FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Teknologi Produksi Bioactive Compound
FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Teknologi Protein Sel Tunggal
1. Mikroba Fotosintetik
a. Alga
2. Mikroba Non Fotosintetik
a. Bakteri
b. Yeast
c. Kapang
d. Mushroom
Alga
• Alur reaksi fotosintetik:
CO2 + H2O + Amonia atau nitrat + mineral sel alga + O2
Sinar matahari
• Pemanfaatan PST dari mikroalga:
– Pakan ternak
– Pakan ikan
– Food Suplemen
• Perkembangan : AS, Jepang dan Korea
• Produksi dilakukan pada kolam-kolam raksasa yang
didisain sebagai bioreaktor besar untuk
memperbanyak biomassa mikroalga
Alga
• Mikroalga adalah organisme
aerobik fotosintetik, uniseluler
ataupun multiselluler, hidup
sebagai penyusun trofik dasar
lingkungan perairan,
mengandung satu atau lebih
kloroplas yang berisi klorofil
dan pigmen-pigmen pelengkap
lainnya yang merupakan situs
reaksi fotosintesis.
• Mikroalga penghasil PST
Spirulina, Scenedesmus,
Tetraselmis dan Chlorella.
Spirulina
• Spirulina adalah salah satu genus
Cyanobacteria
• Dua jenis Spirulina yang unggul dalam
menghasilkan PST adalah :
Arthrospira platensis, dan Arthrospira
maxima (saat ini diklasifikasikan sbg
genus yg berbeda) yaitu Arthrospira
• Meskipun demikian, istilah lama
Spirulina tetap menjadi nama yang
populer.
• Spirulina dibudidayakan digunakan
sebagai suplemen makanan dalam
bentuk tablet, flake, dan powder.
• Sebagai suplemen pakan di industri
akuakultur, akuarium, dan unggas
Spirulina
Chlorella
Produk dari Mikroalga
Minerals
N, P, K, Mg, Na, S
Trace elements Cahaya MH
Biomass
H2 O
CO 2
Organic
substrate
Kultivasi Chorella dalam labu 200 ml dengan
cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam labu 2000 ml dengan
cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam labu 10 liter dengan
cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam bioreactor cahaya
4000 dengan cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam bioreactor cahaya
4000 dengan cahaya artifisial 24 jam/hari
Chlorella untuk produksi Biofuel
dan pakan ternak
Chlorella cell
Kolam produksi Chlorella di Arizona 20
Chlorella untuk produksi Biofuel
dan pakan ternak
Kultivasi Chorella dalam sirkular kolom
tembus cahaya in door
Kultivasi Chorella dalam sirkular kolom
tembus cahaya out door
ARID Integrated Algae-Oil Biorefinery
Bioreactor
Chlorella
di Beijing
Bioreaktor
Chlorella
di Jeddah
MEDIA DIPERKAYA :
Serbuk kayu 42%, millet 42%,
bekatul 15%, CaCO3 1%, RH
60%, pH 7
Tahap 2b. Inokulasi Medium Bibit dengan
kultur Jamur
Pemanfaatan serbuk
gergaji kayu untuk
produksi jamur
Pengisian Media Produksi
dalam Baglog
18 x 30 0,8 - 0,9
20 x 30 0,9 - 1,0
20 x 35 1,2 - 1,3
Persiapan baglog untuk
sterilisasi
Tahap 4. Inokulasi Bibit pada Media
Produksi
Beberapa Bentuk Kumbung
(Rumah Produksi Jamur)
Tahap 5. Pertumbuhan Miselia pada Media
Produksi (Inkubasi)
Tahap 6. Pertumbuhan Tubuh Buah
(Fruktifikasi)
Tahap 6. Pertumbuhan Tubuh Buah
(Fruktifikasi)
Setelah 2 – 3 minggu,
Primordia (baby
mushrooms) mulai
muncul. Setelah
tumbuh primordia,
kira-kira seminggu
kemudian berkembang
menjadi mushroom
penuh siap untuk
dipanen. Diperlukan
kondisi lingkungan yang
lembab.
Penyusunan baglog
berjajar membujur
dan ditumpuk keatas
mengisi rak kumbung
Penyusunan baglog
berdiri tegak berjajar
diatas meja rak kumbung
Penyusunan baglog jamur shiitake, secara berjajar
di atas meja rak didalam kumbung
Tubuh buah Jamur
Shiitake berkembang
maksimal
Shimeji kuning
Nilai Ekonomi PST
1. Tidak membutuhkan lahan yang luas dan substrat untuk
pertumbuhannya sangat sederhana
2. Bila dibandingkan dengan sumber protein konvensional maka
produktivitasnya jauh lebih tinggi dan menguntungkan. Sebagai
perbandingan bahwa kedelai yang merupakan penghasil protein
nabati konvensional tertinggi menghasilkan 2,5 ton/ha/tahun, sedang
kan budidaya alga menghasilkan rata-rata 30 ton/ha/tahun
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan PST sangat singkat
dibandingkan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sumber
protein konvensional baik nabati ataupun hewani
4. Kandungan nutrisi yang tidak kalah dengan sumber protein lain
5. Nilai ekonomi yang meningkat baik dari sudut dimanfaatkannya bahan
baku (substrat) yang tadinya limbah, ataupun dari sudut harga jualnya.
Mikroba untuk PST
Carbon substrate Suitable microbes
Carbon dioxide Spirulina sp., Chlorella sp.
Liquid n-alkanes Saccharomycopsis lipolytica, Candida tropicalis
Methane Methylomonas methanica, Methylococcus
capsulatus
Methanol Methylophilus methylotrophus,
Hyphomicrobium sp.
Candida boidinii, Pichia angusta
Ethanol Candida utilis
Glucose (hydrolyzed starch) Fusarium venetatum
Inulin (polyfructan) Candida species, Kluyveromyces sp.
Spent sulfite liquor Paecilomyces variotii (Pekilo process)
Whey K. marxianus, K. lactis, P. cyclopium
Lignocellulosic wastes Chaetomium sp., Agaricus bisporus,
Cellulomonas sp.
GRAS = Generally Regarded As Safe
Istilah GRAS mengacu pada produk biomassa atau metabolit
mikroorganisme yang dikultivasi secara terstandar dan di approved
oleh FDA (BPOM nya Amerika Serikat)
FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Kultur Jaringan & Sel Tanaman
a. Prinsip Kultur Jaringan & Sel Tanaman
b. Teknik Kultur Jaringan & Sel Tanaman
c. Produk dari Kultur Sel Tanaman
Kultur Jaringan Tanaman
• Mengkultur dan membiakkan jaringan tanaman merupakan
dasar bagi Bioteknologi tanaman.
