Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara meracik, memformulasi,
mengidentifikasi, membuat, mengkombinasi, menganalisis, serta menstandarkan
obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan
penggunaannya secara aman. Di dalam farmasi terdapat beberapa cabang ilmu
diantaranya adalah teknologi steril.
Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
membuat suatu sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar, Infus, Tetes
Mata dan Salep Mata) yang steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau
non patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak ada jasad renik yang hidup dalam
suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan proses sterilisasi yang berarti
proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh kondisi
steril. Tentunya di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena
teknologi steril berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana
menghasilkan atau membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara
sterilisasi kalor basah, kalor kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan
teknik aseptik. Kemudian sediaan steril tersebut dilakukan uji sterilitas, uji
pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Dalam sediaan steril ada pembuatan
infus.
Infus adalah salah satu bentuk sediaan obat dalam dunia farmasi yang
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan sediaan obat lainnya. Infus adalah
sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90° selama 15 menit. Selain itu infus dapat digunakan untuk keadaan pengobatan
darurat, untuk pasien yang muntah-muntah atau tidak sadarkan diri, dan tidak bisa
menyebabkan iritasi di dalam lambung dibandingkan dengan sediaan tablet, infus
juga merupakan sediaan dalam farmasi yang wajib bebas dari pirogen dan harus
steril dalam pembuatannya. Sehingga efek obat dapat langsung bekerja karena
langsung berhubungan dengan darah.
1
Laktat dalam ringer laktat sebagian besar dimetabolisme melalui proses
glukoneogenesis. Setiap satu mol laktat akan menghasilkan satu mol bikarbonat.
Pasien dengan kondisi hamil memiliki kadar laktat yang berbeda karena plasenta
menghasilkan laktat yang akan menuju sirkulasi maternal.
Suatu cairan dikatakan sebagai cairan isotonis apabila mereka memiliki
osmolalita sama dengan plasma manusia atau osmolaritas teoritis yang sama
sebagai cairan NaCl fisiologis. Ringer asetat malat, dengan osmolalitas 286
mosm/kg H2O dan osmolaritas 304 osmole/l adalah isotonis. Tekanan osmotik
ditentukan oleh osmolaritas dan osmolalitas dari cairan. Osmolaritas dan
osmolalitas merupakan ukuran dari jumlah konsentrasi molar dari zat terlarut.
Sehubungan dengan Teori tersebut diatas dan penerapan dari teori yang
sudah didapat. Kami melakukan praktikum teknologi steril dalam hal ini membuat
sediaan infus dengan harapan semoga dalam kegiatan praktikum ini, kami dapat
menambah wawasan, melaksanakan desain dan rancangan serta pembuatan
sediaan steril untuk dalam upaya meningkatkan pengetahuan ilmu farmasi.
1.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui
cara manufacturing sediaan steril tidak hanya melalui teori saja.
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara preformulasi sediaan larutan
parenteral berupa sediaan infus.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara manufacturing sediaan larutan
parenteral berupa sediaan infus.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara evaluasi sediaan larutan parenteral
berupa sediaan infus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Steril
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi – bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini
antara lain sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya
infus). Sediaan parental merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk
sediaan obat terbagi – bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau
membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit dan
mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan –
bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua
bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi
fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B.,2007).
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisibebas mikroba atau
setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Sterilisasi yang
sering dilakukan untuk alat–alat praktikum terbagi menjadi sterilisasi kering dan
sterilisasi basah (Hadioetomo, 1993).
Metode-metode cara sterilisasi menurut Farmakope Indonesia Edisi III,
sediaan di sterilkan dengan cara berikut :
a. Pemanasan dalam otoklaf.
Sediaan yang akan disterilkan diisikan kedalam wadah yang cocok,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 ml,
sterilisasidilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 115 derajat sampai 116
derajat selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 m, waktu
sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115
derajat sampai 116 derajat selama 30 menit.

