Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PRAKTIKUM SEDIAAN STERIL

FORMULASI INFUS RINGER LAKTAT

DI SUSUN OLEH :
1 Abdul hamid
2 Baiq riska rasita
3 Devi naya ade kuntari
4 Erni kusmawati
5 Gita nisa aulia
6 Iin putriani
7 Nindya regina praditha
8 Nola ayuningtyas
9 Risman fatihin
10 Siswatul aini
11 Siti tasmiatul azmi
12 Rani handriantik

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM


2016/2016
1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga
teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi mengalami dinamika yang begitu
cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana membuat suatu
sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar, Infus, Tetes Mata dan Salep Mata) yang
steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non patogen, vegetatif atau non vegetatif
(tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan
proses sterilisasi yang berarti proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar
diperoleh kondisi steril. Tentunya di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena
teknologi steril berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan atau
membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor basah, kalor
kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian sediaan steril
tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah
teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi, suspensi dan semi solid
yang steril (bebas dari pirogen).
Infus adalah salah satu bentuk sediaan obat dalam dunia farmasi yang mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan sediaan obat lainnya. Infus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit. Selain itu infus
dapat digunakan untuk keadaan pengobatan darurat, untuk pasien yang muntah muntah atau
tidak sadarkan diri, dan tidak bisa menyebabkan iritasi di dalam lambung dibandingkan dengan
sediaan tablet, infus juga merupakan sediaan dalam farmasi yang wajib bebas dari pirogen dan
harus steril dalam pembuatannya. Sehingga efek obat dapat langsung bekerja karena langsung
berhubungan dengan darah.
Sehubungan dengan Teori tersebut diatas dan penerapan dari teori yang sudah didapat.
Kami melakukan praktikum teknologi steril dalam hal ini membuat sediaan injeksi dengan
harapan semoga dalam kegiatan praktikum ini, kami dapat menambah wawasan, melaksanakan
desain dan rancangan serta pembuatan sediaan steril untuk dalam upaya meningkatkan
pengetahuan ilmu farmasi.

I.2 Tujuan

Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi untuk


sediaan.

Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan injeksi infuse.

Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat alat untuk pelaksanaan


praktikum.

Mahasiswa mampu menyusun Makalah pembuatan sediaan steril untuk sediaan infus
Ringer Laktat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1 SEDIAAN STERIL
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau
bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan terapetis dalam
bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan
sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan
tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologiSediaan steril secara umum adalah : sediaan
farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme Sterilitas khusus
ini disebabkan :Metode, tempat atau saluran pemberiannyaYang termasuk dalam sediaan steril
antara lain sediaan parenteral volum besar, sediaan parenteral volum kecil (injeksi), sediaan
mata (tetes/salep mata).
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) kedalam tubuh untuk tujuan terapetik
atau diagnostic. Injeksi dapat dilakukan langsung kedalam aliran darah,kedalam jaringan dan
organ. Jika hanya sejumlah relative kecil larutan dimasukkan kedalam organismus(misalnya
1,2,5 sampai 20mL) dikatakan sebagai injeksi

(injection = memasukkan kedalam

injectabilia).sebaliknya jika digunakan sejumlah besar larutan (misalnya1 atau beberapa liter) ,
dikatalkan sebagai infuse(infusion = penuangan kedalam infundibilia). Bentuk-bentuk tadi
dinyatakan sebagai pemasukan parenteral obat( par enteron = diluar usus) kebalikannya dari
penerapan enteral yang berlangsung melalui saluran lambung-usus.
Syarat-syarat obat suntik :
1. Aman
2.
Harus jernih
3. Tidak berwarna
4.
Sedapat mungkin isohidris
4

5.
6.
7.