• Perbanyakan tanaman secara vegetatif (menggunakan bagian
organ pertumbuhan tanaman) merupakan alternatif dalam
upaya mendapatkan bibit tanaman baru yang mempunyai
sifat sama dengan induknya.
• Dasarnya adalah kemampuan jaringan untuk tumbuh pada
larutan nutrisi (medium) yang sederhana dan komposisinya
diketahui.
1972 Carlson :
Somatic hybrid plant
from protoplst fusion
= chloroplast
= mitochondria
Fusion
= nucleus
heterokaryon
Young sucker for micro-propagation Sword (left) and water sucker (right)
• Media Pertumbuhan
– Mineral, Growth factors, Sumber Carbon, Hormon
• Faktor Lingkungan
– Cahaya, Temperatur, Photoperiod, Sterilitas, Kelembaban
• Sumber Eksplan
– Sumber jaringan yang lebih muda (umumnya) lebih berhasil
untuk dikulturjaringan kan
• Genetika Tanaman
– Spesies tanaman yang berbeda akan mempunyai
karakteristika teknik kultur jaringan yang berbeda pula
Aplikasi Kuljar Tanaman
1. Micropropagation
2. Konservasi Plasma nutfah tanaman
3. Variasi Somaclonal & seleksi mutasi
4. Kultur Embryo
5. Produksi Haploid & Dihaploid
6. In vitro hybridization – Protoplast Fusion
7. Produksi Tanaman Transgenik (GMO)
1. Mikropropagasi
• Perbanyakan bibit
tanaman dalam jumlah
banyak dan waktu cepat
• Dilakukan di dalam
laboratorium
• Bibit secara genetik
identik
2. Konservasi Plasma Nutfah
Pelestarian Bunga bangkai
(Amorphophallus titanum)
Aplikasi Kultur Jaringan Tanaman
Aplikasi Kultur Jaringan Tanaman
Aplikasi Kultur Jaringan Tanaman
Perbedaan Kultur Jaringan Tanaman vs Kultur
Konvensional
Kultur Jaringan Kultur Konvensional
1. Prinsip pengklonan sel vegetatif (pucuk, daun, 1. Prinsip perbanyakan dengan menggunakan sel
akar, dll.) menjadi tanaman baru generatif (biji) atau vegetatif (stek)
2. Kualitas bibit yang dihasilkan seragam & persis 2. Kualitas bibit tidak seragam & tidak persis sama
sama dengan induk dengan induk (krn berasal dari sel generatif)
3. Waktu yang diperlukan relatif lebih cepat 3. Waktu yang diperlukan lama, sesuai dengan
umur tanaman
4. Tempat pelaksanaan di sebuah laboratorium dan 4. Budidaya dilakukan di lahan yang luas
greenhouse
5. Bibit dalam jumlah yang besar dapat dihasilkan 5. Bibit dalam jumlah besar dihasilkan pada lahan
dalam waktu singkat (sama) & satu tempat (lab.) yang sangat luas & waktu yang lama
6. Dapat dilakukan usaha perbaikan galur bibit 6. Perbaikan galur bibit dilakukan scr konvensional
tanaman melalui rekayasa genetika melalui persilangan (okulasi) atau penyerbukan
silang
7. Dapat dihasilkan bahan kimia komersial tanpa 7. Untuk menghasilkan bahan kimia komersial kita
perlu menumbuhkan tanaman utuhnya harus menanam tanaman tsb, baru kemudian
dilakukan ekstraksi
8. Untuk tujuan konservasi sangat hemat waktu, 8. Untuk konservasi harus membutuhkan lahan,
tempat, biaya & tenaga waktu, tenaga biaya yang besar
Prinsip Kultur Jaringan Tanaman
• Kultur Sel/Jaringan Tanaman menggunakan dasar teori sel
(Scheiden & Schwan): sel mempunyai kemampuan otonom
(mampu tumbuh mandiri), bahkan mempunyai kemampuan
TOTIPOTENSI.
• TOTIPOTENSI adalah kemampuan sel untuk tumbuh dan
berkembang menjadi individu utuh, bila ia dikultur dalam
kondisi (medium & lingkungan) yang sesuai, tidak tergantung
dari bagian mana sel itu berasal.
Kultur Sel Tanaman
Kultur Sel Tanaman
• Kultur Sel = Cell culture (Inggris)
– Cell = sel, adalah satuan terkecil dari mahluk hidup
– Culture = kultur atau budidaya
• Kultur sel didefinisikan sebagai teknik memproduksi
suatu metabolit yang dihasilkan tanaman dengan
mengkultur sel yang menghasilkannya.
• Produksi bahan kimia komersial dari sel tanaman
tanpa perlu menanam tanamannya
Prinsip Kultur Sel Tanaman
• Gambaran khusus mengenai tanaman berbiji adalah bahwa ia
mensintesis metabolit : terpenoid, steroid, alkaloid, minyak atsiri
dan pigmen.
• Kultur sel tanaman dapat dipakai untuk mengungkapkan lintasan
biokimiawi yang diperlukan untuk biosintesisnya, menimbun dan
merombak produk metabolik, dan dalam beberapa hal dapat
sekaligus untuk memproduksi bahan kimiawi darinya.
Prinsip Kultur Sel Tanaman
Teknik kultur sel tanaman untuk memproduksi bahan kimiawi
komersial meliputi teknik:
1. Isolasi sel yang memproduksi bahan kimiawi dimaksud
2. Penanaman sel pada medium yang sesuai
3. Inkubasi untuk memperbanyak sel tersebut (Teknik kultur cair dengan
dilakukan penggojogan)
4. Pemanenan, setelah dicapai jumlah sel yang maksimal
5. Ekstraksi bahan aktif dari sel
Produk Metabolit Kultur Sel Tanaman
Produksi Metabolit pada kultur sel tanaman
Industri Produk Spesies tanaman Penggunaan
Growth Rate Rapid, doubling times Slow, doubling time of Slow, doubling time
of 1-2 hrs 2-5 days 12-20 hrs
Shear stress Not sensitive Sensitive and tolerant sensitive
sensitivity
Aeration requirements High Low low
Setric impeller
Batch cultivation
Callus culture
Germinated seedling
Suspension culture
Continuous cultivation
Seeds of P. hexandrum with cell retention
Kultur Sel Tanaman
Glossary
• Kultur jaringan tanaman: teknik untuk memperbanyak tanaman
(atau bagian fungsional nya) dari jaringan embrionik, fragmen
jaringan, kalus, sel terisolasi atau protoplas tanaman.
