarat larutan injeksi. Misalnya: Inj. Dihydrostreptomycin
Sulfat steril
4. Suspensi Steril
Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan
tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam saluran spinal, ditandai
dengan nama , Suspensi _______ Steril. Dalam FI.ed.III disebut Suspensi
steril (zat padat yang telah disuspensikan dalam pembawa yang cocok
dan steril. Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril.
RUTE PENGGUNAAN OBAT STERIL
1. Parenteral
Parenteral adalah metode pemberian nutrisi,
obat, atau cairan melalui pembuluh darah.
2. Rute Okular
Rute okuler adalah metode pemberian obat
atau nutrisi yang ditempatkan di mata
3. Larutan tidak disuntikkan di vena tapi
digunakan di luar sistem peredaran darah
Keuntungan
• Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara
oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin,
hormon dan antibiotik.
• Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar
harus diberikan secara injeksi
• Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari
ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga
dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral.
• Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila
diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.
• Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk
parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara
intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.
LANJUTAN...
• Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada
keseimbangan cairan dan elektrolit.
• Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total
diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral.
• Aksi obat biasanya lebih cepat.
• Seluruh dosis obat digunakan.
• Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif
ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
• Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat
ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat
dektrosa.
• Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat
menyelamatkan hidupnya.
Penandaan menurut FI.ed.IV
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena
dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml.;
Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100
ml atau kurang.
Penandaan : Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair
tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, untuk sediaan kering
tertera jumlah zat aktif, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal
kadaluwarsa, nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomor lot atau nomor
bets yang menunjukkan identitasnya. Wadah injeksi yang akan digunakan untuk
dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi dan volume lebih dari 1 liter, diberi penandaan
bahwa sediaan tidak digunakan untuk infus intravena., untuk injeksi yang
mengandung antibiotik : juga harus tertera kesetaraan bobot terhadap U.I dan
tanggal kadaluwarsanya. Injeksi untuk hewan ditandai untuk menyatakan khasiatnya.
Pengemasan; Sediaan untuk pemberian intraspinal, intrasisternal atau pemakaian
peridural dikemas hanya dalam wadah dosis tunggal.
KERUGIAN
• lebih mahal dari bentuk sediaan non steril hanya karena ketatnya
persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih,
praktis, bebas partikel) Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai
segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam
kondisi klinik seperti
• Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
pemberian rute lain Pada pemberian parenteral dibutuhkan
ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari
beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari
• Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk
mengembalikan efek fisiologisnya.
LANJUTAN...
• Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh
pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok
untuk pemakaian i.v.
• Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk
mengatur dosis.
• Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya.
Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah
penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
• Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian
sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh.
Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang
diinjeksikan.
TERIMA KASIH
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
DAN SAINS MUHAMMADIYAH
SIDENRENG RAPPANG