3
b. Pemanasan dengan bakterisida.
Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam
larutan klorkresol P 0,2 % b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan
bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan kedalam wadah, kemudian
ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan
pada suhu 98o sampai 100o, selama 30 menit. Jika volume dalam wadah lebih
30ml waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah berada pada
suhu980 sampai 100o selama 30 menit. Jika dosis tunggal injeksi yang digunakan
secara intravenous lebih dari 15 ml, pembuatan tidak dilakukan dengan cara
ini.Injeksi yang digunakan secara intrateka, intrasistema, atau peridura tidak boleh
dibuat dengan cara ini.
a. Penyaringan.
Larutan disaring melalui penyaring bateri steril, diisikan kedalam wadah
akhiryang steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik aseptic.
b. Pemanasan kering.
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan kedalam wadah kemudian
ditutupkedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah
cemaran. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada
suhu 150 selama1 jam. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, waktu 1
jam dihitung setelah seluruh isi tiap wadah mencapai suhu 150 o. wadah yang
tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut tenik aseptic.
c. Teknik Aseptik.
Proses aseptik adalah cara pengurusan bahan steril menggunakan teknik
yangdapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran kuman hingga
seminimum mungkin. Teknik aseptic dimaksudkan untuk digunakan dalam
pembuatan injeksi yangtidak dapat dilakukan proses sterilisasi akhir, karena
ketidak mantapan zatnya .
Teknik ini tidak mudah diselenggarakan dan tidak ada kepastian bahwa
hasil akhir sesungguhnya steril. Sterilitas hasil akhir hanya dapat disimpulkan,
jika hasil itutelah memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada Uji keamanan
hayati. Teknikaseptic menjadi hal yang penting sekali diperhatikan pada waktu
4
melaukan sterilisasi menggunakan cara sterilisasi C dan D sewaktu memindahkan
atau memasukan bahan steril ke dalam wadah akhir steril. Dalam hal tertentu
untuk meyakinkan terjadi cemaran atau tidak sewaktu memindahkan atau
memasukkan cairan steril kedalam wadah steril menggunakan cara ini. Perlu diuji
dengan cara berikut : kedalam salah satu wadah masukan medium biakan bakteri
sebagai ganti cairan steril. Tutup wadah dan eramkan pada suhu 32 o selama 7 hari.
Jika terjadi pertumbuhan kuman, menunjukan adanya cemaran yang terjadi pada
waktu memasukan atau memindahkan cairan kedalam wadah akhir. Dalam
pembuatan larutan steril menggunakan proses ini, obat steril dilarutan atau
didispersikan dalam zat pembaea steril, diwadahkan dalam wadah steril, akhirnya
ditutup kedapuntuk melindungi terhadap cemaran uman. Semua alat yang
digunakan harus steril. Ruangan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan ini
harus disterilkan terpisah dan tekanan udaranya diatur positif dengan memasukan
udara yang telah dialirkan melalui penyaring bakteri.
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh
untuktujuan terapeutik atau diagnostik. Mereka dapat berlangsung dalam aliran
darah tetapi juga dalam jaringan dan dalam organ. Suatu kerja optimal dan
tersatukan dari larutanobat yang diberikan secara parenteral kemudian hanya
diberikan jika persyaratan berikut terpenuhi :
1. Penyesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan nyata-
nyataterdapat, tidak ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui
perusakansecara kimia dari obat dan sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan suatu
pengambilan steril, melainkan juga menolak antaraksi antara beban obat
danmateri dinding.
3. Tersatukan tanpa reaksi. Untuk itu yang bertanggung jawab terutama
bebaskuman, bebas pirogen, bahan pelarut yang netral secara fisiologis,
isotoni,isohidri, bebas bahan terapung (Voight, 1994).
2.1.2 Infus
Sediaan Injeksi Volume Besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi
akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih
5
dan ditujukan untuk manusia. Parenteral volume besar meliputi infus intravena,
larutan irigasi, larutan dialisis peritonal & blood collecting units with
antikoagulant (ArioDewangga dan Vicky Sumarki Budipramana, 2011).
Infus merupakan sediaan steril, berupa larutan atau emulsi dengan air
sebagai fase kontinu; biasanya dibuat isotonis dengan darah. Prinsipnya infus
dimaksudkan untuk pemberian dalam volume yang besar. Infus tidak mengandung
tambahan berupa pengawet antimikroba. Larutan untuk infus, diperiksa secara
visible pada kondisi yang sesuai, adalah jernih dan praktis bebas partikel-partikel.
Emulsi pada infus tidak menujukkan adanya pemisahan fase (Perdana dan Iman,
2016).
2.1.3 Keuntungan Dan Kerugian Infus
Keuntungan pemberian secara intravena (Ansel,1989) :
1. Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada
keadaan gawat.
2. Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama
dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan
melalui oral.
3. Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.
Kerugian pemberian secara intravena (Ansel,1989) :
1. Pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.
2. Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.
3. Lebih mahal dari pada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih ketatnya
persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis bebas
partikel).
Ringeris Lactatis adalah larutan steril dari kalsium klorida, Kalium klorida,
natrium klorida dan natrium Lactat dalam air untuk injeksi. Tiap 100 ml
mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari 315,0 mg natrium
(sebagai NaCl dan C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1 mg dan tidak lebih dari 17,3
mg Kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0 mg dan tidak lebih dari 33,0
mg KCl), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca,
setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg dan tidak lebih dari 2,0 mg CaCl 2.2H2O),
6
dan tidak kurang dari 231,0 mg dan tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C 3H5O3,
setara dengan tidak kurang dari 290,0 mg dan tidak lebih dari 330,0 mg
C3H5NaO3). Injeksi Ringer Laktat tidak boleh mengandung bahan antimikroba
(Perdana dan Iman, 2016).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Natrium Laktat (Rowe, 2009)
Rumus Molekul : CH3CHOHCOONa
Bobot Molekul : 112,06 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Tidak berwarna, bening, tidak berbau, atau sedikit