Sedapat mungkin isotonis


Harus steril
Bebas pirogen
Untuk injeksi berair umunya digunakan air sebagai zat pembawa. Dapat pula digunakan

sebagai zat pembawa injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrii Klorida majemuk, Injeksi Glukosa,
campuran gliserol dan etanol. Zat pembawa berair harus bebas pirogen.
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat
dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang
cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung
dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera ditampung.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama
10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera
digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara
sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anonim, 2006).
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum
digunakan,menunjukkan pemebrian leawat suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan
dengan di suntikkan. Kata ini berasal dari kata Yunani, para dan enteron berrati diluar usus halus
dan merupakan rute pemberian lain dari rute oral. Pirogen adalah senyawa organic yang
menimbulkan demam,berasal dari pengotoran mikroba dan merukan penyebab banyak reaksireaksi febril yang timbul pada penderita yang menerima suntikan intravena..
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARANTERAL
a

Keuntungan
Obat lebih cepat
untuk obat inaktif jika diberikan oral
Obat yang mengiritasi bila diberikasn secara oral
Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan

obat diberikan secar oral.


Dapat digunakan secara depo terapi
Kemurniaan dan takaran zat berkhasiat lebih terjamin.
b Kerugian
Tidak praktis

Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukaar dilakukan

pencegah
Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan sediaan per oral
Risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung

dighilangkan
Cara pemberian lebih sukar, butuh personil khusus, misal di rumah
sakit oleh dokter atau perawat.

INDIKASI UMUM
Berdasarkan penggunaan
a

Injeksi
Suatu larutan obat dalam pembawa yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan yang
dimaksudkan untuk penggunaan parenteral
Cairan Infus
Merupakan injeksi khusus karena cara pemberiannya dan volumenya besar Berguna
untuk :
1 Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa
2 Perbaikan keseimbangan elektrolit, contoh : infus ringer

mengandung ion Na+,

K+,Ca2+ dan Cl3 Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus dekstrosa dan NaCl
4 Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan fungsi ginjal : injeksi mannitol
Radiopharmaceutical
Suatu injeksi yang mengandung bahan radioaktif. Berfungsi untuk diagnosis dan
pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan penggunaannya berbeda dengan bahan

obat biasa (non radioaktif)


Zat Padat Kering Atau Larutan Pekat
Bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/lrt disimpan dalam bentuk zat padat kering
yang dilarutkan pada waktu akan digunakan. _ Jika bahan padat kering tidak mengandung
dapar, pengencer atau zat tambahan lain, dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai,
memberikan larutan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik. Sediaan
diberi label obat steril.Contoh : Ampicillin Sodium Steril,Jika bahan padat kering
mengandung satu atau lebih, dapar, pengencer atau zat tambahan lain, sediaan diberi label

obat suntik/injeksi. Contoh : Amphotericin B Injeksi


Larutan Irigasi

Persyaratan seperti larutan parenteral Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup
dapat berputartuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh
Diberi label sama seperti injeksi.
Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi, Ringers untuk irigasi, Steril water untuk irigasi

Label/etiket : bukan untuk obat suntik


Larutan Dialisis
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis yang secara normal disekresikan oleh
ginjal. Pada kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien yang menunggu
transplantasi ginjal, dialysis adalah prosedur darurat untuk menyelamatkan hidup. Dialisis
adalah proses, dimana senyawa-senyawa dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam
larutan berdasarkan perbedaan kemampuan berdifusi lewat membran. Larutan yang
tersedia di perdagangan mengandung dekstrosa sebagai sumber utama kalori, vitamin,

mineral, elektrolit, dan asam amino/peptida sebagai sumber nitrogen.


Bahan Diagnostik
Diagnostik merupakan salah satu metode pemeriksaan dalam ilmu pengobatan
pencegahan (preventive medicine) penyakit infeksi, didasarkan atas reaksi antara suatu
antibodi dengan antigen yang bersangkutan. Untuk ini digunakan suntikan intrakutan diatas
kulit (imunity skin test) dengan suatu antigen dengan kadar serendah2nya yang masih
memungkinkan adanya reaksi.
Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan diatas kulit, menunjukkan bahwa tubuh
sudah mengandung antibodi tertentu. _ Hasil negatip, berarti tubuh tidak memiliki antibodi
tsb, dlm keadaan ini orang harus diberi vaksin untuk mengebalkan tubuh secara aktif.
Contoh : Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan volume darah

Allergi Ekstrak (Ekstrak allergen)


