DI SUSUN OLEH :
1 Abdul hamid
2 Baiq riska rasita
3 Devi naya ade kuntari
4 Erni kusmawati
5 Gita nisa aulia
6 Iin putriani
7 Nindya regina praditha
8 Nola ayuningtyas
9 Risman fatihin
10 Siswatul aini
11 Siti tasmiatul azmi
12 Rani handriantik
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga
teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi mengalami dinamika yang begitu
cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana membuat suatu
sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar, Infus, Tetes Mata dan Salep Mata) yang
steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non patogen, vegetatif atau non vegetatif
(tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan
proses sterilisasi yang berarti proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar
diperoleh kondisi steril. Tentunya di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena
teknologi steril berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan atau
membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor basah, kalor
kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian sediaan steril
tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah
teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi, suspensi dan semi solid
yang steril (bebas dari pirogen).
Infus adalah salah satu bentuk sediaan obat dalam dunia farmasi yang mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan sediaan obat lainnya. Infus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90 selama 15 menit. Selain itu infus
dapat digunakan untuk keadaan pengobatan darurat, untuk pasien yang muntah muntah atau
tidak sadarkan diri, dan tidak bisa menyebabkan iritasi di dalam lambung dibandingkan dengan
sediaan tablet, infus juga merupakan sediaan dalam farmasi yang wajib bebas dari pirogen dan
harus steril dalam pembuatannya. Sehingga efek obat dapat langsung bekerja karena langsung
berhubungan dengan darah.
Sehubungan dengan Teori tersebut diatas dan penerapan dari teori yang sudah didapat.
Kami melakukan praktikum teknologi steril dalam hal ini membuat sediaan injeksi dengan
harapan semoga dalam kegiatan praktikum ini, kami dapat menambah wawasan, melaksanakan
desain dan rancangan serta pembuatan sediaan steril untuk dalam upaya meningkatkan
pengetahuan ilmu farmasi.
I.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menyusun Makalah pembuatan sediaan steril untuk sediaan infus
Ringer Laktat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 SEDIAAN STERIL
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif atau
bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan terapetis dalam
bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan
sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan
tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai
tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologiSediaan steril secara umum adalah : sediaan
farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme Sterilitas khusus
ini disebabkan :Metode, tempat atau saluran pemberiannyaYang termasuk dalam sediaan steril
antara lain sediaan parenteral volum besar, sediaan parenteral volum kecil (injeksi), sediaan
mata (tetes/salep mata).
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) kedalam tubuh untuk tujuan terapetik
atau diagnostic. Injeksi dapat dilakukan langsung kedalam aliran darah,kedalam jaringan dan
organ. Jika hanya sejumlah relative kecil larutan dimasukkan kedalam organismus(misalnya
1,2,5 sampai 20mL) dikatakan sebagai injeksi
injectabilia).sebaliknya jika digunakan sejumlah besar larutan (misalnya1 atau beberapa liter) ,
dikatalkan sebagai infuse(infusion = penuangan kedalam infundibilia). Bentuk-bentuk tadi
dinyatakan sebagai pemasukan parenteral obat( par enteron = diluar usus) kebalikannya dari
penerapan enteral yang berlangsung melalui saluran lambung-usus.
Syarat-syarat obat suntik :
1. Aman
2.
Harus jernih
3. Tidak berwarna
4.
Sedapat mungkin isohidris
4
5.
6.
7.
sebagai zat pembawa injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrii Klorida majemuk, Injeksi Glukosa,
campuran gliserol dan etanol. Zat pembawa berair harus bebas pirogen.
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat
dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang
cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung
dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera ditampung.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama
10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera
digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara
sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anonim, 2006).
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum
digunakan,menunjukkan pemebrian leawat suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan
dengan di suntikkan. Kata ini berasal dari kata Yunani, para dan enteron berrati diluar usus halus
dan merupakan rute pemberian lain dari rute oral. Pirogen adalah senyawa organic yang
menimbulkan demam,berasal dari pengotoran mikroba dan merukan penyebab banyak reaksireaksi febril yang timbul pada penderita yang menerima suntikan intravena..
