Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Peternakan Vol 10 No 2 September 2013 (50 - 54) ISSN 1829 – 8729

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS PROBIOTIK


TERENKAPSULASI
W. N. H. ZAIN1, R. R. A. MAHESWARI2 dan SUTRIYO3
1Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. H. R. Soebrantas KM. 16 Panam Pekanbaru 28293
2Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor Jawa Barat 16680


3Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Kampus Baru UI Depok Jawa Barat – 16424


E-mail: wieda.nhz@uin-suska.ac.id

ABSTRACT

Milk fermentation is one of a technique in milk preservation. The mechanism is to fermentate lactose becoming lactic
acid by lactic acid bacteria. The production and quality fermentation of milk is affected by starter culture that usually
propagated in milk. This condition can make high contamination while handling. To improve quality of the starter culture
granule is by adding encapsulated probiotic Lactobacillus acidophilus and Bifidobacterium longum bacteria as probiotic. The
objective of this research is to study the characteristic microbiology of encapsulated probiotic (base on viability). The result
showed that the population of encapsulated probiotic can be maintain in 10 7 CFU/g. It can be concluded that L. acidophilus
and B. longum can be categorize as a probiotic bacteria.
Keywords: encapsulation, fermented milk, probiotic

PENDAHULUAN pembuatan susu fermentasi dadih sampai


Latar Belakang saat ini masih sulit didapatkan dipasaran.

Fermentasi susu merupakan salah Tujuan penelitian ini adalah untuk


satu cara pengawetan susu yang telah mengetahui karakteristik mikrobiologis
lama dikenal. Proses ini melibatkan bakteri probiotik yang terenkapsulasi serta
metabolisme laktosa dengan cara aplikasinya terhadap kualitas
mengubahnya menjadi asam laktat. mikrobiologi. Hipotesis penelitian ini
Pemanfaatan susu fermentasi yang adalah enkapsulasi mampu melindungi
cenderung meningkat saat ini diantaranya bakteri probiotik dengan viabilitas tetap
adalah karena dapat memberi efek yang tinggi (populasi minimal 107 CFU/g).
menguntungkan bagi kesehatan MATERI DAN METODE
konsumennya. Produk susu fermentasi
Penelitian dilaksanakan selama 3
yang diberi tambahan bakteri probiotik
bulan, bertempat di Laboratorium
Bifidobacterium spp. dan L. acidophilus dapat
Pengolahan Susu, Bagian Ilmu Produksi
digolongkan kedalam jenis produk
Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB,
pangan fungsional (Anal dan Singh, 2007).
Laboratorium Pasca Panen Pertanian Balai
Guna mempertahankan daya hidup
Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca
bakteri probiotik di dalam saluran
Panen, Bogor, dan Laboratorium Balai
pencernaan dilakukan proses enkapsulasi,
Besar Industri Agro, Bogor.
yaitu proses pembentukan kapsul yang
menyelubungi suatu bahan salah satunya Materi
mikroorgamisme. Pembuatan susu Bahan-bahan yang digunakan adalah
fermentasi sangat dipengaruhi kultur kultur L. acidophillus (La RRM-01), B.
starter yang digunakan, karena longum (Bl RRM-01) koleksi dari
menentukan mutu produk yang Laboratorium Pengolahan Susu, Bagian
dihasilkan. Kultur starter untuk Ilmu Produksi Ternak Perah Fakultas
Peternakan, IPB, laktosa, de-Man rogosa

50
Vol 10 No 2 KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS PROBIOTIK

sharpe broth (MRSB), bacteriological agar butiran gel hasil enkapsulasi


(BA), buffer pepton water (BPW), susu skim, menggunakan alat freeze dry. Pengujian
alginat, larutan saline, akuades, MRS-IM bakteri probiotik berdasarkan aspek
maltosa, MRS-IM glukosa (dichloxallin, mikrobiologis meliputi viabilitas L.
LiCl dan cystein hydrocloride) dan acidophilus dan B. longum (Dave & Shah
AnaeroGenTM Oxoid Ltd. Alat-alat yang 1996; Roy 2001) menggunakan metode
digunakan adalah cawan Petri, labu hitungan cawan menurut Dewan
Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, bunsen, Standarisasi Nasional (1992). Pengujian
refrigerator, mikroskop, autoclave, incubator, populasi bakteri probiotik sebelum dan
sentrifus dingin, oven, pengaduk, sesudah di freeze dry serta bakteri kultur
spektrofotometer, panci, SEM, dan starter sebelum dan sesudah di spray dry
timbangan digital. dihitung menggunakan t-test (Steel dan
Torrie 1993).
Prosedur
Tahap I. Pemeriksaan Kemurnian Kultur HASIL DAN PEMBAHASAN
Starter dan Penentuan Kurva Pertumbuhan Tahap I Pemeriksaan Kemurnian Kultur
Starter dan Penentuan Kurva Pertumbuhan
Pemeriksaan kemurnian kultur starter
dengan metode pewarnaan Gram dan uji Berdasarkan hasil pemeriksaan secara
katalase (Fardiaz 1989), serta penentuan mikroskopik dengan pewarnaan Gram
kurva pertumbuhan dengan pada setiap jenis bakteri probiotik
menginokulasikan kultur starter selama 24 menunjukan hasil dari bentuk morfologis
jam dan setiap jam dilakukan kultur starter yang akan digunakan
penghitungan jumlah bakteri memiliki bentuk seragam, tidak
menggunakan spektofotometer λ 620 nm terkontaminasi dengan bakteri lain dan
(Apriyantono et al. 1989). Kurva termasuk kedalam jenis bakteri Gram
pertumbuhan yang dibuat digunakan positif, seperti disajikan pada Gambar 1.
untuk menentukan waktu pemanenan. Hasil uji katalase diperoleh hasil semua
jenis bakteri termasuk bakteri katalase
Tahap II. Enkapsulasi Bakteri Probiotik
negatif.
Enkapsulasi bakteri probiotik
Berdasarkan pengamatan kurva
menggunakan metode Reyed (2007) hasil
pertumbuhan dihasilkan jumlah populasi
modifikasi, diawali dengan penumbuhan
bakteri kultur starter saat fase logaritmik
L. acidophillus atau B. longum (5% v/v
kultur kerja) dalam MRSB, diinkubasi sebesar >107 CFU/g, yang sesuai dengan
persyaratan populasi mikroba pada
pada suhu 37°C selama 24 jam. Sel-sel
produk akhir menurut Sultana et al. (2000)
bakteri dipisahkan melalui sentrifugasi
dingin (suhu 4°C, 10000 G selama 20 yaitu sebanyak 107 CFU/g. Populasi awal
dan waktu inkubasi kultur starter dan
menit). Sel dari 50 ml broth dilarutkan
bakteri probiotik disajikan pada Tabel 1.
pada 100 ml larutan 10% susu skim (w/v),
5% gliserol (v/v) dan 0,1% CaCO3 (w/v), Penentuan kurva pertumbuhan
kemudian diperangkap selama 45 menit di mikroba didasarkan pada banyaknya
dalam 100 ml larutan alginat steril 3%. jumlah populasi awal kultur starter. Hal
Campuran tersebut diteteskan pada ini bertujuan untuk memperpendek waktu
larutan CaCl2 0.1 M menggunakan spuit adaptasi kembali kultur starter saat akan
selama satu jam. Gel yang terbentuk digunakan sebagai starter.
dipindahkan ke dalam larutan saline
Tahap II Enkapsulasi Bakteri Probiotik
(0.85%) untuk mengompakkan struktur
gel, selanjutnya ke akuades steril dan Pengujian terhadap viabilitas bakteri
diputar perlahan selama satu jam untuk probiotik dilakukan dengan menghitung
menghilangkan residu CaCl2. Pengeringan jumlah populasi bakteri pada saat sebelum

51
Wieda, dkk Jurnal Peternakan

dan setelah freeze dry. Berdasarkan hasil 107 CFU/g (Sultana et al. 2000). Proses
analisis, viabilitas L. acidophilus pengeringan menggunakan freeze dryer
menunjukkan penurunan sangat nyata menurut Buckle et al. (1985) merupakan
(P<0.01) setelah freeze dry sebesar 1.43 log10 pengeringan yang dilakukan melalui
CFU/g. Penurunan populasi secara nyata pembekuan melalui sublimasi, yaitu
(P<0.05) juga terjadi pada B. longum perubahan dari bentuk es dalam bahan
sebesar 0.88 log10 CFU/g. Penurunan beku langsung menjadi uap air tanpa
viabilitas bakteri setelah freeze dry juga melalui proses pencairan. Hal ini dapat
dilaporkan oleh Harmayani et al. (2001) mengurangi kerusakan struktur biologis
yaitu sebesar 0.5-2 siklus log. Penurunan sel (Reyed 2007).
populasi masing-masing bakteri, seperti
terdapat pada Tabel 2 berada pada kisaran
jumlah bakteri yang harus ada secara aktif
dalam saluran pencernaan, yaitu sebesar

a. L. acidophilus (La RRM-01) b. B. longum (Bl RRM-01)


Gambar 1. Morfologi bakteri probiotik
Tabel 1. Populasi awal, populasi saat fase log dan waktu inkubasi bakteri kultur starter dan
probiotik
Populasi awal Populasi saat fase log Waktu inkubasi
Jenis bakteri probiotik
(CFU/ml) (jam)
L. acidophilus (La RRM-01) 9.6 × 107 3.2 × 1010 15
B. longum (Bl RRM-01) 1.4 × 107 1.2 × 109 15