• Totipotency: kemampuan sel tananam untuk tumbuh dan
berkembang menjadi individu tanaman utuh, bila dikultur secara in
vitro
• Kompetensi: kemampuan potensial endogenous dari suatu sel atau
jaringan untuk berkembang sesuai tahapannya
• Organogenesis: Proses inisiasi dan perkembangan suatu struktur
yang menjadi suatu bentuk organ yang alamiah dan/atau fungsi
tertentu.
• Embriogenesis: Proses inisiasi dan perkembangan embrio atau
struktur yang menyerupai embrio tumbuhan yang berasal dari sel-
sel somatik (Somatic embryogenesis).
Terima Kasih
53
Lecture 11
Teknologi Produksi Vaksin Konvensional
dan Rekombinan
FARMASI – UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Teknologi Produksi
Vaksin Konvensional dan Rekombinan
a. Milestone Produk Vaksin
b. Teknologi Produksi Vaksin Konvensional
c. Teknologi Produksi Vaksin Rekombinan
d. Tahapan dan Prosedur Produksi Vaksin
e. Titik Kritis Produksi Vaksin
Apa itu Vaksin ?
Apa itu Vaksin ?
• Vaksin yang mengandung sel hidup namun dilemahkan (virus dan bakteri).
• Organisme ini telah diubah, baik secara genetik maupun kimia, sehingga mereka
tidak lagi patogenik.
• Mikroorganisme hidup yang secara alami avirulent atau yang telah dibuat
melemahkan virulensi mereka.
• Contoh:
• Vaksin virus yang dilemahkan : vaksin yellow fever, menggunakan virus YF17D strain, yang
sudah dilemahkan dari virus liarnya
• Vaksin polio, dibuat dari polio virus tipe 2 (strain dengan patogenitas lemah).
Live Attenuated Vaccines
• Salk vaccine untuk polio, menggunakan polio virus utuh yang diinaktivasi dengan formaldehid.
• Vaksin Hepatitis A diproduksi menggunakan virus hepatitis A (type RG-SB), yang diinaktivasi dengan
formaldehid
Vaksin Subunit
• Vaksin ini terdiri dari satu atau lebih protein-peptida atau polisakarida, yang
secara alami terdapat dalam struktur patogen.
• Akibat vaksin subunit berisi sebagian komponen patogen, maka tidak dapat
bertambah jumlahnya dan tidak memberikan respon yang tidak diinginkan.
• Vaksin subunit dibagi menjadi 2 tipe:
1. Vaksin Toxoid
2. Vaksin Konjugat
Vaksin Toxoid
• Vaksin Toxoid adalah vaksin yang terdiri dari eksotoksin yang telah dinonaktifkan,
baik oleh panas atau bahan kimia.
• Vaksin ini dimaksudkan untuk membangun kekebalan terhadap racun, tetapi
tidak harus bakteri yang menghasilkan racun.
• Contoh :
1. Vaksin toxoid Tetanus dari Clostridium tetani
2. Vaksin toxoid Botulinum dari Clostridium botulinum
3. Vaksin toxoid Diphtheria dari Corynebacterium diphtheriae
4. Vaksin toxoid Pertusis dari Bordetella pertusis
Vaksin Konjugat
Genetically engineered: clone, purify and engineer subunit antigens to remove toxic effects
while retaining immunogenicity
Vaksin Rekombinan
Attenuated or nonpathogenic bacteria and viruses can be engineered to express foreign protein
antigens
Vaksin DNA
• Vaksin DNA terdiri dari plasmid yang mengandung gen untuk jenis antigen
tertentu.
• Setelah diberikan, plasmid diakuisisi oleh sel target dan gen diekspresikan.
• Gagasan di balik sistem vaksin DNA adalah bahwa antigen dapat diekspresikan
langsung oleh sel-sel inang dengan cara yang mirip dengan yang terjadi selama
infeksi virus. Sebagai hasilnya, antigen dapat diproses sebagai protein yang
disintesis dalam sitoplasma, dan peptida terfragmentasi disajikan ke sistem
kekebalan oleh molekul MHC kelas I. Selain itu, jika protein diekspor atau
disekresikan, dapat diproses oleh molekul MHC kelas II dan, sebagai akibatnya,
memberikan respon antibodi spesifik
Vaksin DNA
Edible Vaccines
Antigen Proteins
Vaksin yang dihasilkan menggunakan tanaman sebagai bioreaktornya
Phase IV
Post marketing Safety /
Efficacy
Thousands subjects
several yrs
Perencanaan Pembuatan Vaksin Baru
Type of Vaccine Active compound Technology involved Host to Prod. Route of Appl.
Bacterial Vaccine Innactivated cell / Live Fermentation In vitro / Bioreactor Injection
Attenuated cell / Cell wall /
Organel cell
Viral Vaccine Innactivated / Live Viral Tech. and BSL 3 or Egg / Animal cell line / Injection /
Attenuated Virus / Sub unit 4 Facility Living animal / Blood Oral
Virus / Envelop / Capsid / cell culture
Capsomere
Recombinant Vaccine Protein recombinant of DNA recombinant & In vitro / Fermentor Injection
Bacterial cell or Viral Fermentation
component
Edible Vaccine Protein recombinant of DNA recombinant & Plant / Crop Mouth
Bacterial cell or Viral Transgenic plant, Plant
component Tissue culture
DNA Vaccine DNA DNA recombinant & In vitro / Fermentor Injection
Fermentation
Prinsip Produksi Vaksin
Fermentation – upstream
Harvest and removalrecovery
Secondary of solidsand
processing
Primary recovery
polishing
Source: Datar R and Rosen CG. Downstream Process Economics in Separation Processes in Biotechnology, Asenjo J ed., Marcel-Dekker, Inc., 1990
Teknologi Produksi Vaksin Viral
Langridge 2000
Menggunakan Prinsip Kultur Jaringan Tanaman
Vaccine Manufacturing Process Overview Large Scale Bioreactor
Media Prep
Seed Bioreactors 26,000L
Working Cell
Bank 5,000L Bioreactor Centrifuge
Bioreactor
750L
150L Bioreactor Depth
Bioreactor
Filtration
Harvest/Recovery
Inoculum Fermentation
Viral
Inactivation
Eluate
Eluate Hold
Filter Column Eluate Column Hold Tank
Harvest Chromatography Hold Chromatography Tank
Collection Skid Tank Skid 20,000L
Tank
20,000L
8,000L
1,500L
• There are now many developing-world manufacturers (20 in DCVMN), of whom 12 have met WHO
prequalification standards
• BioFarma (Indonesia, OPV, DPT) Dutch & Japanese governments
• Fiocruz/Biomanguinhos (Brazil, YF)
• 1980-83, 2000 Assistance from Japan
• 1999, 2003 Alliances with GSK
• Institut Pasteur (Dakar, YF) Long term French input
• Serum Institute of India (world’s largest producer of measles and DTP, 5th largest vaccine firm)
• 1996 alliance with SKB
• 2007 NIH, PATH, WHO license for Meningococcal vaccine; also RIVM on Hib technology
• Shantha Biotechnics (India, OPV, Hepatitis B) Collaboration with Indian research laboratories and
support from Oman
• Bharat (India) (NIH licensee on rotavirus vaccine, grants from Gates)
• Butantan (Brazil) ; China (Chengdu, Lanzhou, Shanghai, Shenzen)
• CIGB (Cuba) (WHO prequalified) ; Instituto Finlay (Cuba, 6 vaccines)
Titik Kritis Produksi Vaksin
Titik Kritis Produksi Vaksin
CCP 8 CCP 6
CCP 3
INOCULUM
CCP 7
EXTRACTION &
CCP 4
FORMULATION AND FILLING TO VIAL PURIFICATION
BIOREACTOR FOR PRODUCING
BACTERIAL PROPAGULE
Titik Kritis Teknologi Produksi Vaksin
44
Lecture 12
Bioteknologi Molekuler
Modern
TIM DOSEN BIOTEKNOLOGI FARMASI
FFA UHAMKA
Overview
Perkembangan teknologi di bidang biologi memacu terjadinya
percepatan perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang
Kesehatan
Terpecahkannya informasi DNA dan kode genetik dan adanya
kemajuan informasi pada masa genomic menyebabkan arah
Bioteknologi menuju
Overview
If the genomic era can be said to have a precise birth date, it was in the midst of the appearance of
the series, on April 14, 2003. That was when the international effort known as the Human Genome Project
put a close to the pregenomic era with its announcement (available
at http://www.genome.gov/11006929. opens in new tab) that it had achieved the last of the project's original
The extent and pace of progress in
goals, the complete sequencing of the human genome.
genomics are suggested by the fact that this achievement occurred 11 days shy
of the 50th anniversary of the publication of Watson and Crick's seminal
description of the DNA double helix. If science, technology, and medicine have consistently
demonstrated anything, it is that they proceed at an ever-quickening pace. That we have gone in the past 50
years from the first description of the structure of our DNA to its complete sequencing
gives some indication of how much the impact of genomic medicine on the health care
of today's neonates will increase by the time they turn 50 years of age.
Pre- Post-
Genomic
genomic genomic
Era
Era Era
>>Pewarisan sifat oleh >> Diketahui adanya >>Pemanfaatan informasi
Post-Genomic
Pre-Genomic
Genomic Era
Gregor Mendell struktur Kromosom oleh genetik untuk kepentingan
Rosalind Franklind umat manusia
>>Diketahui adaya >>Pemanfaatan informasi
informasi genetik berupa genetik untuk mengetahui
susunan nukleotida oleh berbagai macam
Watson & Crick mekanismeyang terjadi
>>Terpecahkannya kode dalam tubuh organisme
genetik oleh Holley, Khorana
& Nirenberg
>> Sequencing (Sanger &
Gilbert)
>> PCR technology (Kary
Mullis)
>>HuGO Project
Genome
Omics
DNA
Genomic Era
RNA
Protein
DNA
RNA
Protein
Genome
Omics
Omics
Omics merupakan suatu istilah bagi perkembangan teknologi biologi yang melampaui sel,
jaringan, dan organisme dengan mengintegrasikan berbagai macam platform untuk mengetahui
berbagai fenomena yang terjadi dalam suatu sistem biologi.
The advantage of the omics study is that they reveal specific results that promote
understanding
This technology can help to understand the etiology of disease condition through the process
of screening, diagnosis, and prognosis and also for the biomarker discovery to be made easy as
they involve simultaneous investigation of multiple molecules
Further Omics is of great use in drug discovery and toxicity assessment
1950s : Rosalind
1865 : Gregor 1950s : Organism
Franklin (DNA
Mendell Classifications (2
structure by X-ray
(Inheritance) domains of Life)
Diffraction)
Functional Comparative
Genomics Genomics
Comparative Genomics
protein–protein interactions, and
genetic and regulatory interactions.
These in turn enable us to obtain a
broad insight into the origin and
evolution of cellular interactions.
>> Genome comparison has enabled
us to generate an evolutionary pattern
for living organisms.
>> The multitude of chemical >> Genomic approaches have been
entities regulating the expression of instrumental in management of
the genome without affecting the chronic illnesses, such as diabetes
sequence of DNA are known as the and inflammatory bowel disease
constituents of the epigenome,
and the phenomenon associated
Epigenetics & Epigeomics
Clinical Genomics
with it is defined as epigenetics.
>> These chemical components
have the ability to turn expression
of genes on and off for formation of
functionally specialized cells and
are invariably heritable
Transcriptomics - overview
The presence of mRNA in the sample reflects the abundance level of the corresponding gene.
Gene expression involves the detection and classification of mRNA mixture in a specific
sample. The goal of gene expression profiling is to differentiate the mRNA mixtures from
different samples. Contrary to genotyping, gene expression categorizes the level of
gene expression. The variation of the transcriptome can be seen over time between cell
types and change according to environmental conditions (Hubank 2004).
Transcriptome constitutes all transcripts present in a cell including mRNA, miRNA, noncoding
RNAs, and small RNAs.
Transcriptomics identifies the quantity of RNA and transcriptional structure and quantifies the
differential expression levels of transcripts spatially and temporally during various
developmental stages and under varying physiological conditions.
Transcriptomics - definition
Microarray RNA-seq
Transcriptomics – technology/devices (lanjutan 2)
Expression Sequence Tag (EST)
ESTs are unique sequences pointing to expressed genes in the mapped cDNA clone.
EST was useful for unknown gene identification but could not quantify expressed genes.
Ecology
• transcriptome analyses of gene expression are usedto study the molecular adaptations to environmental challenges
• Transcriptomics has been applied to analyze gene expression and identification of pathways in response to abiotic
and biotic environmental stresses
Evolution
• Transcriptomic technology is now being used to study the cause of phenotypic variation correlating with the
divergence in the population
inflammation
Immunity and
>> Microarray-based expression profiling stimulating factors and has determined
identifies cellular changes occurring during several novel genes to be stimulation
transformation of noninvasive to invasive cell responsive.
undergoing metastasis. It also aids in >> RNA-Seq has been potentially useful in
identifying biomarkers for different cancers immune disorders or diseases where it can
and have revealed certain genes responsible dissect two cell populations and identify T-
for chemoresistance cell and B-cell receptor repertoire in patients
>> Transcriptome profiling is also useful in (Byron et al. 2016).
drug discovery whereby drug effects in a cell
could also be monitored
Proteomics
Study of the complete proteins from a source and the techniques implied to study these
proteins and their interactions
There exist two modes of proteomics, one that involves the study of only proteins as analysis of
gene products and the other that is more inclusive and comprises a combination of protein
analysis and genomics/transcriptomics
>> The quantification of >> large-scale analysis of >> This is a broader
the expression of the protein structures category and involves
proteome followed by >> Structural analysis of several proteomics
comparison of the protein proteins is essential for approaches ranging from
expression among samples determining the protein discovery and
that differ by a factor being interactions and for drug- identification of novel
proteomics
Proteomics
Structure-based
Functions-based
Protein Expression-
Based Proteomics
Proteogenomics
>> These studies determine where the >> the discovery of regulatory
proteins are located and their mechanisms such as post-
interactions with other proteins transcriptional and post-translational
modifications (Gupta et al. 2007).
>> This approach helps in analyzing
and comparing multiple genomes
(Gupta et al. 2008).
Metabolomic
the high-throughput study of metabolites which serve as an integral part of
the metabolism.
to provide a comprehensive snapshot of the physiological state of an
organism at a given time state
an interdisciplinary field, and it requires the input and data information from
all other fields of ‘omics’ such as through genomics, through transcriptomics
and partly through proteomics
Bioinformatika
TIM DOSEN BIOTEKNOLOGI FARMASI
FFS UHAMKA
Overview
Scope
Bioinformatika dapat didefinisikan sebagai suatu tools yang digunakan untuk mengolah semua
informasi yang tersajikan oleh sekuens (urutan basa) DNA menjadi suatu informasi yang dapat
diterapkan pada bidan-bidang terkait, seperti farmasi, kedokteran, biologi, dan sebagainya.
Apa yang dapat diperoleh
dengan bioinformatika?
Sebelum bioinformatika muncul, semua eksperimen biologis dilakukan dengan 2
metode, yaitu:
in vivo (eksperimen biologis yang dilakukan dengan menggunakan hewan coba)
Wet Lab
in vitro (eksperimen biologis yang dilakukan dalam suatu artificial environment seperti di dalam
laboratorium)
Saat ini dikenal dengan istilah post genomic era, yaitu zuatu zaman dimana semua
informasi genetika organisme dan virus sudah terpecahkan. Pada masa ini,
ekperimen biologis dapat dilakukan secara komputasi melalui bioinformatika
bioinformatika juga dikenal dengan istilah computational biology (Biologi
Komputasi)
Computational biology (defined as the application of quantitative and
analytical techniques to model biological systems), is only covered via a brief
consideration of the virtual living organism
Dahulu semua orang sudah mengetahui dan memahami jalur sintesa protein yang dikenal
dengan central dogma
Saat ini (post-genomic era) orang sudah dapat mengetahui lebih jauh daripada central dogma.
Bagaimana melakukan bioinformatika?
Ada 2 langkah untuk melakukan bioinformatika :
1. Harus mendapatkan informasi genetik (DNA/kode genetik) molekul yang ingin diteliti
2. Harus mengetahui tujuan mencari informasi genetik tersebut
Langkah 1 dapat dilakukan secara online dengan mengakses website pustaka DNA. Ada 3 pustaka DNA di
dunia, yaitu :
a. www.ncbi.nlm.nih.gov (Amerika)
b. www.ebi.ac.uk (Eropa)
c. www.ddbj.nig.ac.jp (Jepang)
Langkah 2 diperlukan untuk menentukan perangkat lunak yang akan digunakan untuk analisa informasi
genetik tersebut
Pustaka DNA di dunia
Apa yang dapat dilakukan oleh
bioinformatika?
(1) functional genomics, Pada awalnya, bioinformatika dikembangkan untuk
to determine the role of the sequence in the menggabungkan informasi DNA yang terdapat dalam
living cell, either as a transcribed and suatu organisme sehingga diperoleh DNA utuh
translated unit (i.e., a protein, the description (whole genome) organisme tersebut, kemudian
of the function of which might involve berkembang sebagai tools untuk mengetahui peran
knowledge of its structure and potential tiap fragmen DNA, membandingkan DNA berbagai
interactions) or as a regulatory motif, whether organisme hingga saat ini digunakan untuk
as a promoter site or as a short sequence mendesain suatu produk biologis menggunakan
transcribed as a piece of small interfering RNA rekayasa genetika, memprediksi interaksi obat
dengan sel, memprediksi framen DNA yang berperan
(2) comparative genomics, pada suatu penyakit dan melakukan editing pada
the sequences from different organisms, or genom organisme
even different individuals, are compared in
order to determine ancestries and correlations
with disease
Contoh Functional Genomic
Insulin Manusia pada Pustaka DNA
www.ncbi.nlm.nih.gov
Urutan DNA Insulin Manusia
The Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) is a collection of programs for searching homologous
sequences for a given query sequence or a set of sequences against selected database (called “Subject
sequence”). Thus, BLAST finds regions of local similarities between these query and subject sequences.
BLAST is a heuristic program, developed by Altschul and coworkers (Altschul et al., 1990), that can yield
results in a reasonable time.
BLASTn (BLAST with suffix n) is one of the BLAST programs (Table 12.1) that is used to compare a
nucleotide query sequence against a nucleotide database. Functional and evolutionary relationships
between sequences can be deciphered using BLAST. In addition, it is used to identify member(s) of gene
families.
Contoh Comparative Genomic
Phylogenetic Tree
Aplikasi Bioinformatika Reprogramming Stem Cells
Pada Bidang Kesehatan
Tracing Genetically Modified Ingredients in
The Genetic Basis of Disease
Food
Cancer
Personalized Medicine
Bacterial Multiresistance
Drug Discovery and Testing
Nanodrug Toxicogenomics
The Genetic Basis of Disease
• Some diseases have a clear genetic signature; for example normal individuals have about 30 repeats of the nucleotide triplet CGG,
whereas patients suffering from fragile X syndrome have hundreds or thousands
• most of the genetic variability across human populations can be accounted for by SNPs which are is extremely useful for elucidating
the genetic basis of disease, or susceptibility to disease, and hence preventive treatment for those screened routinely.