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARANTERAL
a
Keuntungan
Obat lebih cepat
untuk obat inaktif jika diberikan oral
Obat yang mengiritasi bila diberikasn secara oral
Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan
pencegah
Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan sediaan per oral
Risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung
dighilangkan
Cara pemberian lebih sukar, butuh personil khusus, misal di rumah
sakit oleh dokter atau perawat.
INDIKASI UMUM
Berdasarkan penggunaan
a
Injeksi
Suatu larutan obat dalam pembawa yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan yang
dimaksudkan untuk penggunaan parenteral
Cairan Infus
Merupakan injeksi khusus karena cara pemberiannya dan volumenya besar Berguna
untuk :
1 Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa
2 Perbaikan keseimbangan elektrolit, contoh : infus ringer
K+,Ca2+ dan Cl3 Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus dekstrosa dan NaCl
4 Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan fungsi ginjal : injeksi mannitol
Radiopharmaceutical
Suatu injeksi yang mengandung bahan radioaktif. Berfungsi untuk diagnosis dan
pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan penggunaannya berbeda dengan bahan
Persyaratan seperti larutan parenteral Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup
dapat berputartuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh
Diberi label sama seperti injeksi.
Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi, Ringers untuk irigasi, Steril water untuk irigasi
mata.
Pelet steril atau implantasi subkutan
7
Pelet atau implan steril merupakan tablet berbentuk silindris, kecil, padat dengan
diameter lebih kurang 3,2 mm dan panjang 8 mm, dibuat dengan mengempa dan dimaksud
untuk ditanam subkutan (paha atau perut) untuk tujuan menghasilkan pelepasan obat terus
menerus selama jangka waktu panjang.3-5 bln. Obat antihamil dlm bentuk inplan dapat
bekerja sampai 3 thn. (Implanon mengandung etonogestrel 68 mg/susuk KB).
Menggunakan penyuntikan khusus (trocar)/dengan sayatan digunakan untuk hormon yang
kuat sampai 100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral). Pelet tidak boleh mengandung
bahan pengikat, pengencer atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan seluruhnya
melarut dari absorbsi pelet di tempat penanaman.
Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10 dan 25 mg estrogen estradiol (dosis
k
RUTE PENGGUNAAN
a
Intravena
larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan
hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi
intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat
menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh
mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.
membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya
samapi sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm).Cara formulasinya harus hati-hati untuk
meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati kondisi faal dalam hal pH dan isotonis.
FN (1978) mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor
seperti Epinefrin untuk molekulisasi obat (efek obat),Cara pemberian subkutis lebih
lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena. Namun apabila cara
intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk
pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis,
dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus
hati-hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1
liter.
c
Pemberian Intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya
terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut otot
yang letaknya dibawah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian
atas. Volume injeksi 1 sampai 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTMvolume injeksi
tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1
inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila
ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak menyuntik).
Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan
intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau
suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler memberikan efek depot (lepas
lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk,
konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume injeksi,
tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan,
karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran
partikel kurang
Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya
efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV.
Syarat pemberian obat secara IM :
9
Dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih
cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak.Dilakukan dengan cara
syaraf radial.
Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila
disuntikkan di daerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.
Injeksi Vitamin C
10
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu
seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut
harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk
sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh
sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemberian
secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM
memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama
dari yang dihasilkan
d
Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini
berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan
kemurniaannya yang sangat tinggi, karena daerah ini ada barier (sawar) darah sehingga
daerahnya tertutup.
Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi.
Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal.
2 SYARAT STERIL
Fisik : kejernihan, partikel, suspense
Biologi : steril, pirogen
1
Kejernihan
Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif, yang artinya sangat dipengaruhi oleh
penilaian subjektif dari pengamat. Tujuan dilakukan uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui
kejernihan dari sediaan yang dibuat. Syarat kejernihan yaitu sediaan larutan ( kecuali suspensi
dan emulsi) adalah tidak ada zat yang terdispersi dalam larutan jernih
Partikel
Sediaan steril harus bebas dari partikel melayang karena dapat menyebabkan kontaminasi
dan membawa mikroorganisme.
Partikel asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari
larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan, personal, maupun dari wadah.
Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital
11
tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan menerawang sediaan pada
sumber cahaya. Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui apakah ada partikel
dalam sediaan. Dari hasil uji ini mensyaratkan bahwa tidak terdapat partikel asing dalam sediaan.