Merupakan larutan pekat alergen steril untuk maksud diagnosis atau pengobatan reaksi
alergi.
Larutan, suspensi dan salep untuk mata
Obat-obatan dalam larutan atau suspensi yang diberikan dengan meneteskan ke dalam
mata termasuk sediaan steril, meskipun batasan steril biasanya tidak dimasukkan dalam
pada namanya, seperti : Sulfacetamide larutan mata atau Hydrocortison Acetat Suspensi

mata.
Pelet steril atau implantasi subkutan
7

Pelet atau implan steril merupakan tablet berbentuk silindris, kecil, padat dengan
diameter lebih kurang 3,2 mm dan panjang 8 mm, dibuat dengan mengempa dan dimaksud
untuk ditanam subkutan (paha atau perut) untuk tujuan menghasilkan pelepasan obat terus
menerus selama jangka waktu panjang.3-5 bln. Obat antihamil dlm bentuk inplan dapat
bekerja sampai 3 thn. (Implanon mengandung etonogestrel 68 mg/susuk KB).
Menggunakan penyuntikan khusus (trocar)/dengan sayatan digunakan untuk hormon yang
kuat sampai 100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral). Pelet tidak boleh mengandung
bahan pengikat, pengencer atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan seluruhnya
melarut dari absorbsi pelet di tempat penanaman.
Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10 dan 25 mg estrogen estradiol (dosis
k

lazim oral dan parenteral 250 mcg).


Antikoagulan
Larutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh syarat seperti injeksi dan bebas

pirogen.Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril, ACDP, Heparin, ACD


Sediaan vaksin
Merupakan produk biologi (pembantu diagnostik) untuk tujuan mencegah penyakit dan
pengobatan

RUTE PENGGUNAAN
a

Intravena
larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan
hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi
intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat
menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh
mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

Pemberian Subkutis (Subkutan)


Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat
digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin
atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM
8

membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya
samapi sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm).Cara formulasinya harus hati-hati untuk
meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis.
FN (1978) mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor
seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat),Cara pemberian subkutis lebih
lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara
intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk
pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis,
dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus
hati-hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1
liter.
c

Pemberian Intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya
terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut otot
yang letaknya dibawah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian
atas. Volume injeksi 1 sampai 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTMvolume injeksi
tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1
inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila
ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak menyuntik).
Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan
intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau
suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek depot (lepas
lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk,
konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume injeksi,
tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan,
karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran
partikel kurang
Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya
efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV.
Syarat pemberian obat secara IM :
9

Dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih
cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak.Dilakukan dengan cara

memasukkan ke dalam otot rangka


Tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan

pembuluh-pembuluh darah utama.


Pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah
seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit dan

komponen utama adalah lemak, Bukan otot


Tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari

syaraf radial.
Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila
disuntikkan di daerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.

Beberapa contoh Injeksi:

Injeksi Antibiotik untuk Meningitis


Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan bakteri atau
virus.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus
influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus
coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik.

Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam


Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering
yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat sebelum
digunakan. Suspensi kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granukasi.
Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna
memperbaiki sifat alir serbuk.

Injeksi Oxytocin (Intramuskular)


Oksitosin (k's-t'sn) (bahasa Yunani: "kelahiran cepat") adalah hormon pada
manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding
rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran.

Injeksi Vitamin C

10

Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu
seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut
harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk
sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh
sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemberian
secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM
memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama
dari yang dihasilkan
d

Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini
berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan
kemurniaannya yang sangat tinggi, karena daerah ini ada barier (sawar) darah sehingga
daerahnya tertutup.

Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi.
Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal.

2 SYARAT STERIL
Fisik : kejernihan, partikel, suspense
Biologi : steril, pirogen
1

Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh
penilaian subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui
kejernihan dari sediaan yang dibuat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi
dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih

Partikel
Sediaan steril harus bebas dari partikel melayang karena dapat menyebabkan kontaminasi
dan membawa mikroorganisme.
Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari
larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah.
Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital
11

tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada
sumber cahaya. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel
dalam sediaan. Dari hasil uji ini mensyaratkan bahwa tidak terdapat partikel asing dalam sediaan.
Pada waktu pembuatan sediaan steril kemungkinan jika masih terdapat partikel asing bisa terjadi
karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan
3

Tipe suspense
Untuk sediaan steril tipe suspense harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk
suspensi steril
Suspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Suspensi steril berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar.
Sehingga akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonis

Persyaratan fisik lainnya :


Stabil.
Ialah sediaan tidak mengalami degradasi fisika (ataupun kimia). Misal jika bentuk sediaan
larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan suspensi). Sifat stabil ini
berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari:
a.terjadi perubahan warna
Contoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan menjadi merah
karena terbentuk adenokrom.
b.terjadi pengendapan
Contoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO 2, karena jika tidak bebas CO2 maka
akan terbentuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga akan mengendap.
Akibatnya dosis menjadi berkurang.
4

Tonisitas
12

Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan (zat padat
yang terlarut di dalamnya)Suatu larutan dapat bersifat isotonis, hipotonis, atau hipertonis

NaCl 0,9 % sebagai larutan pengisotoni

Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis, beberapa boleh

hipertonis

3 BAHAN-BAHAN ATAU KOMPONEN


1

Injeksi aminofilin mengandung Teofilina, C7H8N4O2 , tidak kurang dari 73,5% dan tidak
lebih dari 88,25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Identifikasi sejumlah volume
injeksi setara dengan lebih kurang 500mg amonofilina, enecerkan dengan air secukupnya
hingga lebih kurang 20mL. tambahkan sambil terus-menerus diaduk, 1mL asam klorida
encer P atau sekupmnya hingga teofilin mengendap sempuran, saring. Cuci endepan
dengan sedikit air dingin dan keringkan pada suhu 103 0C endapan memenuhi identikasi A
dan B yang tetera pada aminophylin dan mempunyai suhu lebur lebih kurang 272 0.
Keasaman kebasaan pH 9,2 sampai 9,6. Penyimpanan wadah dosis tinggal atau atau
wadah dosis ganda, sebaiknya wadah dosis tunggal terlindung cahaya.

4 UJI SEDIAN STERIL


1

Uji Ph
Cek Ph larutan dengan menggunakan Ph meter atau kertas indikator universal.Dengan Ph
meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi Ph meter.
Pembakuan Ph meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel
dengan sedikit larutan uji. Baca harga Ph. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan

pengenceran larutan uji.


Uji kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa
wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahay yang baik, terhalang terhadap refleksi ke
dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat

dengan mata.
Uji keseragaman volume

13

Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
4

secara visual.
Uji kebocoran
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku
Uji kebocoran dengan meletakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 1% )
dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna
berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk

membersihkan zat warnanya.


Uji sterilitas
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 200 250C Kekeruhan /
pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril ).

3.1 DEFINISI INFUS


Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan
elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah
yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%;
Berta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemeostasis (keseimbangan
cairan tubuh) maka tubuh hares segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan
keseimbangan air dan elektrolit.
14

3.2

PENGGOLONGAN

SEDIAAN

INFUS

BERDASARKAN

KOMPOSISI

DANKEGUNAANNYA
3.2.1 Infus Elektrolit
1

Cairan Fisiologis Tubuh Manusia


Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intra seluler (di dalam
sel) 40% yang mengandung ion-ion K +, Mg ++ , sulfas, fosfat, protein, Berta senyawa
organik asam fosfat seperti ATP, heksosa monofosfat, dan lain-lain. Air pun
mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20% yang kurang lebih mengandung 3
liter air dan terbagi atas cairan interstisial (di antara kapiler dan sel) 15% dan
plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah Berta
TABEL 4.1 jenis elektrolit dalam plasma darah
Ion
Na.
K
Ca
Mg
cl
HCO3
HPO4
SO4
Protein

Jumlah normal mV/liter


137,0 148,0
3,9-5,0
4,8-5,4
1,7-3,3
98,0-108,0
24,0-28,0
1,5-2,3
1-2,0
14,6-19,4

Fungsi Larutan Elektrolit


Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan
jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang
menyimpang, yaitu:
a

Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam
jumlah berlebih.

Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium,
kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.

Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam-basa darah mengikuti sistem dapar, yaitu:
15

Hidrogen karbonat karbonat


Hidrogen fosfat dihidrogen fosfat Serum protein
Penyebab berkurangnya elektrolit plasma adalah kecelakaan, kebakar an, operasi atau
perubahan patologis organ, gastroenteritis, demam tinggi, atau penyakit lain yang
menyebabkan output dan input tidak seimbang.
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, kekurangan H20 disebut

dehidrasi,

kekurangan HCO3 disebut asidosis metabolik, sedangkan kekurangan K+ disebut


hipokalemia.
Asidosis berbeda dengan asidemia. Asidosis berkaitan dengan proses fisiologis yang
menyebabkan penurunan pH darah, sedangkan asidemia adalah keadaan pH arteri <
7,35.
Contoh:
Infus Asering (Otsuka)
Formulanya sebagai berikut: Resep larutan dasar elekterolit
Na +

130 mEq

K+

4 mEq

Cl-

109 mEq

Ca

3 mEq

Asetat

28 mEq

Aqua p.i.

1000 ml

3.2.2

Infus Karbohidrat

Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang
cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen
otot kerangka, hipoglikemia, dan lain- Lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
Contoh:
Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
16

3.2.3Infus Elektrolit dan KarbohidratContohnya: Infus KA-EN 4


B paed (Otsuka) Formulanya sebagai berikut:
Na +

30 mEq

K+

8 mEq

Cl-

28 mEq

Laktat

10 mEq

Glukosa

37,59

Aqua p.i. 1000 ml


3.2.4Larutan Ingasi
Larutan irigasi adalah sediaan larutan Steril dalam jumlah besar (3 liter). Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tetapi digunakan di luar sistem peredaran dan umumnya
menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan sehingga
memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Kita menggunakan larutan untuk
merendam atau mencuci luka-luka sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula
mengurangi perdarahan. Kita biasa menggunakannya dalam kegiatan Laparatomy,
Arthroscopy, Hysterectomy, dan Turs (urologi).
Persyaratan larutan irigasi sebagai berikut:
1

Isotonik

Steril

Tidak diabsorpsi

Bukan larutan elektrolit

1. Tidak mengalami metabolisms


5

Cepat diekskresi

Mempunyai tekanan osmotik diuretic


Contoh:
Larutan Glycine 1,5% dalam 3 liter
Larutan asam asetat 0,25% dalam 1-3 liter
3.2.5 Larutan Dialisis Peritoneal
17

Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar
(2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi d ib i ar ka n m e ng a li r k e
d al a m r ua ng an pe r it on e a l d an u mu mn ya menggunakan tutup plastik yang
dipatahkan sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah.
Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik
yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan
atau kegagalan ginjal, penggunaan larutan dialisis peritoneal merupakan pilihan
lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorpsi dalam membran peritoneal mengikuti
peredaran darah. Selanjutnya, di dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat
toksin dari darah ke dalam cairan dialisis yang bekerja sebagai membran semipermeabel.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah:
1

Hipertonis

Steril

Dapat menarik toksin dalam ruang peritoneal Contohnya:


Larutan Dianeal 1,5% dan 2,5%, 2 liter
Formulanya sebagai berikut:
NaCl
538 mg

3.2.6

538 mg

Na laktat

448 mg

448 mg

CaCl 2

25,7 mg

25,7mg

MgCl 2

5,08mg

5,08 mg

Dektrose

1,5 g

2,5 g

Infus Plasma Expander atau Penambah Darah

Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan
untuk menggantikan plas ma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar,
operasi, clan lain-lain.
1

Whole Blood
Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil
dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan
18

aseptik yang ketat. Darah ditambah dengan ion sitrat atau heparin sebagai
antikoagulasi. Kita menyimpan darah yang dikumpulkan pada temperatur
1C-10C clan mempertahankannya tetap konstan dengan kisaran 2C.
Tanggal kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari sesudah tanggal pengambilan
bila sitrat yang digunakan sebagai antikoagulasi clan tidak lebih dari 48 jam
bila heparin yang digunakan. Kita umumnya mengemas darah dalam 1 unit
(500 ml) volume dan memberikan atau memasukkannya ke dalam
pembuluh darah. Namun, terlebih dahulu pastikan ketercampuran darah
donor dengan darah penerima.
Sebaliknya, sel-sel darah merah adalah darah lengkap manusia dengan plasma
telah dibuang. Plasma dapat dipisahkan dari sel dengan

metode

disentrifuse (diputar). Kita menyimpan sel darah pada temperatur yang


sama dengan darah lengkap manusia atau dapat membekukannya pada
temperatur -65C.
2