• Forensic medicine is an important branch of the medical application of genetic analysis. Repeated motifs such as variable number of
tandem repeats (VNTRs) or short tandem repeats (STRs) appear to be uniquely different for each individual and, hence, can be used
for identification purposes
Cancer
• According to the “chromosomal theory” of cancer, carcinogens are aneuploidogens that upset the delicate and complex molecular
machinery of mitosis,8 resulting in cell division with the chromosomes unequally distributed between the two daughter cells. This
results in massive genotypic aberration, equivalent to thousands of point mutations occurring in a very short time. Although many
such cells are simply not viable
• The abnormal karyotype appears to confer extraordinary genotypic and phenotypic instability, such that the cancer continues to
evolve, developing more and more abnormal aneuploidy. Given that aneuploidy implies extra copies of some chromosomes and
damage to or deletion of others, the resulting cell is likely to show phenotypically deviant behaviour, including the ability to
hyperproliferate and rapidly evolve drug resistance.
Bacterial Multiresistance
• It is becoming increasingly widely perceived that one of the greatest threats to human health is the
increasing ability of microbes, especially bacteria, to resist antibiotics. This resistance is a rather
obvious consequence of the inept use of antibiotics, but there has been little success in effectively
overcoming it. One difficulty is the rapidity of the change in resistance. Analysis has shown that it
occurs by the addition and rearrangement of resistance determinants and genetic mobility systems,
rather than by gradual modification of the genome
The End
Kuliah 14
Kloning Sel dan Individu
FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Kloning
• Prinsip Kloning
• Teknologi Kloning Mahluk Hidup
(Reproductive Cloning)
History
• 1938: concept of a nuclear transfer
• 1952: first success with amphibians
• 1982: first mouse clone
• 1997: Dolly
Nature 445, 800-801(22 February 2007
Cloning from Adult Vertebrate Cells
Legend:
Surrogate mother
(horse)
http://www.personal.psu.edu/faculty/t/r/trp2/mammoth.jpeg
http://www.serragaucha.com.br/rocky/zoo.html
http://www.riosmith.net/Gaur004.jpg
http://www1.ceit.es/Asignaturas/Ecologia/EspNaturales/Ordesa/mamiferos.htm#Bucardo
Mammoth Quagga
Bucardo Gaur
Noah, a Banteng clone created by Advanced Cell Technologies
Banteng are endangered wild bovine from Southeast Asian
This clone was created from frozen tissue of an animal that died
in 1980
http://www.advancedcell.com/images/Banteng002-sm.jpg
Kloning Manusia …???
Problems with Cloning
• 3 Pig clones, born in 2002, died of heart attacks due to “adult
clone sudden death syndrome” within days of each other by
the time they were 6 months old.
• Dolly had a weight problem, telomeres 20% shorter than
normal, she suffered from arthritis, and finally lung cancer
due to an infection for which she was finally euthanized at age
6yrs.
• The success rate ranges from 1 to 3% this contrasts to in vitro
fertilization which has a success rate of 50 to 20%
http://fig.cox.miami.edu/~cmallery/150/gene/cloning.success.jpg
Reproductive and Therapeutic Cloning
Reproductive and Therapeutic Cloning
AKHIRNYA……
Lecture 15
Biosafety & Bioethics
FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Biosafety & Bioethics
a. Definisi Biosafety
b. Arti Penting Biosafety
c. Definisi Bioethics
d. Arti Penting Bioethics
Definisi Biosafety
Aspek keamanan dari organisme hasil rekayasa genetika
ataupun agen biologis yang dapat memberikan dampak
buruk terhadap manusia.
Agen biologis yang mampu
memberikan dampak negatif
pada manusia, spt: mickroba,
BIOHAZARD toxin & alergen baik dari
mikroba ataupun tumbuhan
BIOSAFETY
dan hewan
GMO
setiap organisme hidup yang
memiliki kombinasi bahan
genetik baru yang diperoleh
melalui penggunaan
bioteknologi modern
BIOSAFETY FASILITAS DAN KEGIATAN
RISET BIOTEKNOLOGI
Biosafety pada Riset Akademik
• PENGOBATAN: rberkaitan
Biosafety berkaitan dengan
dengan organ atau jaringan
berbagai bidang
biologis, produk terapi gen, virus
sesuai dengan tingkatan bahaya
• EKOLOGI: berkaitan dengan dari BSL-1, 2, 3, 4
masuknya bahan hidup yang • KIMIA: seperti nitrat dalam air,,
bukan indigenous pada suatu PCB yang mempengaruhi
tempat yang baru (Reggie kesuburan
the alligator)
• EXOBIOLOGY: seperti kebijakan
• PERTANIAN: pengurangan ruang angkasa NASA yang
resiko tersebarnya virus memasukkan kontaminasi
asing/gen transgenik/prion bakteri dari ruang angkasa ke
dan mengurangi kontaminasi dalam "biosafety level 5"
bakteri pada makanan
(BSE/"MadCow“)
BIOSAFETY OF MICROBIOLOGICAL &
BIOMEDICAL LABORATORIES (BMBL)
• Apikasi dari kombinasi antara praktik dan prosedur
laboratorium, fasilitas dan perlengkapan keamanan saat
bekerja dengan bahan biologi yang berpotensi infeksi (US
Dept. Health & Human Services)
• Tujuannya untuk memberikan proteksi terhadap: pekerja
lab, pembantu pekerja lab, produk, personel administrasi
lab, dan lingkungan
• Biosafety Level:
BSL1 - agen yang tidak menyebabkan penyakit.
BSL2 – agen yang berhubungan dengan penyakit manusia.
BSL3 – agen indigenous/exotic berkaitan dengan penyakit manusia
dan berpotensi ditransmisi aerosol.
BSL4 – agen berbahaya/exotic yang membahayakan kehidupan.
Biosafety Level 1
• Suitable for work involving well-characterized agents not
known to consistently cause disease in immunocompetent
adult humans
• minimal potential hazard to laboratory personnel and the
environment.
• laboratories are not necessarily separated from the general
traffic patterns in the building.
• Work is typically conducted on open bench tops using
standard microbiological practices.
• Special containment equipment or facility design is not
required,
• Laboratory personnel must have specific training in the
procedures conducted in the laboratory and must be
supervised by a scientist with training in microbiology or a
related science.
BSL 1
• Bacillus subtilis
• Naegleria gruberi
• Infectious canine hepatitis virus
• E.coli K-12
• Transgenic Plants
• Plasmids
• Fungi
• Mold
• Yeast
BSL 1
Standard Microbiological Practices
Protective clothing
1. Lab coat
2. Gloves
Restricted access
when work in
progress
BSL 2
Special Practices
Needles & Sharps Precautions
• Use sharps containers
• DON’T break, bend, re-sheath or reuse syringes or
needles
• DON’T place needles or sharps in office waste containers
• DON’T touch broken glass with
hands
BSL 2
Special Practices
Needles & Sharps Precautions
• Use plasticware
• Policies and procedures for entry
• Biohazard warning signs
• Biosafety manual specific to lab
• Training with annual updates
• Use leak-proof transport containers
• Immunizations
• Baseline serum samples
• Decontaminate work surfaces
• Report spills and accidents
• No animals in laboratories
Biosafety Level 3
• Is applicable to clinical, diagnostic, teaching, research, or
production facilities where work is performed with indigenous or
exotic agents that may cause serious or potentially lethal disease
through inhalation route exposure.
• Laboratory personnel must receive specific training in handling
pathogenic and potentially lethal agents
• Must be supervised by scientists competent in handling
infectious agents and associated procedures.
• Biosafety Level 2 plus all procedures involving the manipulation
of infectious materials must be conducted within BSCs, or other
physical containment devices
• Personnel wear additional appropriate personal protective
equipment including respiratory protection as determined by
risk assessment
• A BSL-3 laboratory has special engineering and design features.
– Directional air flow
BSL 3
• Exposure potential to
pathogens spread by
aerosol or with unknown
risk of transmission
• Infection possibly lethal
Examples:
– Ebola Zaire
– Sin Nombre virus
– Rift Valley Fever
BSL 4
Facility Design (Secondary Barrier)
28
BIOSAFETY OF G.M.O
Dasar pemikiran:
• Genetically Modified Organisms (GMO) merupakan organisme
hidup yang memiliki kombinasi bahan genetik baru yang
diperoleh melalui penggunaan bioteknologi modern (rekayasa
genetika)
• Rekombinasi materi genetik membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sifat, kemampuan dan produk dari organisme ybs
• Terjadinya perubahan tersebut kemungkinan menyebabkan
terjadinya abnormalitas dan ketidaksesuaian sifat, kemampuan
maupun produk yang dihasilkan oleh GMO yang berdampak
negatif terhadap manusia, organisme lain maupun lingkungan
• GMO meliputi: Bakteri, Fungi, Yeast, Virus, Tanaman dan Hewan.
• GMO Plants : Bt cotton dan Bt corn
GMO-Transgenik
30
Keuntungan tanaman transgenik
1. There are potential benefits to agricultural productivity
through the development of crops more resistant to pests,
disease, and severe weather, decreasing the risk of
devastating crop failure (kegagalan panen).
2. Potential benefits to the environment including:
a. improved productivity could result in more food from less
land and a decreasing reliance (ketergantungan) on the
cultivation of marginal land
b. Genetically engineered pest and disease resistance could
reduce the need of pesticides and other chemicals, thereby
decreasing the environmental load and farmer exposure to
toxins.
31
Keuntungan tanaman transgenik
3. Potential benefits to human health and wellbeing.
a. Genetic engineering could be used to remove genes
associated with allergies, e.g. the blocking of the gene that
produces the allergenic protein in peanuts.
b. The insertion of genes into crops such as rice and wheat can
enhance their nutritional value, e.g. Golden Rice
c. Genetic modification could be used to produce healthier
foods, e.g. by eliminating trans fats or caffeine
d. Genetic engineering could be used to develop
pharmaceuticals and vaccine in plants.
32
Potensi resiko tanaman transgenik
1. Berpotensi menyerang hewan non target
Langsung: potensi toksik terhadap organisme non-target
yang memakan tanaman yang masih hidup/ yang sudah
mati.
Tidak langsung: jika tanaman transgenik ditanam secara
besar besaran dengan berbagai hama target yang berbeda
beda, jika dijumlahkan secara kumulatif, maka akan
membunuh hampir smua jenis insekta pemakan tanaman.
33
Potensi resiko tanaman transgenik
2. Menyebabkan kanker
34
Potensi resiko tanaman transgenik
3. Penyerbukan silang alami secara konvensional antara
tanaman organik dengan tanaman transgenic
4. Dampak sosial ekonomi
Negara yang mampu menciptakan/mengembangkan GMO:
produsen utama. Negara lain ketergantungan. Resistensi
mahluk hidup lain
4. GMO potensi merusak ekosistem (simbiosis)
Adanya perubahan menciptakan mutasi
5. Resiko terhadap ekologi tanah
GMO produksi toksin makro atau mikrobiota tanah.
GMO melepas DNA asing makro atau mikrobiota tanah
35
36
Aspek Pertimbangan dalam penggunaan tanaman
transgenik
37
Aspek pertimbangan GMO
A. BIOETIKA
Kecerdasan manusia mencari dan mengembangkan ilmu,
e.g. bioteknologi dan rekayasa genetika tanaman
kesejahteraan manusia sendiri …. sejalan dengan etika dan
moral
Industrialisasi tanaman transgenik yang tergesa-gesa, tanpa
memperhitungkan dampak apapun, sehingga
mengesampingkan semua pertimbangan .... tidak beretika
38
Aspek pertimbangan GMO
B. FILSAFAT
Tanaman transgenik yang memiliki manfaat untuk
memenuhi kebutuhan pangan, tetapi manfaat tsb
belum teruji apakah lebih besar manfaatnya atau
kerugiannya … secara filsafat perlu dikaji lebih lanjut
C. HUKUM
Terdapat Per-UU yang mengatur dan mengawasi
keamanan hayati dan keamanan pangan
pemanfaatan produk pertanian agar tidak merugikan.
39
Aspek pertimbangan GMO
D. SOSIAL BUDAYA
Berkaitan dengan unsur ekonomi dan politik
Tanaman transgenik yang banyak dikembangkan negara maju
yang memiliki teknologi yang lbh tinggi, membuat masyarakat
negara agraris memiliki ketergantungan yang besar.
E. AGAMA
Agama Islam: asal usul gen yang ditransfer;
Hindu: tanaman transgenik dapat memutus rantai ekosistem –
tdkseimbangan lingkungan/homeostasis – Tri Hita Karana
(konsep hubungan mahluk hidup dgn Tuhan, mahluk hidup
dgn lingkungannya)
40
Contoh klasik keputusan biosafety
Apakah Bt corn aman??
Lingkungan Masyarakat
41
Konsumsi Produk GMO
• Sekitar 75% makanan di USA mengandung bahan-bahan GM:
crackers, breakfast cereals, and cooking oils. Almost
everything that contains soy or corn has been genetically
modified.
• 80 percent of the soybeans and 40 percent of the corn grown
in the US is genetically modified.
42
Bagaimanakah keamanan produk rekayasa genetika di
indonesia?
1. UU No 5 Thn 1990: konservasi SDAHE
2. UU No 7 Thn 1996: Pangan (perlu direvisi)
3. UU No 29 Thn 2000: Perlindungan varietas tanaman
4. UU No 21 thn 2004: ratifikasi protokol keamanan hayati
5. UU No 4 Thn 2006: Pengesahan International Treaty on Plant
Genetic Resources for Food and Agriculture
6. UU No 32 Thn 2009: Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
7. UU No 36 thn 2009: kesehatan
8. UU No 13 thn 2010: hortikultura
9. UU No 28 thn 2004: keamanan, mutu, gizi pangan
10. UU No 21 thn 2005: keamanan hayati produk rekayasa genetika
43
GMO Menurut PP no 28/tahun 2004: keamanan, mutu,
dan gizi pangan
44
Protokol GMO pangan di indonesia
Kewajiban pemeriksaan pangan yang meliputi:
Informasi genetika, antara lain deskripsi umum pangan
produk rekayasa genetika dan deskripsi inang serta
penggunaannya sebagai pangan
Deksripsi organisme donor
Deskripsi modifikasi genetika
Karakterisasi modifikasi genetika
Informasi keamanan pangan, antara lain kesepadanan
substansial, perubahan nilai gizi, alergenitas dan toksisitas.
45
Hak masyarakat selaku konsumen?
• Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa
• Hak atas informasi yang benar dan jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan jasa
• Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan atau jasa yang digunakan
• Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
• Hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi apabila
produk tdk sesuai semestinya.
46
Pengamanan untuk produk
bioteknologi
• Setiap orang dan atau badan hukum yang memproduksi-
mengolah-mendistribusikan makanan dan minuman yang
diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil
teknologi rekayasa genetika yang diedarkan harus
menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan
manusia, dan lingkungan (Psl 109 UU Kesehatan)
• Setiap orang dan atau badan hukum yang memproduksi
dan mempromosikan produk makanan dan minuman dan
atau yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman
hasil olahan teknologi dilarang menggunakan kata-kata
yang mengecoh dan atau disertai klaim yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya (Psl 110 UU Kesehatan)
47
Open conclusion
• Meskipun menimbang keuntungan dan resiko suatu produk
Bioteknologi sangat mungkin dilakukan, akan tetapi tidak
mudah mengaplikasikan bioetik itu sendiri.
• Dua hal yang menjadi perhatian utama adalah produk
Bioteknologi dapat meningkatkan hidup manusia dan secara
lingkungan aman, tetapi kewajiban etika kita tidak hanya
terbatas pada dua hal tersebut di atas. Kita harus juga
memperhatikan rasa keadilan environmental sustainability,
berbagai norma, agama, dll.
48
49
WHY BIOETHICS MATTERS TO US – AND
WHY IT SHOULD MATTER TO YOU??
50
Apakah ETIKA??
• Ethics: the rules of
conduct recognized
in respect to a
particular class of
human actions or a
particular group,
culture.
51
KAIDAH DASAR BIOETIKA DAN TEORI ETIKA
Etika
• Adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari
moralitas/ meliputi hidup baik, berbuat baik dan
menginginkan hal yang baik dalam hidup … etika
praktis
• Adalah asas yang mengatur karakter manusia ideal
atau kode etik profesi tertentu …. etika normatif
• Etika menjadi alasan untuk memilih nilai yang benar
di tengah belantara norma.
52
KAIDAH DASAR BIOETIKA DAN TEORI ETIKA
Ciri-ciri moralitas:
1. Norma yang sangat penting
2. Bersifat universal
3. Norma rasional dan objektif
4. Menyangkut kemaslahatan manusia
Dokter melanggar janji sehingga tidak datang tepat
waktu ---- tidak etis
Dokter meracuni pasiennya --- tidak bermoral
53
KAIDAH DASAR BIOETIKA DAN TEORI ETIKA
Bioetika
• Biomedical ethics
• Adalah cabang dari etika normatif
• Adalah etika yang berhubungan dengan praktek
kedokteran dan atau penelitian di bidang biomedis.
54
APAKAH BIOETIKA
• Bioethics: a field of
study concerned with
ethics and philosophical
implications of certain
biological and medical
procedures,
technologies and
treatments such as
organ transplants,
genetic engineering,
etc.
55
56
APAKAH bioetika
• Bioetika sbg konsep sebenarnya
sudah dikenal dan merupakan
warisan yang turun temurun dari
nenek moyang.
• Sebagai sebuah definisi baru
dikenal sejak 1970an.
• Dalam pengertian umum, Bioetik
adalah
“love of life”
57
ETIKA vs hukum
• Hukum mengatur perliaku manusia dalam kaitannya dengan
ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang
tertentu dan baku.
58
Etika vs hukum
• Contoh cara berpikir Hukum:
Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang
penting adalah formulir persetujuan telah ditandatangani oleh
pasien atau yang mewakilinya.
59
BIOETIKA/ETIKA dalam Bioteknologi?
60
Contoh klasik keputusan bioetika
Kloning gen penting, siapa yang berhak
mempatenkannya??
University?
Government? Society?
Company?
61
Contoh klasik keputusan bioetika
University?
Government? Society?
Company? 62
Contoh klasik keputusan bioetika
Terdapat satu jantung siapa yang paling berhak??
64
Prinsip dasar bioetika
1. Rasa hormat terhadap hak-hak orang lain
Menghargai diri sendiri (Autonomy) “self-love”. Mendapat
penghargaan dari orang lain (Dignity)
2. Mengerjakan sesuatu yang baik atau menghasilkan sesuatu
yang baik: keuntungan harus sebanding dengan resiko
“loving good”. Keuntungan = resiko
3. Adil: tersebar merata di masyarakat
Semua strata masyarakat mempunyai akses yang
sama/merata
4. Menghargai hidup: tidak membuat kerusakan
Penelitian-penelitian harus dihentikan jika menimbulkan
kerusakan/membahayakan.
65
Beberapa Sudut pandang bioetika
dalam ilmu bioteknologi
66