Pada waktu pembuatan sediaan steril kemungkinan jika masih terdapat partikel asing bisa terjadi
karena sewaktu penyaringan masing ada partikel yang lolos dari saringan
3
Tipe suspense
Untuk sediaan steril tipe suspense harus memenuhi persyaratan yang berlaku untuk
suspensi steril
Suspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Suspensi steril berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan sekitar.
Sehingga akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap sebagai hipertonis
Tonisitas
12
Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan (zat padat
yang terlarut di dalamnya)Suatu larutan dapat bersifat isotonis, hipotonis, atau hipertonis
Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis, beberapa boleh
hipertonis
Injeksi aminofilin mengandung Teofilina, C7H8N4O2 , tidak kurang dari 73,5% dan tidak
lebih dari 88,25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Identifikasi sejumlah volume
injeksi setara dengan lebih kurang 500mg amonofilina, enecerkan dengan air secukupnya
hingga lebih kurang 20mL. tambahkan sambil terus-menerus diaduk, 1mL asam klorida
encer P atau sekupmnya hingga teofilin mengendap sempuran, saring. Cuci endepan
dengan sedikit air dingin dan keringkan pada suhu 103 0C endapan memenuhi identikasi A
dan B yang tetera pada aminophylin dan mempunyai suhu lebur lebih kurang 272 0.
Keasaman kebasaan pH 9,2 sampai 9,6. Penyimpanan wadah dosis tinggal atau atau
wadah dosis ganda, sebaiknya wadah dosis tunggal terlindung cahaya.
Uji Ph
Cek Ph larutan dengan menggunakan Ph meter atau kertas indikator universal.Dengan Ph
meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi Ph meter.
Pembakuan Ph meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel
dengan sedikit larutan uji. Baca harga Ph. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan
dengan mata.
Uji keseragaman volume
13
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
4
secara visual.
Uji kebocoran
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku
Uji kebocoran dengan meletakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 1% )
dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna
berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk
3.2
PENGGOLONGAN
SEDIAAN
INFUS
BERDASARKAN
KOMPOSISI
DANKEGUNAANNYA
3.2.1 Infus Elektrolit
1
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam
jumlah berlebih.
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium,
kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.
Sistem dapar darah adalah keseimbangan asam-basa darah mengikuti sistem dapar, yaitu:
15
dehidrasi,
130 mEq
K+
4 mEq
Cl-
109 mEq
Ca
3 mEq
Asetat
28 mEq
Aqua p.i.
1000 ml
3.2.2
Infus Karbohidrat
Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang
cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen
otot kerangka, hipoglikemia, dan lain- Lain.
Kegunaan: 5% isotonis, 20% untuk diuretika, dan 30-50% terapi oedema di otak.
Contoh:
Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal.
16
30 mEq
K+
8 mEq
Cl-
28 mEq
Laktat
10 mEq
Glukosa
37,59
Isotonik
Steril
Tidak diabsorpsi
Cepat diekskresi
Larutan dialisis peritoneal merupakan suatu sediaan larutan steril dalam jumlah besar
(2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tetapi d ib i ar ka n m e ng a li r k e
d al a m r ua ng an pe r it on e a l d an u mu mn ya menggunakan tutup plastik yang
dipatahkan sehingga memungkinkan larutan dengan cepat turun ke bawah.
Penggunaan cairan demikian bertujuan menghilangkan senyawa-senyawa toksik
yang secara normal dikeluarkan atau diekskresikan ginjal. Pada kasus keracunan
atau kegagalan ginjal, penggunaan larutan dialisis peritoneal merupakan pilihan
lain yang dapat dilakukan. Larutan diabsorpsi dalam membran peritoneal mengikuti
peredaran darah. Selanjutnya, di dalam ujung sel peritoneal terjadi penarikan zat
toksin dari darah ke dalam cairan dialisis yang bekerja sebagai membran semipermeabel.
Persyaratan larutan dialisis peritoneal adalah:
1
Hipertonis
Steril
3.2.6
538 mg
Na laktat
448 mg
448 mg
CaCl 2
25,7 mg
25,7mg
MgCl 2
5,08mg
5,08 mg
Dektrose
1,5 g
2,5 g
Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan
untuk menggantikan plas ma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar,
operasi, clan lain-lain.
