1. Memeriksa kelengkapan alat dan melaporkan setiap kerusakan alat pada laboran,
staff/kepala laboratorium
2. Mengisi daftar hadir dan melaporkan kegiatan individual kepada kepala laboratorium.
3. Memahami dan mengikuti petunjuk penggunaan alat, dan mengisi daftar isian kartu
alat.
4. Membersihkan sisa praktikum / penelitian pada setiap meja dan wastafel tempat anda
bekerja.
5. Kegiatan mahasiswa dilaboratorium harus diketahui kepala laboratorium atau penanggung
jawab praktikum, menggunakan jas lab dan mengisi kartu peminjaman alat.
6. Setiap pemakaian alat (elektrik, mekanik, optik, atau perpaduannya) wajib memahami
petunjuk pemakaian dan mengisi format isian pada kartu alat.
7. Bila terjadi kerusakan terhadap alat, setiap pemakai wajib mengganti kerusakan
komponen atau alat dengan spesifikasi yang setara.
8. Peralatan yang telah selesai digunakan dikembalikan kepada laboran dalam keadaan
bersih dan kering.
9. Setelah melakukan kegiatan, ruangan laboratorium harus dalam keadaan bersih.
i
TATA TERTIB PRAKTIKUM
ii
MATERI 1: UJI BAKTERI PROTEOLITIK
1. PENDAHULUAN
Bakteri Proteolotik
Bakteri yang tergolong proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim
proteinase ekstrakseluler yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel
kemudian dilepaskan keluar dari sel. Bakteri proteolitik dapat dibedakan atas
beberapa kelompok (Fardiaz, 1992): Beberapa bakteri proteolitik asam, misalnya:
streptococcus, faecalis, Var. Linguifaciens dan Micrococcus careolyticus.
Beberapa bakteri putrefaktif misalnya kebanyakan spesies dari Clostridium, beberapa
spesies Proteus, Pseudomonas dan bakteri tidak berspora lainnya (Fardiaz,
1993).
Bakteri amilolitik
Hanya beberapa bakteri yang bersifat amilolitik yaitu memproduksi
enzim amilase memecah pati diluar sel. Misalnya Bacillus sp. dan Clostridium
botulinum (Fardiaz, 1992). Pati dapat dipecah oleh berbagai mikroba amilolitik
menjadi polimer yang lebih sederhana atau gula monosakarida dimana
monosakarida selanjutnya akan dipecah lagi menjadi energi, contoh bakteri
pemecah pati yaitu Bacillus Subtilis (Fardiaz, 1993).
Bakteri lipolitik
Lipase merupakan enzim yang mampu merombak lemak menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Mikroba yang mampu menghasilkan adalah
Pseudomonas, Alcaligenes, Moraxella, Staphylococcus, Rhizopus,
Geotrichum, Aspergillus, Candida ,Rhodotorulla, Flansenulla,
(Hidayat et al., 2006).
Bakteri proteolitik menimbulkan masalah pada produk bahan pangan atau makanan.
Bakteri jenis Clostridium yang bersifat patogen dapat menyebabkan keracunan makanan.
Jika tumbuh pada susu, spesies bakteri ini dapat membentuk asam dan gas sehingga
menggumpalkan susu, proses ini disebut “Stormy fermentation”. Bacillus sering
menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi asam tanpa gas,
sehingga kerusakannya disebut ”Flat Sour”. Beberapa bakteri bersifat yaitu memecah
protein secara anaerobik dan memproduksi komponen-komponen yang berbau busuk
seperti hydrogen sulfide, merkaptan, amin, idol dan asam-asam lemak.
Media selektif bakteri proteolitik ialah media SMA (Skim Milk Agar), yang berwana
agak keruh. Bakteri proteolitik akan mengurai kasein susu, sehingga pertumbuhan koloni
bakteri proteolitik ditandai dengan adanya „halo‟ atau area bening di
sekitar koloni. (lengkapi informasi media SMA)
Media penumbuh bakteri proteolitik ..... media isolasi, .....media selektif, ......
berdasakan luasan aera bening yang terbentuk bakteri tersebut dibedakan menjadi berapa
macam dan deskripsinya? Contoh spesies bakteri yang tumbuh di media SMA?
bagaimana koloni yang terbentuk di masing-masing media (warna, bentuk,
permukaannya, ciri khusus) mengapa demikian?
Gambar 1. Contoh pertumbuhan bakteri proteolitik pada SMA
2. PROSEDUR KERJA
Berikut adalah contoh produk yang mudah rusak akibat bakteri proteolitik, setiap
kelompok melakukan pengenceran dan pencawanan sesuai dengan tabel pengamatan
atau SNI.