Human Albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang didapat dengan
melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari
96% protein harm albumin. Setiap 100 ml mengandung 25 g albumin serum
yang sebanding atau ekuivalen keosmotikannya
dengan 500 ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding dengan 100 ml plasma
manusia normal. Kita memberikan albumin serum sebagai penyokong volume
darah dengan infus melalui pembuluh darah dan umumnya dengan volume yang
ekuivalen dengan 25-75 g albumin setiap harinya. Tanggal kadaluarsanya
berkisar antara 3-10 tahun, tergantung pada keadaan penyimpanan.
Contoh:
Infus Human Albumin 20%
Formulanya sebagai berikut:
Resep Human Albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96%
Human albumin)
Human albumin
Ion Natrium

Aqua untuk injeksi

2,88 g/L
19

Ion Kalium

125 mmol/L

0,08 g/L

Ion Kalsium

max 2 mmol/L

0,08 g/L

Ion K-lorida

max 2 mmol/L

0,08 g/L

Aqua untuk injeksi

00 ml

Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah donor
manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 ml, 83-90% adalah
albumin, sedangkan sisanya alfa dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan
plasma protein dalam volume 250-500 ml, tetapi kadang-kadang sampai 1500 ml
sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya antara 3-5 tahun,
tergantung pada kondisi penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah
darah dinamakan darah lengkap manusia, sel darah merah manusia, albumin
serum manusia normal, dan fraksi protein plasma manusia. Pada pengumpulan
darah manusia dari donor-donor darah untuk digunakan pada tranfusi, kita
harus berhati-hati memperlakukan seluruh darah atau sel darah agar darah tidak
menggumpal.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakibat besar karena masih
mampu dinormalisasi oleh peredaran darah sendiri. Namun, bila cairan
tubuh atau plasma yang hilang lebih dari jumlah tersebut maka tubuh
memerlukan pengganti untuk mencegah penggumpalan Bel-Bel darah Berta
menormalkan viskositas darah yang membesar.

Larutan yang dibutuhkan adalah senyawa koloid dengan BM>30.000, inert,


cairan tidak mudah dieliminasi, dan dapat digunakan dengan atau tanpa
elektrolit.
Contoh:
Infus Plasmanate
Formulanya sebagai berikut:
Plasma Protein Fraction (Human) 5%, 100 ml USP
Plasma Protein

5g
20

Sodium carbonat

0,004 M

(Setara dengan sodium caprylate dan acetyl tryptophan)

Sodium ion

145 mEq/L

Potasium

0,25 mEq/L

Chloride

100 mEq/L

Larutan Gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa
polipeptida.

Larutan

sangat

cocok

untuk

plasma

ekspander

karena

strukturnya terdiri atas protein sehingga dengan protein plasma dapat


memberikan efek osmotik yang sama. Pada suhu kamar, gelatin dapat
mengental

sehingga

kita

perlu

menghangatkan

larutan.

Pada

proses

pemanasan, gelatin dapat terurai. Untuk memperbaiki kelarutan, kita perlu


menambahkan glioksal atau isosianat agar bentuk molekulnya bertambah
panjang dan bercabang. Setelah 24 jam dieliminasi atau diurai secara
enzimatik, gelatin hilang dari peredaran darah.

21

Formulanya sebagai berikut:


Dextran 70 in normal salin 6%
Dextran 70

6,0%

Sodium chloride

0,9%

Aqua untuk injeksi

500 mlOsmolarity =

316,5 mOsm/L
6

. Infus Protein (Asam. Amino)


Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh jika tubuh mengalami
kekurangan protein. Umumnya, larutan terdiri atas 8 asam amino penting,
yaitu L-Isoleusin, L-Leusin, L-Lisine, L-Metionin, L Fenilalanin, LTrionin, L-Triptopan, dan L-Valin. Kedelapan asam amino tersebut
penting dan harus selalu ada dalam jumlah dan perbandingan tertentu di
dalam infus. Hilangnya satu komponen dapat menyebabkan efek yang
diharapkan tidak tercapai, bahkan akan terjadi gangguan dalam pertukaran
protein tubuh. jumlah yang berlebih pun tidak ada gunanya.
Komponen lainnya adalah sorbitol sebagai penyangga energi, demikian
pula vitamin dan tambahan elektrolit. Larutan diatur pada pH sekitar 6. Harga
pH yang lebih tinggi akan mengurangi stabilitas larutan.
Untuk menghindari penguraian asam amino pada sterilisasi pangs,
umumnya dilakukan pada suhu 120C dengan tekanan uap disertai
penjenuhan gas netral. Natrium pirosulfit dalam jumlah sangat kecil mampu
mengusir oksigen pada kondisi tertentu.
Contoh:
Infus Aminofusin L (Primer

L- Isoleucine

1,55g

L-Leucine

2,20 g

22

L-Lysine
monohidrochloride

2,50 g

L-Methionone

2,109

L-Phenilalanine

2,20 g

L-Threonine

1,00 g

L-Tryptophan

0,45 g

L-Valine

1,50 g

L-Alanine

6,00 g

L-Arginine

4,00 g

L-Glutamic Acid

9,00 g

Glycine

10,00 g

L-Histidine

1,00 g

L-Proline

7,00 g

Sorbitol

50,00 g

Xylitol

50,00 g

Potasiun hydrochloride

1,68 g

Magnesium acetate

1,07 g

Sodium hydroxide

1,60 g

L- Malic acid

2,01 g

Vitamin
Aqua untuk infus

1000

UJI SEDIAN STERIL


6

Uji Ph
Cek Ph larutan dengan menggunakan Ph meter atau kertas indikator universal.Dengan Ph
meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi Ph meter.
Pembakuan Ph meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel
dengan sedikit larutan uji. Baca harga Ph. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan

pengenceran larutan uji.


Uji kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa
wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahay yang baik, terhalang terhadap refleksi ke
dalam matanya, dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan
23

dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
8

dengan mata.
Uji keseragaman volume
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
secara visual.
Uji kebocoran
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku
Uji kebocoran dengan meletakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 1% )
dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna
berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk

membersihkan zat warnanya.


10 Uji sterilitas
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 200 250C Kekeruhan /
pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril ).

BAB III
FORMULASI
1

Resep

24

R/ Natrium Laktat
NaCl
KCl
CaCl2. 2H2O
Aqua p.i ad

200

Pemerian

0,62
0,9
0,09
0,04

Natrium Laktat : Tidak berwarna, bening, tidak berbau atau sedikit berbau dengan rasa
garam yang khas, higroskopis ( Rowe 2009 )
NaCl : Hablur berbentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, rasa asin.
( Depkes RI, 1995 )
KCl : Tidak berbau, Kristal bening, atau serbuk Kristal putih, rasa garam dan
berbentuk kubus. ( Rowe, 2009 )
CaCl : Granul atau serpihan, putih, keras, tidak berbau. ( Rowe, 2009 )
Aqua pro injection : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. ( Depkes
RI, 1995 )
HCl : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang. ( Depkes RI, 1979 )
NaOH : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang
atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan
diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. ( Depkes RI, 1995 )
Carbo Adsorben : Serbuk hitam, tidak berbau dan tidak berasa.

Alat dan Bahan


Alat
- Autoclave
- Glassware
- Timbangan
Bahan
- Natrium Laktat
- NaCl
- KCl
- CaCl2. 2H2O
- Carbo Adsorben
- HCl 0.1 N , NaOH 0.1 N