berbau dengan bau garam yang khas, higroskopis
Kelarutan : Larut dalam methanol 95%, dan dalam air
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan kering
Khasiat Dan kegunaan : Buffering agent dan Isotonis agent
2.2.2 Natrium Klorida (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : Natrium Chloridum
Nama Lain : Natrium klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 32.04 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk


hablur putih; rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut
dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar
larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik
7
Khasiat dan Kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
2.2.3 KCl (Kalium klorida) (Dirjen POM, 1979: 329)
Nama resmi : Kalii chloridum
Nama lain : Kalium klorida
RM/BM : KCl/74,35
Rumus Struktur :

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air, sangat mudah larut


dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam
etanol mutlak P dan dalam eter P.
Pemeriaan : Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma,
tidak berwarna, serbuk butir putih, tidak berbau,
rasa asin, mantap di udara.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Sumber ion kalium
Kegunaan : Pengisotonis
2.2.4 CaCL2 (Dirjen POM, 1979: 120)
Nama Resmi : CALCII CHLORIDUM
Nama Lain : Kalsium Klorida
Rumus Molekul : CaCl2
Berat Molekul : 219,08
Rumus struktur :

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup


Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
pahit, meleleh

8
Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian luar, mudah larut dalam
etanol (195 )P
Khasiat dan Kegunaan : Untuk mengobati hipokalsemia

9
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
Water For Injection (Rowe, 2009; Dirjen POM, 1995)
Alasan Penambahan : - Menurut Natsir (2013: 86-87), air merupakan pelarut dan
pembawa yang paling banyak digunakan pada
pembuatan obat suntik
- Menurut Sweetman (2009: 2414), air untuk menginjeksi
adalah air untuk injeksi dimurnikan dengan destilasi atau
proses pemurnian yang setara
RM/BM : H2O/ 18, 02
Rumus Struktur :
H –O - H
Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
(Dirjen POM, 1995)
Kelarutan : Dapat bercampur dengan polar dan elektrolit (Dirjen POM,
1979)
Stabilitas : Stabil pada suhu 1000C, harus disimpan dalam wadah yang
sesuai, stabil pada pH 7, dapat stabil dalam semua keadaan
fisika (es, cair, padat), dan stabil pada saat bebas dari
karbon dioksida. (Rowe, 2009; Dirjen POM, 1979)
Inkompatibilitas : Kompatibel dengan zat aktif dan semua bahan tambahan,
dapat bereaksi dengan logam, alkali, garam anhidrat,
kalsium karbida (Rowe, 2009)
Bentuk zat : Cairan jernih, dan air suling yang disuling kembali (Dirjen
POM, 1979)
Cara sterilisasi : Dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15
menit
Wadah : Disimpan dalam wadah yang sesuai