1
Whole Blood
Whole blood atau darah lengkap manusia adalah darah yang telah diambil
dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan
18
aseptik yang ketat. Darah ditambah dengan ion sitrat atau heparin sebagai
antikoagulasi. Kita menyimpan darah yang dikumpulkan pada temperatur
1C-10C clan mempertahankannya tetap konstan dengan kisaran 2C.
Tanggal kadaluarsanya tidak lebih dari 21 hari sesudah tanggal pengambilan
bila sitrat yang digunakan sebagai antikoagulasi clan tidak lebih dari 48 jam
bila heparin yang digunakan. Kita umumnya mengemas darah dalam 1 unit
(500 ml) volume dan memberikan atau memasukkannya ke dalam
pembuluh darah. Namun, terlebih dahulu pastikan ketercampuran darah
donor dengan darah penerima.
Sebaliknya, sel-sel darah merah adalah darah lengkap manusia dengan plasma
telah dibuang. Plasma dapat dipisahkan dari sel dengan
metode
Human Albumin
Human albumin adalah sediaan steril albumin serum yang didapat dengan
melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari
96% protein harm albumin. Setiap 100 ml mengandung 25 g albumin serum
yang sebanding atau ekuivalen keosmotikannya
dengan 500 ml plasma manusia normal atau 5 g sebanding dengan 100 ml plasma
manusia normal. Kita memberikan albumin serum sebagai penyokong volume
darah dengan infus melalui pembuluh darah dan umumnya dengan volume yang
ekuivalen dengan 25-75 g albumin setiap harinya. Tanggal kadaluarsanya
berkisar antara 3-10 tahun, tergantung pada keadaan penyimpanan.
Contoh:
Infus Human Albumin 20%
Formulanya sebagai berikut:
Resep Human Albumin 20% (mengandung 20% protein dari minimum 96%
Human albumin)
Human albumin
Ion Natrium
2,88 g/L
19
Ion Kalium
125 mmol/L
0,08 g/L
Ion Kalsium
max 2 mmol/L
0,08 g/L
Ion K-lorida
max 2 mmol/L
0,08 g/L
00 ml
Plasma Protein
Plasma protein adalah larutan steril protein yang terpilih dari plasma darah donor
manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 ml, 83-90% adalah
albumin, sedangkan sisanya alfa dan beta globulin. Umumnya, kita memberikan
plasma protein dalam volume 250-500 ml, tetapi kadang-kadang sampai 1500 ml
sebagai penyokong volume darah. Tanggal kadaluarsanya antara 3-5 tahun,
tergantung pada kondisi penyimpanan. Plasma yang digunakan sebagai penambah
darah dinamakan darah lengkap manusia, sel darah merah manusia, albumin
serum manusia normal, dan fraksi protein plasma manusia. Pada pengumpulan
darah manusia dari donor-donor darah untuk digunakan pada tranfusi, kita
harus berhati-hati memperlakukan seluruh darah atau sel darah agar darah tidak
menggumpal.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% belum berakibat besar karena masih
mampu dinormalisasi oleh peredaran darah sendiri. Namun, bila cairan
tubuh atau plasma yang hilang lebih dari jumlah tersebut maka tubuh
memerlukan pengganti untuk mencegah penggumpalan Bel-Bel darah Berta
menormalkan viskositas darah yang membesar.
5g
20
Sodium carbonat
0,004 M
Sodium ion
145 mEq/L
Potasium
0,25 mEq/L
Chloride
100 mEq/L
Larutan Gelatin
Larutan gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen, yakni suatu senyawa
polipeptida.
Larutan
sangat
cocok
untuk
plasma
ekspander
karena
sehingga
kita
perlu
menghangatkan
larutan.
Pada
proses
21
6,0%
Sodium chloride
0,9%
500 mlOsmolarity =
316,5 mOsm/L
6
L- Isoleucine
1,55g
L-Leucine
2,20 g
22
L-Lysine
monohidrochloride
2,50 g
L-Methionone
2,109
L-Phenilalanine
2,20 g
L-Threonine
1,00 g
L-Tryptophan
0,45 g
L-Valine
1,50 g
L-Alanine
6,00 g
L-Arginine
4,00 g
L-Glutamic Acid
9,00 g
Glycine
10,00 g
L-Histidine
1,00 g
L-Proline
7,00 g
Sorbitol
50,00 g
Xylitol
50,00 g
Potasiun hydrochloride
1,68 g
Magnesium acetate
1,07 g
Sodium hydroxide
1,60 g
L- Malic acid
2,01 g
Vitamin
Aqua untuk infus
1000
Uji Ph
Cek Ph larutan dengan menggunakan Ph meter atau kertas indikator universal.Dengan Ph
meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi Ph meter.