Tahu,
Tempe,
Produk nabati
Susu kedelai,
Roti
3. METODELOGI
3.1. ALAT
Alat yang digunakan dalam materi ini adalah :
Tabung reaksi Lampu spirtus
Petridish Erlenmeyer
Mikropipet Inkubator
Blue tip Autoclave
Vortex mixeR Water bath
Timbangan
3.2. BAHAN
Sampel NA (Natrium Agar) steril
Aquadest Spirtus
NaCl Alkohol 70% , desinfektan
SMA (Skim Milk Agar) steril
Isolasi Mikroba
1. Diambil 1 ml larutan dalam tabung pengenceran 10 -3 dan dimasukkan ke dalam
cawan petri steril secatra aseptis. Diulang ke 2 cawan (duplo).
2. Lakukan hal yang sama pada pengenceran 10 -4 dan 10 -5.
3. Dituangkan 15 ml SMA secara aseptis kedalam cawan berisi inokulan, dan
kocok cawan perlahan membentuk huruf “S” atau angka 8. (perhatikan jangan
sampai PCA tumpah).
4. Lakukan hal yang sama pada pengenceran berikutnya.
5. Diamkan hingga PCA membeku, kemudian dibalik cawan untuk menghindari
menetesnya air ke media.
6. Inkubator difiksasi sebelum dan setelah digunakan dengan desinfektan.
7. Kemudian cawan diinkubasi dalam kondisi terbalik, pada suhu 30 oC ± 1 oC selama
48 jam.
8. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh dan dilaporkan jumlah mikroba per ml susu
(colony/ml) atau per ml media (CFU/ml).
Rumus :
Keterangan :
∑C = jumlah koloni setiap cawan
N1 = jumlah cawan pengeceran awal yang memenuhi syarat dihitung
N2 = jumlah cawan pengeceran berikut yang memenuhi syarat dihitung
d = faktor pengenceran yang pertama dihitung
Satuan = CFU/ml (Colony Form per Unit/ml)
Gambar 3. Isolasi bakteri metode Spread Plate (atas) dan metode Pour Plate
(bawah)
DAFTAR PUSTAKA
MATERI 2 : PEHITUNGAN CEMARAN SALMONELLA-
SHIGELLA PADA TELUR
1. PENDAHULUAN
3. METODELOGI
3.1. ALAT
Tabung reaksi Lampu spirtus
Petridish Erlenmeyer
Mikropipet Inkubator
Blue tip Autoclave
Vortex mixeR Water bath
Timbangan
Rumus :
(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 1 + 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 2 + 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 3 + ⋯ )
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝐶𝐹𝑈/𝑚𝑙 =
(1 × 𝑁1) + (0,1 × 𝑁2). 𝑑
Keterangan :
∑C = jumlah koloni setiap cawan
N1 = jumlah cawan pengeceran awal yang memenuhi syarat
dihitung
N2 = jumlah cawan pengeceran berikut yang memenuhi syarat
dihitung
d = faktor pengenceran yang pertama dihitung
Satuan = CFU/ml (Colony Form per Unit/ml)
DAFTAR PUSTAKA
EFSA (European Food Safety Authority). 2019. “Salmonella the most common causes of food
borne outbreaks in the European Union”. Online:
//https://www.efsa.europe.eu/en/news/. Diunggah: 12 Desember 2019. Diakses: 14
Desember 2020
Kobayashi T, Kutsuna S, Haykawa K, Kato Y, Ohmagari N, Uryu H, Yamada R, Kashiwara N,
Nei T, Ehera A, Takei R, Mori N, Yamada Y, hayasaka T, Kagawa N, Sugawara
M, suzaki A, Takahashi Y, Nishiyama H, Morita M, Izumiya H, dan Ohnishi M.
2016. Case Report: An Outbreak of Food-Borne Typhoid Fever due to Salmonella
enterica Seritype Typhi in Japan Reported for The First Time in 16 Years. Am. J.
Trop. Med. Hyg. Vol 92 (2), pp: 289-291.
16
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Produk-produk perikanan segar merupakan bahan pangan yang sangat
mudah mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat terjadi secara biokimiawi maupun
secara mikrobiologis. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya
simpan dan daya awet hasil perikanan melalui proses pengolahan dan pengwetan,
salah satunya dengan penyimpanan dingin.