Tabel 2 Populasi probiotik L. acidophilus dan B. longum terenkapsulasi melalui proses freeze
dry
Populasi Sblm freeze
Bakteri probiotik Stlh freeze dry Penurunan populasi
awal dry
(CFU/ml) (log10 CFU/g)
L. acidophilus 10.36 ± 0.08 9.18a
± 0.27 7.75b ± 0.42 1.43 (15.58%)
B. longum 8.88 ± 0.04 8.74 ± 0.16
a 7.86b ± 0.28 0.88 (10.07%)
enkapsulasi yang dihasilkan. Gambaran
Karakterisasi Hasil Enkapsulasi Bakteri morfologi bakteri terenkapsulasi
Probiotik menggunakan penyalut alginat
dibandingkan dengan bakteri tanpa
Karakterisasi bakteri probiotik hasil enkapsulasi menggunakan SEM terdapat
enkapsulasi meliputi gambaran morfologi pada Gambar 2. Tampak permukaan
permukaan luar dan efisiensi proses alginat yang tidak rata pada Gambar 1a

52
Vol 10 No 2 KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS PROBIOTIK

dan 1c. Butiran hasil enkapsulasi mikrokapsul yang dihasilkan berbentuk


berbentuk crumble (serbuk). Hal ini bulat dengan B. lactis menempel pada
disebabkan proses pembentukan bahan penyalut alginat. Probiotik L.
biokapsul melalui berbagai tahap acidophilus dan B. longum selanjutnya
penyaringan, sehingga pada saat freeze dry diujikan untuk mengetahui keberhasilan
bentuk yang dihasilkan mengkerut dan enkapsulasi, dengan menumbuhkannya
tidak seragam. Berdasarkan hasil didalam susu.
penelitian Allan-Wotjas et al. (2007)

Gambar 2. Hasil SEM bakteri probiotik L. acidophilus (La RRM-01) dan B. longum (Bl RRM-
01). Ket: a. L. acidophilus terenkapsulasi, b. L. acidophilus tanpa enkapsulasi, c. B.
longum terenkapsulasi dan d. B. longum tanpa enkapsulasi. Tanda panah
menunjukkan masing-masing bakteri pengamatan.
menjadi dasar dalam produksi susu
Hasil yang diperoleh setelah fermentasi.
dilakukan inkubasi selama 24 jam, bakteri
KESIMPULAN
probiotik L. acidophilus terenkapsulasi
tidak mengalami koagulasi demikian juga Proses pengeringan menggunakan
B. longum, meski ada sebagian bakteri freeze dry untuk menghasilkan bakteri
yang diluar penyalut namun demikian probiotik, mampu mempertahankan
susu tidak terkoaguasi dengan nilai pH jumlah populasi 10 7 CFU/g. Pengujian

berturut-turut sebesar 5 dan 6. mikrobiologis tidak mempengaruhi


Dibandingkan dengan kontrol L. viabilitas L. acidophilus dan B. longum.
acidophilus dan B. longum menggunakan DAFTAR PUSTAKA
kultur starter cair diperoleh nilai pH yang
Allan-Wotjas P, Truelstrup Hansen L, Paulson
sama, yaitu 4. Proses inokulasi starter
AT. 2007. Microstructural studies of
menurut Rahman et al. (1992) terjadinya
probiotic bacteria-loaded alginate
proses degradasi laktosa dan produksi microcapsules using standard electron
asam laktat dapat mengakibatkan microscopy techniques and anhydrous
penurunan pH, sehingga kadar asam susu fixation. LWT Elsevier. 41: 101-108.
menjadi relatif tinggi dan terbentuk
gumpalan (curd) dan proses ini yang

53
Wieda, dkk Jurnal Peternakan

Anal AK, Singh H. 2007. Recent advances in Fardiaz S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan.
microencapsulation of probiotics for Bogor: Pusat Antar Universitas. Institut
industrial applications and targeted Pertanian Bogor.
delivery. Trends in Food Sci & Tech. 18:
240-251. Harmayani E, Ngatirah, Rahayu ES, Utami T.
2001. Ketahanan dan viabilitas probiotik
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, bakteri asam laktat selama proses
Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. pembuatan kultur kering dengan
Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. metode freeze dan spray drying. J Teknol
Bogor: Institut Pertanian Bogor. dan Industri Pangan 12(2): 126-132.

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton Reyed MR. 2007. Novel hybrid entrapment
M. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo H, approach for probiotic cultures and its
penerjemah. Jakarta: Penerbit application during lyophilization.
Universitas Indonesia. Internet J Microbiology.

Dave RI, Shah NP. 1996. Evaluation of media Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur
for selective enumeration of Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik.
Streptococcus thermophilus, Lactobacillus Sumantri B, penerjemah. Jakarta: PT.
delbrueckii ssp. bulgaricus, Lactobacillus Gramedia Pustaka Utama.
acidophilus, and Bifidobacteria [abstrak].
Di dalam: J Dairy Science 79(9): 1529- Sultana K et al. 2000. Encapsulation of
1536. probiotic bacteria with alginate starch
and evaluation of survival in simulated
Dewan Standardisasi Nasional. SNI 01-2891- gastrointestinal conditions and in
1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. yoghurt. Inter J Food Microbiol 62: 47-
Jakarta: Standar Nasional Indonesia. 55.

54

Anda mungkin juga menyukai