10
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
Setiap 500 ml ringer laktat mengandung:
Natrium Laktat 1,55 gr (Zat aktif)
Natrium Klorida 3 gr (Zat aktif)
Kalium Klorida 0,1 gr (Zat aktif)
Kalsium Klorida 0,15 gr (Zat aktif)
W.F.I ad 500 ml (Pembawa)
4.2 Perhitungan
4.2.1 Tonisitas
Nama Bahan Sifat Elektrolit Berat Molekul g/mol
C3H5NaO3 Elektrolit kuat 112,06
Nacl Elektrolit kuat 58,44
Kcl Elektrolit kuat 74,5
CaCl2 Elektrolit kuat 147,02

Zat E Massa (gram) Tonisitas (m x


E)
C3H5NaO3 0,52 1,55 0,81
Nacl 1 3 3
Kcl 0,76 0,1 0,076
CaCl2 0,53 0,15 0,079
Total 3,97
0,9
Jumlah nilai Nacl agar isotonis dalam sediaan 500 ml = x 500
100
= 4,5 gr
Nacl yang ditambahkan agar isotonis = 4,5- 3,97
= 0,53 gr
= 590 mg

11
Kesimpulannya, karena hipotonis membutuhkan penigosoton berupa Nacl
sebanyak 590 Mg
4.2.2 Osmolaritas
1. C3H5NaO3 dalam 500 ml = 1,55 gr
BM = 112,06 g/mol
Jumlah ion Nacl = Na++ C3H5O3- = 2
g/L
mOsmole/ L = x 1000 x jumlah ion
BM
155/0 , 5
= x 1000 x 2
112 , 06
= 55,32 mOsmole/L
Na+ = ½ x 55,32 = 27,66 mOsmole/L
C3H5O3- = ½ x 55,32 = 27,66 mOsmole/L
2. Nacl dalam 500 ml = 3 gr
BM = 58,44 g/mol
Jumlah ion Nacl = Na++ Cl- = 2
g/L
mOsmole/ L = x 1000 x jumlah ion
BM
3 /65
= x 1000 x 2
58 , 44
= 205,33 mOsmole/L
Na+ = ½ x 205,33 = 102,66 mOsmole/L
Cl- = ½ x 205,33 = 102,66 mOsmole/L
3. Kcl dalam 500 ml = 0,1 gr
BM = 74,5 g/mol
Jumlah ion Kcl = K++ Cl- = 2
g/L
mOsmole/ L = x 1000 x jumlah ion
BM
0 ,1 /0 ,5
= x 1000 x 2
74 , 5
= 5,36 mOsmole/L
K+ = ½ x 5,36 = 2,68 mOsmole/L
Cl- = ½ x 5,36 = 2,68 mOsmole/L
12
4. CaCl2 dalam 500 ml = 0,15 gr
BM = 147,02 g/mol
Jumlah ion CaCl2 = Ca2++ Cl- = 3
g/L
mOsmole/ L = x 1000 x jumlah ion
BM
0 ,15 /0 ,5
= x 1000 x 2
147 , 02
= 6,12 mOsmole/L
Ca2+ = 2/3 x 6,12 = 4,08 mOsmole/L
Cl- = 1/3x 5,36 = 2,04 mOsmole/L
5. Na+ = 27,66 + 102,66 = 130,32 mOsmole/L
C3H5O3- = 27,66 mOsmole/L
Cl- = 102, 66 + 2,68+ 2,04 = 107,38 mOsmole/L
K+ = 2,68 mOsmole/L
Ca2+ = 4,08 mOsmole/L
Total = 130,32 + 27,66 + 107,38 + 2,68 + 4,08
= 272, 12 mOsmol/L (Isotonis)
4.2.3 Perhitungan Bahan
0 ,31
1. C3H5NaO3 = x 500 ml
100
= 1,55 gr
0,6
2. Nacl = x 500 ml
100
= 3gr
0 , 02
3. Kcl = x 500 ml
100
= 0,1 gr
0 , 05
4. CaCl2 = x 500 ml
100
= 0,15 gr
5. W. F. I = 500 – (1,55 + 0,1 + 3 + 0,15)
= 500- 4,8
= 495,2 ml
13
6. Volume dilebihkan 2% = 495,2 + (495,2 + 2/100)
= 495,2 + 9, 904
= 505, 104
= 505 ml
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUASI
5.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 23 Oktober 2019, pada
pukul 14.00-17.00 WITA, di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
5.2 Sterilisasi
5.2.1 Alat
No Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
Dibungkus dengan kertas/ aluminium
Batang
1. 5 foil sebelum dimasukkan kedalam oven
Pengaduk
pada suhu 1600C selama 4 jam
Diset autoklaf pada suhu 1200C selama
Cawan
2. 5 15 menit dimasukkan cawan porselin ke
Porselin
keranjang autoklaf
Diset autoklaf pada suhu 1200C selama
3. Corong 5 15 menit dimasukkan ke keranjang
autoklaf
Dibungkus dengan kertas/ aluminium
4. Erlenmeyer 5 foil, pada suhu 1600C selama 4 jam dan
dimasukkan ke dalam oven
Diset autoklaf pada suhu 1200C selama
5. Gelas Kimia 5 15 menit dimasukkan ke keranjang
autoklaf
Dibungkus dengan kertas/ aluminium
6. Gelas Ukur 5 foil, pada suhu 1600C selama 4 jam dan
dimasukkan ke dalam oven
14