Penggunaan suhu rendah selain dapat menghambat aktivitas mikroba dan enzim
juga dapat mempertahankan sifat ikan segar. Namun, penyimpanan dingin masih
pendek. Penyebab utama kerusakan ikan selama penyimpanan dingin adalah adanya
aktivitas dan pertumbuhan bakteri psikrotrofik. Adanya bakteri psikrotrofik dalam
jumlah besar, dapat meyebabkan timbulnya berbagai macam bau dan kerusakan
fisik pangan
Mikroorganisme mempunyai batas suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya.
Suhu tersebut meliputi suhu optimum, suhu minimum,dan suhu maksimum. Berdasarkan
kisaran suhu untuk pertumbuhannya, koliform termasuk grup psikotrofik yaitu
mengalami pertumbuhan minimum pada suhu –10 oC, optimum pada suhu 20-
30 oC, dan maksimum pada suhu 24 oC (Garbutt,1997 dalam Sirindon, 2008).
Ditambahkan oleh Waluyo (2007), mikroba psikrofil (oligotropik) yakni golongan
mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30 oC, dengan temperatur optimum 10-15 oC.
Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun
lautan. Psikrotrof adalah mikroba yang sebenarnya bersifat mesofil, yaitu mempunyai
suhu optimum pertumbuhan 20-40 oC, tetapi masih dapat tumbuh pada suhu yang
optimum untuk psikrofil. Untuk menghitung mikroba yang tergolong psikrotrof di
dalam makanan digunakan suhu inkubasi 5 oC selama 5 hari sampai 2 minggu
(Fardiaz, 1993).
Psychrotroph
Dapat tumbuh pada 0 - 7ºC, suhu optimum antara 20 dan 30ºC dan
maksimum 35ºC. Contoh : Listeria monocytogenes, Pseudomonas fluorescens.
Mesofil
Dapat tumbuh optimum pada rentang 20 - 45ºC.
Contoh : Escherichia coli, Neisseria gonorrhoeae.
Thermophile
Dapat tumbuh pada 55ºC atau keatas, sering optimum diantara 55ºC dan 65ºC.
Contoh : Bacillus stearcthermophilus, Thermosaquaticus.
Hyperthermophile
Suhu optimumnya diantara 80 dan sekitar 113ºC.
Contoh : Sulfolabus, Pyrococcus, Pyrodictium.
2. PROSEDUR KERJA
2.1. Waktu dan Tempat
Waktu : Hari, tanggal , jam ...... - ....... WIB
Tempat : Laboratorium Biologi & Mikrobiologi FTP, gedung V lantai 2 (V.2.1)
SAWI 10 -2 , 10 -4 , 10 -6 37
SAWI 10 -2 , 10 -4 , 10 -6 30
SAWI 10 -2 , 10 -4 , 10 -6 10
SAWI 10 -2 , 10 -4 , 10 -6 4
SAWI 10 -2 , 10 -4 , 10 -6 Suhu ruang
3. METODELOGI
3.1. ALAT
Tabung reaksi Lampu spirtus
Petridish Erlenmeyer
Mikropipet Inkubator
Batang psreader Autoclave
Vortex mixer Water bath
Timbangan Pisau
18
3.2. BAHAN
Bahan yang digunakan adalah :
Daun sawi
Aquadest steril
Media PCA steril
Rumus :
(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 1 + 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 2 + 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 3 + ⋯ )
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 𝐶𝐹𝑈/𝑚𝑙 =
(1 × 𝑁1) + (0,1 × 𝑁2). 𝑑
Keterangan :
∑C = jumlah koloni setiap cawan
N1 = jumlah cawan pengeceran awal yang memenuhi syarat dihitung
N2 = jumlah cawan pengeceran berikut yang memenuhi syarat dihitung
d = faktor pengenceran yang pertama dihitung
Satuan = CFU/ml atau CFU/g (Colony Form per Unit/ml atau gram,
tergantung bentuk media yang digunakan)
DAFTAR PUSTAKA
17
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya produk segar kaya nutrisi yang sayangnya tidak tahan disimpan dalam
waktu lama, membuat berkembangnya proses pengwetan makanan salah satunya yaitu
fermentasi asam laktat. Proses ini juga merupakan solusi atas pemanfaatan bahan baku yang
melimpah dan dapat meningkatkan nilai gizi juga nilai ekonomi suatu komoditi dengan
bantuan mikroorganisme, baik bakteri, kapamg, maupun khamir/yeast. Karena fermentasi
asam laktat merupakan suatu proses sekaligus teknologi dalam memproduksi bahan
pangan, maka dibutuhkan standar untuk menentukan keberhasilan proses tersebut, caranya
yaitu dengan menghitung jumlah mikroba fermentor.
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung total bakteri asam laktat yang berada
dalam sampel.
2. METODELOGI
2.1 Alat
• Incubator • Tabung reaksi
• Vortex mixer • Erlenmeyer
• Colony counter • Timbangan
• Petridisc • Mikropipet
• Blue tip
2.2 Bahan
• Yogurt
• Larutan pengencer steril (aquadest / buffered peptone water)
• Media MRS agar steril
• Alkohol 70%
• Spirtus
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan
pertumbuhannya. Bakteri juga memiliki kebutuhan dasar yang sama meliputi air, karbon,
energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bakteri merupakan organisme yang bersifat prokariotik
dengan inti tidak berselaput. Dalam lingkungan, bakteri ini berperan sangat penting dalam
menguraikan zat-zat organik. Bakteri dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika
serta faktor biotik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor fisika mencakup
suhu, salinitas, tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain. Sedangkan Faktor kimia
mencakup pH, DO, amonia, bahkan antimikroba juga berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup bakteri. Bahan antimikroba sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri.
Akan tetapi tidak semua bahan antimikroba berpengaruh terlalu kuat terhadap bakteri. Hal
ini dipengaruhi oleh jenis bakteri dan bahan antimikroba itu sendiri. Bahan antimikroba
dapat menghambat perkembangbiakan bakteri (bakteriostatik), bahkan ada yang sanggup
membunuhnya (bakteriosida)., dengan tahapan sebagai berikut, yaitu merusak membran,
mendenaturasi protein, menghambat pembentukan dinding sel, dan mengganggu sintesis
protein. Pada praktikum kali ini digunakan berbagai macam bahan antimikroba seperti
formalin, alkohol, dan antibiotik..
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroba
dikelompokkan menjadi faktor abiotik dan biotik (Kusnadi 2003). Faktor abiotik dapat
berupa unsur kimia dan fisika. Dialam jarang mikroorganisme yang mati akibat terkena zat-
zat kimia. Zat yang hanya menghambat pembiakan mikroorganisme dengan tiada
membunuhnya dinamakan zat antiseptik (Waluyo 2007). Antiseptik ini merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas bakteri. Faktor lingkungan penting artinya
dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroorganisme, baik untuk kepentingan proses
ataupun pengendalian (Suriawiria 2008).
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menguji efektivitas berbagai senyawa antimikroba dari
alami dan kimia dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
2. METODELOGI
2.1 Alat
• Cawan petri steril • Mikropipet
• Lampu spirtus • Blue tip steril
• Tip mikropipet untuk membuat sumur • Spidol permanen
• Pinset
2.2 Bahan
• Media PCA (untuk 4 cawan) • ekstrak rempah-rempah (bawang putih,
• Suspensi SAMPEL (CFU/mL) jahe, cengkeh, kunyit, laos, temulawak)
• Akuades steril konsentrasi 100% dan 75%
• Kertas cakram (blank disc)
2.3 Prosedur Kerja
2.3.1 Prosedur Metode Cakram
1. Dibalik cawan petri dan dibuat garis vertical dan horizontal membagi 4 area. Lalu di
beri kode (stiker label dengan nama antimikroba).
2. D i t u a n g sampel ke cawan petri steril, kemudian tambahkan media PCA steril
(100:1) secara aseptis. Ho mog enk an d eng an ca r a m e mut a s c aw an
emb en tuk hu ru f S a t au angk a . Tunggu hingga agar membeku (a).
3. Dihaluskan bumbu/rempah dan encerkan dengan akuades steril.
4. Dicelupkan 4 buah cakram ke dalam larutan bumbu/rempah.
5. Diletakkan keempat cakram tersebut pada agar (a) dengan menggunakan pinset steril
dan diaseptis dengan dilewatkan api.
o
6. Diinkubasikan pada suhu 37 C selama 24 jam.
7. Diukur zona bening yang terbentuk dengan menghitung rata-rata luas zona bening
yang terbemtuk
Pengenceran Σ koloni/gr
Sampel CFU/gr
-3 -4
10 10 10 3 10 4
1 Spreader (SR) 25 - 25 x 10 4 2,5 x 105
2 3 250 3 x 103 250 x 104 2,5 x 106
3 23 20 23 x 10 3 20 x 104 2,3 x 104
4 200 30 200 x 103 30 x 10 4 2,5 x 105
5 250 60 250 x 103 60 x 10 4 2,5 x 105
Cara ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri/koloni pada setiap mL sampel yang diuji.