Pembakuan Ph meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel
dengan sedikit larutan uji. Baca harga Ph. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan
dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat
8
dengan mata.
Uji keseragaman volume
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
secara visual.
Uji kebocoran
Tidak dilakukan untuk vial dan botol karena tutup karetnya tidak kaku
Uji kebocoran dengan meletakkan ampul di dalam zat warna ( biru metilen 0,5 1% )
dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna
berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk
BAB III
FORMULASI
1
Resep
24
R/ Natrium Laktat
NaCl
KCl
CaCl2. 2H2O
Aqua p.i ad
200
Pemerian
0,62
0,9
0,09
0,04
Natrium Laktat : Tidak berwarna, bening, tidak berbau atau sedikit berbau dengan rasa
garam yang khas, higroskopis ( Rowe 2009 )
NaCl : Hablur berbentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, rasa asin.
( Depkes RI, 1995 )
KCl : Tidak berbau, Kristal bening, atau serbuk Kristal putih, rasa garam dan
berbentuk kubus. ( Rowe, 2009 )
CaCl : Granul atau serpihan, putih, keras, tidak berbau. ( Rowe, 2009 )
Aqua pro injection : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. ( Depkes
RI, 1995 )
HCl : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang. ( Depkes RI, 1979 )
NaOH : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang
atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan
diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. ( Depkes RI, 1995 )
Carbo Adsorben : Serbuk hitam, tidak berbau dan tidak berasa.
Tonisitas
1 Periksa larutan terhadap
25
a
b
c
d
e
PH
Kebocoran
Partikel
Kejernihan
Keseragaman volume
= 0,55
E NaCl
=1
E KCl
= 0,76
E CaCl2.2H2O = 0,51
Sediaan dibuat 200 ml
Volume sediaan = 200 ml
Na laktat
V
= 0,62 gram
= W x E x 111,1
= 0,62 x 0,55 x 111,1
= 37,88 ml
NaCl
V
= 0,9 gram
= W x E x 111,1
= 0,9 x 1 x 111,1
= 99,99 ml
KCl
= 0,09 gram
V
= W x E x 111,1
= 0,09 x 0,76 x 111,1
= 7,59 ml
CaCl2.2H2O
V
= 0,04 gram
= W x E x 111,1
26
Nama Bahan
Na Laktat
NaCl
KCl
CaCl2.2H2O
NaCl tambahan
Karbo adsorben
Jumlah penimbangan
0,682 gram
0,99 gram
0,099 gram
0,044 gram
57,5 ml
0,1% x 220 ml = 0,22 g
27
pH larutan diperiksa apakah sudah 5-7, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N, Jika
larutan kurang basa, ditambah NaOH 0,1 N
Aquadest sisa ditambahkan
Larutan digojog dengan karbon adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit ,
diamkan dan disaring hingga jernih
Masukkan larutan dalam vial
Larutan disterilisasi dengan autoklav pada 121C selama 20 menit
Kebocoran
Air dalam beakerglass ditambahkan metilen blue sebanyak 1 2 tetes.
Vial direndam ke dalam larutan tersebut selama 10 menit
Bagian luar vial dikeringkan dengan kain/tissue.
Diamati warna larutan dalam vial. Bila larutan menjadi biru maka vial
bocor.
Diambil vial.
Dilakukan pemeriksaan secara visual dibawah penerangan cahaya yang
baik dengan latar belakang putih.
Diamati apakah terdapat partikel kecil atau tidak.
Keseragaman volume
Diambil vial.
Larutan dalam vial dikeluarkan dan diukur.
Dicatat hasilnya.
Khasiat :
Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk konduksi saraf dan otak,
mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan
kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik pada
pasien.
29
BAB IV
KESIMPULAN
1
2
30
BAB V
DAFTAR PUTAKA
1
Bagian Farmakologi FKUI. 1994. Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta : UIPress.
Martindale. 1972. The Extra Pharmacopeia. 28th Ed. London : The Pharmaceutical Press.
Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient Second Ed.
London : The Pharmaceutical Press.
31