Diset autoklaf pada suhu 1200C selama
7. Kaca Arloji 5 15 menit dimasukkan ke keranjang
autoklaf
Disterilkan dengan cara aseptis.
8. Karet Pipet 5
Direndam selama 8 jam
Diset autoklaf pada suhu 1200C selama
9 Kertas Saring 5 15 menit dimasukkan ke keranjang
autoklaf
Dibungkus dengan kertas/ aluminium
10
Pinset 5 foil, pada suhu 1600C selama 4 jam dan
.
dimasukkan ke dalam oven
Diset autoklaf pada suhu 1200C selama
11
Pipet Tetes 5 15 menit dimasukkan ke keranjang
.
autoklaf
Dibungkus dengan kertas/ aluminium
12
Spatula 5 foil, pada suhu 1600C selama 4 jam dan
.
dimasukkan ke dalam oven
5.2.2 Bahan
No Nama Bahan Jumlah Cara Sterilisasi
Na-laktat disterilisasi dengan
1. Na-Laktat 1,55 gr menggunakan autoklaf pada suhu 1210C
selama 15 menit
NaCI disterilisasi dengan menggunakan
2. NaCI 3 gr autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
KCI disterilisasi dengan menggunakan
3. KCI 0,1 gr autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
CaCl2 disterilisasi dengan menggunakan
4. CaCl2 0,15 gr autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
15
Dengan sterilisasi akhir menggunakan
Water For
5. 500 ml autoklaf pada suhu 1210C selama 15
Injection
menit
5.2.3 Wadah
No Nama Wadah Jumlah Cara Sterilisasi
Disterilkan dengan cara aseptis.
1. Botol Infus 1
Direndam selama 8 jam
5.3 Prosedur Kerja
Ruangan Prosedur Kerja
1. Disterilisasi botol infus dengan
2. Disterilisasi semua alat dengan cara masing-
Grey Area masing
(Ruang sterilisasi) 3. Dimasukkan semua alat yang telah
disterilisasi ke dalam white area
menggunakan transfer box
1. Diukur water for injection sebanyak 500 ml
2. Ditimbang Na-laktat sebanyak 0,31 gr diatas
kaca arloji steril
3. Ditimbang Nacl sebanyak 0,6 gr diatas kaca
Grey Area
arloji
(Ruang penimbangan)
4. Ditimbang Kcl sebanyak 0,03 gr diatas kaca
arloji
5. Ditimbang CaCl2 sebanyak 0,02 gr diatas kaca
arloji
White Area 1. Dimasukkan zat aktif ke dalam gelas kimia
(Ruang pencampuran) yang telah dikalibrasi, kemudian dilarutkan
dengan air pro injeksi.
2. Dilarutkan Nacl dan CaCl2 dengan water for
injection dalam gelas kimia
3. Dimasukkan Kcl dan Na-laktat didalam
larutan tadi kemudian dicampurkan hingga
16
homogen
4. Dilakukan pengecekan pH
5. Di ad dengan water for injection sampai 500
ml
6. Disaring larutan dengan menggunakan kertas
saring
7. Ditransfer kembali ke LAF
1. Dimasukkan larutan sebanyak 500 ml ke
White Area
dalam botol infus yang telah disterililkan
(LAF)
2. Ditransfer ke grey area melalui pass box
Grey Area 1. Diberi etiket dan dikemas
(Evaluasi) 2. Dilakukan evaluasi sediaan
5.4 Evaluasi
No. Jenis evaluasi Prinsip Syarat Hasil
Uji penetapan Menggunakan pH
1. pH 4-10 5
pH indikator
Partikel pengotor
cairan dihitung
dengan sistem
elektonik Bebas partikel
Terdapat
2. Uji partikulat dilengkapi sensor asing/serat
partikel
cahaya redup atau halus
dilihat dengan
latar belakang
hitam
3. Uji penetapan Dua wadah Kejernihannya Tidak terlalu
kejernihan reaksi zat uji sama dengan jernih
dibandingkan aturan pelarut
setelah 5 menit yang
dilihat digunakan
menggunakan
17
latar belakang
hitam berdiskusi
tegak lurus
Wadah diletakkan Tidak ada Tidak ada
Uji
4. dengan posisi larutan yang larutan yang
kebocoran
terbalik keluar keluar
Menggunakan
metode Media harus Terdapat zat
5. Uji sterilitas
penyaringan dan tetap jernih pengotor
metode inokulasi

18
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, akan dibuat sediaan parenteral volume besar,yaitu
infus Ringer Laktat (RL). Infus RL mengandung berbagai macam elektrolit,
sehingga digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh
secara fisiologis. Infus Ringer adalah larutan steril yang mengandung Natrium
klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik yang
diberikan melalui pembuatan sediaan infus RL intravena tetes demi tetes dengan
bantuan peralatan yang cocok (Lachman, et al, 1994).
Larutan ringer laktat biasanya sering digunakan untuk mengisi cairan yang
hilang setelah kehilangan darah akibat trauma, operasi, atau cedera kebakaran. Hal
yang pertama dilakukan dalam membuat sediaan ini adalah mengecek apakah
larutan ini isotonis atau tidak. Pada pemberian intravenus dalam volume kecil,
isotonis bukanlah suatu syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh
jauh lebih besar dibandingkan jumlah cairan yang dimasukkan sehingga terjadi
pengenceran yang cepat, tetapi tidak demikian jika larutan intravenus volume
besar yang diberikan tidak isotonis. Jika larutan hipertonis (tekanan osmotiknya
lebih besar daripada darah) maka dapat terjadi plasmolisis yaitu hilangnya air dari
sel darah sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis (tekanan
osmotik lebih kecil daripada darah) maka dapat terjadi hemolisis yaitu eritrosit
akan pecah (Lilley & Aucker, 1999).
Pada sediaan Infus, tidak perlu pengawet karena volume sediaan
besar. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar
sehingga dapat memberikan efek toksik yang mungkin disebabkan oleh
pengawet itu sendiri. Sediaan infus diberikan secara intravena untuk segera dapat
memberikan efek. Pelarut yang digunakan adalah Air Pro Injection (API) bebas
pirogen. Sediaan infus yang kami buat sebanyak 500 ml (Handerson, 1992).
Langkah pertama alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian,
bahan-bahan seperti Natrium Laktat, NaCl, KCl, CaCl2 dan Aqua pro injeksi,
ditimbang sesuai yang dibutuhkan yaitu Natrium laktat 0,3% NaCl 0,6%, KCl
0,02%, CaCl2 0,03% Aqua pro injeksi 500 ml. Setelah itu, dilarutkan masing-
19
masing bahan dengan air pro injeksi di dalam gelas kimia, kemudian dicampurkan
hingga homogen dan dilakukan pengecekan Ph. Larutan tersebut ditambahkan air
pro injeksi sedikit demi sedikit hingga mencapai 500 ml sambil diaduk.
NaCl dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena kekurangan
ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan
0,9% larutan NaCl,dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan cairan tubuh (HOPE 2nd edition,1994).
Kalium klorida (KCl),kalium merupakan kation (positif) yang terpenting
dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-
basa serta isotonis sel. Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi,
berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler.
Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas
dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut
dalam air (HOPE 2nd edition,1994).
Larutan dimasukkan ke dalam botol infuse 500ml dan diberi kemasan.
Penandaan obat sediaan infus ringer yang digunakan adalah label obat keras,
karena pada umumnya pemberian sediaan infus perlu dilakukan oleh tenaga ahli
medis dan harus dengan resep dokter untuk menghindari penyalahgunaan sediaan.
Pada etiket,selain dituliskan lambang obat keras, juga dicantumkan jumlah isi atau
volume sediaan. Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga
sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket, hal ini dilakukan untuk mempermudah
pemeriksaan isi secara visual (Lachman, et al, 1994).
Hasil yang didapatkan adalah larutan irigasi berwarna putih bening tetapi
tidak terlalu jernih karena ketika diuji kejernihannya,di dalam larutan masih ada
beberapa partikel yang tidak larut dengan baik. Tujuan dilakukan uji kejernihan
ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari larutan infus yang dibuat. Kejernihan
adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian
subjektif dari pengamat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan (kecuali suspensi
dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih (Lachman,et
al, 1994).
20
Larutan tersebut diuji penetapan Ph dan memiliki Ph yaitu 5. Uji pH ini
bertujuan untuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan irigasi yang dibuat.
Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat dan keamanan dalam penggunaan
Selain uji penetapan Ph, dilakukan uji kebocoran dimana larutan tersebut diuji
apakah ada tetesan yang mengalir. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada
kebocoran. Setelah diuji kebocoran, larutan tersebut diuji sterilitas dan didapatkan
zat pengotor didalam larutan tersebut (Ansel, 2005).

21
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan, Infus Ringer Laktat
adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida
dalam air untuk obat suntik yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes
dengan bantuan peralatan yang cocok. Sediaan infus ringer yang dibuat
bersifat isotonis. Pada sediaan Infus, tidak perlu pengawet karena volume
sediaan besar. Infus harus bebas pirogen karena pirogen menyebabkan
kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan
darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Untuk menghilangkan pirogen
larutan dilakukan dengan penambahan 0,1% karbon aktif dihitung terhadap
volume total larutan. Sterilisasi yang dilakukan untuk larutan Ringer laktat
adalah termasuk sterilisai akhir.
7.2 Saran
7.2.1 Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitisnya berupa alat-alat dan bahan-
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
7.2.2 Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang emulsi. Asisten dan
praktikan diharapkan tidak ada missed communication selama proses praktikum
agar hubungan asisten dan praktikan diharapkan selalu
7.2.3 Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan praktikum
lebih baik lagi dan tidak membuatkan kesalahan pada saat praktikum. Selain itu,
berhati-hatilah dalam mencampur sediaan dan juga didalam praktikum keseriusan
diutamakan.

22

Anda mungkin juga menyukai