Setelah anda menemukan jumlah koloni yang berlaku pada setiap pengenceran seperti tabel di
atas, untuk mengetahui jumlah mikroba per mL atau gram sampel masuk ke rumus berikut,
Contoh :
1. Pada uji TPC suatu sampel, digunakan 1 mL sampel pada cawan tumbuh 25 koloni.
Jumlah koloni (N) = 1 mL x (25 x 10 4 )
= 250000 koloni/mL atau dapat ditulis 2,5 x 105 koloni/ml
2. Pada uji suatu sampel digunakan 0,5 mL sampel pada cawan tumbuh 30 koloni,
Jumlah Koloni (N) = 0,5 mL x (30 x 10 4 )
= 150000 koloni/mL atau dapat ditulis 1,5 x 105 koloni/mL
Karena dalam perthitungan TPC berlaku penulisan 1 angka di depan koma, maka diperlukan
Penyederhanaan angka, dengan cara :
1.Diambil 2 angka pertama (dimulai paling kiri), sedangkan angka ke-3 diganti 0 apabila
kurang dari 5 dan apabila lebih dari 5, ditambahkan 1 angka pada angka ke-2.
2. Dikalikan dengan 10 sesuai desimal yang disingkat, misal 10 4, 105 , sdt.
Pada tabel contoh hasil uji TPC di atas, terdapat perbedaan jumlah koloni pada pengenceran yang
dicawankan (103 dan 104 ). Setiap hasil memiliki aturan penghitungan yang berbeda, seprti berikut:
Sampel 1. SR vs 25
Non TPC
Jika salah satu cawan pengenceran jumlah terlalu banyak (SR) dan salah satunya < 25.
➔ Maka dipilih cawan dengan jumlah koloni selain SR.
Sampel 2. 3 vs 250
Sampel 3. 23 vs 20
Non TPC
Jika kedua pengenceran hasilnya kurang dari 25.
➔ Maka dipilih cawan dengan pengenceran terkecil.
Sampel 4. 200 vs 30
TPC
Sampel 5. 250 vs 60
TPC
Jika kedua hasil TPC, maka dihitung dengan cara sampel 4. Jika muncul hasil >2
seperti contoh berikut,
60. 104 6 . 105
= = 2, 4
250 . 103 2,5. 105
→ Maka, dipilih nilai yang paling kecil yaitu, 250x10 3 = 2,5x105 CFU/gr.
Margin 3 cm
CO NTOH COVER
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
(Arial 14)
Margin 2,5
Margin 4 cm cm
Kelompok ...../Kelas :
Nama (D.111.17.xxx)
Nama (D.111.17.xxx)
Nama (D.111.17.xxx)
Nama (D.111.17.xxx)
Margin 2,5 cm
18
MATERI 1 : .......
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
2. TINJAUAN P USTAK A
2.1. BAKTERI PROTEOLITIK
Berisi informasi tentang bakteri proteolitik, definisi, karakteristik, kondisi yang
mempengaruhinya, jenis/spesies, dst.
2.2. MEDIA
Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri tersebut, media apa saja yang dapat
digunakan sebagai indikator adanya bakteri proteolitik dalam sampel (tidak hanya SMA),
kandungan media tersebut dan konsentrasinya. Alasan mengapa media tersebut tepat untuk
menumbuhkan bakteri proteolitik.
2.3. Bahan yang digunakan (bakso, ikan, sebutkan)
Berisikan informasi tentang sampel yang anda uji. Contoh : TAHU, definisi, sumber/ bahan baku,
kandungan dalam tahu, alasan yang membuat bakteri proteolitik mudah tumbuh pada bahan
tersebut berdasarkan referensi. Penyimpanan yang biasa dilakukan untuk tahu dan faktor yang
mempengaruhi cemaran mikroba pada tahu.
3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat( praktikum, preparasi dan pengamatan )
3.2. Alat
3.3. Bahan
3.4. Langkah Kerja
3.5. Skema Kerja
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
MATERI 2 : .......
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Waktu dan Tempat ( praktikum, preparasi dan pengamatan )
2. METODOLOGI
Catatan:
Untuk laporan kelompok, setiap anggota menuliskan nama pada footer bagian yang di kerjakan.
Contoh : Pada halaman pendahuluan berikut ditulis pada halaman 1 oleh mahasiswa bernama Anissa, dan
Bagian Hasil ditulis 4 mahaiswa maka penulisan footer sebagai berikut.
Nama berada di samping halaman (size 8)
Materi 1 :
1. PENDAHULUAN
1.1. ....
1.2. ...
1.3. ....
4.2. .....