Tonisitas
1 Periksa larutan terhadap
25

a
b
c
d
e

PH
Kebocoran
Partikel
Kejernihan
Keseragaman volume

3.4 Perhitungan Tonisitas


Diketahui :
E Na laktat

= 0,55

E NaCl

=1

E KCl

= 0,76

E CaCl2.2H2O = 0,51
Sediaan dibuat 200 ml
Volume sediaan = 200 ml
Na laktat
V

= 0,62 gram
= W x E x 111,1
= 0,62 x 0,55 x 111,1
= 37,88 ml

NaCl
V

= 0,9 gram
= W x E x 111,1
= 0,9 x 1 x 111,1
= 99,99 ml

KCl

= 0,09 gram
V

= W x E x 111,1
= 0,09 x 0,76 x 111,1
= 7,59 ml

CaCl2.2H2O
V

= 0,04 gram
= W x E x 111,1
26

= 0,04 x 0,51 x 111,1


= 2,26 ml

Volume total = 37,88+ 99,99 + 7,59 +2,26 = 147,72


Karena 147,72 ml < 200 ml
Maka, larutan dikatakan hipotonis.
VNaCl = 200 147,72= 52,28 ml
Larutan Hipotonis 52,28 ml
Jumlah Bahan (+ overmat 10%)
Na Laktat = 0,62 + (10% x 0,62 ) =0,682 gram
NaCl = 0,9 + (10% x 0,9) = 0,99 gram
KCl = 0,09 + (10% x 0,09) = 0,099 gram
CaCl2.2H2O = 0,04 + (10% x 0,04) = 0,044 gram
NaCl tambahan = 52,28 + (10 % x 52,28 ) = 57,5 ml
Aqua p.i. ad 220 ml
Penimbangan

Nama Bahan
Na Laktat
NaCl
KCl
CaCl2.2H2O
NaCl tambahan
Karbo adsorben

Jumlah penimbangan
0,682 gram
0,99 gram
0,099 gram
0,044 gram
57,5 ml
0,1% x 220 ml = 0,22 g

Cara Kerja Pembuatan Sediaan Dan Pengujian


a. Cara Kerja Pembuatan Sediaan
Larutan dari formula dihitung tonisitasnya terlebih dahulu, jika belim isotonis maka dihitung
NaCl yang dibutuhkan untuk membuat larutan isotonis.
Aquadest didihkan
Semua bahan dilarutkan dalam aquadest panas

27

pH larutan diperiksa apakah sudah 5-7, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N, Jika
larutan kurang basa, ditambah NaOH 0,1 N
Aquadest sisa ditambahkan

Larutan digojog dengan karbon adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit ,
diamkan dan disaring hingga jernih
Masukkan larutan dalam vial
Larutan disterilisasi dengan autoklav pada 121C selama 20 menit

Setelah dingin dilakukan uji:


pH larutan
Kebocoran
Partikel dan kejernihan
Keseragaman volume
Beri etiket

b. Cara Kerja Pengujian

pH larutan (dengan kertas pH indikator)


Buka tutup vial
Kertas pH dimasukkan dalam vial (dicelupkan)
Dibaca harga pH sesuai dengan warna yang dihasilkan, catat hasilnya

Kebocoran
Air dalam beakerglass ditambahkan metilen blue sebanyak 1 2 tetes.
Vial direndam ke dalam larutan tersebut selama 10 menit
Bagian luar vial dikeringkan dengan kain/tissue.
Diamati warna larutan dalam vial. Bila larutan menjadi biru maka vial
bocor.

Partikel dan kejernihan


28

Diambil vial.
Dilakukan pemeriksaan secara visual dibawah penerangan cahaya yang
baik dengan latar belakang putih.
Diamati apakah terdapat partikel kecil atau tidak.

Keseragaman volume
Diambil vial.
Larutan dalam vial dikeluarkan dan diukur.
Dicatat hasilnya.
Khasiat :
Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan otak,
mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan
kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik pada
pasien.

29

BAB IV
KESIMPULAN

1
2

Bentuk sediaan : larutan infus linger laktat


Bahan obat :
a Nacl
b Natrium laktat
c CaCl2
d KCl
e Karboadsorbent
f Aqua pro injeksi

Khasiat : Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan otak,


mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan
natriumnya menentukan tekanan osmotik pada pasien.

30

BAB V
DAFTAR PUTAKA
1

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.


Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Empat.


Jakarta.

Anief, Prof.Drs. Moh.Apt. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM-Press.

Ansel, C Howard. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press.

Bagian Farmakologi FKUI. 1994. Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta : UIPress.

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta : UI-Press.

Martindale. 1972. The Extra Pharmacopeia. 28th Ed. London : The Pharmaceutical Press.

Mutschler, Ernest. 1985. Dinamika Obat. Bandung : Penerbit ITB.

Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient Second Ed.
London : The Pharmaceutical Press.

10 Lukas Stefanus.2006 . Formulasi Steril,Yogyakarta :Penerbit andi yogyakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai