Anda di halaman 1dari 362

Kuliah 7

Teknologi Produksi Bioactive Compound


(API: antibiotik dan protein terapeutik)

FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Teknologi Produksi Bioactive Compound

a. Milestone antibiotik dan protein terapeutik


b. Tahapan dan Prosedur Produksi
c. Titik Kritis Produksi
Milestone antibiotik
Milestone antibiotik
Milestone antibiotik
Milestone Protein Terapeutik utk Kanker
Milestone Protein Terapeutik Erythropoietin
Flow Proses Produksi Antibiotik
Tahapan dan Prosedur Produksi
• Antibitotik yang merupakan salah satu produk mikrobial
(Actinomycetes, Fungi, Bakteri), sehingga proses
produksinya dilakukan melalui proses fermentasi
• Tahapan produksi antibiotik baru secara lengkap
mencakup:
a. Isolasi mikroba penghasil senyawa aktif
b. Skrining potensi antibiotic
c. Preservasi mikroba potensial
d. Pembuatan Kultur Starter
e. Proses Fermentasi
f. Proses Hilir (panen, ekstraksi, isolasi dan purifikasi)
g. Refining (peningkatan kualitas)
Pembuatan Kultur Starter
• Kultur starter dibuat melalui tahapan peremajaan strain atau isolat yang
sudah dipreservasi
• Peremajaan dilakukan dengan menumbuhkan pada medium agar cawan.
Pengamatan morfologi dan sifat fisiologi dilakukan (sebagai CCP 1) untuk
menjamin bahwa mikroba yang diremajakan tersebut masih strain atau
isolat yang dikehendaki, tidak terjadi perubahan atau kontaminasi dengan
mikroba yang tidak dikehendaki.
• Kultur starter dibuat pada labu kocok yang berisi medium cair
mengandung bahan makanan dan pertumbuhan bagi mikroba, hingga
diperoleh suspensi dengan kepadatan sel tinggi (sebagai CCP 2). Kultur
starter ini siap untuk dipindahkan ke dalam tanki bioreactor untuk
memulai fermentasi. Untuk mendapatkan volume kultur starter suatu
fermentasi skala pabrik, dilakukan pembuatan starter beberapa tahap.
Contoh: dibuat tahapan kultur starter volume 1 liter, dilanjutkan starter
volume 10 liter, dilanjutkan starter volume 100 liter dst.

*CCP : Critical Check Point


Fermentasi
• Tanki fermentasi (bioreactor) merupakan tanki stainless steel yang
berukuran besar yang mampu menampung volume medium (10, 100,
1000, 10.000 hingga 100.000 liter (pada skala industry)
• Fermentor berisi medium cair yang sama dengan medium kultur
starter. Medium harus berisi makanan dan nutrisi yang dibutuhkan
mikroba untuk tumbuh dan berkembang, serta menghasilkan
metabolit antibiotic yang diinginkan dalam jumlah tinggi (sebagai CCP
3)
• Medium tersebut harus disterilisasi untuk menjamin tidak terjadinya
kontaminasi oleh mikroba yang tidak diinginkan (sebagai CCP 4)
• Kondisi optimal selama fermentasi yang mencakup: suhu, pH, suplai
oksigen, penambahan antifoam HARUS diset (sebagai CCP 5)
Isolasi dan purifikasi

• Setelah waktu inkubasi optimal tercapai, jumlah antibiotic yang dihasilkan


tinggi maka dilakukan harvesting (panen) dengan menghentikan
fermentasi
• Proses pemisahan produk antibiotic dari campuran sisa medium dan sel
biomassa mikroba penghasil dilakukan dengan beberapa tahapan (CCP 6)
• Tergantung jenis antibiotiknya, cairan fermentasi diekstraksi dengan
pelarut yang sesuai dengan sifat fisika-kimiawi antibiotiknya (CCP 7).
Contoh: untuk memisahkan penisilin yang bersifat sedikit larut minyak,
cairan fermentasi diekstraksi dengan pelarut butyl acetate atau methyl
isobutyl ketone.
• Penisilin yang terekstrak (terlarut) pada pelarut selanjutnya direcovery
(CCP 8) menggunakan beberapa metode dan bahan kimia pada tahap
lanjutan, sehingga diperoleh serbuk penisilin yang selanjutnya akan
direfining.
Refining
• Produk antibiotic dapat dibuat dalam berbagai bentuk, seperti sediaan
intravena (IV), tablet, kapsul, atau sebagai bentuk powder.
• Tergantung pada bentuk sediaan akhirnya, berbagai tahapan refining
diperlukan melalui rangkaian proses produksi bentuk sediaan akhir secara
pabrikasi.
Flow Proses Produksi Protein Terapeutik

DSP : Downstream Process


Protein Terapeutik
Titik Kritis Teknologi Produksi API

• CCP 1  Kualitas Strain/Isolat mencakup isolasi strain,


skrining, penyimpanan (preservasi), peremajaan
• CCP 2  Pembuatan Kultur Starter
• CCP 3  Medium produksi optimal
• CCP 4  Sterilisasi medium pada Bioreaktor
• CCP 5  Kondisi Optimal fermentasi (suhu, pH, agitasi, suplai
oksigen, antifoam)
• CCP 6  Separasi massa cair – padat hasil fermentasi pada
saat harvesting (awal proses hilir)
• CCP 7  Ekstraksi metabolit API
• CCP 8  Recovery API
*CCP : Critical Check Point
Tantangan Teknologi Produksi API
1. Menemukan medium produksi yang murah, namun menghasilkan
pertumbuhan optimal dan rendemen antibiotic yang tinggi. Salah satu
sumber medium adalah limbah hasil industi pengolahan pertanian,
seperti corn steep liquor, molasses, ataupun whey.
2. Memelihara kemurnian isolat atau strain mikroba unggul, serta
melakukan improvement terhadapnya, sehingga dapat meningkatkan
produktifitasnya.Preservasi dilakukan dengan teliti untuk menjamin
tidak berubahnya strain atau tidak terjadinya kontaminasi.
3. Proses sterilisasi medium pada setiap tahapan, untuk menjamin tidak
terjadinya kontaminasi oleh mikroba yang tidak diinginkan.
4. Mengembangkan metode proses hilir yang cepat dan efisien untuk
mendapatkan kemurnian dan kestabilan tinggi
5. Selalu melakukan improvement dengan modifikasi atau optimasi strain,
nutrient, atau kondisi lingkungan untuk meningkatkan produktivitas dan
efisiensi.
6. Menjamin produksi bersih, dengan meminimalkan waste disposal ke
lingkungan.
19
Terima Kasih
Kuliah 9
Teknologi Protein Sel Tunggal

FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Teknologi Protein Sel Tunggal

a. Definisi Protein Sel Tunggal


b. Sumber Protein Sel Tunggal
c. Teknologi Produksi Protein Sel Tunggal
Definisi PST
1. Biomassa sel mikroba kering seperti alga, bakteri, kapang, yeast dan
jamur Basidiomycetes (mushroom) yang ditumbuhkan dalam kultur
skala besar, sebagai bahan pangan atau pakan, dengan kandungan
protein tinggi, serta nutrien lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral (Marx, 1991).
2. Istilah Protein Sel Tunggal adalah istilah umum untuk mikroorganisme
uniseluler maupun multiseluler seperti bakteri, khamir, kapang dan
alga (Tannebaum et al., 1978).
3. PST didefinisikan sebagai isolat protein atau semua komponen sel
mikroorganisme yang mempunyai nilai nutrisi yang baik karena
kandungan protein yang tinggi, lemak, vitamin serta mengandung
asam-asam amino esensial yang lengkap (Srikandi, 1988).
4. PST adalah sel kering jasad renik seperti bakteri, khamir, kapang dan
alga yang ditumbuhkan pada suatu sistem kultur tertentu untuk
digunakan sebagai sumber protein dalam pangan manusia maupun
pakan ternak (Saraswati, 1985).
Keuntungan Mikroorganisme sebagai PST
1. Memungkinkan penggunaan bahan baku non pangan serta
limbah indusri pertanian maupun non pertanian sebagai
substrat
2. Tidak membutuhkan lahan yang luas
3. Pertumbuhan dan perkembangbiakannya berjalan dengan
cepat tanpa tergantung pada musim dan iklim setempat
4. Mikroorganisme mempunyai kandungan protein tinggi dan
nilai gizi cukup baik
5. Modifikasi sifat genetika mikroorganisme lebih mudah
daripada tanaman maupun hewan tingkat tinggi
Dasar Pemilihan Mikroba penghasil
PST
1. Komposisi bahan baku
– Bahan baku untuk substrat pertumbuhan mikroorganisme penghasil PST
hendaknya mengandung bahan-bahan organik dan anorganik dalam jumlah
cukup baik untuk kehidupan mikroorganisme tersebut
2. Teknik proses
– Proses pembuatan PST hendaknya memiliki teknik yang praktis dan mudah serta
menggunakan teknologi yang sederhana
3. Aspek nutrisi
– Mikroorganisme yang digunakan sebagai sumber PST harus mempunyai nilai gizi
tinggi.
4. Tidak bersifat patogen,
5. Tidak mengeluarkan metabolit beracun,
6. Tingkat adaptasi terhadap lingkungan yang stabil,
7. Mampu mengasimilasi substrat dengan kecepatan tumbuh yang
tinggi.
Mikroba Sumber PST

1. Mikroba Fotosintetik
a. Alga
2. Mikroba Non Fotosintetik
a. Bakteri
b. Yeast
c. Kapang
d. Mushroom
Alga
• Alur reaksi fotosintetik:
CO2 + H2O + Amonia atau nitrat + mineral  sel alga + O2
Sinar matahari
• Pemanfaatan PST dari mikroalga:
– Pakan ternak
– Pakan ikan
– Food Suplemen
• Perkembangan : AS, Jepang dan Korea
• Produksi dilakukan pada kolam-kolam raksasa yang
didisain sebagai bioreaktor besar untuk
memperbanyak biomassa mikroalga
Alga
• Mikroalga adalah organisme
aerobik fotosintetik, uniseluler
ataupun multiselluler, hidup
sebagai penyusun trofik dasar
lingkungan perairan,
mengandung satu atau lebih
kloroplas yang berisi klorofil
dan pigmen-pigmen pelengkap
lainnya yang merupakan situs
reaksi fotosintesis.
• Mikroalga penghasil PST 
Spirulina, Scenedesmus,
Tetraselmis dan Chlorella.
Spirulina
• Spirulina adalah salah satu genus
Cyanobacteria
• Dua jenis Spirulina yang unggul dalam
menghasilkan PST adalah :
Arthrospira platensis, dan Arthrospira
maxima (saat ini diklasifikasikan sbg
genus yg berbeda) yaitu Arthrospira
• Meskipun demikian, istilah lama
Spirulina tetap menjadi nama yang
populer.
• Spirulina dibudidayakan  digunakan
sebagai suplemen makanan dalam
bentuk tablet, flake, dan powder.
• Sebagai suplemen pakan di industri
akuakultur, akuarium, dan unggas
Spirulina
Chlorella
Produk dari Mikroalga

• Nutraceutical  suplemen multivitamin


• Astaxanthin  karotenoid pigmen warna merah-orange
dipakai utk antioksidan, suplemen menjaga kesehatan mata,
jantung, dan kulit
• Kosmetik  perawatan kulit
• PUFA  omega, EPA, DHA
• Biofuel  Lipid untuk biodiesel
Teknologi Produksi Mikroalga
Produksi mikroalga secara miksotropik dalam
bioreactor cahaya

Minerals
N, P, K, Mg, Na, S
Trace elements Cahaya MH

Biomass
H2 O

CO 2
Organic
substrate
Kultivasi Chorella dalam labu 200 ml dengan
cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam labu 2000 ml dengan
cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam labu 10 liter dengan
cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam bioreactor cahaya
4000 dengan cahaya artifisial 24 jam/hari
Kultivasi Chorella dalam bioreactor cahaya
4000 dengan cahaya artifisial 24 jam/hari
Chlorella untuk produksi Biofuel
dan pakan ternak

Chlorella cell
Kolam produksi Chlorella di Arizona 20
Chlorella untuk produksi Biofuel
dan pakan ternak
Kultivasi Chorella dalam sirkular kolom
tembus cahaya in door
Kultivasi Chorella dalam sirkular kolom
tembus cahaya out door
ARID Integrated Algae-Oil Biorefinery

Bioreactor
Chlorella
di Beijing

Bioreaktor
Chlorella
di Jeddah

Chlorella di Arizona Tanki kultur Algae ERLab, Kultur alga di Puerto


24
Tucson Peñasco, Mexico
Chlorella for Biofuel and Aquaculture Feed
Bioreaktor Chlorella di Beijing
Spirulina farming

BUDIDAYA DI TAMBAK TEPI PANTAI

PAKAN TERNAK / IKAN / UDANG


Bakteri
• Mikroba sel tunggal yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang
sangat cepat
• Substrat yang banyak digunakan adalah berupa limbah pertanian
ataupun industri
• Bioreaktor yang dirancang khusus agar bakteri dapat
berkembang biak (vegetatif growth) dengan cepat, sehingga
biomassa yang dihasilkan tinggi
• Bakteri yang dipilih adalah bakteri yang tidak patogen dan tidak
memproduksi toksin
• Contoh: Methylophilus methylotropus, yang menghasilkan
produk yang disebut “Pruteen” dengan kandungan protein
mencapai 72%, sebagai produk tambahan pakan ternak di Eropa.
Yeast
- Mikroba eukariot bersel tunggal yang membentuk rantai
- Produk ragi kering (dried yeast) sebagai ragi roti telah dikenal
lama oleh manusia
- Substrat yang digunakan untuk memproduksi yeast adalah
bahan cair ataupun padat yang merupakan limbah hasil
pertanian, bahan terformulasi ataupun bahan alam.
- Bioreaktor yang dipakai untuk memproduksi yeast : batch
fermentor, fed-batch fermentor maupun continous fermentor.
- Aplikasi yeast sampai saat ini kebanyakan untuk aplikasi pangan
manusia
- Contoh: Kluyveromyces fragilis, Candida utilis, Candida
guilienmondis, Saccharomyces cerevisiae sebagai ragi roti
Saccharomyces
Kapang
- Mikroba eukariot bersel banyak dengan membentuk hifa dan miselia
- Substrat yang difermentasikan kebanyakan merupakan bahan pangan,
limbah padat pertanian, serta bahan alam lain.
- Teknik fermentasi yang umum dilakukan adalah fermentasi padat (bila
substratnya padat) dan batch fermentasi bila substratnya cair.
- Produk PST kapang digunakan : bahan pangan atau pakan ternak
- Bila substratnya bahan pangan: maka tujuannya adalah menambah
zat gizi (nutrien) dari bahan pangan tsb yang hanya dapat diperoleh
dari proses fermentasi. Contoh: Tempe, Oncom
- Bila substratnya limbah padat pertanian: maka tujuannya adalah
untuk meningkatkan nilai tambah bahan tsb yang dapat dipakai
sebagai bahan pakan ternak dengan kandungan protein memadai
Fermentasi Kapang
Mushroom
- Mikroba eukariot bersel banyak termasuk dalam golongan kapang
Basidiomycetes yang membentuk tubuh buah
- Produk yang dihasilkan adalah bahan pangan yang tidak lain adalah
bentuk tubuh buah (Fruit bodies) dari kapang Basidiomycetes yang
dikulturkan
- Substrat yang digunakan adalah kebanyakan limbah pertanian dan
industri, seperti limbah pabrik gula, limbah gergajian kayu, jerami dan
sekam.
- Teknik fermentasi yang umum digunakan adalah fermentasi padat
- Kunci utama keberhasilan produksi mushroom adalah dijaganya kondisi
lingkungan (suhu, kelembaban dan cahaya) yang optimal bagi fruktifikasi
- Contoh: Pleurotus ostreatus, Volvariella volvaceae, Lentinus edodes,
Auricularia auricula, Agaricus bisporus, Ganoderma sp.
Edible Mushroom
Teknologi Produksi (Budidaya)
Jamur Pangan
Budidaya Jamur Pangan
• Jamur Pangan dibagi menjadi 2 kelompok
besar yaitu:
– Jamur Kayu
– Jamur Kompos
• Jamur Kayu : Lentinus edodes, Auricularia
auricula, Pleurotus ostreatus, Ganoderma
• Jamur Kompos : Volvariella volvaceae,
Agaricus bisporus
Budidaya Jamur Pangan
Tahapan-Tahapan :
1. Penyiapan Bibit
2. Penyiapan Media Bibit & Pembuatan Bibit
3. Penyiapan Media Produksi (Baglog)
4. Inokulasi Bibit pada Media Produksi
5. Pertumbuhan Miselia (Inkubasi)
6. Pertumbuhan Tubuh Buah (Fruktifikasi)
7. Pemanenan
8. Pengepakan
9. Pengolahan
1. Penyiapan Bibit

Stok biakan bibit Jamur


pada media PDA
Tahap 2a. Preparasi Medium Bibit

Medium untuk inokulum


dipersiapkan dengan
menanak bahan-bahan
seperti kacang, jagung dll.,
untuk selanjutnya
disterilisasi dengan autoklaf
atau pressure cooker.

MEDIA DIPERKAYA :
Serbuk kayu 42%, millet 42%,
bekatul 15%, CaCO3 1%, RH
60%, pH 7
Tahap 2b. Inokulasi Medium Bibit dengan
kultur Jamur

Media inokulum steril


diinokulasi dengan
miselium jamur dari
kultur agar cawan.
Sangat penting untuk
memperhatikan
keaseptisan teknik
untuk mencegah
kontaminasi.
Tahap 2c. Inkubasi untuk memproduksi bibit
jamur

Toples yang berisi medium


bibit yang mulai ditumbuhi
jamur secara berkala harus
dikocok agar inokulum jamur
dapat tumbuh merata. Lama
inkubasi untuk memproduksi
bibit jamur ini adalah sekitar
10 – 30 hari, tergantung jenis
jamurnya.
Bibit Jamur dalam botol
Tahap 3. Penyiapan Media Produksi
Serbuk Gergaji

Limbah serbuk gergaji dari


industri pemotongan kayu

Pemanfaatan serbuk
gergaji kayu untuk
produksi jamur
Pengisian Media Produksi
dalam Baglog

Ukuran Kantong Bobot Media


Plastik (cm x cm) Tanam (Kg)

18 x 30 0,8 - 0,9
20 x 30 0,9 - 1,0
20 x 35 1,2 - 1,3
Persiapan baglog untuk
sterilisasi
Tahap 4. Inokulasi Bibit pada Media
Produksi
Beberapa Bentuk Kumbung
(Rumah Produksi Jamur)
Tahap 5. Pertumbuhan Miselia pada Media
Produksi (Inkubasi)
Tahap 6. Pertumbuhan Tubuh Buah
(Fruktifikasi)
Tahap 6. Pertumbuhan Tubuh Buah
(Fruktifikasi)
Setelah 2 – 3 minggu,
Primordia (baby
mushrooms) mulai
muncul. Setelah
tumbuh primordia,
kira-kira seminggu
kemudian berkembang
menjadi mushroom
penuh siap untuk
dipanen. Diperlukan
kondisi lingkungan yang
lembab.
Penyusunan baglog
berjajar membujur
dan ditumpuk keatas
mengisi rak kumbung

Penyusunan baglog
berdiri tegak berjajar
diatas meja rak kumbung
Penyusunan baglog jamur shiitake, secara berjajar
di atas meja rak didalam kumbung
Tubuh buah Jamur
Shiitake berkembang
maksimal
Shimeji kuning
Nilai Ekonomi PST
1. Tidak membutuhkan lahan yang luas dan substrat untuk
pertumbuhannya sangat sederhana
2. Bila dibandingkan dengan sumber protein konvensional maka
produktivitasnya jauh lebih tinggi dan menguntungkan. Sebagai
perbandingan bahwa kedelai yang merupakan penghasil protein
nabati konvensional tertinggi menghasilkan 2,5 ton/ha/tahun, sedang
kan budidaya alga menghasilkan rata-rata 30 ton/ha/tahun
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan PST sangat singkat
dibandingkan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sumber
protein konvensional baik nabati ataupun hewani
4. Kandungan nutrisi yang tidak kalah dengan sumber protein lain
5. Nilai ekonomi yang meningkat baik dari sudut dimanfaatkannya bahan
baku (substrat) yang tadinya limbah, ataupun dari sudut harga jualnya.
Mikroba untuk PST
Carbon substrate Suitable microbes
Carbon dioxide Spirulina sp., Chlorella sp.
Liquid n-alkanes Saccharomycopsis lipolytica, Candida tropicalis
Methane Methylomonas methanica, Methylococcus
capsulatus
Methanol Methylophilus methylotrophus,
Hyphomicrobium sp.
Candida boidinii, Pichia angusta
Ethanol Candida utilis
Glucose (hydrolyzed starch) Fusarium venetatum
Inulin (polyfructan) Candida species, Kluyveromyces sp.
Spent sulfite liquor Paecilomyces variotii (Pekilo process)
Whey K. marxianus, K. lactis, P. cyclopium
Lignocellulosic wastes Chaetomium sp., Agaricus bisporus,
Cellulomonas sp.
GRAS = Generally Regarded As Safe
Istilah GRAS mengacu pada produk biomassa atau metabolit
mikroorganisme yang dikultivasi secara terstandar dan di approved
oleh FDA (BPOM nya Amerika Serikat)

Generally Regarded As Safe by the


Bacteria Food and Drug Administration
Bacillus subtilis Normally, these organisms need no further testing if
Lactobacillus bulgaricus cultivated under acceptable conditions
Leuconostoc oenos
Filamentous fungi
Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Yeasts
Mucor circinelloides
Candida utilis
Rhizopus microsporus
Kluyveromyces lactis
Penicillium roqueforti
Saccharomyces cerevisiae
Terima Kasih
Kuliah 10
Kultur Jaringan & Sel Tanaman

FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Kultur Jaringan & Sel Tanaman
a. Prinsip Kultur Jaringan & Sel Tanaman
b. Teknik Kultur Jaringan & Sel Tanaman
c. Produk dari Kultur Sel Tanaman
Kultur Jaringan Tanaman
• Mengkultur dan membiakkan jaringan tanaman merupakan
dasar bagi Bioteknologi tanaman.
• Perbanyakan tanaman secara vegetatif (menggunakan bagian
organ pertumbuhan tanaman) merupakan alternatif dalam
upaya mendapatkan bibit tanaman baru yang mempunyai
sifat sama dengan induknya.
• Dasarnya adalah kemampuan jaringan untuk tumbuh pada
larutan nutrisi (medium) yang sederhana dan komposisinya
diketahui.

Kultur jaringan = Tissue culture (Inggris)


• Tissue = jaringan, adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan
fungsi yang sama.
• Culture = kultur atau budi daya.
Kultur Jaringan & Sel Tanaman
Beberapa Teknik Kultur Jaringan:
1. Kultur Meristem, yaitu kultur jaringan dengan menggunakan
eksplan (bagian tanaman) dari jaringan muda atau meristem
2. Kultur polen atau anther, yaitu teknik kultur jaringan dengan
menggunakan eksplan dari serbuk sari atau benang sari
3. Kultur protoplas, yaitu teknik kultur jaringan dengan
menggunakan eksplan dari isolat protoplasma (sel hidup yang
telah dihilangkan dinding selnya)
4. Kultur kloroplas, yaitu teknik kultur jaringan dengan
menggunakan eksplan kloroplas untuk memperbaiki sifat
tanaman atau membuat varietas baru
5. Kultur persilangan protoplasma (Somatic cross), yaitu
penyilangan dua macam protoplasma menjadi satu kemudian
dikultur hingga menjadi satu tanaman yang mempunyai sifat baru
(gabungan)
Embriogenesis kacang
Features of Anther/Microspore Culture
1971 Nagata & Takebe : (Japan)

Plant regeneration from


tobacco protoplast

1972 Carlson :
Somatic hybrid plant
from protoplst fusion

Nicotiana glauca + N. langsdorffii


( 2n = 24 ) I ( 2n = 18 )
I
somatic hybrid
( 2n = 42 )
Possible Result of Fusion of Two
Genetically Different Protoplasts

= chloroplast

= mitochondria
Fusion
= nucleus

heterokaryon

cybrid hybrid cybrid


hybrid
Kultur Jaringan Tanaman
Prinsip Kultur Jaringan

Kultur Jaringan didefinisikan sebagai teknik


membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi individu
tanaman yang mempunyai sifat sama seperti induknya.
Tahapan Kultur Jaringan Tanaman
Kultur Jaringan Tanaman meliputi
teknik:
1. Memilih mother plant
2. Mengambil (mengisolasi) bagian jaringan
tanaman  Eksplan
3. Penanaman dalam medium secara aseptik
4. Inisiasi jaringan dengan inkubasi dalam kondisi
ruang yang sesuai
5. Organogenesis
6. Amplifikasi anakan
7. Aklimatisasi di green house
8. Bibit siap tanam
Step 1. Pemilihan mother plant yg unggul

Young sucker for micro-propagation Sword (left) and water sucker (right)

View of mother plant and sucker


Suckers separated from mother plant
Step 2. Pengambilan jaringan
Step 3. Penanaman dalam medium
Step 4. Inisiasi jaringan
Step 5. Organogenesis
Step 6. Amplifikasi Anakan
Step 7.Adaptasi/Aklimatisasi
Step 8 Bibit siap taman
Tanaman seragam dan serempak
tumbuh dan berbuahnya
Dasar Kultur Jaringan Tanaman
• Dua Hormon yang mempengaruhi diferensiasi
tanaman:
– Auxin: merangsang pertumbuhan akar
– Cytokinin: merangsang pertumbuhan tunas (shoot)
• Rasio kedua hormon itu menentukan perkembangan
tanaman:
–  Auxin ↓Cytokinin = Perkembangan akar
–  Cytokinin ↓Auxin = Perkembangan tunas (shoot)
– Auxin = Cytokinin = Perkembangan kalus
Faktor Mempengaruhi Kuljar Tanaman

• Media Pertumbuhan
– Mineral, Growth factors, Sumber Carbon, Hormon
• Faktor Lingkungan
– Cahaya, Temperatur, Photoperiod, Sterilitas, Kelembaban
• Sumber Eksplan
– Sumber jaringan yang lebih muda (umumnya) lebih berhasil
untuk dikulturjaringan kan
• Genetika Tanaman
– Spesies tanaman yang berbeda akan mempunyai
karakteristika teknik kultur jaringan yang berbeda pula
Aplikasi Kuljar Tanaman
1. Micropropagation
2. Konservasi Plasma nutfah tanaman
3. Variasi Somaclonal & seleksi mutasi
4. Kultur Embryo
5. Produksi Haploid & Dihaploid
6. In vitro hybridization – Protoplast Fusion
7. Produksi Tanaman Transgenik (GMO)
1. Mikropropagasi
• Perbanyakan bibit
tanaman dalam jumlah
banyak dan waktu cepat
• Dilakukan di dalam
laboratorium
• Bibit secara genetik
identik
2. Konservasi Plasma Nutfah
Pelestarian Bunga bangkai
(Amorphophallus titanum)
Aplikasi Kultur Jaringan Tanaman
Aplikasi Kultur Jaringan Tanaman
Aplikasi Kultur Jaringan Tanaman
Perbedaan Kultur Jaringan Tanaman vs Kultur
Konvensional
Kultur Jaringan Kultur Konvensional

1. Prinsip pengklonan sel vegetatif (pucuk, daun, 1. Prinsip perbanyakan dengan menggunakan sel
akar, dll.) menjadi tanaman baru generatif (biji) atau vegetatif (stek)

2. Kualitas bibit yang dihasilkan seragam & persis 2. Kualitas bibit tidak seragam & tidak persis sama
sama dengan induk dengan induk (krn berasal dari sel generatif)

3. Waktu yang diperlukan relatif lebih cepat 3. Waktu yang diperlukan lama, sesuai dengan
umur tanaman
4. Tempat pelaksanaan di sebuah laboratorium dan 4. Budidaya dilakukan di lahan yang luas
greenhouse
5. Bibit dalam jumlah yang besar dapat dihasilkan 5. Bibit dalam jumlah besar dihasilkan pada lahan
dalam waktu singkat (sama) & satu tempat (lab.) yang sangat luas & waktu yang lama

6. Dapat dilakukan usaha perbaikan galur bibit 6. Perbaikan galur bibit dilakukan scr konvensional
tanaman melalui rekayasa genetika melalui persilangan (okulasi) atau penyerbukan
silang
7. Dapat dihasilkan bahan kimia komersial tanpa 7. Untuk menghasilkan bahan kimia komersial kita
perlu menumbuhkan tanaman utuhnya harus menanam tanaman tsb, baru kemudian
dilakukan ekstraksi
8. Untuk tujuan konservasi sangat hemat waktu, 8. Untuk konservasi harus membutuhkan lahan,
tempat, biaya & tenaga waktu, tenaga biaya yang besar
Prinsip Kultur Jaringan Tanaman
• Kultur Sel/Jaringan Tanaman menggunakan dasar teori sel
(Scheiden & Schwan): sel mempunyai kemampuan otonom
(mampu tumbuh mandiri), bahkan mempunyai kemampuan
TOTIPOTENSI.
• TOTIPOTENSI adalah kemampuan sel untuk tumbuh dan
berkembang menjadi individu utuh, bila ia dikultur dalam
kondisi (medium & lingkungan) yang sesuai, tidak tergantung
dari bagian mana sel itu berasal.
Kultur Sel Tanaman
Kultur Sel Tanaman
• Kultur Sel = Cell culture (Inggris)
– Cell = sel, adalah satuan terkecil dari mahluk hidup
– Culture = kultur atau budidaya
• Kultur sel didefinisikan sebagai teknik memproduksi
suatu metabolit yang dihasilkan tanaman dengan
mengkultur sel yang menghasilkannya.
• Produksi bahan kimia komersial dari sel tanaman
tanpa perlu menanam tanamannya
Prinsip Kultur Sel Tanaman
• Gambaran khusus mengenai tanaman berbiji adalah bahwa ia
mensintesis metabolit : terpenoid, steroid, alkaloid, minyak atsiri
dan pigmen.
• Kultur sel tanaman dapat dipakai untuk mengungkapkan lintasan
biokimiawi yang diperlukan untuk biosintesisnya, menimbun dan
merombak produk metabolik, dan dalam beberapa hal dapat
sekaligus untuk memproduksi bahan kimiawi darinya.
Prinsip Kultur Sel Tanaman
Teknik kultur sel tanaman untuk memproduksi bahan kimiawi
komersial meliputi teknik:
1. Isolasi sel yang memproduksi bahan kimiawi dimaksud
2. Penanaman sel pada medium yang sesuai
3. Inkubasi untuk memperbanyak sel tersebut (Teknik kultur cair dengan
dilakukan penggojogan)
4. Pemanenan, setelah dicapai jumlah sel yang maksimal
5. Ekstraksi bahan aktif dari sel
Produk Metabolit Kultur Sel Tanaman
Produksi Metabolit pada kultur sel tanaman
Industri Produk Spesies tanaman Penggunaan

Farmasi Kodein (alkaloid) Papaver somniferum Analgesik


Diosgenin (steroid) Dioscorea deltoidea Anti inflamasi
Kuinin (alkaloid) Cinchona ledgeriana Anti malaria
Digoksin Digitalis lantana Kardiotonik
Skopolamin (alkaloid) Datura stramonium Anti hipertensi
Vinkristin (alkaloid) Catharanthus roseus Anti leukimia
Curcumin Curcuma sp.
Pertanian Piretrin Crysanthemum Insektisida
cinerariaefolium

Makanan - Kuinin (alkaloid) Chinchona ledgeriana Bahan pemahit


minuman Taumatin (kalkon) Thaumatococcus danieli Pemanis

Kosmetik Shikonin Lithosperum Pewarna


erythrorhizon
The characteristics of plant, animal and
microbial cultures
Characteristics Microbial cells Plant cell suspensions Animal cell suspensions
Characteristics

Size 2-10µm 10-20 µm 5-100 µm

Individual cells Often Aggregates up to 2mm Often, also many require


generally form a surface for growth

Growth Rate Rapid, doubling times Slow, doubling time of Slow, doubling time
of 1-2 hrs 2-5 days 12-20 hrs
Shear stress Not sensitive Sensitive and tolerant sensitive
sensitivity
Aeration requirements High Low low

Cultivation time 2-10 d 2-4 weeks 3-7 d

Product accumulation Often extracellular Mostly intracellular Often extracellular


Callus culture of some commercially
important plants

Podophyllum hexandrum Azadirachta indica Linum album


Protocol for establishment of plant cell suspension cultures
Various steps involved in cell culture

Setric impeller

Batch cultivation

Callus culture

Germinated seedling

Batch cultivation with fluorescence probe

Suspension culture

Continuous cultivation
Seeds of P. hexandrum with cell retention
Kultur Sel Tanaman
Glossary
• Kultur jaringan tanaman: teknik untuk memperbanyak tanaman
(atau bagian fungsional nya) dari jaringan embrionik, fragmen
jaringan, kalus, sel terisolasi atau protoplas tanaman.
• Totipotency: kemampuan sel tananam untuk tumbuh dan
berkembang menjadi individu tanaman utuh, bila dikultur secara in
vitro
• Kompetensi: kemampuan potensial endogenous dari suatu sel atau
jaringan untuk berkembang sesuai tahapannya
• Organogenesis: Proses inisiasi dan perkembangan suatu struktur
yang menjadi suatu bentuk organ yang alamiah dan/atau fungsi
tertentu.
• Embriogenesis: Proses inisiasi dan perkembangan embrio atau
struktur yang menyerupai embrio tumbuhan yang berasal dari sel-
sel somatik (Somatic embryogenesis).
Terima Kasih

53
Lecture 11
Teknologi Produksi Vaksin Konvensional
dan Rekombinan

FARMASI – UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Teknologi Produksi
Vaksin Konvensional dan Rekombinan
a. Milestone Produk Vaksin
b. Teknologi Produksi Vaksin Konvensional
c. Teknologi Produksi Vaksin Rekombinan
d. Tahapan dan Prosedur Produksi Vaksin
e. Titik Kritis Produksi Vaksin
Apa itu Vaksin ?
Apa itu Vaksin ?

• Sediaan yang mengandung bahan antigenik dan diberikan


untuk tujuan menginduksi kekebalan spesifik dan aktif
terhadap penyakit yang dipicu oleh bakteri, racun, virus, jamur
atau parasit
• Vaksin adalah antigen non-patogenik yang meniru patogen
tertentu untuk memperoleh respons imun seolah-olah
patogen yang sebenarnya ada di dalam tubuh.
• Tujuan utama dari vaksin adalah untuk membangun kekebalan
terhadap patogen tertentu.
Apa itu Vaksin ?

• Penggunaan vaksin untuk mencegah dan


mengendalikan penyakit telah menjadi salah
satu pencapaian terbesar dalam sejarah
kedokteran.
• Selain penyakit menular, vaksin juga dapat
mencegah dan mengobati penyakit tidak
menular.
• Penyakit yang berkaitan dengan militer dan
perjalanan juga tercakup dalam vaksinasi.
Milestone Produk Vaksin
Generasi Produk Vaksin

Variables Different Type and Generation Of Vaccines


1st Generation
Live attenuated MMR influenza OPV Chickenpox Yellow fever Hepatitis A
vaccines
Inactivated vaccines Influenza Hepatitis B IPV Rabies Cholera Plaque Pertusis
2nd Generation
Subunit vaccines Hepatitis B Diphtera Pertusis Anthrax Hemophilus Influenza B
Recombinant vaccines Hepatitis B HSV Rota virus HPV FMD
3rd Generation
DNA vaccines HIV Malaria Cancers Influenza EBola Hepatitis HPV
Edible vaccines ** Diarrheal Diarrheal HBV* NDV* Rabies FMD
ETEC Norwalk Vir
* Only two vaccines have been licence in Cuba and approved by USDA, but not yet licenced by USFDA
** There are still challenges that limit the rate of successful production
Live Attenuated Vaccines

• Vaksin yang mengandung sel hidup namun dilemahkan (virus dan bakteri).
• Organisme ini telah diubah, baik secara genetik maupun kimia, sehingga mereka
tidak lagi patogenik.
• Mikroorganisme hidup yang secara alami avirulent atau yang telah dibuat
melemahkan virulensi mereka.
• Contoh:
• Vaksin virus yang dilemahkan : vaksin yellow fever, menggunakan virus YF17D strain, yang
sudah dilemahkan dari virus liarnya
• Vaksin polio, dibuat dari polio virus tipe 2 (strain dengan patogenitas lemah).
Live Attenuated Vaccines

TRENDS in Biotechnology Vol.23 No.2 February 2005


Inactivated Vaccines

• Vaksin mengandung patogen aslinya, namun sudah diinaktivasi atau dimatikan,


secara fisik (pemanasan) atau secara kimiawi.

• Contoh : TRENDS in Biotechnology Vol.23 No.2 February 2005

• Salk vaccine untuk polio, menggunakan polio virus utuh yang diinaktivasi dengan formaldehid.
• Vaksin Hepatitis A diproduksi menggunakan virus hepatitis A (type RG-SB), yang diinaktivasi dengan
formaldehid
Vaksin Subunit

• Vaksin ini terdiri dari satu atau lebih protein-peptida atau polisakarida, yang
secara alami terdapat dalam struktur patogen.
• Akibat vaksin subunit berisi sebagian komponen patogen, maka tidak dapat
bertambah jumlahnya dan tidak memberikan respon yang tidak diinginkan.
• Vaksin subunit dibagi menjadi 2 tipe:
1. Vaksin Toxoid
2. Vaksin Konjugat
Vaksin Toxoid

• Vaksin Toxoid adalah vaksin yang terdiri dari eksotoksin yang telah dinonaktifkan,
baik oleh panas atau bahan kimia.
• Vaksin ini dimaksudkan untuk membangun kekebalan terhadap racun, tetapi
tidak harus bakteri yang menghasilkan racun.
• Contoh :
1. Vaksin toxoid Tetanus dari Clostridium tetani
2. Vaksin toxoid Botulinum dari Clostridium botulinum
3. Vaksin toxoid Diphtheria dari Corynebacterium diphtheriae
4. Vaksin toxoid Pertusis dari Bordetella pertusis
Vaksin Konjugat

• Polisakarida yang terdapat di permukaan sel patogen, diisolasi dan digunakan


sebagai vaksin.
• Antigen polisakarida adalah molekul besar dengan epitop berulang, dan sel
penyaji antigen (APC) tidak memungkinkan untuk memprosesnya, sehingga
respons antibodi terjadi tanpa partisipasi sel T terhadapnya dan menyebabkan
peningkatan respons antibodi pada dosis kecil dan periode waktu singkat.
• Karbohidrat membutuhkan terkonjugasi dengan protein besar untuk
meningkatkan imunogenisitas.
• Contoh:
• Polysaccharide antigen of Streptococcus pneumonia type 3
• Hemophilus influenza B (HIB) was the first conjugated vaccine
• Conjugated vaccine of meningococcal (polysaccharide of Neisseria meningitidis)
Vaksin Rekombinan

• Saat ini, urutan protein antigen patogen dapat


diperoleh dengan mengurutkan gen dari antigen
utama, dan memproduksinya secara sintetis melalui
teknologi DNA rekombinan.
• Hepatitis B adalah yang pertama dan salah satu
contoh paling sukses dari vaksin rekombinan sintetis.
Antigen permukaan virus ini (HBsAg) sangat
imunogenik dan efektif, dan mampu menghasilkan
tingkat antibodi yang tinggi dalam tubuh.
• Gen HBsAg rekombinan dikloning dan diekspresikan
dalam sel-sel yang memiliki sistem ekspresi yang kuat
(yeast) menghasilkan partikel mirip virus oleh HBsAg,
yang sangat imunogenik.
Vaksin Rekombinan

TRENDS in Biotechnology Vol.23 No.2 February 2005

Genetically engineered: clone, purify and engineer subunit antigens to remove toxic effects
while retaining immunogenicity
Vaksin Rekombinan

TRENDS in Biotechnology Vol.23 No.2 February 2005

Attenuated or nonpathogenic bacteria and viruses can be engineered to express foreign protein
antigens
Vaksin DNA

• Vaksin DNA terdiri dari plasmid yang mengandung gen untuk jenis antigen
tertentu.
• Setelah diberikan, plasmid diakuisisi oleh sel target dan gen diekspresikan.
• Gagasan di balik sistem vaksin DNA adalah bahwa antigen dapat diekspresikan
langsung oleh sel-sel inang dengan cara yang mirip dengan yang terjadi selama
infeksi virus. Sebagai hasilnya, antigen dapat diproses sebagai protein yang
disintesis dalam sitoplasma, dan peptida terfragmentasi disajikan ke sistem
kekebalan oleh molekul MHC kelas I. Selain itu, jika protein diekspor atau
disekresikan, dapat diproses oleh molekul MHC kelas II dan, sebagai akibatnya,
memberikan respon antibodi spesifik
Vaksin DNA
Edible Vaccines

Antigen Proteins
Vaksin yang dihasilkan menggunakan tanaman sebagai bioreaktornya

Diseases Pathogens Plants Tranformation Method


Diarrheal Norwalk Virus Nicotiana benthamiana Agrobacterium tumefaciens
Diarrheal ETEC Corn
Tuberculosis Mycobacterium tuberculosis Arabidopsis thaliana Agrobacterium
Avian H5N1 influenza HA protein of H5N1 Nicotiana benthamiana Agrobacterium
Dengue Dengue virus type 2 E Nicotiana tabacum cv MD609 Agrobacterium tumefaciens
glycoprotein
Rabies Rabies virus Nicotiana benthamiana, tomato Agroinfiltration
Hepatitis B HBsAg Tomato Agrobacterium tumefaciens
FMD FMDV Stylosanthes guianensis cv Reyan II
Diabetics Insulin Safflower Agrobacterium tumefaciens
Human HIV Tobacco Agroinfiltration
immunodeficiency

Laere et al. 2017


Teknologi Produksi Vaksin
Skenario Pengembangan Vaksin Baru

Process Clinical Assay


Discovery
Development Development Development
• Bulk • Phase I • Purity
Manufacturing • Phase II • Potency
• Product • Phase III • Stability
Finishing

Process Development aim to Clinical Development aim to Assay Development aim to


produce an economically viable demonstrate the safety and develop the appropriate tests to
vaccine, consistently, in a measure the protective effect of ascertain the purity, potency and
manner that satisfies regulators. the vaccine in human stability of the vaccine
Tahap-tahap Pengembangan Vaksin Baru

Phase I Phase II Phase III


Safety / Dose ranging Large scale Safety / Lisence Submission
Discovery Safety
several hundreds Efficacy thousands of preparation LISENCED
several years 100 subjects subjects subjects < 1 yr
< 1 yr 1 - 3 yrs 3 – 5 yrs

Phase IV
Post marketing Safety /
Efficacy
Thousands subjects
several yrs
Perencanaan Pembuatan Vaksin Baru

Identifying & Pre-cinical Trials Clinical Trials Approving Monitoring


Producing of Antigen
1 – 2 yrs 4 – 8 yrs 1 – 2 yrs 2 – 5 yrs MARKETING
2 – 5 yrs

$ 10 – 20 Bill. $ 50 – 100 Bill. $ 500 – 1000 Bill. + $ 20 Bill.

Tahamtan et al. 2017


Teknologi Produksi Vaksin

Type of Vaccine Active compound Technology involved Host to Prod. Route of Appl.
Bacterial Vaccine Innactivated cell / Live Fermentation In vitro / Bioreactor Injection
Attenuated cell / Cell wall /
Organel cell
Viral Vaccine Innactivated / Live Viral Tech. and BSL 3 or Egg / Animal cell line / Injection /
Attenuated Virus / Sub unit 4 Facility Living animal / Blood Oral
Virus / Envelop / Capsid / cell culture
Capsomere
Recombinant Vaccine Protein recombinant of DNA recombinant & In vitro / Fermentor Injection
Bacterial cell or Viral Fermentation
component
Edible Vaccine Protein recombinant of DNA recombinant & Plant / Crop Mouth
Bacterial cell or Viral Transgenic plant, Plant
component Tissue culture
DNA Vaccine DNA DNA recombinant & In vitro / Fermentor Injection
Fermentation
Prinsip Produksi Vaksin

Propagation Isolation Purification Formulation


• Multiplication • Separation of • Removes all materials • Involves the
or amplification the living that may be adhering mixing of the
of the living organism from to the isolate purifie product
organism used the cells or microorganism, or in solutions to
in the vaccine growth media selectively separates obtain desired
used in the portion of the living concentration.
propagation organism to be used
step. in the vaccine.
Teknologi Produksi Vaksin Bakterial

Propagation Isolation Purification Formulation

• Bacteria grown in • Centrifugation or • Chemical • Formulated in


bioreactors Extraction precipitation or desired form and
containing specific fractionation, ultra concentration
medium filtration and
chromatography
Diagram Alir Proses Fermentasi dan Downstream Process Produksi
Vaksin

Fermentation – upstream
Harvest and removalrecovery
Secondary of solidsand
processing
Primary recovery
polishing

Source: Datar R and Rosen CG. Downstream Process Economics in Separation Processes in Biotechnology, Asenjo J ed., Marcel-Dekker, Inc., 1990
Teknologi Produksi Vaksin Viral

Propagation Isolation Purification Formulation

• Virures only grow • Chemical lyses of • Involve multiple • Formulated in


within living cells the cell, followed techniques of desired form and
by centrifugation centrifugation, concentration
and filtration or ultra-filtration,
homogenization chromatography or
chemical
purification.
• Viruses may also
chemically
inactivated

• In in-vivo manufacturing, the vaccine is produced inside a living organism.


• Embryonated Chicken eggs are commonly used, particularly in producing flu vaccines.
• Continous cell lines (e.g Vero cells) also commonly used multiply viruses.
Produksi Vaksin Viral secara in-Ovo

>100 million eggs used for influenza


in the USA every year
Contoh Produksi Vaksin Flavivirus

Source: bioprocess international


Teknologi Produksi Vaksin Rekombinan
Prinsip Vaksin Rekombinan
Produksi Vaksin DNA
• DNA atau RNA virus diklon atau disintesis sebagai
cDNA.
• cDNA kemudian diligasikan ke dalam vektor
plasmid dan diamplifikasi menggunakan teknik
kloning bakteri
• DNA plasmid dipurifikasi menggunakan high
troughput column choromatography
• Contoh Vaksin DNA:
• HIV , Malaria, Cancers, Influenza, EBola
• Hepatitis B, HPV
Teknologi Produksi Edible Vaccines

Langridge 2000
Menggunakan Prinsip Kultur Jaringan Tanaman
Vaccine Manufacturing Process Overview Large Scale Bioreactor

Media Prep
Seed Bioreactors 26,000L
Working Cell
Bank 5,000L Bioreactor Centrifuge
Bioreactor
750L
150L Bioreactor Depth
Bioreactor
Filtration

Sub- Sub- Sub- Sub- Sub- Wave


Culture Culture Culture Culture Culture Bag Collection

Harvest/Recovery
Inoculum Fermentation
Viral
Inactivation
Eluate
Eluate Hold
Filter Column Eluate Column Hold Tank
Harvest Chromatography Hold Chromatography Tank
Collection Skid Tank Skid 20,000L
Tank
20,000L
8,000L
1,500L

Anion Exchange Hydrophobic Interaction


Chromatography (QXL) Chromatography (HIC)
Purification
Filter Column Filter Column
Eluate
Chromatography Hold Chromatography Eluate
Skid Post-viral Skid Hold
Tank Hold Tank
Vessel
6,000L 3,000L 5,000L

Protein A Viral Filtering Anion Exchange Ultra Filtration Bulk


Diafiltration
Chromatography Chromatography (QFF - Fill
Fast Flow)
Current Worlds Vaccine Manufacturer

• There are now many developing-world manufacturers (20 in DCVMN), of whom 12 have met WHO
prequalification standards
• BioFarma (Indonesia, OPV, DPT)  Dutch & Japanese governments
• Fiocruz/Biomanguinhos (Brazil, YF)
• 1980-83, 2000 Assistance from Japan
• 1999, 2003 Alliances with GSK
• Institut Pasteur (Dakar, YF)  Long term French input
• Serum Institute of India (world’s largest producer of measles and DTP, 5th largest vaccine firm)
• 1996 alliance with SKB
• 2007 NIH, PATH, WHO license for Meningococcal vaccine; also RIVM on Hib technology
• Shantha Biotechnics (India, OPV, Hepatitis B)  Collaboration with Indian research laboratories and
support from Oman
• Bharat (India) (NIH licensee on rotavirus vaccine, grants from Gates)
• Butantan (Brazil) ; China (Chengdu, Lanzhou, Shanghai, Shenzen)
• CIGB (Cuba) (WHO prequalified) ; Instituto Finlay (Cuba, 6 vaccines)
Titik Kritis Produksi Vaksin
Titik Kritis Produksi Vaksin

Propagation Isolation Purification Formulation

• Bacteria grown in • Centrifugation or • Chemical • Formulated in


bioreactors Extraction precipitation or desired form and
containing specific fractionation, ultra concentration
medium filtration and
chromatography

Propagation Isolation Purification Formulation

• Virures only grow • Chemical lyses of • Involve multiple • Formulated in


within living cells the cell, followed techniques of desired form and
by centrifugation centrifugation, concentration
and filtration or ultra-filtration,
homogenization chromatography or
chemical
purification.
• Viruses may also
chemically
inactivated
CCP 1 CCP 2

BACTERIA WORKING SEED CULTURE


ISOLATION BACTERIA CRYOPRESERVATION

BACTERIAL VACCINE MANUFACTURING


CCP 5

CCP 8 CCP 6
CCP 3

INOCULUM

CCP 7
EXTRACTION &
CCP 4
FORMULATION AND FILLING TO VIAL PURIFICATION
BIOREACTOR FOR PRODUCING
BACTERIAL PROPAGULE
Titik Kritis Teknologi Produksi Vaksin

• CCP 1  Kualitas Strain/Isolat mencakup isolasi strain, skrining, penyimpanan


(preservasi), peremajaan
• CCP 2  Pembuatan Kultur Starter
• CCP 3  Medium produksi optimal
• CCP 4  Sterilisasi medium pada Bioreaktor
• CCP 5  Kondisi Optimal fermentasi (suhu, pH, agitasi, suplai oksigen, antifoam)
• CCP 6  Separasi massa cair – padat hasil fermentasi pada saat harvesting (awal
proses hilir)
• CCP 7  Ekstraksi metabolit API
• CCP 8  Recovery API

*CCP : Critical Check Point


Terima Kasih

44
Lecture 12

Bioteknologi Molekuler
Modern
TIM DOSEN BIOTEKNOLOGI FARMASI
FFA UHAMKA
Overview
 Perkembangan teknologi di bidang biologi memacu terjadinya
percepatan perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang
Kesehatan
 Terpecahkannya informasi DNA dan kode genetik dan adanya
kemajuan informasi pada masa genomic menyebabkan arah
Bioteknologi menuju
Overview
If the genomic era can be said to have a precise birth date, it was in the midst of the appearance of
the series, on April 14, 2003. That was when the international effort known as the Human Genome Project
put a close to the pregenomic era with its announcement (available
at http://www.genome.gov/11006929. opens in new tab) that it had achieved the last of the project's original
The extent and pace of progress in
goals, the complete sequencing of the human genome.
genomics are suggested by the fact that this achievement occurred 11 days shy
of the 50th anniversary of the publication of Watson and Crick's seminal
description of the DNA double helix. If science, technology, and medicine have consistently
demonstrated anything, it is that they proceed at an ever-quickening pace. That we have gone in the past 50
years from the first description of the structure of our DNA to its complete sequencing
gives some indication of how much the impact of genomic medicine on the health care
of today's neonates will increase by the time they turn 50 years of age.
Pre- Post-
Genomic
genomic genomic
Era
Era Era
>>Pewarisan sifat oleh >> Diketahui adanya >>Pemanfaatan informasi

Post-Genomic
Pre-Genomic

Genomic Era
Gregor Mendell struktur Kromosom oleh genetik untuk kepentingan
Rosalind Franklind umat manusia
>>Diketahui adaya >>Pemanfaatan informasi
informasi genetik berupa genetik untuk mengetahui
susunan nukleotida oleh berbagai macam
Watson & Crick mekanismeyang terjadi
>>Terpecahkannya kode dalam tubuh organisme
genetik oleh Holley, Khorana
& Nirenberg
>> Sequencing (Sanger &
Gilbert)
>> PCR technology (Kary
Mullis)
>>HuGO Project
Genome

Omics
DNA
Genomic Era

RNA

Protein
DNA
RNA
Protein
Genome

Omics
Omics
 Omics merupakan suatu istilah bagi perkembangan teknologi biologi yang melampaui sel,
jaringan, dan organisme dengan mengintegrasikan berbagai macam platform untuk mengetahui
berbagai fenomena yang terjadi dalam suatu sistem biologi.
 The advantage of the omics study is that they reveal specific results that promote
understanding
 This technology can help to understand the etiology of disease condition through the process
of screening, diagnosis, and prognosis and also for the biomarker discovery to be made easy as
they involve simultaneous investigation of multiple molecules
 Further Omics is of great use in drug discovery and toxicity assessment
1950s : Rosalind
1865 : Gregor 1950s : Organism
Franklin (DNA
Mendell Classifications (2
structure by X-ray
(Inheritance) domains of Life)
Diffraction)

1968 : Holley, 1977-1980 :


1962 : Watson & Khorana, Maxam & 1983 : Karry
Crick (ATGC) Nirenberg Gilbert Mullis (PCR)
(Genetic Codes) (Sequencing)
OMICs
Genomicss
 Definisi
an interdisciplinary field of biology focusing on the structure, function, evolution, mapping,
and editing of genomes
a study of the function and structure of genome, which comprise the complete set of all
genes, regulatory sequences, and non-coding regions within an organism’s DNA
The study of genomics collectively characterizes, quantifies expression and its associated
regulatory network.

This discipline in genetics relies on sequencing and bioinformatics approach to


sequence, assemble, and analyse all the gene coding and non-coding sequences and how these
genetic components interact to produce an organism and all its functions
Genomics-application

Functional Comparative
Genomics Genomics

Epigenome & Clinical


Epigenetics Genomics
>> focus on the dynamic regulation of >> enables scientists to identify
gene expression and protein-protein genes and obtain a broader insight
interactions, to elucidate DNA function into the structure–function
at the levels of genes, transcripts, and relationships of genes.
proteins in a genome-wide context >> Comparative in silico analysis
identifies gene expression profiles,
functional genomics

Comparative Genomics
protein–protein interactions, and
genetic and regulatory interactions.
These in turn enable us to obtain a
broad insight into the origin and
evolution of cellular interactions.
>> Genome comparison has enabled
us to generate an evolutionary pattern
for living organisms.
>> The multitude of chemical >> Genomic approaches have been
entities regulating the expression of instrumental in management of
the genome without affecting the chronic illnesses, such as diabetes
sequence of DNA are known as the and inflammatory bowel disease
constituents of the epigenome,
and the phenomenon associated
Epigenetics & Epigeomics

Clinical Genomics
with it is defined as epigenetics.
>> These chemical components
have the ability to turn expression
of genes on and off for formation of
functionally specialized cells and
are invariably heritable
Transcriptomics - overview
 The presence of mRNA in the sample reflects the abundance level of the corresponding gene.
Gene expression involves the detection and classification of mRNA mixture in a specific
sample. The goal of gene expression profiling is to differentiate the mRNA mixtures from
different samples. Contrary to genotyping, gene expression categorizes the level of
gene expression. The variation of the transcriptome can be seen over time between cell
types and change according to environmental conditions (Hubank 2004).
 Transcriptome constitutes all transcripts present in a cell including mRNA, miRNA, noncoding
RNAs, and small RNAs.
 Transcriptomics identifies the quantity of RNA and transcriptional structure and quantifies the
differential expression levels of transcripts spatially and temporally during various
developmental stages and under varying physiological conditions.
Transcriptomics - definition

 Analysis of a complete set of transcripts in a cell or transcriptome


structure at a given time
 The study of the RNA, RNA variants, transcriptome complexity,
and gene expression analysis
Transcriptomics - usage
 Transcriptomics guides us to analyze all RNA transcripts including noncoding
RNAs (ncRNAs) and small RNAs, splicing variants and pattern, transcriptional
units, transcriptional start sites, and posttranscriptional modifications.
 We can analyze the differential expression of gene population under different
conditions and developmental stages.

Transcriptomics is now the first and foremost assay to understand an


organism’s biology where it reveals the information on expression of a gene, its
regulation, and downstream signaling
Transcriptomics - principles
 Transkriptomik menganalisa :
 Structure and dynamics of the transcriptome
 mRNA, where mRNA is converted to cDNA followed by fragmentation, labeling, hybridization, and
probing

Sequencing is followed by bioinformatic approach for data analysis.


Transcriptomics – technology/devices

Expression Sequence Serial/Cap Analysis of


Tag (EST) Gene Expression (SAGE)

Microarray RNA-seq
Transcriptomics – technology/devices (lanjutan 2)
 Expression Sequence Tag (EST)
 ESTs are unique sequences pointing to expressed genes in the mapped cDNA clone.
 EST was useful for unknown gene identification but could not quantify expressed genes.

 Serial/Cap Analysis of Gene Expression (SAGE)


 SAGE was invented in 1995 by Dr. Victor Velculescu from John Hopkins.
 SAGE is a powerful technique designed for direct quantitation (digital analysis) of gene
expression and also identifies novel gene expression in a cell population.
Transcriptomics – technology/devices (lanjutan)
 Microaray
 Microarray was developed to monitor multiple gene expressions in a given time simultaneously.
 Scientific ingenuity has led to transition from two-dimensional to three-dimensional microarray followed by suspension bead arrays,
which are now useful in clinical implications.
 Ada 2 jenis Microarray untuk Transkriptomik:
1. Low-density spotted arrays or printing microarrays – picoliter volume of cDNA is required, and control and treated samples are
labeled with different fluorophores and hence can be incorporated in same array. The oligonucleotide probes (50–70 nucleotide in
length) or PCR products are spotted onto the glass slides with spot size ranging from 80 to 150 μm. The information obtained from
these arrays is the relative gene expression between two conditions as absolute quantification cannot be done.
2.In situ (on-chip) synthesized or high-density arrays or gene chips consist of synthetically designed oligonucleotides on glass slides or
wafers with the help of modified photolithographic technology (by Affymetrix) or inkjet technology (Agilent). The probes are usually
20–25 bp long, and multiple probe sets are used that enhance the sensitivity and specificity of the array compared to low-density
array. Hence, a single gene is assayed by several short oligo probes. The major advantage of these gene chips is absolute
measurement of the RNA expression in each sample, and the main drawback is inability to simultaneously compare two biological
samples in a same array (Lowe et al. 2017).
 RNA-seq
 RNA sequencing is a novel method applied for mapping and quantifying the transcriptome. RNA sequencing is an advanced technique
which utilizes deep sequencing approach to analyze the transcriptome. The major advantage of RNA-Seq over microarray is the
discovery of novel RNA species.
Transcriptomics - applications
Disease Profilling
• Microarray and RNA-Seq approach have allowed to compare the differential gene expression in normal and disease
tissue samples from patients.
• The strategy has been widely used in identifying cancer and in immune-related diseases.

Ecology
• transcriptome analyses of gene expression are usedto study the molecular adaptations to environmental challenges
• Transcriptomics has been applied to analyze gene expression and identification of pathways in response to abiotic
and biotic environmental stresses

Evolution
• Transcriptomic technology is now being used to study the cause of phenotypic variation correlating with the
divergence in the population

Gene Function Annotation


• Transcriptomics has been useful in identifying the gene structure, function, and their specific phenotype
Transcriptomics – applications on medical sciences
>> Cancer is caused due to genetic changes >> Analysis of molecular signatures at
leading to altered expression of oncogenes or inflammatory sites reveals the type of
tumor suppressor genes. inflammation and help in diagnosis of
>> Microarray has widely been used for infection.
identifying cancer progression, classification >> SAGE technique has identified differential
of tumors, and drug sensitivity or resistance. gene expression in response to IgE or
Cancer

inflammation
Immunity and
>> Microarray-based expression profiling stimulating factors and has determined
identifies cellular changes occurring during several novel genes to be stimulation
transformation of noninvasive to invasive cell responsive.
undergoing metastasis. It also aids in >> RNA-Seq has been potentially useful in
identifying biomarkers for different cancers immune disorders or diseases where it can
and have revealed certain genes responsible dissect two cell populations and identify T-
for chemoresistance cell and B-cell receptor repertoire in patients
>> Transcriptome profiling is also useful in (Byron et al. 2016).
drug discovery whereby drug effects in a cell
could also be monitored
Proteomics
Study of the complete proteins from a source and the techniques implied to study these
proteins and their interactions
There exist two modes of proteomics, one that involves the study of only proteins as analysis of
gene products and the other that is more inclusive and comprises a combination of protein
analysis and genomics/transcriptomics
>> The quantification of >> large-scale analysis of >> This is a broader
the expression of the protein structures category and involves
proteome followed by >> Structural analysis of several proteomics
comparison of the protein proteins is essential for approaches ranging from
expression among samples determining the protein discovery and
that differ by a factor being interactions and for drug- identification of novel

proteomics

Proteomics
Structure-based

Functions-based
Protein Expression-
Based Proteomics

studied. binding studies. proteins/protein


>> The factor could be a complexes, study and
>>Structure-based characterization of
disease, a drug treatment proteomics is done mainly
or an environmental effect. proteins for elucidating
through X-ray protein signalling,
>> The differentially crystallography and NMR interaction and disease
expressed proteins spectroscopy. mechanisms
identified are highly
valuable as disease-/
condition-specific proteins
or as potential drug targets
or as diagnostic markers.
>> identifying the structure of protein >> the use of proteomics for
complexes or the proteins present improving gene annotations and
inside the cell or a particular organelle genomics. A parallel and combined
creating a “three-dimensional cell analysis of the proteome and the
map” (Blackstock and Weir 1999). genome accelerates
Cell Map Proteomics

Proteogenomics
>> These studies determine where the >> the discovery of regulatory
proteins are located and their mechanisms such as post-
interactions with other proteins transcriptional and post-translational
modifications (Gupta et al. 2007).
>> This approach helps in analyzing
and comparing multiple genomes
(Gupta et al. 2008).
Metabolomic
the high-throughput study of metabolites which serve as an integral part of
the metabolism.
to provide a comprehensive snapshot of the physiological state of an
organism at a given time state

an interdisciplinary field, and it requires the input and data information from
all other fields of ‘omics’ such as through genomics, through transcriptomics
and partly through proteomics

Its focus is on the study of the metabolic components such as enzymes,


substrates and products
Metabolomic-Application
Functional
Toxicology Genomics Nutrigenomics
* The metabolic profiling of * The knowledge about the * The combination of
the urine samples or the metabolome would be knowledge of various field
blood samples can be used useful to predict whether a of biology such as
for the determination of the gene was affected by transcriptomics, genomics,
toxicity levels insertion/deletion in the metabolomics and
* This approach can also be genome of an organism proteomics using analytical
used for analysing the * The prediction of the techniques with nutritional
disease conditions function of the unknown principles for humans
associated with the liver gene
and the kidney
Biomarker Personalized
discovery Medicine
* The biomarkers can be considered as * Individual samples from the metabolites
the metabolites, which can be used for the and their concentrations could be used for
classification of two groups of samples (The disease diagnosis and treatment. The
disease group and the healthy group) response of the individual to certain
* Biological samples from the bile, urine medications can be detected by checking
or seminal fluids are important source of the metabolite concentrations
metabolic information, and this
information can be processed though
metabolomics by metabolic profiling or
fingerprinting for the identification of
biomarkers
The End
Lecture 13

Bioinformatika
TIM DOSEN BIOTEKNOLOGI FARMASI
FFS UHAMKA
Overview

Scope

Application on Medical Field


Overview
 Bioinformatika lahir sebagai suatu hasil dari penggabungan berbagai macam ilmu, yaitu matematika,
biologi,kimia, ilmu computer, dan fisika.
 Setelah diketahui adanya nukleotida-nukleotida penyusun DNA yang dilaporkan oleh Watson dan Crick, serta
dipecahkannya kode genetik  perkembangan ilmu genetika semakin pesat  berbagai macam informasi
genetik organisme diketahui
 Perkembangan teknologi informatika yang sangat pesat juga memberikan saran bagi penggalian informasi di
dalam DNA semakin pesat. Pengolahan, penyimpanan dan sharing semua informasi biologis yang terdapat
dalam DNA menjadi sangat mudah dan cepat.

Bioinformatika dapat didefinisikan sebagai suatu tools yang digunakan untuk mengolah semua
informasi yang tersajikan oleh sekuens (urutan basa) DNA menjadi suatu informasi yang dapat
diterapkan pada bidan-bidang terkait, seperti farmasi, kedokteran, biologi, dan sebagainya.
Apa yang dapat diperoleh
dengan bioinformatika?
 Sebelum bioinformatika muncul, semua eksperimen biologis dilakukan dengan 2
metode, yaitu:
 in vivo (eksperimen biologis yang dilakukan dengan menggunakan hewan coba)
Wet Lab

 in vitro (eksperimen biologis yang dilakukan dalam suatu artificial environment seperti di dalam
laboratorium)

 Saat ini dikenal dengan istilah post genomic era, yaitu zuatu zaman dimana semua
informasi genetika organisme dan virus sudah terpecahkan. Pada masa ini,
ekperimen biologis dapat dilakukan secara komputasi melalui bioinformatika 
bioinformatika juga dikenal dengan istilah computational biology (Biologi
Komputasi)
Computational biology (defined as the application of quantitative and
analytical techniques to model biological systems), is only covered via a brief
consideration of the virtual living organism
 Dahulu semua orang sudah mengetahui dan memahami jalur sintesa protein yang dikenal
dengan central dogma

DNA RNA Protein

 Saat ini (post-genomic era) orang sudah dapat mengetahui lebih jauh daripada central dogma.
Bagaimana melakukan bioinformatika?
 Ada 2 langkah untuk melakukan bioinformatika :
1. Harus mendapatkan informasi genetik (DNA/kode genetik) molekul yang ingin diteliti
2. Harus mengetahui tujuan mencari informasi genetik tersebut

 Langkah 1 dapat dilakukan secara online dengan mengakses website pustaka DNA. Ada 3 pustaka DNA di
dunia, yaitu :
a. www.ncbi.nlm.nih.gov (Amerika)
b. www.ebi.ac.uk (Eropa)
c. www.ddbj.nig.ac.jp (Jepang)

 Langkah 2 diperlukan untuk menentukan perangkat lunak yang akan digunakan untuk analisa informasi
genetik tersebut
Pustaka DNA di dunia
Apa yang dapat dilakukan oleh
bioinformatika?
(1) functional genomics, Pada awalnya, bioinformatika dikembangkan untuk
to determine the role of the sequence in the menggabungkan informasi DNA yang terdapat dalam
living cell, either as a transcribed and suatu organisme sehingga diperoleh DNA utuh
translated unit (i.e., a protein, the description (whole genome) organisme tersebut, kemudian
of the function of which might involve berkembang sebagai tools untuk mengetahui peran
knowledge of its structure and potential tiap fragmen DNA, membandingkan DNA berbagai
interactions) or as a regulatory motif, whether organisme hingga saat ini digunakan untuk
as a promoter site or as a short sequence mendesain suatu produk biologis menggunakan
transcribed as a piece of small interfering RNA rekayasa genetika, memprediksi interaksi obat
dengan sel, memprediksi framen DNA yang berperan
(2) comparative genomics, pada suatu penyakit dan melakukan editing pada
the sequences from different organisms, or genom organisme
even different individuals, are compared in
order to determine ancestries and correlations
with disease
Contoh Functional Genomic
Insulin Manusia pada Pustaka DNA
www.ncbi.nlm.nih.gov
Urutan DNA Insulin Manusia

Lokasi pada genome manusia


Organ Penghasil Insulin
Contoh Comparative Genomic
Basic Local Alignment Sequence (BLAST)

 The Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) is a collection of programs for searching homologous
sequences for a given query sequence or a set of sequences against selected database (called “Subject
sequence”). Thus, BLAST finds regions of local similarities between these query and subject sequences.
BLAST is a heuristic program, developed by Altschul and coworkers (Altschul et al., 1990), that can yield
results in a reasonable time.
 BLASTn (BLAST with suffix n) is one of the BLAST programs (Table 12.1) that is used to compare a
nucleotide query sequence against a nucleotide database. Functional and evolutionary relationships
between sequences can be deciphered using BLAST. In addition, it is used to identify member(s) of gene
families.
Contoh Comparative Genomic
Phylogenetic Tree
Aplikasi Bioinformatika Reprogramming Stem Cells
Pada Bidang Kesehatan
Tracing Genetically Modified Ingredients in
The Genetic Basis of Disease
Food

Cancer
Personalized Medicine

Toward Automated Diagnosis

Bacterial Multiresistance
Drug Discovery and Testing

Nanodrug Toxicogenomics
The Genetic Basis of Disease
• Some diseases have a clear genetic signature; for example normal individuals have about 30 repeats of the nucleotide triplet CGG,
whereas patients suffering from fragile X syndrome have hundreds or thousands
• most of the genetic variability across human populations can be accounted for by SNPs which are is extremely useful for elucidating
the genetic basis of disease, or susceptibility to disease, and hence preventive treatment for those screened routinely.
• Forensic medicine is an important branch of the medical application of genetic analysis. Repeated motifs such as variable number of
tandem repeats (VNTRs) or short tandem repeats (STRs) appear to be uniquely different for each individual and, hence, can be used
for identification purposes
Cancer
• According to the “chromosomal theory” of cancer, carcinogens are aneuploidogens that upset the delicate and complex molecular
machinery of mitosis,8 resulting in cell division with the chromosomes unequally distributed between the two daughter cells. This
results in massive genotypic aberration, equivalent to thousands of point mutations occurring in a very short time. Although many
such cells are simply not viable
• The abnormal karyotype appears to confer extraordinary genotypic and phenotypic instability, such that the cancer continues to
evolve, developing more and more abnormal aneuploidy. Given that aneuploidy implies extra copies of some chromosomes and
damage to or deletion of others, the resulting cell is likely to show phenotypically deviant behaviour, including the ability to
hyperproliferate and rapidly evolve drug resistance.

Toward Automated Diagnosis


• Gene chips also allow the clear and unambigous identification of foreignDNAin a patient due to an invading microorganism, obviating
the laboriouswork of attempting to grow the organism in culture and then identify it phenotypically.
• In the future, implantable sensors are expected to be able to offer continuous monitoring of a large number of relevant physiological
parameters and biomarkers (cf. Fig. 16.1). Instead of people having a biannual or even just annual blood test, hourly fluctuations
could then be monitored, leading to an explosion of actimetry (activimetry) as a way of characterizing physiological state.
Drug Discovery and Testing
• Whereas traditionally drugs were sought that bound to
enzymes, blocking their activity, bioinformatics-driven
drug discovery focuses on control points
• structural genomics can be used to predict (from the
corresponding gene sequence) the three-dimensional
structure of a protein suspected to be positioned at a
control point. It may also be possible to compare active
sites or “specificity pockets” (these regions are typically
highly conserved)
• Molecular Docking
Toxicogenomic
• It was known to Pythagoras that the broad bean, Vicia faba, It is poisonous to some people,14 a
condition known as favism and now understood to be due to genetically transmitted glucose-6-
phosphate dehydrogenase (G6PD) deficiency. Such phenomena are properly the subject matter of
toxicogenomics—the consequences of a particular genetic constitution for the metabolic toxicity of
foods and drugs

Reprogramming Stem Cells


• This phrase is often used to describe the remarkable discovery that by adding just four new genes
to differentiated (skin) cells, after 2–3 weeks they reverted to pluripotent stem cells (induced
pluripotent stem cells, iPS).17 “Reprogramming” does not imply that cells operate like digital
computers, but the discovery is of great importance, because it allows perhaps any cell to be
converted into the equivalent of an embryonic stem cell, which is much more troublesome to
obtain directly (from an embryo).

Tracing Genetically Modified Ingredients in Food


• GMO contain uniquely characteristic DNA sequences, their analysis is the most reliable and specific
method for identifying GMO and this is, indeed, the most widespread method in use. Typically the
genetic material is initially screened qualitatively, following which any samples positively identified
as originating from GMO are subjected to quantitative analysis
Nanodrug
• an ingenious example of therapeutic nanoparticles (i.e., a nanodrug) involving the transmission of
information. The drug is actually a mixture of two different kinds of nanoparticles,“signalling” and
“receiving”.
• The rôle of the signalling particles is to target tumours. They are constructed from gold
nanoparticles coated with ligands for angiogenic receptors, tumours being known to be very
angiogenically active. After systemic administration these particles will tend to concentrate at the
tumour due to their affinity for the angiogenic receptors. The tissue is then irradiated with an
oscillating electromagnetic field, whereupon the localized nanoparticles heat up and trigger the
coagulation cascade, as well as inflicting thermal damage on the tumour.
• The cascade essentially amplifies the information about the tumour; this information can be
received by receiving particles that were also systemically introduced; these particles are equipped
with coagulation-targeting peptides, but also loaded with a chemotherapeutic substance

Tracing Genetically Modified Ingredients in Food


• Since, by definition, GMO contain uniquely characteristic DNA sequences, their analysis is the most
reliable and specific method for identifying GMO and this is, indeed, the most widespread method
in use. Typically the genetic material is initially screened qualitatively, following which any samples
positively identified as originating from GMO are subjected to quantitative analysis
Personalized Medicine
• Given the prevalence of serious adverse drug reactions, there is much interest in identifying genetic
risk factors for them, which would enable their elimination, provided that appropriate genetic
screening had been carried out on the patient. A further step in that direction would be taken by
organizing clinical trials of proposed new drugs such that patients are grouped according to their
genetic profile. Beyond that, the development of drugs tailored to haplotype seems feasible at first
sight, especially with the introduction of microfluidics-based microreactors into the pharmaceutical
industry, which should make reliable small-scale syntheses economically feasible.
• Genome-wide association studies (GWAS) aim to scan entire (personal) genomes in order to identify
genes associated with certain diseases (phenotype), especially polygenic ones.
• HapMap project, which was based on the sequencing technology developed for the human genome
project and which aimed to produce a genome-wide map of SNPs

Bacterial Multiresistance
• It is becoming increasingly widely perceived that one of the greatest threats to human health is the
increasing ability of microbes, especially bacteria, to resist antibiotics. This resistance is a rather
obvious consequence of the inept use of antibiotics, but there has been little success in effectively
overcoming it. One difficulty is the rapidity of the change in resistance. Analysis has shown that it
occurs by the addition and rearrangement of resistance determinants and genetic mobility systems,
rather than by gradual modification of the genome
The End
Kuliah 14
Kloning Sel dan Individu

FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Kloning

• Prinsip Kloning
• Teknologi Kloning Mahluk Hidup
(Reproductive Cloning)
History
• 1938: concept of a nuclear transfer
• 1952: first success with amphibians
• 1982: first mouse clone
• 1997: Dolly
Nature 445, 800-801(22 February 2007
Cloning from Adult Vertebrate Cells
Legend:

The nucleus of a differentiated


cell from the skin of an adult
frog contains all the instructions,
encoded in DNA, to control the
formation of an entire tadpole. A
similar experiment was recently
performed in sheep. (Modified
from J.B. Gurdon, Gene
Expression During Cell
Differentiation. Oxford, UK:
Oxford University Press, 1973.)
Dasar Kloning Reproduktif
Dasar Kloning
The Technology
Somatic Cell Nuclear Transfer
Nucleus Transfer
• Collecting and storing nucleus donor cells
– Surgical procedure
• Live animal
• Post mortem
– Culturing cells
– Cryopreservation (freezing) of cells
• Preparing nuclei for transfer
– Regulating cell cycle
• Serum starvation
• Obtaining recipient ova
– In vivo matured
– In vitro matured
The Technology
– Micromanipulation
Nucleus Transfer
– Enucleating ova (removing the nucleus)
The Technology
The Technology
– Transfer of the cell
The Technology
The Technology
– Cell fusion
Cell Fusion
Cell Fusion
The Technology
– Alternative Method
• Intracytoplasmic nucleus injection
Idaho Gem, first cloned mule

Surrogate mother
(horse)

1st try 134 implants 2


pregnancies, both failed
2nd try 113 implantations 14
pregnancies, one birth
http://news.nationalgeographic.com/news/2003/05/0529_030529_muleclone.html
Cloning by Nuclear Transfer

Edwards et al. 2003


• 86 Squared
– Brucellosis resistant bull
– Tissue frozen for 15 years
86 Squared (2 years old)
Examples of Clones
White-tailed Deer (Dewey)
Dewey 16 months old
Examples of Clones
• CC – The first cloned cat
Rainbow the Progenitor
Transgenic Clones

Cloned transgenic cat containing red


fluorescent protein
http://news.aol.com/story/_a/glowing-pig-passes-genes-to-piglets/20080109143909990001?ncid=NWS00010000000001
Kloning Dolly
Dolly’s probability
• Cells taken from a six-year-old
Finnish Dorset ewe and
cultured in a lab.
• 277 cells then fused with 277
unfertilized eggs (each with
the nucleus removed)
• 29 viable reconstructed eggs
survived and were implanted
in surrogate Blackface ewes.
• 1 gave birth to Dolly
• 0.361% chance at onset,
3.4482% once implanted. In
nature between 33-50% of
fertilized eggs develop.
Prof. Ian Wilmut & Dolly
How to clone Dolly ?
Kloning Sapi, Tikus & Babi

Science Jan 1998, 279:646.

Nature July 1998 394:369

Nature Sept 7, 2000, 407:86


The first cloned horse and her surrogate mother
(genetic twin)
Cloning process
• Took skin cell from an
adult mare
• DNA donor is also
surrogate mother
 gave birth to her own
carbon copy
• 327 attempts failed
 only Prometea survived
Cloning process
• Prometea has been
fertilized by sperm of the
Haflinger stallion Abendfürst
• Prometea gave birth to her
foal Pegaso in March 2008
• Normal birth
• Foal is in the best of health
Carbon Copy– the First Cloned Pet

(Science (2002) 295:1443)


Significantly, Carbon Copy is not a phenotypic carbon
copy of the animal she was cloned from.
Conservation Cloning
• Many endangered or extinct animals are being
cloned or considered for cloning
– Gaur
– Bucardo mountain goat
– Mammoth
– Quagga
– Banteng

http://www.personal.psu.edu/faculty/t/r/trp2/mammoth.jpeg
http://www.serragaucha.com.br/rocky/zoo.html
http://www.riosmith.net/Gaur004.jpg
http://www1.ceit.es/Asignaturas/Ecologia/EspNaturales/Ordesa/mamiferos.htm#Bucardo
Mammoth Quagga
Bucardo Gaur
Noah, a Banteng clone created by Advanced Cell Technologies
Banteng are endangered wild bovine from Southeast Asian
This clone was created from frozen tissue of an animal that died
in 1980

http://www.advancedcell.com/images/Banteng002-sm.jpg
Kloning Manusia …???
Problems with Cloning
• 3 Pig clones, born in 2002, died of heart attacks due to “adult
clone sudden death syndrome” within days of each other by
the time they were 6 months old.
• Dolly had a weight problem, telomeres 20% shorter than
normal, she suffered from arthritis, and finally lung cancer
due to an infection for which she was finally euthanized at age
6yrs.
• The success rate ranges from 1 to 3% this contrasts to in vitro
fertilization which has a success rate of 50 to 20%
http://fig.cox.miami.edu/~cmallery/150/gene/cloning.success.jpg
Reproductive and Therapeutic Cloning
Reproductive and Therapeutic Cloning
AKHIRNYA……
Lecture 15
Biosafety & Bioethics

FARMASI– UHAMKA
Tim Dosen Bioteknologi Farmasi
Biosafety & Bioethics
a. Definisi Biosafety
b. Arti Penting Biosafety
c. Definisi Bioethics
d. Arti Penting Bioethics
Definisi Biosafety
Aspek keamanan dari organisme hasil rekayasa genetika
ataupun agen biologis yang dapat memberikan dampak
buruk terhadap manusia.
Agen biologis yang mampu
memberikan dampak negatif
pada manusia, spt: mickroba,
BIOHAZARD toxin & alergen baik dari
mikroba ataupun tumbuhan
BIOSAFETY
dan hewan
GMO
setiap organisme hidup yang
memiliki kombinasi bahan
genetik baru yang diperoleh
melalui penggunaan
bioteknologi modern
BIOSAFETY FASILITAS DAN KEGIATAN
RISET BIOTEKNOLOGI
Biosafety pada Riset Akademik

• Meningkatkan keamanan praktik


laboratorium dan prosedur
• Penggunaan peralatan dan
fasilitas yang memadai
• Penyediaan konsultasi
laboratorium dalam pendesainan
lab
• Pengkajian resiko terhadap
eksperimen yang melibatkan
bahan infektif, rDNA in-vitro dan
in-vivo.
Biosafety pada berbagai Bidang

• PENGOBATAN: rberkaitan
Biosafety berkaitan dengan
dengan organ atau jaringan
berbagai bidang
biologis, produk terapi gen, virus
sesuai dengan tingkatan bahaya
• EKOLOGI: berkaitan dengan dari BSL-1, 2, 3, 4
masuknya bahan hidup yang • KIMIA: seperti nitrat dalam air,,
bukan indigenous pada suatu PCB yang mempengaruhi
tempat yang baru (Reggie kesuburan
the alligator)
• EXOBIOLOGY: seperti kebijakan
• PERTANIAN: pengurangan ruang angkasa NASA yang
resiko tersebarnya virus memasukkan kontaminasi
asing/gen transgenik/prion bakteri dari ruang angkasa ke
dan mengurangi kontaminasi dalam "biosafety level 5"
bakteri pada makanan
(BSE/"MadCow“)
BIOSAFETY OF MICROBIOLOGICAL &
BIOMEDICAL LABORATORIES (BMBL)
• Apikasi dari kombinasi antara praktik dan prosedur
laboratorium, fasilitas dan perlengkapan keamanan saat
bekerja dengan bahan biologi yang berpotensi infeksi (US
Dept. Health & Human Services)
• Tujuannya untuk memberikan proteksi terhadap: pekerja
lab, pembantu pekerja lab, produk, personel administrasi
lab, dan lingkungan
• Biosafety Level:
 BSL1 - agen yang tidak menyebabkan penyakit.
 BSL2 – agen yang berhubungan dengan penyakit manusia.
 BSL3 – agen indigenous/exotic berkaitan dengan penyakit manusia
dan berpotensi ditransmisi aerosol.
 BSL4 – agen berbahaya/exotic yang membahayakan kehidupan.
Biosafety Level 1
• Suitable for work involving well-characterized agents not
known to consistently cause disease in immunocompetent
adult humans
• minimal potential hazard to laboratory personnel and the
environment.
• laboratories are not necessarily separated from the general
traffic patterns in the building.
• Work is typically conducted on open bench tops using
standard microbiological practices.
• Special containment equipment or facility design is not
required,
• Laboratory personnel must have specific training in the
procedures conducted in the laboratory and must be
supervised by a scientist with training in microbiology or a
related science.
BSL 1
• Bacillus subtilis
• Naegleria gruberi
• Infectious canine hepatitis virus
• E.coli K-12
• Transgenic Plants
• Plasmids
• Fungi
• Mold
• Yeast
BSL 1
Standard Microbiological Practices

1. Restrict or limit access when working


2. Prohibit eating, drinking and smoking
3. Prohibit mouth pipetting
4. Minimize splashes and aerosols
5. Decontaminate work surfaces daily
6. Decontaminate wastes
7. Maintain insect & rodent control program

Use mechanical pipetting devices Wash hands


BSL 1
Safety Equipment (Primary Barriers)

Protective clothing
1. Lab coat
2. Gloves

Personal protective equipment


• Face protection
• Eye protection

NOT REQUIRED SPECIAL PRACTISES


Biosafety Level 2
• Builds upon BSL-1
• BSL-2 is suitable for work involving agents that pose moderate
hazards to personnel and the environment.
• Laboratory personnel have specific training in handling
pathogenic agents
• Personnel are supervised by scientists competent in handling
infectious agents and associated procedures
• Access to the laboratory is restricted when work is being
conducted
• all procedures in which infectious aerosols or splashes may be
created are conducted in biological safety cabinets (BSCs) or
other physical containment equipment.
BSL 2

• Mandatory Warning Sign


• Designate Biosafety Level
• Special Entry Procedures
– Immunizations
– PPE
• Contact Information
BSL 2

• Human or Primate Cells


• Herpes Simplex Virus
• Replication Incompetent
Attenuated Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
• Patient specimens
• Measles virus
• Salmonellae
• Toxoplasma spp.
• Hepatitis B virus
• Bloodborne pathogens
• Human body fluids/particularly
when visibly contaminated with
blood
BSL 2
Special Practices
Supervision
Supervisor is a competent scientist with increased
responsibilities :
• Limits access if immunocompromised
• Restricts access to immunized
Lab Personnel
• Aware of potential hazards
• Proficient in practices/techniques

Restricted access
when work in
progress
BSL 2
Special Practices
Needles & Sharps Precautions
• Use sharps containers
• DON’T break, bend, re-sheath or reuse syringes or
needles
• DON’T place needles or sharps in office waste containers
• DON’T touch broken glass with
hands
BSL 2
Special Practices
Needles & Sharps Precautions
• Use plasticware
• Policies and procedures for entry
• Biohazard warning signs
• Biosafety manual specific to lab
• Training with annual updates
• Use leak-proof transport containers
• Immunizations
• Baseline serum samples
• Decontaminate work surfaces
• Report spills and accidents
• No animals in laboratories
Biosafety Level 3
• Is applicable to clinical, diagnostic, teaching, research, or
production facilities where work is performed with indigenous or
exotic agents that may cause serious or potentially lethal disease
through inhalation route exposure.
• Laboratory personnel must receive specific training in handling
pathogenic and potentially lethal agents
• Must be supervised by scientists competent in handling
infectious agents and associated procedures.
• Biosafety Level 2 plus all procedures involving the manipulation
of infectious materials must be conducted within BSCs, or other
physical containment devices
• Personnel wear additional appropriate personal protective
equipment including respiratory protection as determined by
risk assessment
• A BSL-3 laboratory has special engineering and design features.
– Directional air flow
BSL 3

• Exposure potential to pathogens


spread by aerosol
• Infection serious, possibly lethal
Examples:
o M. tuberculosis
o St. Louis encephalitis virus
o Coxiella burnetii
BSL 3
Facility Design (Secondary Barrier)

BSL-1 and 2 Facilities PLUS: Facility Design (Tertiary Barrier)


• Separate building or isolated zone
• Double door entry  Lab Structure
• Directional inward airflow  Lab Ventilation
• Single-pass air; 10-12 air changes/hour
• Enclosures for aerosol generating
equipment
• Room penetrations sealed
• Walls, floors and ceilings are water
resistant for easy cleaning
• Vacuum lines protected with liquid
disinfectant traps or HEPA filters
BSL 3
Standard Microbiological Practices

As in BSL 1 and BSL 2

Safety Equipment (Primary Barriers)

BSL-1 and 2 Safety Equipment PLUS:


• BSC class II or III to manipulate
infectious material
• Respiratory protection may be
indicated
BSL 3
Special Practices
BSL-2 Special Practices PLUS:
• Work in certified BSC
• Use bioaerosolcontaining equipment
• Decontaminate spills promptly

Supervision Lab Personnel


Supervisor is a competent scientist • Strictly follow guidelines
experienced working with agents • Demonstrate proficiency
• Establishes criteria for entry • Receive appropriate
• Restricts access training
• Develops policies/procedures • Report incidents
• Trains lab personnel • Participate in medical
surveillance
Biosafety Level 4
• Required for work with dangerous and exotic agents that pose a high
individual risk of life-threatening disease, aerosol transmission, or related
agent with unknown risk of transmission.
• Agents with a close or identical antigenic relationship to agents requiring
BSL-4 containment must be handled at this level until sufficient data are
obtained either to confirm continued work at this level, or re-designate
the level.
• Laboratory staff must have specific and thorough training in handling
extremely hazardous infectious agents.
• Laboratory staff must understand the primary and secondary
containment functions of standard and special practices, containment
equipment, and laboratory design characteristics.
• All laboratory staff and supervisors must be competent in handling agents
and procedures requiring BSL-4 containment.
• Access to the laboratory is controlled by the laboratory supervisor in
accordance with institutional policies
• Two types of laboratory providing absolute separation of the worker from
the infectious agents
– Suit Laboratory
– Cabinet Laboratory
Biosafety Level 4

• Exposure potential to
pathogens spread by
aerosol or with unknown
risk of transmission
• Infection possibly lethal
Examples:
– Ebola Zaire
– Sin Nombre virus
– Rift Valley Fever
BSL 4
Facility Design (Secondary Barrier)

BSL-1, 2, and 3 Facilities PLUS:


• Separate building or isolated zone
• Double door entry
• Directional inward airflow
• Single-pass air
• Dedicated supply and exhaust, vacuum, and decon systems
• Enclosures for aerosol generating equipment
• Double door autoclaves
• Room penetrations sealed
• Walls, floors and ceilings are sealed to form an internal seal
• Connecting inner and outer doors -interlocked to prevent
simultaneous opening
• Liquid effluents are decontaminated by an approved method and
certified before discharge
• Communication system between inside and outside of the lab
BSL 4
Standard Microbiological Practices

As in BSL 1, BSL 2 and BSL 3


Safety Equipment (Primary Barriers)

BSL 1, 2, and 3 Safety Equipment PLUS:


• Class II (B2) or III biological safety
cabinets to manipulate infectious
material
• Positive pressure personnel suit
BSL 4
Special Practices
Supervision
Supervisor is a competent scientist
trained and experienced working with
agents Lab Personnel
• Establishes criteria for entry • Strictly follow guidelines
• Restricts access • Demonstrate proficiency
• Develops policies/procedures • Receive appropriate
• Trains lab personnel training
• Report incidents
• Receive available
immunizations
• Participate in medical
surveillance
BIOSAFETY PRODUK BIOTEKNOLOGI

28
BIOSAFETY OF G.M.O
Dasar pemikiran:
• Genetically Modified Organisms (GMO) merupakan organisme
hidup yang memiliki kombinasi bahan genetik baru yang
diperoleh melalui penggunaan bioteknologi modern (rekayasa
genetika)
• Rekombinasi materi genetik membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sifat, kemampuan dan produk dari organisme ybs
• Terjadinya perubahan tersebut kemungkinan menyebabkan
terjadinya abnormalitas dan ketidaksesuaian sifat, kemampuan
maupun produk yang dihasilkan oleh GMO yang berdampak
negatif terhadap manusia, organisme lain maupun lingkungan
• GMO meliputi: Bakteri, Fungi, Yeast, Virus, Tanaman dan Hewan.
• GMO Plants : Bt cotton dan Bt corn
GMO-Transgenik

30
Keuntungan tanaman transgenik
1. There are potential benefits to agricultural productivity
through the development of crops more resistant to pests,
disease, and severe weather, decreasing the risk of
devastating crop failure (kegagalan panen).
2. Potential benefits to the environment including:
a. improved productivity could result in more food from less
land and a decreasing reliance (ketergantungan) on the
cultivation of marginal land
b. Genetically engineered pest and disease resistance could
reduce the need of pesticides and other chemicals, thereby
decreasing the environmental load and farmer exposure to
toxins.
31
Keuntungan tanaman transgenik
3. Potential benefits to human health and wellbeing.
a. Genetic engineering could be used to remove genes
associated with allergies, e.g. the blocking of the gene that
produces the allergenic protein in peanuts.
b. The insertion of genes into crops such as rice and wheat can
enhance their nutritional value, e.g. Golden Rice
c. Genetic modification could be used to produce healthier
foods, e.g. by eliminating trans fats or caffeine
d. Genetic engineering could be used to develop
pharmaceuticals and vaccine in plants.

32
Potensi resiko tanaman transgenik
1. Berpotensi menyerang hewan non target
 Langsung: potensi toksik terhadap organisme non-target
yang memakan tanaman yang masih hidup/ yang sudah
mati.
 Tidak langsung: jika tanaman transgenik ditanam secara
besar besaran dengan berbagai hama target yang berbeda
beda, jika dijumlahkan secara kumulatif, maka akan
membunuh hampir smua jenis insekta pemakan tanaman.

33
Potensi resiko tanaman transgenik
2. Menyebabkan kanker

34
Potensi resiko tanaman transgenik
3. Penyerbukan silang alami secara konvensional antara
tanaman organik dengan tanaman transgenic
4. Dampak sosial ekonomi
Negara yang mampu menciptakan/mengembangkan GMO:
produsen utama. Negara lain ketergantungan. Resistensi
mahluk hidup lain
4. GMO  potensi merusak ekosistem (simbiosis)
Adanya perubahan  menciptakan mutasi
5. Resiko terhadap ekologi tanah
GMO  produksi toksin  makro atau mikrobiota tanah.
GMO  melepas DNA asing  makro atau mikrobiota tanah
35
36
Aspek Pertimbangan dalam penggunaan tanaman
transgenik

• Pro dan kontra --- penggunaan di masyarakat


• Pro: potensi pemanfaatan tanaman transgenik utk mengatasi
krisis pangan, dan cenderung berpendapat penggunaan
transgenik tidak berbahaya.
• Kontra: menganggap tanaman transgenik belum dievaluasi
mendetail utk keamaan tingkat konsumsinya bagi manusia,
bagi lingkungan dan mempertanyakan asal usul gen yang
disisipkan ke dalam tanaman.

37
Aspek pertimbangan GMO
A. BIOETIKA
 Kecerdasan manusia  mencari dan mengembangkan ilmu,
e.g. bioteknologi dan rekayasa genetika tanaman 
kesejahteraan manusia sendiri …. sejalan dengan etika dan
moral
 Industrialisasi tanaman transgenik yang tergesa-gesa, tanpa
memperhitungkan dampak apapun, sehingga
mengesampingkan semua pertimbangan .... tidak beretika

38
Aspek pertimbangan GMO
B. FILSAFAT
 Tanaman transgenik yang memiliki manfaat untuk
memenuhi kebutuhan pangan, tetapi manfaat tsb
belum teruji apakah lebih besar manfaatnya atau
kerugiannya … secara filsafat perlu dikaji lebih lanjut

C. HUKUM
 Terdapat Per-UU yang mengatur dan mengawasi
keamanan hayati dan keamanan pangan
pemanfaatan produk pertanian agar tidak merugikan.
39
Aspek pertimbangan GMO
D. SOSIAL BUDAYA
 Berkaitan dengan unsur ekonomi dan politik
 Tanaman transgenik yang banyak dikembangkan negara maju
yang memiliki teknologi yang lbh tinggi, membuat masyarakat
negara agraris memiliki ketergantungan yang besar.

E. AGAMA
 Agama Islam: asal usul gen yang ditransfer;
 Hindu: tanaman transgenik dapat memutus rantai ekosistem –
tdkseimbangan lingkungan/homeostasis – Tri Hita Karana
(konsep hubungan mahluk hidup dgn Tuhan, mahluk hidup
dgn lingkungannya)

40
Contoh klasik keputusan biosafety
Apakah Bt corn aman??

Normal Bt corn mengurangi:


Aplikasi insektisida
Bt corn corn
Produksi mycotoxin

Lingkungan Masyarakat

41
Konsumsi Produk GMO
• Sekitar 75% makanan di USA mengandung bahan-bahan GM:
crackers, breakfast cereals, and cooking oils. Almost
everything that contains soy or corn has been genetically
modified.
• 80 percent of the soybeans and 40 percent of the corn grown
in the US is genetically modified.

• Bagaimana dengan INDONESIA??????

42
Bagaimanakah keamanan produk rekayasa genetika di
indonesia?
1. UU No 5 Thn 1990: konservasi SDAHE
2. UU No 7 Thn 1996: Pangan (perlu direvisi)
3. UU No 29 Thn 2000: Perlindungan varietas tanaman
4. UU No 21 thn 2004: ratifikasi protokol keamanan hayati
5. UU No 4 Thn 2006: Pengesahan International Treaty on Plant
Genetic Resources for Food and Agriculture
6. UU No 32 Thn 2009: Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
7. UU No 36 thn 2009: kesehatan
8. UU No 13 thn 2010: hortikultura
9. UU No 28 thn 2004: keamanan, mutu, gizi pangan
10. UU No 21 thn 2005: keamanan hayati produk rekayasa genetika

43
GMO Menurut PP no 28/tahun 2004: keamanan, mutu,
dan gizi pangan

• Pasal 1 angka 18: pangan produk rekayasa genetika adalah


pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku,
bahan tambahan pangan dan atau bahan lain yang dihasilkan
dari proses rekayasa genetika.
• Pangan hasil rekayasa genetika atau GMO adalah pangan atau
produk yang diturunkan dari tanaman, atau hewan yang
dihasilkan melalui proses rekayasa genetika.
• PP no 69 tahun 1999: kewajiban label produk pangan hasil
rekayasa genetika.

44
Protokol GMO pangan di indonesia
Kewajiban pemeriksaan pangan yang meliputi:
 Informasi genetika, antara lain deskripsi umum pangan
produk rekayasa genetika dan deskripsi inang serta
penggunaannya sebagai pangan
 Deksripsi organisme donor
 Deskripsi modifikasi genetika
 Karakterisasi modifikasi genetika
 Informasi keamanan pangan, antara lain kesepadanan
substansial, perubahan nilai gizi, alergenitas dan toksisitas.

45
Hak masyarakat selaku konsumen?
• Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa
• Hak atas informasi yang benar dan jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan jasa
• Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan atau jasa yang digunakan
• Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
• Hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi apabila
produk tdk sesuai semestinya.

46
Pengamanan untuk produk
bioteknologi
• Setiap orang dan atau badan hukum yang memproduksi-
mengolah-mendistribusikan makanan dan minuman yang
diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil
teknologi rekayasa genetika yang diedarkan harus
menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan
manusia, dan lingkungan (Psl 109 UU Kesehatan)
• Setiap orang dan atau badan hukum yang memproduksi
dan mempromosikan produk makanan dan minuman dan
atau yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman
hasil olahan teknologi dilarang menggunakan kata-kata
yang mengecoh dan atau disertai klaim yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya (Psl 110 UU Kesehatan)

47
Open conclusion
• Meskipun menimbang keuntungan dan resiko suatu produk
Bioteknologi sangat mungkin dilakukan, akan tetapi tidak
mudah mengaplikasikan bioetik itu sendiri.
• Dua hal yang menjadi perhatian utama adalah produk
Bioteknologi dapat meningkatkan hidup manusia dan secara
lingkungan aman, tetapi kewajiban etika kita tidak hanya
terbatas pada dua hal tersebut di atas. Kita harus juga
memperhatikan rasa keadilan environmental sustainability,
berbagai norma, agama, dll.

48
49
WHY BIOETHICS MATTERS TO US – AND
WHY IT SHOULD MATTER TO YOU??

50
Apakah ETIKA??
• Ethics: the rules of
conduct recognized
in respect to a
particular class of
human actions or a
particular group,
culture.

51
KAIDAH DASAR BIOETIKA DAN TEORI ETIKA

Etika
• Adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari
moralitas/ meliputi hidup baik, berbuat baik dan
menginginkan hal yang baik dalam hidup … etika
praktis
• Adalah asas yang mengatur karakter manusia ideal
atau kode etik profesi tertentu …. etika normatif
• Etika menjadi alasan untuk memilih nilai yang benar
di tengah belantara norma.

52
KAIDAH DASAR BIOETIKA DAN TEORI ETIKA

Ciri-ciri moralitas:
1. Norma yang sangat penting
2. Bersifat universal
3. Norma rasional dan objektif
4. Menyangkut kemaslahatan manusia
 Dokter melanggar janji sehingga tidak datang tepat
waktu ---- tidak etis
 Dokter meracuni pasiennya --- tidak bermoral

53
KAIDAH DASAR BIOETIKA DAN TEORI ETIKA

Bioetika
• Biomedical ethics
• Adalah cabang dari etika normatif
• Adalah etika yang berhubungan dengan praktek
kedokteran dan atau penelitian di bidang biomedis.

54
APAKAH BIOETIKA
• Bioethics: a field of
study concerned with
ethics and philosophical
implications of certain
biological and medical
procedures,
technologies and
treatments such as
organ transplants,
genetic engineering,
etc.

55
56
APAKAH bioetika
• Bioetika sbg konsep sebenarnya
sudah dikenal dan merupakan
warisan yang turun temurun dari
nenek moyang.
• Sebagai sebuah definisi baru
dikenal sejak 1970an.
• Dalam pengertian umum, Bioetik
adalah

“love of life”

57
ETIKA vs hukum
• Hukum mengatur perliaku manusia dalam kaitannya dengan
ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang
tertentu dan baku.

• Etik mengatur manusia dalam membuat keputusan dan dalam


berperilaku (profesi), dengan menggunakan dialog antar
beberapa kaidah moral, dengan hasil yang tidak selalu
seragam.

58
Etika vs hukum
• Contoh cara berpikir Hukum:
Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang
penting adalah formulir persetujuan telah ditandatangani oleh
pasien atau yang mewakilinya.

• Contoh cara berpikir Etik:


Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang
penting adalah keputusan pasien dibuat setelah memahami
semua informasi yang diperlukan dalam membuat keputusan
tersebut.

59
BIOETIKA/ETIKA dalam Bioteknologi?

60
Contoh klasik keputusan bioetika
Kloning gen penting, siapa yang berhak
mempatenkannya??

University?

Government? Society?

Company?

61
Contoh klasik keputusan bioetika

Kultivar lokal siapa yang berhak


mempatenkannya??

University?

Government? Society?

Company? 62
Contoh klasik keputusan bioetika
Terdapat satu jantung siapa yang paling berhak??

17-year-old school 40-year-old school


girl? 70-year-old woman
principal?
63
TIGA CARA PANDANG BIOETIKA
• Bioetika sebagai deskriptif: adalah cara orang memandang
hidup, interaksi moral dan tanggung jawab terhadap mahluk
hidup sekitarnya
• Bioetika sebagai perspektif: adalah memberitahu orang lain
apakah suatu hal baik atau buruk atau prinsip-prinsip penting
dalam mengambil keputusan.
• Bioetika sebagai interaktif: adalah debat atau diskusi antar
kelompok orang mengenai deskriptif dan perspektif.

64
Prinsip dasar bioetika
1. Rasa hormat terhadap hak-hak orang lain
Menghargai diri sendiri (Autonomy) “self-love”. Mendapat
penghargaan dari orang lain (Dignity)
2. Mengerjakan sesuatu yang baik atau menghasilkan sesuatu
yang baik: keuntungan harus sebanding dengan resiko
“loving good”. Keuntungan = resiko
3. Adil: tersebar merata di masyarakat
Semua strata masyarakat mempunyai akses yang
sama/merata
4. Menghargai hidup: tidak membuat kerusakan
Penelitian-penelitian harus dihentikan jika menimbulkan
kerusakan/membahayakan.
65
Beberapa Sudut pandang bioetika
dalam ilmu bioteknologi

• Apakah kita sudah bertindak seperti Tuhan ketika


memasukkan gen dari suatu organisme ke organisme lainnya?
• Apakah kita beranggapan bahwa kita mengetahui banyak hal
dari apa yang sebenarnya tidak kita ketahui ketika akan
melepas tanaman transgenik ke alam?
• Apakah kita sedang mempertontonkan banyak hal yang tidak
pasti ketika kita melakukan rekayasa genetika?

66

Anda mungkin juga menyukai